Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH DAU (DANA ALOKASI UMUM) DAN DAK (DANA


ALOKASI KHUSUS) TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah)

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
WISUDAWAN KUSUMA RAJASA
NIM. F1309092

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. (Lukas 17:19).”

“Gunakanlah ketakutanmu untuk menaklukkan dunia.”

“Sesungguhnya bagi setiap umat manusia sudah ada rancangan agung yang telah digariskan
oleh Yang Kuasa sehingga tidak ada kata ‘kebetulan’ bagi segala sesuatu yang terjadi dibumi
ini. (Padi).”

“Apa yang anda pikirkan tentang diri anda itulah yang akan terjadi.”

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini aku persembahkan pada:


Tuhan Yesus Kristus, syukurku tak henti kulantunkan untukMu atas purnanya
amanah ini dengan indah dan atas segala pertolonganMu.

Ibu dan Bapakku tercinta, Kakak-kakakku yang tersayang,


dan semua orang yang aku cintai
atas doa dan motivasi.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera.
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, sang pemberi

nafas segala kehidupan, penguasa hidup dan waktu, atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini. Atas dukungan

dan doa berbagai pihak, skripsi yang berjudul “PENGHARUH DAU (DANA

ALOKASI UMUM) DAN DAK (DANA ALOKASI KHUSUS) TERHADAP

BELANJA MODAL STUDI PADA PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN DI

PROVINSI JAWA TENGAH” dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai tugas akhir yang harus

diselesaikan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret serta memberi masukan kepada pihak yang

berkepentingan.

Penulis menyadari tugas akhir ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dengan segala kerendahan dan

ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sri Suranta S.E., M.Si, Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi


commit
Fakultas Ekonomi Universitas to user
Sebelas Maret Surakarta

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Bapak Drs. Nurmadi H. Sumarta, Msi, Ak selaku pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu, Orang Tuaku tercinta, Bapak Ibu Harmadi yang telah

mencurahkan kasih sayang, motivasi, semangat, perhatian, dorongan baik

moril ataupun material serta doa yang tidak pernah putus sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

6. Kakak dan adikku tersayang, Mbak Paramita Nurina Ayuningtyas dan Dek

Wandira Kusuma Wardana terimakasih doa serta dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besarku yang selalu menanyakan kapan wisudanya, itu suatu

motivasi yang sangat luar biasa.

8. Untuk Dek Stefani Retno Susilowati special thanks untukmu atas motivasi

serta semangat yang selalu diberikan kepada saya, akhirnya jadi juga dek.

9. Temanku seperjuangan Yohanes Aris Yulianto yang selalu berjuang

bersama dalam kuliah, ujian magang, ujian kompre, ujian pendadaran serta

berhadapan selalu dengan penguji yang sama. Terimakasih untuk selalu

mengingatkan untuk ketemu dosen, belajar dan main PS, seko 2006-2011

bosen aku nyawang kowe terus.

10. Teman-temanku di KMK FE UNS, Komunitas KOMPAK, teman-teman

yang selalu ngetem di kantin, dan bapak-ibu kantin terimakasih atas

bantuannya bila menunggu dosen di kampus.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11. Semua teman akuntansi transfer 2009 dan semua orang yang mendukung

saya, terimakasih sebesar-besarnya kepada kalian semua.

12. Semua Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi UNS, terutama Pak Timin

dan para bapak satpam terimakasih atas semua bantuannya.

13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sebuah karya yang

sempurna karena berbagai keterbatasan dan kelemahan penulis, sehingga wajar

kiranya bila penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya skripsi

ini bisa menjadi lebih bermanfaat.

Surakarta, September 2011

Penulis

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................ ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ......................................... .............................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... . v

HALAMAN KATA PENGANTAR.................................................................. . vi

HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................. ix

HALAMAN DAFTAR GAMBAR................................................................... .. xii

HALAMAN DAFTAR TABEL........................................................................ xiii

ABSTRAK ........................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 78

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori ........................................................................... 9

1. Dana Alokasi Umum ............................................................. 9

2. Dana Alokasi Khusus ............................................................ 10

3. Belanja Modal ....................................................................... 12


commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 15

C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 16

D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 20

B. Populasi dan Sampel .................................................................. 20

C. Variabel dan Pengukuran .......................................................... . 21

D. Data dan Sumber Data ............................................................. .. 22

E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 23

F. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif ................................................................. 23

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 23

a. Uji Normalitas ..................................................................... 23

b. Uji Autokorelasi............................................................... 25

c. Uji Heterokedastisitas ...................................................... 25

d. Uji Multikolinieritas ........................................................ 26

3. Model Regresi ...................................................................... 26

4. Uji Hipotesis ......................................................................... 27

a. Koefisien Determinasi ..................................................... 27

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................... 28

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .... 28

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 30


commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Statistik Deskripstif .................................................................... 31

C. Hasil Pengujian Asumsi Klasik................................................... 33

D. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 38

E. Pembahasan Hipotesis................................................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 44

B. Saran............................................................................................ 44

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 2.1 Model Kerangka Berfikir .......................................................... 17

Gambar 4.1 Normal Probability Plot............................................................ 34

Gambar 4.2 Scatteplot ................................................................................... 38

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 3.1 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ..................... 25

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ............................................................. 31

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov ..................................................... 35

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 36

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 37

Tabel 4.5 Koefisien Determasi .................................................................... 39

Tabel 4.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................. 39

Tabel 4.7 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ................ 40

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis .................................................... 41

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DAU (GENERAL ALLOCATION FUND) DAN DAK


(SPESIAL ALLOCATION FUND) ON CAPITAL EXPENSE
(STUDIES IN GOVERMENT CITY / COUNTY IN THE PROVINCE OF
CENTRAL JAVA)

WISUDAWAN KUSUMA RAJASA


F 1309092

From 33 provinces and 471 districts / cities in Indonesia, only about 10 percent which
have a formal delimitation, one of it is Central Java province which has 35 districts.
Central Java province has an income sources and the abundant natural wealth in each
area. Therefore, aims of this study are to proof empirically the influence of DAU
(General Allocation Fund) and DAK (Spesial Allocation Fund) on the allocation of
Capital Expense in districts and municipalities in Central Java. This study uses 35
samples in Central Java, which the source is from the Realization Report of the
Estimate Income of Regional Expense (APBD) from 2007 until 2009. Method of the
sample uses census method by taking the entire population. The instrument that used
result is a multiple regression. Result of this study indicates that the DAU and the
DAK have a significant impact on capital expense allocations. Furthermore, the
dependence level on regional expense allocation is more dominant to DAU than
DAK.

Keyword : DAU (General Allocation Fund), DAK (Spesial Allocation Fund), Capital
Expense, The Realization Report of the Estimate Income of Regional Expense
(APBD).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAKSI

PENGARUH DAU (DANA ALOKASI UMUM) DAN DAK (DANA ALOKASI


KHUSUS) TERHADAP BELANJA MODAL
(STUDI PADA PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN DI PROVINSI
JAWA TENGAH)

WISUDAWAN KUSUMA RAJASA


F 1309092

Dari 33 provinsi dan 471 kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 10 persen yang
mempunyai penetapan batas wilayah yang resmi salah satunya provinsi Jawa
Tengah yang memiliki 35 kabupaten/kota . Provinsi Jawa Tengah memiliki sumber-
sumber pendapatan dan kekayaan alam yang melimpah di setiap daerahnya. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh
DAU (Dana Alokasi Khusus) terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 daerah di Jawa Tengah
yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dari tahun 2007 hingga 2009. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode sensus dengan mengambil seluruh populasi. Alat yang
digunakan penelitian adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa DAU dan DAK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
alokasi Belanja Modal. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi
Belanja Modal lebih dominan terhadap DAU daripada DAK.

Kata kunci : DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus), Belanja
Modal, Alokasi Belanja Daerah, Laporan Realisasi APBD.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak bergulirnya era reformasi Indonesia salah satu isu yang selalu diangkat adalah

reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi menyangkut pelaksanaan otonomi daerah di setiap

provinsi dan kabupaten atau kota diseluruh Indonesia. Dengan kewenangan yang diberikan

oleh pemerintah pusat, maka beberapa aspek harus dipersiapkan, antara lain sumber daya

manusia, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana, serta organisasi dan manajemennya

(Darumurti,2003).

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundangundangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di

UU Otonomi Daerah No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah

menggantikan UU No. 22 tahun 1999. Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang

Otonomi Daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan

yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang

sesungguhnya.Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi,

1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan

antar daerah (Maimunah, 2006).

Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai

sumber kekayaan bagi daerah.Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru

dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah pendapatan

bagi daerah.Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan memberikan

pelayanan dan pembangunan. Tujuan pemberian otonomi daerah tidak lain adalah untuk

lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan

kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi

antara pusat dan daerah serta antardaerah. Visi otonomi dari sudut pandang ekonomi

mempunyai tujuan akhir untuk membawa masyarakat ketingkat kesejahteraan yang lebih

tinggi dari waktu ke waktu (Syaukani,2005).

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan

pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses

penyusunan anggaran pasca UU 22/1999 dan UU 32/2004 melibatkan dua pihak: eksekutif

dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Adapun eksekutif

sebagai pelaksana operasionalisasi daerah berkewajiban membuat draft/rancangan APBD,

yang hanya bisa diimplementasikan kalau sudah disahkan oleh DPRD dalam proses

ratifikasi anggaran (Darwanto dan Yustikasari, 2007).

2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat,

dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda.Maka dalam kenyataannya, pemerintah

pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonominya.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan

diberbagai sektor terutama sektor publik.Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat

meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah.Harapan ini tentu

saja dapat terwujud apabila ada upaya serius (pemerintah) dengan memberikan berbagai

fasilitas pendukung (investasi).Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan

alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi

memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain

memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-

beda (Harianto dan Adi, 2007).

Di dalam UU No. 25/1999 ditegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda,

Pempus akan mentransfer dana perimbangan, yang terdiri dari Dana Alokasi Umum(DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagian daerah dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,

Pemda memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, Pinjaman Daerah, maupun Lain-

lain Penerimaan Daerah yang Sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan

kepada Pemda. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan

secara efektif dan efisien oleh Pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada

masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula dilakukan secara

transparan dan akuntabel (Abdullah dan Halim, 2003).

3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang

tidak kalah penting guna meningkatkan penerimaan daerah.Dalam upaya untuk

meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi Belanja Modal

hendaknya lebih ditingkatkan.Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah

diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi,

sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Oleh karena itu,

anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk

belanja rutin (Abimanyu, 2005 dalam Nur Indah, 2010). Semakin banyak pendapatan yang

dihasilkan oleh daerah, baik dari Dana Alokasi Umum(DAU) maupun Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan

yang diharapkan oleh masyarakat.

Dalam penggunaan semua dana perimbangan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada

pemerintah daerah. Namun pemerintah daerah harus menggunakan transfer dari pemerintah

pusat dalam bentuk dana perimbangan tersebut secara efektif dan efisien dalam rangka

peningkatan standar pelayanan publik minimum serta disajikan secara transparan dan

akuntabel. Akan tetapi pada praktinya, transfer dari pemerintah pusat seringkali dijadikan

sumber dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi utama sehari-hari,

yang oleh pemerintah daerah dilaporkan dan diperhitungkan dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD). Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan

fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar publik minimum di seluruh negeri

(Maimunah, 2006).

4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah

melalui bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar

daerah. Daerah yang mempunyai potensi pajak dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar

hanya terbatas pada sejumlah daerah tertentu saja.Peranan Dana Alokasi Umum terletak

pada kemampuannya untuk menciptakan pemerataan berdasarkan pertimbangan atas potensi

fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang-undang No.33 Tahun 2004).

