Anda di halaman 1dari 105

KARYA TULIS ILMIAH

DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA


DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI BALI
TAHUN 2017

Oleh :
GUSTI AYU PUTU PRAMITA
NIM. P07120014098

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2017

ii
KARYA TULIS ILMIAH

DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA


DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI BALI
TAHUN 2017

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program D III
Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan

Oleh :
GUSTI AYU PUTU PRAMITA
NIM. P07120014098

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA


DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI BALI
TAHUN 2017

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

I Nengah Sumirta, SST., S.Kep., Ns., M.Kes I Gede Widjanegara, SKM., M.Fis
NIP. 196502251986031002 NIP. 195805201979101001

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp., M.Pd


NIP. 195812191985032005

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :

DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA


DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI BALI
TAHUN 2017

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI :

PADA HARI :
TANGGAL : 2017

1. I Gusti Ayu Harini, SKM.M.Kes (Ketua) ( ...................)


NIP.196412311985032011

2. I Wayan Candra, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Si (Anggota) ( ...................)


NIP.196510081986031001

3. I Nengah Sumirta, SST., S.Kep., Ns., M.Kes (Anggota) (....................)


NIP.196502251986031002

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

iii
V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp., M.Pd
NIP. 195812191985032005

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang be

rtanda tangan di bawah ini :

Nama : Gusti Ayu Putu Pramita

NIM : P07120014098

Program Studi : Diploma III

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2017

Alamat : Br. Penusuan, Tegallalang, Gianyar, Bali

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas akhir dengan judul Dukungan Keluarga Pada


Penyalahguna NAPZA Di Badan Narkotika Nasional Provinsi BaliTahun 2017
adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tugas akhir ini
bukan karya saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Juni 2017


Yang membuat pernyataan

Meterai

iv
Gusti Ayu Putu Pramita
NIM. P07120014098

DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA


DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI BALI
TAHUN 2017

ABSTRAK
Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan yang sulit untuk
disembuhkan, bahkan cenderung para pengguna narkoba menambah dosis yang
dikonsumsinya untuk memenuhi kebutuhannya. Dukungan keluarga pada pasien
ketergantungan NAPZA tidak semuanya baik karena ada beberapa keluarga yang
menganggap selesai hanya dengan membawa anak mereka ke rehabilitasi, padahal
perhatian dari petugas rehabilitasi tidaklah cukup, para pasien ketergantungan
NAPZA juga membutuhkan support system dari orang terdekat yaitu keluarga
untuk membangun motivasi mereka untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA di Badan
Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik non probability
sampling yaitu sampling jenuh, sampel yang digunakan sebanyak 45 responden
yang melakukan rehabilitasi ke Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali. Hasil
penelitian ini menunjukkan sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik
26 responden (12,8%), dukungan keluarga cukup 11 responden (24,4%)
dukungan keluarga kurang 8 responden (17,8%), aspek dominan dukungan
keluarga yaitu dukungan emosional dengan dukungan baik 28 responden (15,6%),
dukungan emosional cukup 8 responden (4,4%) dan dukungan keluarga kurang 9
responden (5%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
mengenai pentingnya dukngan keluarga bagi para penyalahguna NAPZA di Badan
Narkotika Nasional Provinsi Bali.

Kata Kunci : dukungan keluarga, penyalahguna, NAPZA

v
FAMILY SUPPORTS TO DRUGS USERS AT BADAN NARKOTIKA
NASIONAL PROVINSI BALI IN 2017

ABSTRACT

Drugs users may cause fatal addiction, even narcotics users tend to increase the
consumption dosage in order to fulfill their needs. The support of family toward
NAPZA addicted patients does not always bring good impact since there are some
families who belief that rehabilitation is enough for them, whereas the supports
from rehabilitator is not enough, NAPZA- addicted patiens are also need support
system from their relatives in order to motivate them. This research is aimed to
identify the support of family conserning NAPZA misapplication at the National
Narcotics Department of Bali Province in 2017. It is a descriptive based research
that uses cross sectional approach along with non probability technique. The
samples are 45 respondent who are being rehabilitated at the National Narcotic
Department of Bali Province. The result found high family supports count up to
26 respondents (12,8%), average family support count 11 respondents (24,4%),
low family supports count 8 respondent (17,8%). The dominant aspect of family
supports are emosional supports count 28 respondents (15,6%), average
emotional supports count 8 respondents (4,4%), low emotional supports count 9
respondents (5%). The results of this study can be used as a source of
information on the importance of drugs users at Badan Narkotika Nasional
Provinsi Bali.

Keyword : family supports, drugs user, NAPZA

vi
RINGKASAN PENELITIAN

Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA


Di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali
Tahun 2017

Oleh : Gusti Ayu Putu Pramita (P07120014098)

Penyalahgunaan narkoba mempunyai dampak terutama adalah dapat


menimbulkan ketergantungan yang sulit untuk disembuhkan, bahkan cenderung
para pengguna narkoba menambah dosis yang dikonsumsinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Ketergantungan NAPZA yang dialami seorang anggota keluarga
akan mengganggu peran dan fungsi keluarga secara keseluruhan. Keluarga akan
mengalami dan merasakan masalah adiksi tersebut dalam kehidupan sehari-sehari.
Ketidak tahuan keluarga akan pemulihan NAPZA membuat keluarga sering kali
menampilkan sikap dan perilaku yang tidak mendukung proses pemulihan.
Pemulihan yang dijalani oleh pecandu selain memperbaiki kualitas hidup dirinya
sendiri juga merupakan kesempatan untuk membangun dan memperbaiki peran
serta fungsi keluarga. Dukungan keluarga pada pasien ketergantungan NAPZA
tidak semuanya baik karena ada beberapa keluarga yang menganggap selesai
hanya dengan membawa anak mereka ke rehabilitasi, padahal perhatian dari
petugas rehabilitasi tidaklah cukup, para pasien ketergantungan NAPZA juga
membutuhkan support system dari orang terdekat yaitu keluarga untuk
membangun motivasi mereka untuk sembuh baik dari segi fisik maupun psikis
(Dulakhir, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga pada


penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan cross
sectional teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 responden yang melakukan
rehabilitasi ke Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali.

vii
Hasil penelitian mengenai dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA
didapatkan bahwa dukungan keluarga tertinggi pada dukungan keluarga baik 26
responden (12,8%), dukungan keluarga cukup 11 responden (24,4%) dukungan
keluarga kurang 8 responden (17,8%), aspek dominan dukungan keluarga yaitu
dukungan emosional dengan dukungan baik 28 responden (15,6%), dukungan
emosional cukup 8 responden (4,4%) dan dukungan keluarga kurang 9 responden
(5%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai
pentingnya dukngan keluarga bagi para penyalahguna NAPZA di Badan
Narkotika Nasional Provinsi Bali.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA Di Badan Narkotika

Nasional Provinsi Bali Tahun 2017”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan D-III Poltekkes Denpasar

Jurusan Keperawatan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat dorongan dan bantuan dari

berbagai pihak. Melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP. M.PH. selaku Direktur

Poltekkes Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan

menempuh program pendidikan D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Denpasar.

2. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp., M.Pd selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan

kesempatan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Bapak I Made Mertha, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, yang telah

memberikan kesempatan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak I Nengah Sumirta, SST. S.Kep, Ns., M.Kes selaku pembimbing utama

yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.
5. Bapak I Gede Widjanegara, SKM., M.Fis selaku pembimbing pendamping

yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Semua pihak yang telah membantu hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat

bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2017

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PRASYARAT...............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...............................................................iv

ABSTRAK....................................................................................................................v

ABSTRACT.................................................................................................................vi

RINGKASAN PENELITIAN.....................................................................................vii

KATA PENGANTAR...................................................................................................ix

DAFTAR ISI................................................................................................................xi

DAFTAR TABEL........................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................5

C. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................5

1. TUJUAN UMUM...................................................................................................5

2. Tujuan khusus....................................................................................................5

D. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................6

1. Manfaat Teoritis................................................................................................6

2. Manfaat Praktis.................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA)...............7


1. Pengertian NAPZA.................................................................................................7

2. Jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan.........................................................8

3. Faktor pendukung terjadinya gangguan penggunaan NAPZA.......................12

4. Faktor pencetus gangguan penggunaan NAPZA............................................14

5. Dampak penyalahgunaan NAPZA...................................................................15

6. Rehabilitasi pada penyalahguna NAPZA........................................................17

B. DUKUNGAN KELUARGA...................................................................................18

1. Teori dukungan keluarga.................................................................................18

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga..................................21

C. DUKUNGAN KELUARGA PADA PENYALAHGUNA NAPZA...............................22

1. CIRI-CIRI DUKUNGAN KELUARGA....................................................................22

2. Tugas dukungan keluarga................................................................................23

3. Hasil penelitian dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA..................24

BAB III KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP.........................................................................................26

B. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL......................................27

1. Variabel Penelitian..........................................................................................27

2. Definisi Operasional.......................................................................................28

BAB IV METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN............................................................................................30

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...................................................................30

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN...............................................................31

1. Populasi penelitian..........................................................................................31

2. Sampel penelitian............................................................................................31
3. Teknik sampling...............................................................................................31

D. JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA...............................................................32

1. Jenis data yang dikumpulkan..........................................................................32

2. Cara pengumpulan data..................................................................................32

3. Instrumen pengumpulan data..........................................................................33

4. Teknik pengolahan dan analisa data...............................................................36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL...............................................................................................................38

1. Kondisi lokasi penelitian.................................................................................38

2. Karakteristik responden..................................................................................39

3. Hasil pengamatan terhadap objek penelitian berdasarkan variabel

penelitian.........................................................................................................43

4. Hasil analisis data...........................................................................................45

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................................................................49

1. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA...........................................49

2. Dukungan keluarga berdasarkan pendidikan pada penyalahguna NAPZA

.........................................................................................................................50

3. Dukungan keluarga berdasarkan pekerjaan pada penyalahguna NAPZA.....51

4. Dukungan keluarga berdasarkan aspek dominan pada penyalahguna

NAPZA.............................................................................................................52

BAB VI SIMPULAN SARAN

A. SIMPULAN........................................................................................................54

B. SARAN..............................................................................................................55

1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali........................................................55


2. Bagi peneliti selanjutnya.................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................56

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Skala Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA........20

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Dukungan Keluarga pada

Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali......28

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di BNNP Bali Pada Tahun

2017........................................................................................................39

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di BNNP Bali

Tahun 2017.............................................................................................40

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di BNNP Bali Tahun

2017........................................................................................................41

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di BNNP Bali Tahun

2017........................................................................................................42

Tabel 7. Hasil Pengamatan Dukungan Keluarga Pada Responden DI bnnp Bali

Tahun 2017.............................................................................................43

Tabel 8. Dukungan Keluarga Pada Responden di BNNP Bali Tahun 2017..........45

Tabel 9. Dukungan Keluarga Pada Responden Berdasarkan Pendidikan di BNNP

Bali Tahun 2017.....................................................................................46

Tabel 10. Dukungan Keluarga Pada Responden Berdasarkan Pekerjaan di BNNP

Bali Tahun 2017.....................................................................................47

Tabel 11. Distribusi Dukungan Keluarga Pada Responden Berdasarkan Aspek

Dominan di BNNP Bali Tahun 2017......................................................48


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna

NAPZA di Badan Narkotika Nasional 2017

Lampiran 2. Realisasi Anggaran Penelitian Dukungan Keluarga Pada

Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Tahun 2017

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5. Format Pengumpulan Data

Lampiran 6. Tabel Analisis Data Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA

di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017

Lampiran 7. Hasil Uji Validats Dan Reliabilitas

Lampiran 8. Hasil Analisis Data

Lampiran 9. Surat Uji Validitas di RSJ Provinsi Bali

Lampiran 10. Blangko Bimbingan

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian di Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu

Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian di Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota

Denpasar

Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah

menjadi pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai

bertanggung jawab pada perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang

tua, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong,2009). Anak

usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

sekolah menengah atas adalah suatu masa anak yang sangat berbeda dengan usia

dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan kesehatan yang

sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Masalah kesehatan tersebut

meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan

gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan

menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah (Darmawan,

2012).

Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa sekitar 3,1 %

kematian (1,3 juta) dan 3,3% Disability Adjusted Life Years (DALYs) (54,2 juta)

disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat diantaranya air yang tidak layak

konsumsi, sanitasi lingkungan dan perilaku hygiene. Faktor ini juga menjadi

penyebab penyakit terutama diare di Afrika dan Negara berkembang di Asia

Tenggara sebanyak 4% - 8%. Lebih dari 99,8 % kematian disebabkan oleh faktor

tersebut dan 90% yang meninggal adalah anak-anak (Widodo, dkk. 2013).
Hingga saat ini diare masih menjadi salah satu penyakit dengan insiden

tinggi kematian dan kesakitan pada anak-anak di Indonesia. Tingginya penyakit

infeksi ini menjadi masalah kesehatan yang terjadi terutama pada anak yang

berkaitan dengan sanitasi lingkungan, perilaku higienitas serta sarana air bersih

yang belum baik. Diare tetap menjadi penyakit pembunuh ketiga pada bayi dan

kedua bagi anak-anak di Indonesia dan menyebabkan kematian lebih dari 10.000

anak setiap tahun (UNICEF, 2014). Penderita diare pada umumnya akan

mengalami dehidrasi dan malnutrisi. Oleh karena itu diare membawa kematian

lebih cepat pada anak dibandingkan orang dewasa (Kemenkes RI, 2011).

