Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan gambaran pelasanaan asuhan keperawatan pada


Tn. J yang mengalami Spinal Cord Injury dari pengkajian,
merumuskan diagnosa, menyusun intervensi, melakukan intervensi
dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan,
penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Pengkajian telah dilakukan pengumpulan data dengan cara


wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, sumber dari perawat
ruangan dan status rekam medis. Didapatkan data bahwa
klienmasuk rumah sakit dengan riwayat Spinal Cord Injury
dan didukung dengan adanya hasil CT- Scan dan MRI
pengkajian pada pasien didapatkan data bahwa pasien masuk ke
RS Fatmawati dengan riwayat Kecelakaan dan adanya trauma
pada tulang belakang (servikalis) dan didukung dengan adanya
hasil CT- Scan serta CT- Scan servikal. Pada proses pengkajian
didapatkan data: klien terpasang neck collar dan sekarang
dalam keadaan immobilisasi, klien mengeluh nyeri di jari-jari
tangan kanan dan kiri, klien merasa nyeri daan kesemutan
mulai dari putting susu hingga ke ujung kaki . klien mengalami
kelemahan di bagaian ekstremitas terutama ektremitas atas,
serta sering mengalami baal di ekstremitas bawah (kaki).

2. Pada teori Doenges (2012) tentang asuhan keperawatan klien


dengan cedera medulla spinalis, terdapat 6 diagnosa yang
mungkin muncul Penulis mengangkat 4 diagnosa keperawatan
sesuai kebutuhan dan keadaan klien. Terdapat 4 diagnosa yang
penulis angkat yang sesuai dengan teori yaitu diagnosa pertama
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Trauma
servikalis), diagnosa kedua yaitu Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, diagnosa ketiga
yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas, dan diagnosa keempat yaitu konstipasi berhubungan
dengan perubahan tingkat aktivitas (immobilisasi)

3. Pada teori Doenges (2012) tentang intervensi bagi pasien


dengan cedera medulla spinalis, perencanaan yang disusun
untuk seluruh diagnosa keperawatan diantaranya: Diagnosa
pertama nyeri akut maka intervensi yang dibuat yaitu kaji
adanya nyeri dan bantu pasien mengidentifikasi nyeri misal:
lokasi, karakteristik, intensitas dan skala nyeri, memberi
edukasi tentang tindakan non-farmakologis, serta melakukan
tindakan kolaboratif tentang pemberian obat nyeri. Diagnosa
kedua yaitu gangguan mobilitas maka intervensi yang disusun
yaitu membantu menentukan aktivitas yang cocok untuk klien,
melakukan pengkajian kekuatan otot , serta membantu kegiatan
yang telah dijalankan, kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat serta kolaborasi dengan fisioterapis tentang
latihan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa ketiga
yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas, intervensi yang disusun yaitu: melakukan pengkajian
kondisi kulit klien, rencana pergantian verban, serta latihan
miring kanan dan miring kiri untuk mencegah luka dekubitus
yang semakin meluas. Diagnosa keempat yaitu konstipasi
berhubungan dengan perubahan tingkat aktivitas
(immobilisasi), intervensi yang telah disusun ialah
menauskultasi bising usus, melakukan edukasi serta tindakan
kolaboratif.
4. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang
telah disusun. Implementasi yang tidak dilakukan penulis dan
tidak dilakukan oleh perawat ialah melakukan latihan defekasi
dini pada pasien dengan memasukan jari ke dalam anus untuk
merangsang defekasi dikarenakan kegiatan tersebut dilakukan
secara mandiri oleh klien dan disaat diluar jam dinas
mahasiswa jadi mahasiswa dapat mengkaji konsistensi dan
warna dengan melakukan wawancara dengan keluarga klien.
Klien mengatakan kesemutan juga sudah berkurang dengan
adanya pemberian terapi mecobalamin 500 mg/ IV .

5. Evaluasi akhir didapatkan bahwa 4 diagnosa aktual yang belum


teratasi yaitu: nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik (trauma servikalis), diagnosa kedua yaitu gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan
dengan penurunan mobilitas dan diagnosa keempat yaitu
konstipasi berhubungan dengan perubahan tingkat aktivitas
(immobilisasi), intervensi dilanjutkan disesuaikan dengan
masing- masing diagnosa keperawatan.

B. Saran
1. Institusi pendidikan
Diharapkan agar menyediakan sumber kepustakaan terbaru dan
terlengkap seperti buku, maupun jurnal-jurnal kesehatan sehingga
memudahkan mahasiswa dalam mencari referensi untuk menerapkan
asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan
cedera medulla spinalis.
2. Mahasiswa
Sebelum melakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu menguasai tentang konsep dasar cedera medulla spinalis serta
konsep asuhan keperawatan pada klien dengan cedera medulla spinalis.
Selain itu juga, mampu melaksanakan seluruh intervensi yang telah
dibuat.
3. Wahana praktik
dapat dijadikan sumber referensi sebagai perbandingan dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil dan dijadikan bahan acuan bagi perawat
untuk dapat memberikan layanan asuhan keperawatan pada pasien
dengan cedera medulla spinalis dengan lebih baik dan komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai