TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Tn. A yang mengalami Congestive Heart Failure (CHF) di Gedung Teratai Lantai
6 Selatan RSUP Fatmawati. Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari, mulai
tanggal 9-11 April 2019, yang disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan
meliputi : Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Proses asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 9 April 2019. Ditahap pengkajian, penulis mengumpulkan data
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang dan dari
rekam medis klien. Klien berinisial Tn. A, laki-laki usia 40 tahun, beragama
Islam, masuk RSUP Fatmawati tanggal 8 April 2019 pukul 17.50 WIB
dengan diagnosa medis utama CHF fc II ec Ischemic Cardiomiopathy, dan
diagnosa sekunder DM tipe 2 serta Hipertensi grade I. Tn. A adalah pasien
rujukan dari Griya Husada yang langsung masuk ke ruang nawat inap 6
selatan kamar 623 bed B, dengan alasan masuk sesak nafas memberat sejak 2
jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS), kedua ekstremitas bawah oedem
sejak 3 minggu SMRS, disertai batuk kering sejak 3 hari SMRS, klien dengan
ortopnea dan PND. Klien mengatakan 3 minggu lalu (11 Maret 2019) saat
timbul keluhan sesak dan oedem di kedua kaki, klien berobat ke RSU Sari
Asih Ciputat, dilakukan pemeriksaan umum, dan diagnostik berupa
pemeriksaan USG abdomen, Rontgen Thorax dan Echocardiography, lalu
klien menjalani rawat jalan dengan diberikan obat Lasix tablet (40 mg),
Captopril tablet (12,5 mg), Amlodipin tablet (10 mg), dan Simvastatin tablet
(20 mg), masing-masing obat sebanyak 10 tablet. Dengan obat-obatan
tersebut klien mengatakan kondisi membaik tetapi setalah obat habis keluhan
timbul lagi dan memberat sehingga klien dilarikan ke rumah sakit.
Keluhan utama saat ini klien mengatakan sesak nafas, memberat bila posisi
telentang sehingga posisi klien harus dengan bantal tinggi/setengah duduk,
klien mengatakan sering terbangun dimalam hari karena sesak nafas, terdapat
juga batuk nonproduktif saat ini yang memperberat kondisi sesak nafas klien.
Klien mengatakan mempunyai penyakit DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu,
dimana ayah klien juga mempunyai penyakit yang sama dan telah meninggal
sejak 7 tahun yang lalu.
Keadaan umum klien nampak sakit sedang kesadaran compos mentis, klien
nampak batuk tanpa produksi/batuk kering, fatique dimana klien mengatakan
cepat lelah, klien nampak lemah dan sesak, sesak nafas dengan RR
26x/menit, irama takipnea yaitu pernafasan cepat namun dangkal,
pengembangan dada simetris, tanpa retraksi dada dan tidak adanya otot bantu
pernafasan. Taktil fremitus dilakukan dengan hasil simetris menurun pada sisi
kanan posterior sedangkan kiri posterior simetris sedang. Hasil perkusi di
kedua lapang paru anterior menghasilkan suara resonan, untuk auskultasi
pada kedua apeks paru anterior dengan suara vesikuler, sedangkan terdengar
ronkhi basah halus pada ke dua basal anterior paru.
Pemeriksaan fisik klien dalam bagian sirkulasi dengan hasil tekanan darah
90/60 mmHg, Frekuensi nadi 106 x/menit, dengan irama yang reguler, tetapi
teraba lemah di perifer. Konjungtiva klien anemis atau nampak pucat, begitu
juga dengan membran mukosa bibir dan kulit. Kapillary reffil atau CRT > 3
detik pada jari kaki kanan dan kiri, tidak nampak sianosis. JVP 5+3 cmH2O
(meningkat), hasil auskultasi jantung terdengar suara S1 dan S2 menurun
dengan suara tambahan Gallop ventrikel (S3) serta murmur sistolik di area
trikuspid (ICS 4 kiri dekat sternum) dan area mitral (ICS 5 midclavikula).