Penyakit saluran pencernaan seperti Diare masih cukup tinggi ditemukan di

Provinsi Bali. Pada tahun 2013 jumlah kasus diare lebih sedikit dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 86.493 dengan 33,3% kasus yang tertangani. Pada tahun

2014 penemuan kasus diare sejumlah 83.845 orang. Pada tahun 2015 jumlah

penemuan kasus diare lebih meningkat dari tahun sebelumnya yakni sekitar

88,830 orang. Sementara kasus Diare yang tertangani sebanyak 39.254 kasus

(89,2%) meningkat dari tahun 2014 sebesar 39,5%, dan angka kesakitan diare 214

per 1000 penduduk (Profil Kesehatan Bali Tahun 2013, 2014, 2015).

Salah satu pencegahan penularan penyakit infeksi diare dapat dilakukan

dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Fokus PHBS di

bidang pendidikan adalah anak sekolah dasar, dimana anak usia sekolah termasuk

golongan masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sumber daya

manusia yang potensial di masa yang akan datang sehingga perlu diperhatikan dan

disiapkan untuk tumbuh sehat baik fisik maupun intelektualnya. Masa ini

merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan berpotensi


sebagai agen of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah,

keluarga, maupun masyarakat sehingga tercipta sumber daya manusia yang

berkualitas nantinya (Priyoto, 2015).


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-

kegiatan kesehatan di masyarakat.Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat

sekolah (Kemenkes RI, 2011). PHBS disekolah munculnya sebagai penyait yang

sering menyerang anak usia sekolah yang berkaitan dengan PHBS. Oleh karena

itu penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan

dapat dilakukan melalui pendekatan usahan kesehatan sekolah (UKS). Manfaat

pembinaan PHBS disekolah terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga

siswa, guru, dan masyarakat, semangat dalam proses belajar mengajar yang

berdampak pada prestasi belajar siswa (Siswanto, 2013).


Dampak dari kurang dilakukannya PHBS yang sering menyerang anak usia

sekolah 6-12 tahun adalah diare, kecacingan, dan anemia ternyata umumnya

berkaitan dengan PHBS serta dampak lainnya adalah suasana belajar yang tidak

mendukung karena lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya citra sekolah

dimasyarakat umum (Maryunani, 2013). Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan

bahwa cakupan program PHBS tatanan sekolah baru mencapai 57,52%. Padahal

Rencana Strategis (Restra) Kementrian Kesehatan tahun 2014 mencantumkan

target 70% sekolah sudah mempraktekkan PHBS. Data PHBS untuk Provinsi Bali
tahun 2014 menunnjukkan sekolah yang telah memenuhi kriteria PHBS baik

sebesar 62,3% dari target 80% tahun 2015 sekolah yang telah memenuhi kriteria

PHBS baik sebesar 68,75% dari target 80%. Kota Denpasar merupakan salah satu

kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan cakupan program PHBS tatanan sekolah

tahun 2015 yang belum mencapai target Provinsi, sekolah-sekolah di Kota

Denpasar yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 67,50% dari target

80% (Dinkes Provinsi Bali,2015).


Menurut Laurence Green dalam Notoatmojo (2007) bahwa faktor perilaku

ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factor),

meliputi : pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

Faktor pendukung (enabling factor), meliputi : lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat,

kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Faktor pendorong (renforcing factor),

meliputi: peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas kesehatan untuk

saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang bai kantar pihak rumah

dan sekolah yang akan mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang

hendak dirancang.
Penelitian yang dilakukan oleh Linda (2017) tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Siswa/I Sekolah Dasar

Negeri 37 Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, hasil penelitian ini menunjukkan

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan sekolah yakni

25 orang (59%) berperan baik, dan sebanyak 32 orang (76%) dukungan keluarga

berperan baik. Pengetahuan siswa didapatkan sebagian besar baik yakni sebanyak

34 orang (81%),sikap siswa menunjukkan sebagian besar bersikap baik yaitu


sebanyak 36 orang (86%) dan fasilitas berperan baik 30 orang (71%). Faktor yang

paling dominan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat adalah fasilitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah

“Bagaimanakah Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA di Badan

Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA di Badan

Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017.


2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA di Badan

Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017.

b. Mengidentifikasi faktor dukungan keluarga berdasarkan pendidikan pada

penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017

c. Mengidentifikasi faktor dukungan keluarga berdasarkan pekerjaan pada

penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017.

d. Mengidentifikasi aspek dominan dukungan keluarga pada penyalahguna

NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya

mengenai dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah dukungan keluarga

pada penyalahguna NAPZA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah obat, bahan atau zat dan bukan tergolong makanan. Jika

diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikan, berpengaruh terutama pada

kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan.

Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau menurun). Demikian pula dengan

fungsi vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernafasan, dan lain-lain)

(Martono dan Joena, 2008). NAPZA adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke

dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh manusia terutama otak/susunan

saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi

sosial, oleh karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan

(dependensi) terhadap NAPZA (Alifia, 2007).

Jadi NAPZA merupakan zat atau obat jika diminum, diisap, ditelan,

disuntikan dapat berpengaruh terhadap kerja susunan saraf pusat, mempengaruhi

kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan, perilaku), dapat

menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.


2. Jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan

Menurut Majid (2007) jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan adalah:

a. Narkotika

Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu narcotics, yang berarti obat

bius. Secara umum narkotika mampu menurunkan dan mengubah kesadaran

(anastetik) dan mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (analgetik).

Menurut Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika menegaskan

bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

nyeri dan dapat menimbulkan penyalahgunaan. Narkotika dibedakan kedalam

golongan-golongan antara lain:

1) Narkotika golongan I

Narkotika yang digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan bukan untuk

terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.

Contoh: heroin, ganja, opiat, dan kokain.

2) Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan

terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: morfin dan pethidin.

3) Narkotika golongan III

Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: kodein.

b. Psikotropika

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

dijelaskan bahwa psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku yang digolongkan antara lain:

1) Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan bukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat kuat, mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contoh: ekstasi, lysergic acid diethylamide.

2) Psikotropika golongan II

Psikotropika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contoh: ampitamine, metilfenidat, ritalin.

3) Psikotropika golongan III


Psikotropika yang banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: pentabarbital, flunitrazepam.

4) Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan sangat luas digunakan

dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, meprobamat, dan

klodiazepoksia.