Permasalahan Dana Alokasi Umum terletak pada perbedaan cara pandang antara pusat

dan daerah tentang Dana Alokasi Umum. Bagi pusat, Dana Alokasi Umum dijadikan

instrument horizontal imbalance untuk pemerataan atau mengisi fiscal gap.Bagi daerah,

Dana Alokasi Umum dimaksudkan untuk mendukung kecukupan.Permasalahan timbul

ketika daerah meminta Dana Alokasi Umum sesuai kebutuhannya. Di sisi lain, alokasi Dana

Alokasi Umum berdasarkan kebutuhan daerah belum bisa dilakukan karena dasar

perhitungan fiscal needs tidak memadai (terbatasnya data, belum ada standar pelayanan

minimum masing- masing daerah, dan sistem penganggaran yang belum berdasarkan pada

standar analisis belanja). Ditambah total pengeluaran anggaran khususnya APBD belum

mencerminkan kebutuhan sesungguhnya dan cenderung tidak efisien.Semakin banyak

pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari DAU maupun pendapatan asli daerah

sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan yang diharapkan

oleh masyarakat.

5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan

kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Alokasi DAK ditentukan

dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Sesuai dengan UU 25/1999, yang

dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan

menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan

kebutuhan Daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa

jenis investasi/prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi

primer, dan saluran drainase primer; dan kebutuhan yang merupakan komitmen/prioritas

nasional.

DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan

fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas seperti pelaksanaan penyusunan rencana

dan program, pelaksanaan tender pengadaan kegiatan fisik, kegiatan penelitian dalam rangka

mendukung pelaksanaan kegiatan fisik, kegiatan perjalanan pegawai daerah dan kegiatan

umum lainnya yang sejenis. Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawabnya, daerah

penerima wajib mengalokasikan dana pendamping dalam APBD-nya sebesar minimal 10%

dari jumlah DAK yang diterimanya. Untuk daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak

diwajibkan menyediakan dana pendamping yakni daerah yang selisih antara Penerimaan

Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau negatif. Namun, dalam

pelaksanaannya tidak ada daerah penerima DAK yang mempunyai selisih antara Penerimaan

Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau negatif.

Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi

Belanja Modal hendaknya lebih ditingkatkan.Belanja Modal yang dilakukan oleh

6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,

transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Oleh

karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak

untuk belanja rutin (Abimanyu, 2005 dalam Nur Indah, 2010).Belanja modal sangat penting

bagi masayarakat umum karena dari sekian item belanja yang ada dalam APBD hanya

Belanja Modal yang langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Peneliti sebelumnya seperti (Maemunah,2006) yang meneliti di Sumatra, (Prakosa, 2004)

yang meneliti di DIY dan Jawa Tengah, (Syukriy & Halim, 2003) yang meneliti di Jawa dan

Bali memperoleh hasil yaitu PAD dan DAU signifikan berpengaruh terhadap belanja

daerah.(Puspita Sari, 2009) yang meneliti di Riau memperoleh hasil yaitu DAU memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap belanja langsung.Sedangkan PAD menunjukkan

pengaruh yang tidak signifikan terhadap belanja langsung, bahwa PAD secara individual

tidak mempengaruhi belanja langsung.Dari hasil peneliti sebelumnya, peneliti ingin meneliti

pengaruh PAD dan DAU terhadap alokasi belanja daerah secara lebih mendalam khususnya

Provinsi Jawa Tengah.

Selain itu batas wilayah yang jelas antar daerah merupakan indikator yang dapat

mempengaruhi penerimaan PAD dan DAU. (Saile,2009 dalam Nur Indah, 2010)

menyatakan bahwa dari 33 provinsi dan 471 kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 10

persen yang mempunyai penetapan batas wilayah yang resmi salah satunya adalah provinsi

Jawa Tengah. Penentuan batas wilayah sangat penting, sebab dengan adanya batas wilayah

antar daerah akan dapat memaksimalkan potensi daerah yang dimilikinya. Adanya batas

wilayah yang resmi akan diketahui sejauh mana batas status hukum, tanggung jawab

pemerintahan, perpajakan, hingga untuk menentukan luas area guna untuk menghitung
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

potensi sumber daya, kepadatan penduduk hingga dana perimbangan daerah. Sehingga

berpengaruh pada berapa besarnya pendapatan ataupun pengeluaran yang terjadi pada

daerah tersebut.Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis memilih Provinsi Jawa

Tengah sebagai obyek penelitian.

Berdasarkan penjelasn di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh

DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) Terhadap Belanja

Modal Di Kota/Kabupaten Di Provinsi Jawa Tengah”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara Dana Alokasi Umum (DAU) dengan belanja modal di

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah?

2. Apakah ada hubungan antara Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan belanja modal di

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)terhadap belanja

modaldi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK)terhadap belanja

modaldi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Memberikan masukan baik bagi Pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan di masa

yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari

APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.

2. Bagi Dunia Pendidikan

Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-

peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Dana Alokasi Umum

DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU Nomor 33 Tahun 2004). DAU diberikan

pemerintah pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam

memanfaatkan PAD-nya.DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya

diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk

9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah.DAU terdiri dari:

a. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi;

b. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten /Kota.

DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota.Besaran DAU ditetapkan

sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan

dalam APBN.Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota

ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.

Disebutkan pula dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP No 55 Tahun 2005 Dana

Perimbangan ini terdapat berbagai macam, yaitu DAU (Dana Alokasi Umum), DAK

(Dana Alokasi Khusus), dan DBH (Dana Bagi Hasil). Dana perimbangan tersebut

diperuntukkan untuk:

a. menjamin terciptanya perimbangan secara vertikal di bidang keuangan antar tingkat

pemerintahan;

b. menjamin terciptanya perimbangan horizontal di bidang keuangan antar pemerintah

di tingkat yang sama;

c. dan menjamin terselenggaranya kegiatan-kegiatan tertentu di daerah yang sejalan

dengan kepentingan nasional.

