id
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
WISUDAWAN KUSUMA RAJASA
NIM. F1309092
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya bagi setiap umat manusia sudah ada rancangan agung yang telah digariskan
oleh Yang Kuasa sehingga tidak ada kata ‘kebetulan’ bagi segala sesuatu yang terjadi dibumi
ini. (Padi).”
“Apa yang anda pikirkan tentang diri anda itulah yang akan terjadi.”
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera.
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, sang pemberi
nafas segala kehidupan, penguasa hidup dan waktu, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini. Atas dukungan
dan doa berbagai pihak, skripsi yang berjudul “PENGHARUH DAU (DANA
Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai tugas akhir yang harus
Ekonomi Universitas Sebelas Maret serta memberi masukan kepada pihak yang
berkepentingan.
Penulis menyadari tugas akhir ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dengan segala kerendahan dan
2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Bapak dan Ibu, Orang Tuaku tercinta, Bapak Ibu Harmadi yang telah
moril ataupun material serta doa yang tidak pernah putus sehingga skripsi
6. Kakak dan adikku tersayang, Mbak Paramita Nurina Ayuningtyas dan Dek
8. Untuk Dek Stefani Retno Susilowati special thanks untukmu atas motivasi
serta semangat yang selalu diberikan kepada saya, akhirnya jadi juga dek.
bersama dalam kuliah, ujian magang, ujian kompre, ujian pendadaran serta
mengingatkan untuk ketemu dosen, belajar dan main PS, seko 2006-2011
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11. Semua teman akuntansi transfer 2009 dan semua orang yang mendukung
12. Semua Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi UNS, terutama Pak Timin
13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak bisa
kiranya bila penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya skripsi
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 17
b. Uji Autokorelasi............................................................... 25
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Pembahasan Hipotesis................................................................. 42
A. Kesimpulan ................................................................................ 44
B. Saran............................................................................................ 44
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
From 33 provinces and 471 districts / cities in Indonesia, only about 10 percent which
have a formal delimitation, one of it is Central Java province which has 35 districts.
Central Java province has an income sources and the abundant natural wealth in each
area. Therefore, aims of this study are to proof empirically the influence of DAU
(General Allocation Fund) and DAK (Spesial Allocation Fund) on the allocation of
Capital Expense in districts and municipalities in Central Java. This study uses 35
samples in Central Java, which the source is from the Realization Report of the
Estimate Income of Regional Expense (APBD) from 2007 until 2009. Method of the
sample uses census method by taking the entire population. The instrument that used
result is a multiple regression. Result of this study indicates that the DAU and the
DAK have a significant impact on capital expense allocations. Furthermore, the
dependence level on regional expense allocation is more dominant to DAU than
DAK.
Keyword : DAU (General Allocation Fund), DAK (Spesial Allocation Fund), Capital
Expense, The Realization Report of the Estimate Income of Regional Expense
(APBD).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
Dari 33 provinsi dan 471 kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 10 persen yang
mempunyai penetapan batas wilayah yang resmi salah satunya provinsi Jawa
Tengah yang memiliki 35 kabupaten/kota . Provinsi Jawa Tengah memiliki sumber-
sumber pendapatan dan kekayaan alam yang melimpah di setiap daerahnya. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh
DAU (Dana Alokasi Khusus) terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 daerah di Jawa Tengah
yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dari tahun 2007 hingga 2009. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode sensus dengan mengambil seluruh populasi. Alat yang
digunakan penelitian adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa DAU dan DAK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
alokasi Belanja Modal. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi
Belanja Modal lebih dominan terhadap DAU daripada DAK.
Kata kunci : DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus), Belanja
Modal, Alokasi Belanja Daerah, Laporan Realisasi APBD.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak bergulirnya era reformasi Indonesia salah satu isu yang selalu diangkat adalah
provinsi dan kabupaten atau kota diseluruh Indonesia. Dengan kewenangan yang diberikan
oleh pemerintah pusat, maka beberapa aspek harus dipersiapkan, antara lain sumber daya
manusia, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana, serta organisasi dan manajemennya
(Darumurti,2003).
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundangundangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di
UU Otonomi Daerah No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah
Otonomi Daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan
Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai
sumber kekayaan bagi daerah.Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru
dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah pendapatan
bagi daerah.Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan memberikan
pelayanan dan pembangunan. Tujuan pemberian otonomi daerah tidak lain adalah untuk
antara pusat dan daerah serta antardaerah. Visi otonomi dari sudut pandang ekonomi
mempunyai tujuan akhir untuk membawa masyarakat ketingkat kesejahteraan yang lebih
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses
penyusunan anggaran pasca UU 22/1999 dan UU 32/2004 melibatkan dua pihak: eksekutif
dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Adapun eksekutif
yang hanya bisa diimplementasikan kalau sudah disahkan oleh DPRD dalam proses
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat,
pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonominya.
diberbagai sektor terutama sektor publik.Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat
meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah.Harapan ini tentu
saja dapat terwujud apabila ada upaya serius (pemerintah) dengan memberikan berbagai
alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi
memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain
memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-
Pempus akan mentransfer dana perimbangan, yang terdiri dari Dana Alokasi Umum(DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagian daerah dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,
Pemda memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, Pinjaman Daerah, maupun Lain-
lain Penerimaan Daerah yang Sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan
kepada Pemda. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan
secara efektif dan efisien oleh Pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula dilakukan secara
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang
sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Oleh karena itu,
anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk
belanja rutin (Abimanyu, 2005 dalam Nur Indah, 2010). Semakin banyak pendapatan yang
dihasilkan oleh daerah, baik dari Dana Alokasi Umum(DAU) maupun Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan
pemerintah daerah. Namun pemerintah daerah harus menggunakan transfer dari pemerintah
pusat dalam bentuk dana perimbangan tersebut secara efektif dan efisien dalam rangka
peningkatan standar pelayanan publik minimum serta disajikan secara transparan dan
akuntabel. Akan tetapi pada praktinya, transfer dari pemerintah pusat seringkali dijadikan
sumber dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi utama sehari-hari,
yang oleh pemerintah daerah dilaporkan dan diperhitungkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan
fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar publik minimum di seluruh negeri
(Maimunah, 2006).
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah
melalui bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar
daerah. Daerah yang mempunyai potensi pajak dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar
hanya terbatas pada sejumlah daerah tertentu saja.Peranan Dana Alokasi Umum terletak
fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang-undang No.33 Tahun 2004).
Permasalahan Dana Alokasi Umum terletak pada perbedaan cara pandang antara pusat
dan daerah tentang Dana Alokasi Umum. Bagi pusat, Dana Alokasi Umum dijadikan
instrument horizontal imbalance untuk pemerataan atau mengisi fiscal gap.Bagi daerah,
ketika daerah meminta Dana Alokasi Umum sesuai kebutuhannya. Di sisi lain, alokasi Dana
Alokasi Umum berdasarkan kebutuhan daerah belum bisa dilakukan karena dasar
perhitungan fiscal needs tidak memadai (terbatasnya data, belum ada standar pelayanan
minimum masing- masing daerah, dan sistem penganggaran yang belum berdasarkan pada
standar analisis belanja). Ditambah total pengeluaran anggaran khususnya APBD belum
pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari DAU maupun pendapatan asli daerah
sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan yang diharapkan
oleh masyarakat.
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Alokasi DAK ditentukan
dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Sesuai dengan UU 25/1999, yang
dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan
primer, dan saluran drainase primer; dan kebutuhan yang merupakan komitmen/prioritas
nasional.
DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan
fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas seperti pelaksanaan penyusunan rencana
dan program, pelaksanaan tender pengadaan kegiatan fisik, kegiatan penelitian dalam rangka
mendukung pelaksanaan kegiatan fisik, kegiatan perjalanan pegawai daerah dan kegiatan
umum lainnya yang sejenis. Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawabnya, daerah
penerima wajib mengalokasikan dana pendamping dalam APBD-nya sebesar minimal 10%
dari jumlah DAK yang diterimanya. Untuk daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak
diwajibkan menyediakan dana pendamping yakni daerah yang selisih antara Penerimaan
Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau negatif. Namun, dalam
pelaksanaannya tidak ada daerah penerima DAK yang mempunyai selisih antara Penerimaan
Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau negatif.
Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi
6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Oleh
karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak
untuk belanja rutin (Abimanyu, 2005 dalam Nur Indah, 2010).Belanja modal sangat penting
bagi masayarakat umum karena dari sekian item belanja yang ada dalam APBD hanya
yang meneliti di DIY dan Jawa Tengah, (Syukriy & Halim, 2003) yang meneliti di Jawa dan
Bali memperoleh hasil yaitu PAD dan DAU signifikan berpengaruh terhadap belanja
daerah.(Puspita Sari, 2009) yang meneliti di Riau memperoleh hasil yaitu DAU memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap belanja langsung, bahwa PAD secara individual
tidak mempengaruhi belanja langsung.Dari hasil peneliti sebelumnya, peneliti ingin meneliti
pengaruh PAD dan DAU terhadap alokasi belanja daerah secara lebih mendalam khususnya
Selain itu batas wilayah yang jelas antar daerah merupakan indikator yang dapat
mempengaruhi penerimaan PAD dan DAU. (Saile,2009 dalam Nur Indah, 2010)
menyatakan bahwa dari 33 provinsi dan 471 kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 10
persen yang mempunyai penetapan batas wilayah yang resmi salah satunya adalah provinsi
Jawa Tengah. Penentuan batas wilayah sangat penting, sebab dengan adanya batas wilayah
antar daerah akan dapat memaksimalkan potensi daerah yang dimilikinya. Adanya batas
wilayah yang resmi akan diketahui sejauh mana batas status hukum, tanggung jawab
pemerintahan, perpajakan, hingga untuk menentukan luas area guna untuk menghitung
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
potensi sumber daya, kepadatan penduduk hingga dana perimbangan daerah. Sehingga
berpengaruh pada berapa besarnya pendapatan ataupun pengeluaran yang terjadi pada
daerah tersebut.Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis memilih Provinsi Jawa
DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) Terhadap Belanja
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara Dana Alokasi Umum (DAU) dengan belanja modal di
2. Apakah ada hubungan antara Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan belanja modal di
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)terhadap belanja
2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK)terhadap belanja
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Memberikan masukan baik bagi Pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan di masa
yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari
Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU Nomor 33 Tahun 2004). DAU diberikan
diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan
dalam APBN.Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota
Disebutkan pula dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP No 55 Tahun 2005 Dana
Perimbangan ini terdapat berbagai macam, yaitu DAU (Dana Alokasi Umum), DAK
(Dana Alokasi Khusus), dan DBH (Dana Bagi Hasil). Dana perimbangan tersebut
diperuntukkan untuk:
pemerintahan;
Dana yang biasanya ditransfer dari pemerintah pusat adalah DAU. Menurut (Adi, 2006)
proporsi DAU terhadap penerimaan daerah masih yang tertinggi dibandingkan dengan
variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk pendekatan perhitungan
DAU untuk kebutuhan daerah terdiri dari: jumlah penduduk, luas wilayah, indeks
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Komponen variabel kapasitas fiskal
(fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana
fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah. DAK
merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota
adalahkebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dankehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem
bidangprasarana pemerintahan;
DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum,
3. Belanja Modal
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Belanja Modal adalah belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin
dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap
tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau
juga dengan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang
Menurut (Halim, 2001 dalam Nur Indah, 2010), belanja modal merupakan belanja yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.
(Munir, 2003 dalam Darwanto, 2007) juga menyatakan hal senada, bahwa belanja
(Syaiful, 2008) mengutarakan bahwa belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah
Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal” menyatakan bahwa
a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset lainnya
b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi asset tetap atau asset
c. Asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. Berpedoman pada Peraturan
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-
alat dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap
untuk digunakan. Dalam jumlah biaya ini termasuk biaya untuk penambahan,
diperlukan.
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan, termasuk dalam belanja ini adalah
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bangunan.
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan yaitu biaya untuk penambahan,
berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan (termasuk jaringan air
distribusi/instalasi.
5) Belanja Modal Fisik Lainnya yaitu jumlah biaya yang digunakan untuk
mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan dan irigasi) dan Belanja Modal
non fisik, yang termasuk dalam Belanja Modal non fisik ini yaitu kontrak sewa
B. Penelitian Terdahulu
2004) yang meneliti di DIY dan Jawa Tengah, (Syukriy & Halim, 2003) yang meneliti di
Jawa dan Bali memperoleh hasil yaitu PAD dan DAU signifikan berpengaruh terhadap
belanja daerah.(Puspita Sari, 2009) yang meneliti di Riau memperoleh hasil yaitu DAU
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap belanja langsung, bahwa PAD secara
Penelitian dilakukan oleh (Prakosa, 2004) pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan
DIY.Hasil menunjukkan bahwa sandaran Pemda untuk menentukan jumlah belanja daerah
suatu periode berbeda.Dalam tahun bersamaan, PAD lebih dominan dari pada DAU, tetapi
untuk satu tahun kedepan, DAU lebih dominan.Munculnya berbagai bentuk peraturan
daerah tentang pajak dan retribusi daerah mungkin merupakan indikasi untuk
“mengimbangi” pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Pusat (salah satunya DAU).
Penelitian yang dilakukan oleh (Puspita Sari, 2009) menguji Pengaruh Dana Alokasi
Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap belanjalangsung Pada
penelitian yang telah dilakukan yaitu: Pertama, DAUmempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap belanja langsung. Kedua,PAD secara parsial tidak mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikanterhadap belanja langsung secara parsial.Ketiga, DAU dan PAD
C. Kerangka Berpikir
DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan
Gambar 2.1
Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap
D. Hipotesis Penelitian
2005).Kenaikan PAD dapat berpengaruh terhadap jumlah DAU yang ditransfer dari
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengharapkan daerah dapat mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya
mengandalkan DAU. Dibeberapa daerah peran DAU sangat signifikan karena karena
kebijakan belanja daerah lebih di dominasi oleh jumlah DAU daripada PAD Setiap
transfer DAU yang diterima daerah akan ditujukan untuk belanja pemerintah
daerah,maka tidak jarang apabila pemerintah daerah menetapkan rencana daerah secara
pesimis dan rencana belanja cenderung optimis supaya transfer DAU yang diterima
keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan Belanja Modal.
Pada studi yang dilakukan oleh (legrenzi & Milas,2001 dalam Nur Indah,2010)
dimana daerah lebih mengandalkan penerimaan DAU daripada PAD untuk kepentingan
pembiayaan daerah. Perilaku belanja daerah lebih ditentukan oleh besar-kecilnya DAU
daripada PAD.(Prakoso, 2004) serta (Harianto dan Adi,2007) memberikan fakta empiris
yang sama dimana DAU mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja Modal
pemerintah daerah Berbagai pemaparan ini menunjukkan bahwa besarnya Dana Alokasi
Umum (DAU) akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan Belanja Modal.
Hipotesis 1 (H1) :Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
khusus daerah. Di samping itu untuk menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana
dan Pemerintah Daerah, juga memberikan landasan bagi perimbangan keuangan antar
daerah.Empat puluh persen dari penerimaan negara yang berasal dari Dana Reboisasi
membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam
APBN (Suparmoko, 2002 dalam Situngkir, 2009). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan
yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang
Hipotesis 2 (H2) :Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua buah hipotesis yaitu hubungan antara Dana
Alokasi Khusus dengan belanja modal serta Dana Alokasi Umum dengan belanja modal,
sehingga penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
Modal sebagai variabel independen serta Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi
Umumsebagai variabel dependen. Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian ini
hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu, yaitu pada tahun 2007
– 2009.
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Penulis dalam penelitian mengambil seluruh populasi
modal pada Laporan Realisasi APBD yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007-2009 dengan data penelitian sebanyak 105
N= 35 X 3 tahun
N= 10
Variabel bebas (Independent Variabel) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).Variabel terikat (dependent
variabel) yang merupakan perhatian utama adalah Belanja Modal. Untuk menjelaskan
1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang
penelitian ini DAU yang diteliti adalah DAU yang telah dikurangi belanja pegawai
sehingga nantinya dapat diketahui porsi DAU yang digunakan untuk Belanja Modal
untuk mengetahui besarnya DAU dan Belanja Pegawai diperoleh dengan melihat pos
dana perimbangan serta pos belanja yang ada di Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2007 sampai tahun
2009.
2. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Pemanfaatan DAK memang hanya untuk keperluan Belanja Modal. Untuk mengetahui
besarnya DAK yang diteliti, data diperoleh dengan melihat pos dana perimbangan
3. Belanja Modal adalah total pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Untuk mengetahui besarnya Belanja Modal
yang diteliti, data diperoleh dengan melihat pos belanja yang ada di Laporan Realisasi
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
dokumen Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang diperoleh dari
APBD diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran Belanja Modal, Dana Alokasi
Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan berbagai pengujian
statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk menguji hipotesis tetapi juga untuk
pengujian statistik lainnya. Sebelum melakukan pengujian dengan regresi linier sederhana, terlebih
1. Statistik Deskriptif
Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian
tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian
tersebut.Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Khusus,
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini
memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik.Syarat-syarat yang harus dipenuhi
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu pengujian asumsi klasik, yang
terdiri dari:
a. Uji normalitas
Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
normal.Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat
dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di sekitar garis diagonal dan
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya.
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2) Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
2006).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
Smirnov menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual terdistribusi
signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali,
2006).
b. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi berganda linier
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Menurut Ghozali
(2006), untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji
Tabel 3.1
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Uji heteroskedastisitas
1) Jika ada pola tertentu terdaftar titik -titik (point-point), yang ada membentuk
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik -titik (point-point) menyebar keatas
d. Uji multikolinieritas
bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolonieritas atau tidak
Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).Kedua ukuran ini
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff
3. Model Regresi
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi linear berganda dengan
Analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh jumlah Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap jumlah Belanja Modal (BM)
Di mana:
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
e : Error term
4. Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
Goodness of Fitnya.Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana
Ho ditolak).Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula
2006).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai (R²) yang kecil berarti
variabel dependen.
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable independen atau
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.Apabila nilai F hitung lebih besar
daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t
tabel.Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka berarti
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
ditengah pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur,
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data pada penelitian ini (n) sebanyak 105, data didapatkan dari laporan realisasi APBD
Tahun 2007 hingga 2009 yang seluruhnya menyampaikan laporan kepada situs Dirjen
Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2007 hingga 2009, yang mencantumkan
B. Statistik Deskriptif
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun
2007-2009, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
105
Valid N (listwise)
dari Kota Semarang pada Tahun 2007. Ini membuktikan Kota Semarang dengan
wilayah daerah yang tidak begitu luas bisa mandiri dalam membiayai Belanja
Modalnya.
modalnya.
c. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun
sebesar Rp 46.478.500.000,00.
a. Dana Alokasi Umum memiliki nilai minimum sebesar Rp 0,00 Hasil penelitian
menunjukkan Dana Alokasi Umum terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kota
Semarang pada Tahun 2009. Ini membuktikan pemanfaatan Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Umum memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun
sebesar Rp 82.201.120.000,00.
3. Belanja Modal
c. Belanja modal memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp
132.073.200.000,00.
Pengujian selanjutnya adalah uji asumsi klasik pada data.Uji asumsi klasik yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji KolmogorovSmirnov, uji
multikolinearitas, uji autokolerasi, uji heteroskedasitas.Berikut ini adalah hasil uji asumsi
klasik.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.Metode yang lebih handal
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonal.
Gambar 4.1
Normal Probability Plot
Berdasarkan keterangan grafik di atas, titik menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji
normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati secara visual kelihatan
normal, padahal secara statistik belum tentu normal. Oleh karena itu dilakukan
pengujian statistik dengan cara melakukan uji one sample tesKolmogrov-Smirnov. Uji
ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan
regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos
normalitas apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05
(Ghozali, 2006).
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 105
a
Normal Parameters Mean 1.3207320E5
Positive .052
Negative -.031
Kolmogorov-Smirnov Z .529
Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.2 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,529 dan signifikansinya pada 0,942 dan nilainya jauh diatas á = 0.05
Dalam hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
menggunakan model regresi dan melakukan uji korelasi antar variabel independen
dengan menggunakan Variance InflationFactor (VIF). Jika nilai tolerance value diatas
0,10 atau nilai Variance InflationFactors (VIF) dibawah 10 maka tidak terjadi
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Berdasarkan Tabel 4.3tersebut di atas terlihat bahwa seluruh variable independen yaitu
DAK dan DAU memiliki angka Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10 dengan
angka tolerance yang menunjukkan nilai lebih dari 0,10. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas
autokorelasi antara error yang terjadi antar periode yang diujikan dalam model
regresi.Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi harus dilihat nilai uji D-W.
Tabel 4.4
Model Summaryb
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena d = 2,085, jumlah sampel 105 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2). Nilai
DW 2,085 lebih besar dari batas atas (du) 1,72 dan kurang dari 2,29 (4-du), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan tidak ada autokorelasi
positif atau negatif (sesuai tabel keputusan) atau dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedasitas atau tidak terjadi Heteroskedisitas karena data crossection
mengandung berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2006).Di dalam
Gambar 4.2
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan grafik scatterplot terlihat titik menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik tersebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi
Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya
Tabel 4.5
b
Model Summary
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.5 R square adjusted adalah 3,9 %. Karenanilai r-square adustedsebesar
3,9% tersebut menunjukkan bahwa Belanja Modal dapat dijelaskan secara baik yaitu
sebesar 3,9% oleh variabel pertumbuhan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel
bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil
Tabel 4.6
b
ANOVA
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F sebesar 3.089 dengan probabilitas
0,050. Karena probabilitas sama 0,050 yang berarti secara simultan seluruh variabel
independen DAK dan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Belanja
Modal. Dengan demikian model regresi ini dapat menjelaskan DAK dan DAU secara
tergantung di gunakan uji t. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada
Tabel 4.7
Uji T
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Hasil perhitungan statistik tersebut menunjukkan bahwa dua variabel yang dimasukkan
DAK dan DAU. Variabel DAU menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,016yang lebih
kecil dari tingkat signifikan 0,05. Sedangkan Variabel DAK tidak signifikan karena di
atas 0.05.
