PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering ditemukan. Salah satu
keluhan tersebut adalah “nyeri kepala sebelah” atau yang dikenal sebagai migren.
Migrain merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai dari anak-
anak sampai dewasa, akan tetapi jarang setelah umur 40 tahun. Diperkirakan 9% dari
laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak menderita migren. Dua
perseratus dari kunjungan baru di unit rawat jalan penyakit saraf menderita nyeri
kepala migrain.
1|Migren
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperberat oleh aktivitas, dan
dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.
Definisi migren yang lain yang ditetapkan oleh panitia ad hoc mengenai nyeri
kepala (Ad Hoc Comittee on Classification of Headache) adalah serangan nyeri
kepala unilateral berulang-ulang dengan frekuensi lama dan hebatnya rasa nyeri yang
beraneka ragam dan biasanya berhubungan dengan tidak suka makan dan terkadang
dengan mual dan muntah. Terkadang didahului oleh gangguan sensorik, motorik, dan
kejiwaan.Sering dengan faktor keturunan.
2|Migren
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS
Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai saat
ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan
neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal
vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer. Diketahui ada
beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migren yaitu :
1. Perubahan hormonal
2. Kafein
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi
pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres dan penurunan kadar gula darah.
4. Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat
dari ketegangan.
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu
tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga
berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi
daripada manusia normal.
3|Migren
6. Makanan
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering
terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala
tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan membantu mengurangi
frekuensi timbulnya migren.
8. Faktor herediter
9. Faktor kepribadian
2.3 KLASIFIKASI
Menurut The International Headache Society, klasifikasi migren adalah
sebagai berikut :
4|Migren
2. Migren dengan aura
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
a. Status migren (serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam)
b. Infark migren
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya.
Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi
petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
5|Migren
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini
dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling
umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-
bintik kecil yang banyak) , gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi
lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan
(fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena
negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat
muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam
beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri
kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase nyeri kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya
berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam
menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada
orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas
nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu
pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan
terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria
setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada
penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri
kepala, dan fase postdromal.
6|Migren
Gambar 2.2. Fase Prodromal
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau
pengobatan yang tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala.
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya berdenyut
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:
7|Migren
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik
tetapi pemeriksaan neroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak
menunjukkan kelaianan.
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi
hemisfer dan/atau batang otak
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari
satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama. Nyeri kepala mengikuti gejala
aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang kadang
dapat terjadi sebelum aura.
A. Scotoma monocular yang bersifat reversibel atau buta tidak lebih dari 60 menit,
dan dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita
menggambarkan gangguan lapangan penglihatan monokular selama serangan
tersebut.
8|Migren
B. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebas nyeri tidak
lebih dari 60 menit, tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit. Nyeri kepala bisa
tidak muncul apabila penderita mempunyai jenis migren lain atau mempunyai 2
atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis, karena nyeri kepala
merupakan keluhan yang sangat subjektif, jarang sekali didapatkan kelainan
neurologis dan bila ada biasanya terjadi saat serangan.
1. Anamnesis
9|Migren
2. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Mencegah atau menghindari faktor pencetus.
10 | M i g r e n
2. Pengobatan non-medik.
3. Pengobatan simptomatik
b. Obat-obat anti mual seperti metoklopramid. Obat anti mual dapat memicu
aktivitas normal pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat serangan
migren.
d. Ergotamin tartrat. Cara kerja obat ini bifasik, bergantung pada tahanan darah
yang telah ada sebelumnya.
4. Pengobatan abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan:
11 | M i g r e n
5. Pengobatan pencegahan
a. Beta-blocker
b. Antagonis Ca
d. Antidepresan trisiklik
e. NSAID
2.8 KOMPLIKASI
A. Status Migrenosus
Serangan migren dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam, mendapat
pengobatan atau tidak, dengan interval bebas nyeri kurang 4 jam (tidak termasuk
tidur). (Headache Classification Comittee of International Headache
Society,2003).
B. Infark Migrenosus
Dahulu disebut migren komplikata.Adalah keadaan satu atau lebih gejala aura
yang tidak sepenuhnya hilang dalam waktu 7 hari dan atau didapatkan infark
iskemik pada konfirmasi pemeriksaan neuroimaging (Headache Classification
Comittee of IHS).Insidensi sangat rendah, biasanya jenis migren ini terjadi setelah
lama menderita migren dengan aura.Patogenesis belum diketahui, tetapi faktor
hiperaglutinasi dan hiperviskositas mempunyai peran penting. Broderick dan
Swanson (1987) , selama 4 tahun diantara 5000 pasien migren, didapatkan 20
pasien terkena stroke, 2 pasien stroke ulang setelah 7 tahun kemudian, 14 pasien
penyembuhan dengan gejala sisa, dan 4 pasien sembuh sempurna.
12 | M i g r e n
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13 | M i g r e n
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajahmada University Press.
Yogyakarta.
Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri Kepala Migren dan
Tension Type Headeche Di Kotamadya Medan, Neurona, Vol 22 No. 2
Wibowo S., Gofir A. 2001. Farmakologi dalam Neurologi. Salemba Medika. Jakarta
14 | M i g r e n