Dana yang biasanya ditransfer dari pemerintah pusat adalah DAU. Menurut (Adi, 2006)

proporsi DAU terhadap penerimaan daerah masih yang tertinggi dibandingkan dengan

penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD (Pendapatan Asli Daerah)Komponen

variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk pendekatan perhitungan

DAU untuk kebutuhan daerah terdiri dari: jumlah penduduk, luas wilayah, indeks
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembangunan manusia (IPM), indeks kemahalan konstruksi (IKK), dan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Komponen variabel kapasitas fiskal

(fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

2. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah

rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana

fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah. DAK

merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota

untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantungtersedianya dana

dalam APBN (Suparmoko, 2002 dalam Situngkir, 2009). Kebutuhan khusus

adalahkebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau

kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Kebijakan DAK secara spesifik: (www.depkeu.djpk.go.id)

a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangandi

bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan saranadan

prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusandaerah;

b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir

danpulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah

11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori daerah

ketahananpangan dan daerah pariwisata;

c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dandiversifikasi

ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidangpertanian,

kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;

d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasaranadasar

melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;

e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan

lingkunganhidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di

bidanglingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan

dankehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem

yangterpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak

pemekaranpemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di

bidangprasarana pemerintahan;

g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK

dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga dan kegiatan

yang didanai dari APBD;

h. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang

digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke

DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum,

Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.

3. Belanja Modal
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Belanja Modal adalah belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya pemeliharaan (Halim, 2004). Belanja modal dimaksudkan untuk

mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur,

dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap

tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau

juga dengan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang

dilakukan adalah membangun sendiri atau membeli.

Menurut (Halim, 2001 dalam Nur Indah, 2010), belanja modal merupakan belanja yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.

(Munir, 2003 dalam Darwanto, 2007) juga menyatakan hal senada, bahwa belanja

modal memiliki karakteristik spesifik dan menunjukkan adanya berbagai pertimbangan

dalam pengalokasiannya. Pemerolehan asset tetap juga memiliki konsekuensi pada

beban operasional dan pemeliharaan pada masa yang akan dating.

(Syaiful, 2008) mengutarakan bahwa belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan

dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah

pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah

masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang “Pedoman Penggunaan Akun

Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal” menyatakan bahwa

suatu belanja dikategorikan sebagai Belanja Modal apabila:


13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset lainnya

yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi asset tetap atau asset

lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.

c. Asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. Berpedoman pada Peraturan

Pemerintah No. 24/2005 tentang “Standar Akuntansi Pemerintahan” yang mengatur

mengenai Belanja Modal yaitu:

1) Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan/penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,

pengosongan pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat

tanah, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif

sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada

pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah.

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-

alat dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap

untuk digunakan. Dalam jumlah biaya ini termasuk biaya untuk penambahan,

penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan

dapat meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang

diperlukan.

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan, termasuk dalam belanja ini adalah

jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan, dan

14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengelolaan kegiatan pembangunan gedung yang prosentasenya mengikuti

Keputusan Direktur Jendral Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan

bangunan.

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan yaitu biaya untuk penambahan,

penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan sarana dan prasarana yang

berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan (termasuk jaringan air

bersih), jaringan instalasi/distribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta

jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik

distribusi/instalasi.

5) Belanja Modal Fisik Lainnya yaitu jumlah biaya yang digunakan untuk

perolehan melalui pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya yang tidak

dapat diklasifikasikan dalam perkiraan Belanja Modal tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan dan irigasi) dan Belanja Modal

non fisik, yang termasuk dalam Belanja Modal non fisik ini yaitu kontrak sewa

beli (leasehold), pengadaan atau pembelian barangbarang kesenian (art pieces),

barang-barang purbakala dan barang-barang museum, serta hewan ternak,

buku-buku dan jurnal ilmiah.

B. Penelitian Terdahulu

Peneliti sebelumnya seperti (Maemunah, 2006) yang meneliti di Sumatra, (Prakosa,

2004) yang meneliti di DIY dan Jawa Tengah, (Syukriy & Halim, 2003) yang meneliti di

Jawa dan Bali memperoleh hasil yaitu PAD dan DAU signifikan berpengaruh terhadap

belanja daerah.(Puspita Sari, 2009) yang meneliti di Riau memperoleh hasil yaitu DAU
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap belanja langsung.Sedangkan PAD

menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap belanja langsung, bahwa PAD secara

individual tidak mempengaruhi belanja langsung.

Penelitian dilakukan oleh (Prakosa, 2004) pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan

DIY.Hasil menunjukkan bahwa sandaran Pemda untuk menentukan jumlah belanja daerah

suatu periode berbeda.Dalam tahun bersamaan, PAD lebih dominan dari pada DAU, tetapi

untuk satu tahun kedepan, DAU lebih dominan.Munculnya berbagai bentuk peraturan

daerah tentang pajak dan retribusi daerah mungkin merupakan indikasi untuk

“mengimbangi” pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Pusat (salah satunya DAU).

Penelitian yang dilakukan oleh (Puspita Sari, 2009) menguji Pengaruh Dana Alokasi

Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap belanjalangsung Pada

Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau. Ada tiga simpulanyang merupakan hasil

penelitian yang telah dilakukan yaitu: Pertama, DAUmempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap belanja langsung. Kedua,PAD secara parsial tidak mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikanterhadap belanja langsung secara parsial.Ketiga, DAU dan PAD

secara simultanberpengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung.

C. Kerangka Berpikir

DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah

dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu

dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah

dan sesuai dengan prioritas nasional. Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu.Belanja modal dimaksudkan untuk

mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan

harta tetap lainnya.