Gambaran kondisi nutrisi klien saat masuk rumah sakit dengan berat badan
55 kg, tinggi badan 160 cm, indeks massa tubuh (IMT) 21,48 termasuk dalam
rentang normal, dengan berat badan ideal klien adalah 54-66 kg. Klien
mngeluhkan tidak nafsu makan dan malas makan. Klien mengatakan pola
makan sebelumnya tidak teratur 2-3x sehari jarang makan sayur, dan
menyukai cemilan goreng-gorengan, terlebih martabak telur. Tidak pernah
mengkonsumsi suplemen vitamin sebelumnya. Klien mempunyai kebiasaan
merokok sejak 20 tahun lalu sehari habis 12 batang/1 bungkus, berhenti
merokok 3 minggu lalu saat timbul sesak dan bengkak pada kaki. Sering
mengkonsumsi soda dan kopi, klien tidak pernah membatasi penggunaan
garam dan gula sehari-hari. Saat ini di ruang ranap klien mendapatkan diet
padat diit DM 1700 kkal dengan 3x makan utama (6, 12, 20) dan 3x snack
itupun setiap kali makan utama klien hanya menghabiskan ½-2/3 porsi saja.
Inspeksi pada abdomen ditemukan adanya asites dengan lingkar perut 104
cm. Bising usus positif 12x/menit, hasil perkusi dullness di RUQ dan LUQ
serta bagian samping RLQ dan LLQ. Timpani pada bagian dalam RLQ dan
LLQ. Teraba lunak diseluruh kuadran, dengan nyeri tekan pada regio
epigastrik. Terdapat pembesaran hati yang teraba 1 jari dan pembesaran
spleen dengan nilai Schuffer S1.
Di sistem eliminasi pada buang air kecil dengan frekuensi 6-7 x/hari dari
yang sebelum sakit sekitar 5x/hari, dengan warna urin yang kuning bening,
dengan saat ini menggunakan lasix 40mg/12 jam IV. Untuk buang air besar
klien sejak masuk RS belum BAB, tidak ada konstipasi, diare dan hemoroid.
Saat dirumah biasanya setiap hari BAB warna kuning kecoklatan. Saat ini
klien memperoleh obat pencahar Laxadine 1x C1.
Intake cairan klien sejak awal masuk terdiri dari asupan oral minum 600cc
dan 520cc dari intravena, total intake 1120 cc dalam 24 jam, output sejumlah
1825 cc dalam 24 jam yakni 1000 cc urin, dan 825 cc IWL klien. Diperoleh
jumlah balance cairan -705 cc/24 jam. Klien mangatakan sering haus, kulit
klien nampak kering, begitu juga dengan mukosa bibirnya. Pemeriksaan
turgor kulit setelah dicubit kulit agak lambat kembali sekitar 2 detik
khususnya pada ekstremitas bawah yang oedem. Nampak distensi vena
jugular ketika klien fleksi leher. Kedua ekstremitas bawah nampak oedem
dengan derajat II kedalaman 4 mm dengan waktu kembali 5 detik. Intake
cairan klien saat ini dibatasi hanya 1000 cc/24 jam.
Klien mendapatkan terapi obat oral KSR 1x200 mg (07), Ramipril 1x2,5 mg
(07), Atorvastatin 1x20 mg (22), Clopidogrel 1x75 mg (07), Simarc 1x2 mg
(22), Laxadine 1x CI (22), Nitrocaf 1x2,5 mg (07), Digoxin 1x10 mg (07),
Metformin 3x500 mg (07,13,22), dan Alupurinol 1x100 mg (22). Terapi
intravena yakni Lasix 2x40 mg serta terapi cairan Totilac 500cc/24 jam.
B. Diangnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian kepada Tn. A yang dilakukan pada tanggal 9
April 2019, penulis merumuskan 4 diagnosa keperawatan utama dari 8
diagnosa yang ditemuakan, yaitu :
Dan diagnosa yang keempat yaitu : Resiko defisit nutrisi ditandai dengan
faktor resiko klien sulit/enggan untuk makan, Klien makan habis ½ - 2/3 porsi
saja , Hasil lab (8/4/19) : serum albumin 2,7 g/dl (↓), Hb 16,7 g/dl, Ht 52%
(↑) , BB 55 kg, TB 160 cm, IMT 21,48, BBI 54-66 kg, Hasil cek gula (8/4/19)
GDS : 219 mg/dl (↑) GDP : 136 mg/dl (↑) HBA1C : 8,5 % (↑) Nyeri tekan
diepigastrik (+).
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan perumusan prioritas diagnosa keperawata yang telah dilakukan
pada tanggal 9 April 2019 penulis kemudian menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, antara lain :
Diagnosa yang keempat : Resiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor resiko
klien sulit/enggan untuk makan. Tujuan setalah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam defisit nutrisi tidak menjadi aktual dengan
Kriteria hasil : Intake nutrisi adekuat (makan habis 1 porsi), Berat badan
dalam rentang ideal yaitu 54-66 kg, Klien melaporkan nafsu makan baik,
Tidak ada mual muntahGDS 70-140 mg/dl, Hasil lab dalam batas normal
(Albumin : 3,5-5 mg/dl, As.urat : 2,4-5,7 mg/dl, Trigliserid <150 mg/dl,
Koles. T <200 mg/dl, HDL 35-75 mg/dl, LDL 38-170 mg/dl). Intervensi
keperawatan : Mandiri : Monitor konjungtiva, mukosa bibir, turgor kulit,
Auskultasi bising usus catat adanya nyeri tekan abdomen, kembung, mual,
muntah, Anjurkan makan dalam keadaan hangat dan posrsi kecil tapi sering,
Edukasi klien dengan keluarga tentang pentingnya diit pada klien. Kolaborasi
: Lakukan pemeriksaan GDS sesuai indikasi/8 jam, Berikan terapi metformin
3x500 mg PO (07,13,22), Pantau hasil laboratorium (albumin, asam urat,
trigliserid, kolesterol, dsb).
D. Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana tindakan penulisa lalu mengimplementasikannya
mulai tanggal 9 sampai 11 April 2019. Pada tanggal 9 April 2019 dinas pagi
implementasi yang telah dilakukan oleh penulis adalah :
Pada diagnosa kedua Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya nafas, implementasi yang telah dilakukan ialah : memonitor tanda-
tanda vital per 8 jam (TD, N, RR, S, CRT), mengauskultasi suara paru per 8
jam, mengatur posisi klien dan tinggikan kepala (fowler atau semi fowler),
mengajarkan pasien latihan tehnik relaksasi nafas dalam, memberian oksigen
nasal kanul 5 lpm, memantau hasil lab AGD, memberikan terapi Digoxin
1x10 mg PO (07).
Diagnosa yang keempat Resiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor resiko
klien sulit/enggan untuk makan telah dilakukan implementasi berupa :
memonitor konjungtiva, mukosa bibir, turgor kulit, menguskultasi bising usus
mencatat adanya nyeri tekan abdomen, kembung, mual, muntah,
menganjurkan makan dalam keadaan hangat dan posrsi kecil tapi sering,
mengedukasi klien dengan keluarga tentang pentingnya diit pada klien.
melakukan pemeriksaan GDS sesuai indikasi/8 jam, memerikan terapi
metformin 3x500 mg PO (07,13,22), dan memantau hasil laboratorium
(albumin, asam urat, trigliserid, kolesterol, dsb).
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah mengimplementasikan rencana tindakan penulis melakukan evaluasi,
untuk evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 11 April 2019 sebagai berikut:
Evaluasi akhir diagnosa keempat Resiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor
resiko klien sulit/enggan yaitu, faktor resiko : klien mengatakan nafsu makan
biasa saja, masih ada nyeri tekan di regio epigastrik, tidak ada mual muntah,
makan habis 2/3 porsi, BB 55 kg, TB 160 cm, IMT 21,48 BBI 54-66 kg, GDS
209 mg/dl, hasil lab albumin 3.1 (L), asam urat 7.1 (H), ureum 60 (H),
creatinin 1.3 mg/dl. Analisa : resiko defisit nutrisi masih ada. Planing :
intervensi dilanjutkan.