Menurut Majid (2007) beberapa jenis psikotropika yang sering

disalahgunakan adalah:

a) Sabu-sabu

Sabu-sabu (amfetamin) dibuat secara sintetis biasanya berbentuk bubuk

putih, kuning atau coklat.

b) Ekstasi

Ekstasi biasanya berbentuk tablet atau kapsul berwarna dengan disain yang

berbeda.

c) Obat penenang (depresan)

Biasanya berbentuk kapsul atau tablet yang dapat diresepkan oleh dokter

untuk mengurangi setres, kecemasan dan membantu tidur.

c. Zat adiktif

Menurut Alifia (2007) yang dimaksud zat adiktif adalah bahan atau zat yang

memiliki pengaruh psikoaktif dan bukan termasuk kategori narkotika maupun


psikotropika. Zat adiktif adalah zat atau bahan kimia yang apabila masuk ke

dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat

sehingga menyebabkan perubahan aktifitas mental, emosinal dan perilaku.

Apabila digunakan secara terus menerus akan dapat menimbulkan kecanduan.

Meliputi:

1) Minuman beralkohol

Mengandung etanol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan

sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan

tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,

memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada tiga golongan minuman beralkohol, yaitu:

a) Golongan A

Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1-5%,

contohnya: bir.

b) Golongan B

Golongan B adalah minuman beralkohol dengan mengandung etanol lebih

dari 5-20%, contohnya: berbagai jenis minuman anggur.

c) Golongan C

Golongan C adalah minuman beralkohol dengan mengandung kadar etanol

lebih dari 20-55%, contohnya: whiskey, vodca.

2) Inhalansia
Inhalansia adalah gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap

berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah

tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Jenis inhalansia yang sering

disalahgunakan, antara lain: lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

3) Pemakaian tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan

alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,

karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA

lain yang lebih berbahaya.

3. Faktor pendukung terjadinya gangguan penggunaan NAPZA

Menurut Alifia (2007) faktor pendukung terjadinya gangguan pengguna

NAPZA yaitu:

a. Faktor Biologis

1) Genetik (tendensi keturunan)

2) Metabolik: Etil alkohol bila metabolisme lebih lama lebih efisien untuk

mengurangi individu menjadi ketergantungan.

3) Infeksi pada organ otak: intelegensi menjadi rendah (retardasi mental,

misalnya ensefhalitis, meningitis).

4) Pengait kronis: kanker, asthma bronchiale, penyakit menahun lainnya.

b. Faktor Psikologis

1) Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial)


2) Harga diri yang rendah: depresi terutama karena kondisi sosial ekonomi, pada

penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat

ketergantungan diikuti rasa bersalah.

3) Disfungsi keluarga kondisi keluarga yang tidak stabil, role model

(ketauladanan) yang negatif, tidak terbina saling percaya antar anggota

keluarga, keluarga tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat pada

anggota keluarga, orang tua dengan gangguan penggunaan zat adiktif,

perceraian.

4) Individu yang mempunyai perasaan tidak aman.

5) Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang.

6) Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk

mempraktikkan homoseksual, krisis identitas.

7) Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orangtua.

c. Faktor sosial kultural

1) Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau,

nikotin, ganja, dan alkohol.

2) Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen atau

alkohol untuk upacara adat dan keagamaan.

3) Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan

menggunakan zat adiktif.

4) Persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif.

5) Remaja yang lari dari rumah.


6) Penyimpangan seksual pada usia dini.

7) Perilaku tindak kriminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam

komunitas.

8) Kehidupan beragama yang kurang.

4. Faktor pencetus gangguan penggunaan NAPZA

Menurut Alifia (2007) stressor dalam kehidupan merupakan kondisi

pencetus terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja,

menggunakan zat merupakan cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam

kehidupannya. Beberapa stressor pencetus adalah:

a. Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya

sebagai pengakuan.

b. Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya untuk

menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar lebih menikmati

hubungan interpersonal.

c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti seperti pacar, orang tua,

saudara, drop out dari sekolah atau pekerja.

d. Diasingkan oleh lingkungan, rumah, sekolah, kelompok teman sebaya,

sehingga tidak mempunyai teman.

e. Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern.

f. Tersedianya zat adiktif di lingkungan dimana seseorang berada khususnya

pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif.

g. Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam).


h. Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau.

i. Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti alkohol dan nikotin.

j. Informasi dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan

masalah.

5. Dampak penyalahgunaan NAPZA

Menurut Martono dan Joena (2008) akibat yang ditimbulkan dari

penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut:

a. Bagi diri sendiri

1) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja:

a) Daya ingat sehingga mudah lupa.

b) Perhatian sehingga sulit berkonsentrasi.

c) Perasaan sehingga tidak dapat bertindak rasional dan implusif.

d) Persepsi sehingga memberi perasaan semu/khayal

e) Motivasi sehingga keinginan dan kemampuan belajar merosot, persahabatan

rusak, minat, cita-cita semua padam.

2) Kematian akibat overdosis (OD)

3) Timbul gejala putus zat

4) Dapat berulang kali kambuh, yaitu ketergantungan yang menyebabkan

craving (rasa rindu pada narkoba), walaupun telah berhenti pakai.


5) Gangguan perilaku/mental-sosial, yaitu sikap acuh tak acuh, sulit

mengendalikan diri, mudah tersinggung, marah, gangguan pemusatan

perhatian, motivasi belajar menurun.

6) Gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh

seperti hati ,jantung, paru, ginjal, kelenjar, endokrin, alat reproduksi, infeksi,

hepatitis B/C, HIV/AIDS, penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, penyakit

kulit, gigi berlubang.

7) Kendornya nilai-nilai, mengendornya nilai-nilai kehidupan agama-sosial

budaya, seperti perilaku seks bebas, sopan santun hilang, dan tidak

memperdulikan orang lain.

8) Keuangan dan hukum, keuangan menjadi kacau karena harus memenuhi

kebutuhannya akan narkoba. Itu sebabnya ia mencuri, menipu, menjual

barang-barang milik sendiri atau orang lain.

b. Bagi keluarga

Suasana hidup yang nyaman dalam keluarga terganggu. Membuat keluarga

resah karena anak sering berbohong, mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak

acuh dengan urusan keluarga, tidak bertanggung jawab, hidup semaunya dan

asosial. Sedangkan orang tua menjadi merasa malu, bersalah, tetapi juga sedih dan

marah. Perilakunya ikut berubah sehingga fungsi keluarga terganggu.

c. Bagi sekolah

Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses

belajar, prestasi belajar turun drastis. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan

dengan kenakalan dan putus sekolah. Penyalahgunaan narkoba berhubungan


dengan kejahatan dan perilaku asosial lainnya yang mengganggu suasana tertib

dan aman, perusakan barang-barang milik sekolah, meningkatnya perkelahian.

d. Bagi masyarakat, bangsa, dan negara

Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan, sehingga

kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian karena

masyarakat tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat.

6. Rehabilitasi pada penyalahguna NAPZA

Menurut Handoyo (2004) setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes

urin sudah negative yaitu pada urin tidak ditemukan sisa narkoba), tubuh pemakai

secara fisik memang tidak “ketagihan” lagi. Namun secara psikis, pada bekas

pemakai narkoba biasanya timbul keinginan terhadap zat tersebut yang terus

membuntuti alam pikiran dan perasaannya. Akibatnya, bekas pemakai/pecandu

narkoba sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu dan

terjerumus lagi. Untuk itu, setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi

lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan

cara memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.

Rehabilitasi dilakukan pada pasien yang telah menempuh proses

pengobatan, agar dapat kembali ke dalam kondisi seperti semula. Rehabilitasi atau

pemulihan ini mencakup rehabilitasi secara fisik dan mental/psikis serta

rehabilitasi secara sosial seperti memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman-

teman, dan orang-orang di lingkungan sekitar. Beberapa tempat rehabilitasi,

biasanya digunakan sistem pendekatan secara kekeluargaan, misalnya dengan


menelusuri latar belakang pasien narkoba, apa yang menyebabkan pasien menjadi

konsumen narkoba, dan sebagainya. Demikian jika proses rehabilitasi tersebut

berhasil, pasien dapat kembali sembuh secara fisik, kejiwaan (psikis), dan sosial.

B. Dukungan Keluarga

1. Teori dukungan keluarga

Dukungan keluarga merujuk pada dukungan yang dirasakan oleh anggota

keluarga ada atau dapat diakses (anggota keluarga siap memberikan bantuan dan

pertolongan jika dibutuhkan). Menurut Friedman (2010) mendefinisikan

dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya, tiga dimensi interaksional dukungan keluarga bersifat

timbal balik (sifat dan frekuensi dari hubungan timbal balik, anjuran atau umpan

balik (kualitas atau kuantitas komunikasi), dan keterlibatan emosional yang

meliputi keakraban dan rasa percaya dalam hubungan sosial.

a. Jenis dukungan keluarga

Menurut Sarafino (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga

memiliki 4 jenis dukungan yaitu:

a) Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator (penyebar informasi)

tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.

Manfaat dari dukungan keluarga ini adalah dapat menekan munculnya suatu

stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,

saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b) Dukungan Penghargaan (Penilaian)

Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,

diantaranya: memberi support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian.

c) Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit

diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalakan seperti materi, tenaga

dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau

stamina dan semangat yang menurun, selain itu individu merasa bahwa masih ada

perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang

mengalami kesusahan atau penderitaan.

d) Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan

ini adalah secara emosional menjalin nilai-nilai individu (baik pria maupun

wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari orang lain. Aspek-aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,

adanya kepercayaan perhatian, mendengarkan serta didengarakan.


b. Skala Dukungan Keluarga

Berdasarkan pengertian dan jenis dukungan keluarga yang telah dipaparkan

sebelumnya, peneliti dalam kesempatan ini memilih skala dukungan keluarga.

Alas an menggunakan skala dukungan keluarga dikarenakan skala ini mampu

mewakili tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, yaitu menilai dukungan

keluarga pada penyalahguna NAPZA. Adapun kisi-kisi disusun berdasarkan 4

jenis dukungan keluarga sebagai berikut:

Tabel 1
Kisi-Kisi Skala Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA

NO Variabel Sub Varibel Jenis No. Soal Jumlah


Pernyataan Soal

1 2 3 4 5

1 Dukungan Segala sesuatu


keluarga pada yang diketahui oleh
penyalahguna penyalahguna
NAPZA NAPZA tentang :

Positif 1
Dukungan
informasional Positif 2 5

Positif 3

Positif 4

Positif 5

Dukungan Positif 6 5
penghargaan Positif 7
Positif 8

Positif 9

Positif 10

1 2 3 4 5 6

Dukungan Positif 11 5
instrumental Positif 12

Positif 13

Positif 14

Positif 15

Dukungan Positif 16
emosional Positif 17 5

Positif 18

Positif 19

Positif 20

Sumber: Situmorang, N.E., 2013. Gambaran Dukungan Keluarga pada Kien Pengguna NAPZA di
Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.Skripsi Universitas Sumatera Utara:tidak
diterbitkan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Zuhdi (2008) beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan
Dengan pendidikan yang baik maka pengetahuan dan penangkapan

informasi akan baik pula. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan

meningkatkan peran dan dukungan yang diberikan oleh keluarga. Pendidikan dari

keluarga yang baik akan menyebabkan kemudahan dalam berkomunikasi dan

menerima informasi sehingga peran mereka dalam keluarga terutama dalam

bidang kesehatan.

b. Pekerjaan

Jenis pekerjaan seperti swasta, wiraswasta ataupun pegawai negeri, akan

banyak mendapatkan informasi dari orang lain yang berinteraksi dengan mereka

sehingga akan meningkatkan peran mereka semakin baik dalam keluarga.

C. Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA

1. Ciri-ciri dukungan keluarga

Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-

dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diakses atau diadakan untuk keluarga. Baik keluarga inti maupun keluarga besar

berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya. Setiap dukungan

keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain adalah informatif yaitu bantuan informasi

yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi

persoalan yang dihadapi meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau

informasi lainnya yang dibutuhkan. Kedua adalah perhatian emosional dimana

setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini

berupa dukungan simpati dan empati, kepercayaan dan pengharapan. Dengan

demikian seseorang yang sedang mengalami persoalan tidak menanggung beban


sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengarkan,

bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya. Bantuan instrumental

bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya atau

menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan

menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan. Terakhir adalah bantuan penilaian

yaitu bentuk penghargaan yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat

berarti bagi penderita.

2. Tugas dukungan keluarga

Menurut Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang

kesehatan untuk mendukung kesehatan anggota keluarganya:

a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarganya secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga

yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga

maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat

teratasi.

c) Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit


Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan

kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

d) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

3. Hasil penelitian dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA.

Hasil penelitian Situmorang (2013) tentang “Gambaran Dukungan Keluarga

pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara” dukungan keluarga hasilnya maksimal sebesar 85,7 %. Berdasarkan dari

dukungan informasi diperoleh hasil dukungan yang maksimal sebesar 78,6%.

Berarti dukungan yang diberikan keluarga kepada klien pengguna NAPZA sudah

berperan sebagai pemberi informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan

kondisi individu. Dukungan material atau instrumental adalah dukungan berupa

finansial dalam pemenuhan kebutuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga.