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap

Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah

Dana Alokasi Umum


H1
(DAU)
Belanja Modal

Dana Alokasi Khusus


H2
(DAK)

D. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal

Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi (Saragih,

2005).Kenaikan PAD dapat berpengaruh terhadap jumlah DAU yang ditransfer dari
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemerintah pusat.Sejak diterapkannya desentralisasi fiskal, pemerintah pusat

mengharapkan daerah dapat mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya

mengandalkan DAU. Dibeberapa daerah peran DAU sangat signifikan karena karena

kebijakan belanja daerah lebih di dominasi oleh jumlah DAU daripada PAD Setiap

transfer DAU yang diterima daerah akan ditujukan untuk belanja pemerintah

daerah,maka tidak jarang apabila pemerintah daerah menetapkan rencana daerah secara

pesimis dan rencana belanja cenderung optimis supaya transfer DAU yang diterima

daerah lebih besar.

Dalam penelitiannya (Holtz-Eakin,1994 dalam Nur Indah,2010 ) menunjukkan adanya

keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan Belanja Modal.

Pada studi yang dilakukan oleh (legrenzi & Milas,2001 dalam Nur Indah,2010)

menemukan bukti empiris bahwasanya dalam jangka panjang transfer berpengaruh

terhadap Belanja Modal dan pengurangan jumlah transfer dapat menyebabkan

penurunan dalam pengeluaran Belanja Modal.

Penelitian (Abdullah dan Halim, 2003), menunjukkan kecenderungan yang sama

dimana daerah lebih mengandalkan penerimaan DAU daripada PAD untuk kepentingan

pembiayaan daerah. Perilaku belanja daerah lebih ditentukan oleh besar-kecilnya DAU

daripada PAD.(Prakoso, 2004) serta (Harianto dan Adi,2007) memberikan fakta empiris

yang sama dimana DAU mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja Modal

pemerintah daerah Berbagai pemaparan ini menunjukkan bahwa besarnya Dana Alokasi

Umum (DAU) akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan Belanja Modal.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1 (H1) :Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal

Dana alokasi khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan

khusus daerah. Di samping itu untuk menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana

alam,kepada daerah dapat dialokasikan Dana Darurat. Undang-undang ini selain

memberikan landasan pengaturan bagi pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah, juga memberikan landasan bagi perimbangan keuangan antar

daerah.Empat puluh persen dari penerimaan negara yang berasal dari Dana Reboisasi

disediakan kepadadaerah sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK).DAK merupakan

danayang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk

membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam

APBN (Suparmoko, 2002 dalam Situngkir, 2009). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan

yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang

merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Hipotesis 2 (H2) :Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.

19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua buah hipotesis yaitu hubungan antara Dana

Alokasi Khusus dengan belanja modal serta Dana Alokasi Umum dengan belanja modal,

sehingga penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan permasalahan berupa hubungan pengaruh antar variabel, dimana Belanja

Modal sebagai variabel independen serta Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi

Umumsebagai variabel dependen. Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian ini

hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu, yaitu pada tahun 2007

– 2009.

B. Populasi dan Sampel

20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Penulis dalam penelitian mengambil seluruh populasi

dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan kepada Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2007 hingga 2009.

2. Kabupaten/kota mencantumkan data-data mengenai DAK, DAU dan alokasi belanja

modal pada Laporan Realisasi APBD yang digunakan dalam penelitian ini.

Jumlah Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD Tahun 2007 hingga

2009 kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah sebanyak 35

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007-2009 dengan data penelitian sebanyak 105

daerah, dimana jumlah tersebut diperoleh dengan rumus:

N= jumlah daerah X periode penelitian

N= 35 X 3 tahun

N= 10

C. Variabel dan Pengukuran

Variabel bebas (Independent Variabel) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).Variabel terikat (dependent

variabel) yang merupakan perhatian utama adalah Belanja Modal. Untuk menjelaskan

variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai berikut:

1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk


21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam

penelitian ini DAU yang diteliti adalah DAU yang telah dikurangi belanja pegawai

sehingga nantinya dapat diketahui porsi DAU yang digunakan untuk Belanja Modal

untuk mengetahui besarnya DAU dan Belanja Pegawai diperoleh dengan melihat pos

dana perimbangan serta pos belanja yang ada di Laporan Realisasi Anggaran

Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2007 sampai tahun

2009.

2. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Pemanfaatan DAK memang hanya untuk keperluan Belanja Modal. Untuk mengetahui

besarnya DAK yang diteliti, data diperoleh dengan melihat pos dana perimbangan

yang ada di Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah dari tahun 2007 sampai tahun 2009.

3. Belanja Modal adalah total pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih

dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Untuk mengetahui besarnya Belanja Modal

yang diteliti, data diperoleh dengan melihat pos belanja yang ada di Laporan Realisasi

Anggaran Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2007

sampai tahun 2009.

D. Data dan Sumber Data


22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari

dokumen Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang diperoleh dari

Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah di Internet.Dari laporan Realisasi

APBD diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran Belanja Modal, Dana Alokasi

Khusus, dan Dana Alokasi Umum.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data sekunder, data dikumpulkan dengan metode dokumentasi.Ini

dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan

dengan penelitian.Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengambil seluruh

populasi yaitu sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

F Teknis Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan berbagai pengujian

statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk menguji hipotesis tetapi juga untuk

pengujian statistik lainnya. Sebelum melakukan pengujian dengan regresi linier sederhana, terlebih

dahulu dilakukan Uji Asumsi Klasik, antara lain :

1. Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian

tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian

tersebut.Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Khusus,

Dana Alokasi Umum, dan alokasi Belanja Modal.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini

memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik.Syarat-syarat yang harus dipenuhi
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah data tersebut harus terdistribusikan secara normal, tidak mengandung

multikoloniaritas, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian

regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu pengujian asumsi klasik, yang

terdiri dari:

a. Uji normalitas

Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui

bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal.Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil.

Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik.

Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis

grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,

dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat

dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di sekitar garis diagonal dan

penyebarannya mengikuti garis diagonal.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya.

Dasar pengambilan keputusan:

24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histrogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,

2006).

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogrov-

Smirnov menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual terdistribusi

dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai

signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali,

2006).

b. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi berganda linier

ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t 1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Menurut Ghozali

(2006), untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji

Durbin-Watson (DW test).

Tabel 3.1

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode chart (diagram

Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa :

1) Jika ada pola tertentu terdaftar titik -titik (point-point), yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), maka terja di heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik -titik (point-point) menyebar keatas

dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisistas.

d. Uji multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006).Uji multikolonieritas ini

digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan

bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolonieritas atau tidak

terjadi korelasi antar variabel independen.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan

melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).Kedua ukuran ini
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya.Dalam pengertian sederhana setiap variable independen

menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variable independen

lainnya.Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006).

3. Model Regresi

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi linear berganda dengan

persamaan berikut ini :

Analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh jumlah Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap jumlah Belanja Modal (BM)

secara cross section dengan persamaan sebagai berikut:

Di mana:

Yt : Jumlah Belanja atau perubahan dalam jumlah Belanja Modal

a : Konstanta

b : Koefisien regresi

x1: Jumlah porsi DAU untuk Belanja Modal dan DAK


27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e : Error term

4. Uji Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

Goodness of Fitnya.Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan

secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana

Ho ditolak).Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah di mana Ho diterima (Ghozali, 2006).

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel independen.Koefisien determinasi ini digunakan

karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel

dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,

2006).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai (R²) yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan

membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.Apabila nilai F hitung lebih besar

daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel

independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen

(Ghozali, 2006).Uji statistik t ini digunakan karena untuk memperoleh keyakinan

tentang kebaikan dari model regresi dalam memprediksi.

Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t

tabel.Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka berarti

t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima yaitu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.Selain itu, bisa juga

dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel.Hipotesis diterima

apabila p-value < 5 % (Ghozali, 2006).

29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

A. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah.Jumlah Pemerintah Daerah di Propinsi Jawa Tengah sendiri berjumlah 35

Pemerintah Kabupaten/Kota.Propinsi Jawa Tengah merupakan Propinsi yang terletak

ditengah pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur,

30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang

menjadi objek dalam penelitian adalah 35 Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

1. Kab.Banjarnegara 11. Kab.Karanganyar 21.Kab. Purworejo

2. Kab. Banyumas 12.Kab.Kebumen 22.Kab. Rembang

3. Kab.Batang 13. Kab.Kendal ` 23.Kab. Semarang

4. Kab. Blora 14.Kab.Klaten 24.Kab. Sragen

5. Kab.Boyolali 15. Kab.Kudus 25.Kab. Sukoharjo

6. Kab.Brebes 16. Kab.Magelang 26.Kab. Tegal

7. Kab.Cilacap 17. Kab.Pati 27.Kab. Temanggung

8. Kab.Demak 18. Kab.Pekalongan 28.Kab. Wonogiri

9. Kab.Grobogan 19. Kab.Pemalang 29.Kab. Wonosobo

10. Kab.Jepara 20. Kab.Purbalingga 30. Kota. Magelang

31. Kota Pekalongan

32. Kota Salatiga

33. Kota Semarang

34. Kota Surakarta

35. Kota Tegal

Data pada penelitian ini (n) sebanyak 105, data didapatkan dari laporan realisasi APBD

Tahun 2007 hingga 2009 yang seluruhnya menyampaikan laporan kepada situs Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2007 hingga 2009, yang mencantumkan

data-data mengenai DAK, DAU dan alokasi Belanja Modal.

B. Statistik Deskriptif

31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK), dan alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2007-2009, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi

variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


105 .0000 201648.0000 8.220112E4 5.0895602E4
Dana Alokasi Umum

105 8500.0000 80652.0000 4.647850E4 1.8890589E4


Dana Alokasi Khusus

105 945.0000 268673.4879 1.320732E5 4.4102375E4


belanja modal

105
Valid N (listwise)

Sumber : Data yang diolah, 2012, (Dalam jutaan rupiah)

1. Dana Alokasi Khusus (DAK)

a. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai minimum sebesar Rp 850.000.000,00. Hasil

penelitian menunjukkan Dana Alokasi Khusus terendah di Jawa Tengah diperoleh

dari Kota Semarang pada Tahun 2007. Ini membuktikan Kota Semarang dengan

wilayah daerah yang tidak begitu luas bisa mandiri dalam membiayai Belanja

Modalnya.

b. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai maksimum sebesar Rp 80.652.000.000,00.

Hasil penelitian menunjukkan Dana Alokasi Khusus tertinggi di Jawa tengah

diperoleh dari Kabupaten Magelang di Tahun 2009. Ini membuktikan Kabupaten


32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Magelang masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat dalam belanja

modalnya.

c. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun

sebesar Rp 46.478.500.000,00.

d. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp

18.890.589.000,00 lebih kecil dari mean Rp 46.478.500.000,00.

2. Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Belanja Modal

a. Dana Alokasi Umum memiliki nilai minimum sebesar Rp 0,00 Hasil penelitian

menunjukkan Dana Alokasi Umum terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kota

Semarang pada Tahun 2009. Ini membuktikan pemanfaatan Dana Alokasi Umum

di Kota Semarang terserap habis untuk Belanja Pegawai.

b. Dana Alokasi Umum memiliki nilai maksimum sebesar Rp 201.648.000.000,00.

Hasil penelitian menunjukkan Dana Alokasi Umum tertinggi di Jawa tengah

diperoleh dari Kabupaten Pemalang di Tahun 2007. Ini membuktikan

KabupatenPemalang dapat mengelola Dana Alokasi Umum dengan baik untuk

keperluan Belanja Modal.

c. Dana Alokasi Umum memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun

sebesar Rp 82.201.120.000,00.

d. Dana Alokasi Umum memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 50.895.602.000,00

lebih kecil dari mean Rp82.201.120.000,00.

3. Belanja Modal

a. Belanja Modal memiliki nilai minimum sebesar Rp 945.000.000,00. Hasil

penelitian menunjukkan Belanja Modal terendah di Jawa Tengah diperoleh dari


33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2007. Ini membuktikan Kota Wonogirialokasi

belanjanya banyak terserap untuk belanja lain.

b. Belanja Modal memiliki nilai maximum sebesar Rp 268.673.487.900,00. Hasil

penelitian menunjukkan Belanja Modal tertinggi di Jawa Tengah diperoleh dari

Kota Semarang pada Tahun 2009.Ini membuktikan Kota Semarang dalam

mengalokasikan sebagian besar biayanya untuk Belanja Modal.

c. Belanja modal memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp

132.073.200.000,00.

d. Belanja modal memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 44.102.375.000,00

lebih kecil dari mean sebesar Rp 132.073.200.000,00.

C. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian selanjutnya adalah uji asumsi klasik pada data.Uji asumsi klasik yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji KolmogorovSmirnov, uji

multikolinearitas, uji autokolerasi, uji heteroskedasitas.Berikut ini adalah hasil uji asumsi

klasik.

1. Hasil Uji Normalitas

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.Metode yang lebih handal

adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal

dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonal.

Gambar 4.1
Normal Probability Plot

Sumber: Data yang diolah, 2012

Berdasarkan keterangan grafik di atas, titik menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji

normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati secara visual kelihatan

normal, padahal secara statistik belum tentu normal. Oleh karena itu dilakukan

pengujian statistik dengan cara melakukan uji one sample tesKolmogrov-Smirnov. Uji

ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan

regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos

normalitas apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05

(Ghozali, 2006).

35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Predicted Value

N 105
a
Normal Parameters Mean 1.3207320E5

Std. Deviation 1.05386343E4

Most Extreme Differences Absolute .052

Positive .052

Negative -.031

Kolmogorov-Smirnov Z .529

Asymp. Sig. (2-tailed) .942

Sumber data diolah, 2012

Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.2 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-

Smirnov adalah 0,529 dan signifikansinya pada 0,942 dan nilainya jauh diatas á = 0.05

Dalam hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Multikoloniaritas

Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (Independen).Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan

menggunakan model regresi dan melakukan uji korelasi antar variabel independen

dengan menggunakan Variance InflationFactor (VIF). Jika nilai tolerance value diatas

0,10 atau nilai Variance InflationFactors (VIF) dibawah 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinearitas pada tabel berikut:


36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 102957.387 15039.548 6.846 .000

DAU .211 .086 .244 2.444 .016 .929 1.076

DAK .253 .233 .108 1.087 .280 .929 1.076

a. Dependent Variable:Belanja Modal


Sumber data diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 4.3tersebut di atas terlihat bahwa seluruh variable independen yaitu

DAK dan DAU memiliki angka Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10 dengan

angka tolerance yang menunjukkan nilai lebih dari 0,10. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas

antar variabel independen dalam model regresi.

3. Hasil Uji Autokolerasi

Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin- Watson.Menurut

(Ghozali, 2006) uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat

autokorelasi antara error yang terjadi antar periode yang diujikan dalam model

regresi.Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi harus dilihat nilai uji D-W.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .239 .057 .039 4.3242532E4 2.085

a. Predictors: (Constant), DAK, DAU

b. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Data yang diolah, 2012

karena d = 2,085, jumlah sampel 105 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2). Nilai

DW 2,085 lebih besar dari batas atas (du) 1,72 dan kurang dari 2,29 (4-du), maka dapat

disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan tidak ada autokorelasi

positif atau negatif (sesuai tabel keputusan) atau dapat disimpulkan tidak ada

autokorelasi.

4. Hasil Uji Heterokedasitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedisitas. Model regresi yang baik

adalah yang Homoskedasitas atau tidak terjadi Heteroskedisitas karena data crossection

mengandung berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2006).Di dalam

pengujian heteroskedasitas pada penelitian ini didasarkan pada Scatterplot. Berdasarkan

pengujian dengan SPSS diperoleh grafik Scatterplot sebagai berikut:

Gambar 4.2

38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sumber: Data yang diolah, 2012

Berdasarkan grafik scatterplot terlihat titik menyebar secara acak, tidak membentuk

sebuah pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik tersebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas pada model regresi.

D. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows adalah sebagai berikut:

1. Koefisien Determinasi

Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya

struktur modal yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Tabel 4.5

b
Model Summary
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .239 .057 .039 4.3242532E4 2.085

a. Predictors: (Constant), DAK, DAU

b. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Data yang diolah, 2012

Dari tabel 4.5 R square adjusted adalah 3,9 %. Karenanilai r-square adustedsebesar

3,9% tersebut menunjukkan bahwa Belanja Modal dapat dijelaskan secara baik yaitu

sebesar 3,9% oleh variabel pertumbuhan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi

Khusus sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel

bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil

pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.6

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 1.155E10 2 5.775E9 3.089 .050

Residual 1.907E11 102 1.870E9

Total 2.023E11 104

a. Predictors: (Constant), DAK, DAU

b. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Data yang diolah, 2012

40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6 menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F sebesar 3.089 dengan probabilitas

0,050. Karena probabilitas sama 0,050 yang berarti secara simultan seluruh variabel

independen DAK dan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Belanja

Modal. Dengan demikian model regresi ini dapat menjelaskan DAK dan DAU secara

bersama-samaberpengaruh terhadap Belanja Modal.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Untuk menentukan pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel

tergantung di gunakan uji t. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada

lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :

Tabel 4.7

Uji T

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 102957.387 15039.548 6.846 .000

DAU .211 .086 .244 2.444 .016 .929 1.076

DAK .253 .233 .108 1.087 .280 .929 1.076

a. Dependent Variable:Belanja Modal


Sumber: Data yang diolah, 2012

Hasil perhitungan statistik tersebut menunjukkan bahwa dua variabel yang dimasukkan

dalam model signifikan mempengaruhui alokasi belanja modal.Variabel tersebut adalah

DAK dan DAU. Variabel DAU menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,016yang lebih

kecil dari tingkat signifikan 0,05. Sedangkan Variabel DAK tidak signifikan karena di

atas 0.05.