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dianggap konstan (X1=0, X2=0), maka alokasi Belanja Modal tiap daerah sebesar
102957.387.
b. Koefisien regresi DAU bertambah positif sebesar 0,211 artinya apabila terjadi
perubahan DAU sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0,211 atau
21,1%.
c. Koefisien regresi DAK bertambah positif sebesar 0.253, artinya apabila terjadi
perubahan variabel DAK sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0.253
atau 25,3%.
Tabel 4.8
Belanja Modal.
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Pembahasan hipotesis
positif terhadap Alokasi Belanja Langsung. Hasil pengujian statistik secara stimulan
menunjukkan tingkat signifikan Dana Alokasi Umum sebesar 0,05 yang sama dari
tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat membuktikan bahwa DAU berpengaruh positif
terhadap belanja modal. Dan hasil pengujian secara parsial menunjukkan tingkat
sigifikan yang sama yaitu 0,016.Pernyataan Abdul Halim (2004) menyatakan bahwa
Dana Alokasi Umummerupakan transfer yang besifat umum dari Pemerintah Pusat
PemerintahDaerah dari Pemerintah Pusat, maka akan semakin tinggi pula alokasi
BelanjaModal.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Dana Alokasi Khusus” (DAK) berpengaruh positif
tingkat signifikansi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 0,05 yang sama dengan 0,05
Belanja Modal. Dan menurut hasil pengujian secara parsial tingkat signifikansinya
sebesar 0,280 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan DAK berpengaruh negatif
terhadap belanja modal. Ini disebabkan karena belanja modal tidak hanya berasal dari
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAK saja, walaupun DAK memang berfungsi untuk kepentingan belanja modal akan
tetapi, alokasi DAK hanya sebagian kecil dari total belanja modal pada suatu
Pemerintah Daerah.
44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
A. Kesimpulan
positif terhadap belanja modal. Pemerintah Daerah yang mendapat DAU tinggi maka
negatif terhadap belanja modal. Pemerintah Daerah yang mendapat DAK tinggi belum
B. Saran
1. Pemerintah Daerah harus tepat dalam pengunaan dana perimbangan yang didapat dari
Pemerintah Pusat. Karena pada kenyataannya banyak Pemerintah Daerah yang dalam
pengelolan dana perimbangan tidak efektif seperti contohnya Dana Alokasi Umum yang
terserap hanya untuk gaji pegawai sehingga alokasi Belanja Modal menjadi berkurang.
2. Pemerintah Daerah harus lebih banyak mengalokasikan Belanja Modalnya karena selain
menambah aset, Belanja Modal merupakan belanja yang langsung bisa dirasakan
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka
Abdullah, Syukriy & Abdul Halim,Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali,
Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003
Darwanto dan Yustikasari, Yulia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
dan Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal, Makalah
disajikan pada Seminar Antarbangsadi Universitas Hassanudin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.Edisi 4. Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro: Semarang.
Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik “Akuntansi Keuangan Daerah”, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Halim, Abdul & Syukriy Abdullah, Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali, Jurnal
Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25, 2004.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi,Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah,
Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita,SimposiumNasional Akuntansi X, Makasar, 2007.
Maimunah, Mutiara,Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera,
Simposium Nasional AkuntansiIX, Padang, 2006.
Maulida, pratiwi novi, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Prediksi Belanja Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Indonesia, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2007.
Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi empiric di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan
DIY), JAAI Vol. 8 No. 2, 2004.
Rachim, Abdul AF, Pengaruh Struktur Pendapatan Dan Belanja Pemerintah Kota Terhadap
Kemandirian Wilayah Dan Perkembangan Kegiatan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Samarinda,
PhD Theses dari JIPTUNAIR, 2006.
46
commit to user