Pada dukungan instrumental diperoleh hasil dukungan maksimal sebesar 89,3 %.

Dukungan penghargaan menunjukkan hasil 85,7 % .

Penelitian Siahaan (2011) tentang “Dukungan Psikososial Keluarga Dalam

Penyembuhan Pasien NAPZA Di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara”, terhadap 30 responden di Poliklinik Narkoba diperoleh besar

dukungan psikososial keluarga dalam penyembuhan pasien NAPZA yaitu


maksimal 70 % atau n = 21 responden dan cukup 30 % atau n = 9 responden. Hal

ini menunjukkan bahwa dukungan psikososial keluarga dalam penyembuhan

pasien NAPZA di Poliklinik Narkoba sudah maksimal. Selanjutnya diketahui 15

responden (50 %) memberikan dukungan informasional maksimal kepada anggota

keluarganya. Pada dukungan informasional yang maksimal berarti keluarga sudah

berperan sebagai pemberi informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan

kondisi individu. Pada dukungan penghargaan didapatkan 15 responden (50%)

memberikan dukungan maksimal dan 50 % atau n =15 responden memberikan

dukungan penilaian cukup kepada anggota keluarganya. Pemberian dukungan

penilaian yang maksimal berarti bahwa keluarga sudah berperan sebagai

pembimbing dan penilai terhadap masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga

dan bertujuan membantu anggota keluarga sehingga anggota keluarga

mendapatkan perhatian, arahan, santunan, sebagai bentuk penghargaan. Pada

dukungan instrumental terdapat 21 responden (70%) memberikan dukungan

instrumental maksimal kepada anggota keluarganya. Pemberian dukungan

instrumental yang maksimal berarti bahwa keluarga sudah menyediakan

dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan

dana untuk biaya pengobatan. Pada dukungan emosional penelitian diketahui 22

responden (73.3%) memberikan dukungan maksimal kepada anggota keluarganya.

Pemberian dukungan emosional yang maksimal berarti keluarga sudah menjadi

sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,

2013). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat diterangkan dengan

skema yang tertera pada gambar 1 di bawah ini.

Faktor Dampak Penyalahgunaan


Predisposisi / NAPZA :
Pendukung: 1. Terganggunya Rehabilitasi
fungsi otak dan
a. Faktor biologis
perkembangan
b. Faktor
normal remaja
psikologis
c. Faktor sosial 2. Kematian akibat
overdosis (OD) Dukungan Keluarga
kultural
3. Timbul gejala Pada Penyalahguna
putus zat NAPZA
1. Dukungan
Faktor Presipitasi / informasional
Pencetus: 2. Dukungan
a. Teman Penghargaan.
sebaya 3. Dukungan
Penyalahguna NAPZA Instrumental
sebagai
pengakuan 4. Dukungan
b. Reaksi emosional
sebagai
cara untuk
mencari
Faktor yang
kesenangan
mempengaruhi
dukungan keluarga
Keterangan 1. Pendidikan

: yang tidak diteliti 2. Pekerjaan

: yang diteliti

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna


NAPZA Di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017

Penjelasan Kerangka Konsep:


Faktor pendukung dan faktor pencetus inilah yang mengakibatkan

terjadinya penyalahguna NAPZA. Faktor pendukung yaitu terdiri dari faktor

biologis, faktor psikologis dan faktor sosial, sedangkan faktor pencetusnya yaitu

teman sebaya sebagai pengakuan, reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan,

kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti. Penyalahgunaan NAPZA akan

memberikan dampak yaitu terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal

remaja, kematian akibat overdosis (OD), timbul gejala putus zat. Dampak yang

ditimbulkan dari penyalahguna NAPZA ini harus dilakukan upaya

penanggulangan yaitu melalui rehabilitasi bagi pengguna NAPZA. Di dalam

rehabilitasi pengguna NAPZA dukungan keluarga sangat diperlukan untuk

mempercepat proses pengobatan. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pekerjaan dan pendidikan. Variabel penelitian

yang akan diteliti adalah dukungan keluarga yang meliputi dukungan

informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

emosional dan dukungan keluarga menurut pendidikan dan pekerjaan

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang mempunyai variasi nilai dan merupakan

operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau

ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Adapun variabel penelitian ini yaitu,

dukungan keluarga yang terdiri dari: dukungan informasional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional da dukunngan

keluarga menurut pendidikan dan pekerjaan.


2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi variabel berdasarkan sesuatu yang

dilaksanakan dalam penelitian. Sehingga, variabel tersebut dapat diukur, diamati,

atau dihitung, kemudian timbul variasi (Setiadi, 2013). Definisi operasional pada

penelitian ini disajikan dengan tabel 2.

Tabel 2
Definisi Operasional Variabel Penelitian Gambaran Dukungan Keluarga pada
Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Variabel/Sub Pengertian Variabel/Sub Alat Ukur Skala Ukur


Variabel Variabel

1 2 3 4

Dukungan Merujuk pada dukungan Skala Ordinal


keluarga pada yang dirasakan dari anggota Dukungan
penyalahguna keluarga kepada Keluarga
NAPZA meliputi penyalahguna NAPZA
empat dukungan
yaitu:
Memberikan informasi
a.Dukungan kepada penyalahguna
informasional NAPZA.

Memberikan support,
b. Dukungan pengakuan, penghargaan,
penghargaan dan perhatian dari keluarga
kepada penyalahguna
NAPZA.

1 2 3 4
c. Dukungan memberikan materi, tenaga
instrumental dan sarana dari keluarga
kepada penyalahguna
NAPZA

Membantu penguasaan
d. Dukungan
terhadap emosi kepada
emosional
penyalahguna NAPZA

e. Dukungan
Pemikiran individu yang
keluarga
dirasa oleh penyalahguna
menurut
NAPZA menurut pendidikan.
pendidikan

Pemikiran dirasakan oleh


f. Dukungan
penyalahguna NAPZA
keluarga
menurut pekerjaan.
menurut
pekerjaan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis peneltian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa–peristiwa penting yang terjadi pada masa

kini. Penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis karena fenomena

disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba

menganalisis penyebab fenomena tersebut bisa terjadi Nursalam (2013). Model

pendekatan subjek yang digunakan adalah cross sectional. Menurut Setiadi (2013),

pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengamatan atau pengukuran secara

simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali.

Penelitian dimulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017. Kegiatan

pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2017. Pengolahan data, analisa data

dan penyusunan laporan dilakukan pada bulan Mei 2017. Jadwal selengkapnya

terlampir pada lampiran satu.