41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil estimasi model dapat ditulis dalam persamaan di bawah :


Y = 102957.387+0,211X1+0,253X2
Y = Belanja Modal
X1 = DAU
X2 = DAK

Persamaan tersebut dapat di artikan:

a. Konstanta sebesar 102957.387menyatakan bahwa jika tidak ada variable independen

dianggap konstan (X1=0, X2=0), maka alokasi Belanja Modal tiap daerah sebesar

102957.387.

b. Koefisien regresi DAU bertambah positif sebesar 0,211 artinya apabila terjadi

perubahan DAU sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0,211 atau

21,1%.

c. Koefisien regresi DAK bertambah positif sebesar 0.253, artinya apabila terjadi

perubahan variabel DAK sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0.253

atau 25,3%.

Tabel 4.8

Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

No Hipotesis Hasil Uji

H1 Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Didukung

Belanja Modal.

H2 Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif Tidak didukung

terhadap Belanja Modal.

42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Pembahasan hipotesis

1. Hubungan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal

Hipotesis pertama menyatakan bahwa "Dana Alokasi Umum” (DAU) berpengaruh

positif terhadap Alokasi Belanja Langsung. Hasil pengujian statistik secara stimulan

menunjukkan tingkat signifikan Dana Alokasi Umum sebesar 0,05 yang sama dari

tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat membuktikan bahwa DAU berpengaruh positif

terhadap belanja modal. Dan hasil pengujian secara parsial menunjukkan tingkat

sigifikan yang sama yaitu 0,016.Pernyataan Abdul Halim (2004) menyatakan bahwa

Dana Alokasi Umummerupakan transfer yang besifat umum dari Pemerintah Pusat

kepada PemerintahDaerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal yang bertujuan

utamapemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Sesuai dengan hasil

penelitiandiatas, maka semakin tinggi Dana Alokasi Umum yang diperoleh

PemerintahDaerah dari Pemerintah Pusat, maka akan semakin tinggi pula alokasi

BelanjaModal.

2. Hubungan Dana Alokasi khusus (DAK) terhadap Belanja Modal

Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Dana Alokasi Khusus” (DAK) berpengaruh positif

terhadap alokasi Belanja Modal. Hasil pengujian statistik stimultan menunjukkan

tingkat signifikansi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 0,05 yang sama dengan 0,05

sehingga membuktikan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap

Belanja Modal. Dan menurut hasil pengujian secara parsial tingkat signifikansinya

sebesar 0,280 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan DAK berpengaruh negatif

terhadap belanja modal. Ini disebabkan karena belanja modal tidak hanya berasal dari
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAK saja, walaupun DAK memang berfungsi untuk kepentingan belanja modal akan

tetapi, alokasi DAK hanya sebagian kecil dari total belanja modal pada suatu

Pemerintah Daerah.

44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh

positif terhadap belanja modal. Pemerintah Daerah yang mendapat DAU tinggi maka

pengeluaran untuk belanja modalnya tinggi pula.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh

negatif terhadap belanja modal. Pemerintah Daerah yang mendapat DAK tinggi belum

tentu belanja modalnya tinggi.

B. Saran

1. Pemerintah Daerah harus tepat dalam pengunaan dana perimbangan yang didapat dari

Pemerintah Pusat. Karena pada kenyataannya banyak Pemerintah Daerah yang dalam

pengelolan dana perimbangan tidak efektif seperti contohnya Dana Alokasi Umum yang

terserap hanya untuk gaji pegawai sehingga alokasi Belanja Modal menjadi berkurang.

2. Pemerintah Daerah harus lebih banyak mengalokasikan Belanja Modalnya karena selain

menambah aset, Belanja Modal merupakan belanja yang langsung bisa dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat umum.

45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Daftar Pustaka

Abdullah, Syukriy & Abdul Halim,Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali,
Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003

Adi, Priyo Hari,Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, BelanjaPembangunan dan


Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali),Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang, 2006

Bastian, Indra, “Akuntansi Sektor Publik;Suatu Pengantar”, Erlangga, Jakarta, 2006

Darumurti, Khrisna D.Umbu Rauta dan Daniel D. Kameo.2003. Otonomi DaerahPerkembangan


pemikiran, Pengaturan dan Pelaksanaan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta.

Darwanto dan Yustikasari, Yulia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
dan Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal, Makalah
disajikan pada Seminar Antarbangsadi Universitas Hassanudin, Makassar, 26-28 Juli 2007.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.Edisi 4. Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro: Semarang.

Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik “Akuntansi Keuangan Daerah”, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah, Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali, Jurnal
Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25, 2004.

Harianto, David dan Priyo Hari Adi,Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah,
Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita,SimposiumNasional Akuntansi X, Makasar, 2007.

Maimunah, Mutiara,Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera,
Simposium Nasional AkuntansiIX, Padang, 2006.
Maulida, pratiwi novi, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Prediksi Belanja Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Indonesia, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2007.

Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi empiric di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan
DIY), JAAI Vol. 8 No. 2, 2004.

Rachim, Abdul AF, Pengaruh Struktur Pendapatan Dan Belanja Pemerintah Kota Terhadap
Kemandirian Wilayah Dan Perkembangan Kegiatan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Samarinda,
PhD Theses dari JIPTUNAIR, 2006.

46
commit to user

Anda mungkin juga menyukai