C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek-subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penyalahguna NAPZA

di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali yang berjumlah 45 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang (Sugiyono, 2015). Pada

penelitian ini yang menjadi sampel adalah penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika

Nasional Provinsi Bali, dengan besar sampel 45 orang.

3. Teknik sampling

Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi untuk menjadi sampel dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara- cara yang

ditempuh dengan pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar- benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini

menggunakan non probability sampling yaitu sampling jenuh. Menurut Setiadi


(2013) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dari sampel penelitian adalah data primer. Data primer

adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan,

survei, dan lain-lain (Setiadi, 2013). Data penelitian ini, diperoleh langsung dari

responden melalui pengisian skala dukungan keluarga untuk mendapatkan dukungan

informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional

di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017.

2. Cara pengumpulan data

Langkah-langkah pengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:


a. Mengajukan surat pengantar ijin penelitian secara kolektif ke Direktorat.
b. Mengajukan ijin penelitian ke Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi

Bali.
c. Mengajukan ijin ke Kepala BNN Provinsi Bali.
d. Mengajukan ijin formal ke bidang Rehabilitasi BNN Provinsi Bali.

e. Menetapkan enumerator di Klinik Pratama yang akan membantu dalam

pelaksanaan penyebaran instrumen pengumpulan data.


f. Menyamakan persepsi bersama dengan enumerator dalam hal penyeleksian

sampel dan pengisian instrumen pengumpulan data,


g. Melakukan pendekatan secara informal kepada sampel yang akan di teliti dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian


h. Melakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi
i. Memberikan lembar persetujuan dan jika subjek menolak untuk menjadi

responden untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati

haknya.
j. Memberikan lembar pengumpulan data kepada responden dengan dijelaskan

terlebih dahulu cara pengisiannya.


k. Memeriksa kelengkapan data dan mengumpulkan instrument yang sudah terisi

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

dukungan keluarga. Skala dukungan keluarga dibuat sesuai dengan bentuk dukungan

keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada penyalahguna NAPZA. Bentuk

dukungan ini berupa dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental dan dukungan emosional.

Jumlah pernyataan yaitu 20 item, yaitu dukungan informasional 1-5, dukungan

penghargaan 6-10, dukungan instrumental 11-15, dukungan emosional 16-20.

Penilaian menggunakan skala guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban yaitu

skor pernyataan ya (skor 1), tidak (skor 0) (Nursalam, 2013). Total skor diperoleh

terendah 0 dan yang tertinggi 20 untuk dukungan keluarga. Semakin tinggi skor

dukungan keluarga maka semakin tinggi motivasi untuk berhenti menggunakan

NAPZA. Nilai skor 0-6 adalah kurang, skor 7-13 adalah cukup, skor 14-20 adalah

baik. Sedangkan untuk nilai sub variabel skor 0-1 adalah kurang, skor 2-3 adalah

cukup, skor 4-5 adalah baik. Skala dukungan keluarga telah diuji sebelumnya oleh

Situmorang (2013) menggunakan 20 pertanyaan, karena tidak ada yang gugur peneliti
menggunakan 20 pertanyaan tersebut. Penelitian tersebut tidak mencantumkan nilai

reliabilitas sehingga peneliti harus menguji ulang skala dukungan keluarga.

Selengkapnya skala dukungan keluarga terlampir pada lampiran lima.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument. Instrument dikatakan valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi, sedangkan instrument yang kurang valid berarti mempunyai validitas

rendah. Uji validitas akan dilakukan teknik construct validity dengan rumus korelasi

product moment dari pearson. Secara sederhana dapat dikemukakan hasil jika r hitung

lebih besar atau sama dengan rho tabel pada taraf signifikansi tertentu, biasanya 0,05

(5%) atau 0,01 (1%) berarti instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas (Setiadi,

2013). Nilai rho tabel masing – masing item ditetapkan ≥ 0,361. Uji validitas

dilakukan di RSJ Provinsi Bali dengan jumlah responden 30 orang yang memiliki

karakteristik sama dengan sampel penelitian. Uji validitas diproses menggunakan

program SPSS 22. Hasil uji validitas yaitu anatara 0,44-0,962 Hasil uji validitas

selengkapnya dilampirkan pada lampiran tujuh.

b. Uji reliabilitas

Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat

dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument

tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Uji yang dilakukan yaitu dengan menggunakan

rumus alpha cronbach, dan ketentuannya adalah sebagai berikut :


1.) Jika Alpha > alpha cronbach, maka alat tes peneliti dinyatakan reliabel

2.) Jika Alpha < alpha cronbach, maka alat tes peneliti dinyatakan tidak reliabel.

Instrument penelitian dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha cronbach

yaitu >0.89 (Arikunto, 2010). Skala dukungan keluarga dilakukan uji reliabilitas

menggunakan program SPSS 22 dengan hasil 0,948.

4. Teknik pengolahan dan analisa data

a. Teknik pengolahan data

Menurut Setiadi (2013), pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu

proses untuk memperoleh data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan. Langkah-langkah pengolahan data:

1) Editing
Memeriksa kembali daftar pernyataan yang telah diisi oleh responden yang

mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevasi jawaban. Apabila

ada jawaban ganda, divalidasi kembali sehingga memperoleh jawaban yang sesuai

dengan pendapat responden.

2) Coding

Mengklasifikasikan data hasil observasi ke dalam kategori. Biasanya klasifikasi

diberikan dengan memberikan kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3) Entry

Data yang telah divalidasi kemudian dimasukkan ke dalam komputer secara

manual kemudian diolah dengan sistem komputerisasi dan disimpan untuk

memudahkan dalam pengambilan data bila diperlukan.

4) Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum, mengecek

kesalahan-kesalahannya itu menghubungkan jawaban satu sama lain untuk

mengetahui adanya konsistensi jawaban. Bila ditemukan kesalahan maka dicocokan

kembali dengan melihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

5) Tabulasi

Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.
b. Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian pengolahan data dilakukan dengan

pemberian skor dan penilaian, setiap item pernyataan yang dijawab sesuai dengan

skor yang diberikan kemudian dijumlahkan. Langkah selanjutnya adalah analisa data.

Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif.

Menurut Setiadi (2013) analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kondisi lokasi penelitian

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali terletak di Jalan Kamboja No.

8 Denpasar yang berdiri di atas atas lahan seluas ± 600 m 2, terdiri dari dua lantai.

Klinik rehabilitasi terdapat di belakang bangunan gedung utama, dengan luas ± 10 m

x 8 m terdiri dari ruang tunggu, ruang konseling, ruang dokter dan sell.

BNNP Bali memiliki tugas dan wewenang BNN dalam wilayah Provinsi.

Keberadaannya merupakan amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143).

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062) yang menyebutkan

bahwa BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota merupakan instansi vertikal.

Organisasi BNNP tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional

Nomor : PER / 04 / V / 2010 / BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. Ada

tiga bidang dalam unit kerja BNNP Bali yaitu bidang pencegahan dan pemberdayaan

masyarakat, bidang rehabilitasi dan bidang pemberantas.

Klinik BNNP Bali saat ini belum memiliki rehabilitasi secara rawat inap,

mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi kebanyakan

perawatannya secara rawat jalan. Mereka akan membuat jadwal kontrol sendiri dan
akan menghubungi pihak rehabilitasi apabila hendak kontrol sendiri dan akan

menghubungi pihak rehabilitasi apabila hendak kontrol ke klinik. Disaat kontrol

pasien akan melakukan konseling dan akan ditangani oleh konselor masing-masing.

2. Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan disajikan dalam tabel tiga, empat, lima dan enam.

Kategori usia dibagi berdasarkan teori psikologi perkembangan menurut

Santrock (2002) dengan tahapan usia remaja akhir 17-20 tahun, dewasa awal 21 -30

tahun, dan usia dewasa madya 31 – 59 tahun. Karakteristik responden berdasarkan

usia disajikan dalam tabel tiga.

Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
di BNNP Bali Tahun 2017

Usia (f) (%)


17-20 tahun 7 15,6%
21-30 tahun 25 55,6%
31-59 tahun 13 28,9%
Total 45 100

Tabel tiga menunjukkan bahwa dari 45 responden sebagian besar responden

yaitu 25 responden (55,6%) berusia dalam rentang 21-30 tahun.


Karakteristik menurut jenis kelamin responden di BNNP Bali disajikan dalam

tabel empat.

Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di BNNP Bali Tahun 2017

Jenis Kelamin (f) (%)


Laki-Laki 33 73,3
Perempuan 12 26,7
Total 45 100

Tabel empat menunjukkan bahwa dari 45 responden sebagian besar

responden yaitu 33 responden (26,7%) berjenis kelamin laki-laki.


Tingkat pendidikan dikategorikan berdasarkan Undang-Undang tentang

Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14 yang membagi

jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan

dalam tabel lima.

Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
di BNNP Bali Tahun 2017

Pendidikan (f) (%)


Dasar 3 6,7
Menengah 26 57,8
Tinggi 16 35,6
Jumlah 45 100

Tabel lima menunjukkan bahwa dari 45 responden sebagian besar responden

yaitu 26 responden (57,8%) berlatar pendidikan menengah.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada penyalahguna di Badan

Narkotika Nasional Provinsi Bali Tahun 2017 disajikan dalam tabel enam.
Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
di BNNP Bali Tahun 2017

Pekerjaan (f) (%)


PNS 2 4,4
Swasta 19 42,2
Wiraswasta 12 26,7
Petani 1 2,2
Tidak Bekerja 11 24,4
Jumlah 45 100

Tabel enam menunjukkan sebagian besar responden 19 responden (42,2%)

bekerja swasta.

3. Hasil pengamatan terhadap objek penelitian berdasarkan variabel penelitian

Hasil pengamatan dukungan keluarga pada responden di BNNP Bali tahun

2017 disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Pengamatan Dukungan Keluarga Pada Responden
Di BNNP Bali Tahun 2017
Kode Responden Skor Dukungan
Pendidikan Pekerjaan
Responden
1 2 3 4
1 2 3 3
2 3 2 13
3 3 2 18
4 2 5 17
5 2 2 12
6 2 2 2
7 1 3 17
8 2 2 17
9 2 5 15
10 1 4 10
11 2 5 18
12 3 3 19
13 2 3 16
14 1 3 20
15 2 2 2
16 3 2 18
17 2 5 15
18 2 3 8
19 3 1 14
20 2 5 1
21 2 3 9
22 2 3 15
23 3 2 16
24 2 5 2
25 3 2 17
1 2 3 4
26 2 2 17
27 3 2 18
28 3 1 17
29 2 3 1
30 3 2 15
31 2 5 18
32 3 3 17
33 3 2 9
34 2 5 17
35 3 3 17
36 2 2 17
37 2 3 17
38 2 5 18
39 3 2 10
40 2 2 7
41 2 3 3
42 3 2 13
43 3 2 18
44 2 5 17
45 2 2 12
Keterangan:
Pendidikan Pekerjaan:
1. Dasar 1. PNS
2. Menengah 2. Swasta
3. Tinggi 3. Wiraswasta
4. Petani
5. Tidak Bekerja

Tabel 5 menunjukkan bahwa skor tertinggi dukungan keluarga pada responden

adalah 20 dan terendah adalah 1.

4. Hasil analisis data

a) Identifikasi dukungan keluarga

Dukungan keluarga pada responden di BNNP Bali disajikan dalam tabel

delapan.

Tabel 8
Dukungan Keluarga Pada Responden
Di BNNP Bali Tahun 2017

Kategori (f) (%)


Baik 26 57,8
Cukup 11 24,4
Kurang 8 17,8
Jumlah 45 100
Berdasarkan tabel delapan didapatkan sebagian besar responden mendapatkan

dukungan keluarga yang baik sebanyak 26 reponden (57,8%).

b) Identifikasi dukungan keluarga berdasarkan pendidikan

Dukungan keluarga berdasarkan pendidikan dapat disajikan dalam tabel

sembilan.

Tabel 9
Dukungan Keluarga Pada Responden Berdasarkan Pendidikan
di BNNP Bali Tahun 2017

Dukungan Keluarga Berdasarkan


Pendidikan Jumlah
Pendidikan
Baik Cukup Kurang
f % F % f % f %
Dasar 2 4,4 1 2,2 0 0 3 6,6

Menengah 14 31,1 3 6,7 9 20 26 57,8


Tinggi 12 26,7 4 8,9 0 0 16 35,6
Jumlah 28 62,2 8 17,8 9 20 45 100

Berdasarkan tabel sembilan didapatkan sebagian besar responden mendapatkan

dukungan keluarga yang baik pada responden yang berpendidikan menengah yaitu

sebanyak 14 responden (31,1%).

c) Identifikasi dukungan keluarga berdasarkan pekerjaan

Distribusi dukungan keluarga responden berdasarkan pekerjaan dapat disajikan

dalam tabel 10.

Tabel 10
Dukungan Keluarga Responden Berdasarkan Pekerjaan
di BNNP Bali Tahun 2017

Dukungan Keluarga Berdasarkan


Pekerjaan Jumlah
Pekerjaan
Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
PNS 2 4,4 0 0 1 2,2 3 6,6
Swasta 10 22,2 7 15,6 1 2,2 18 40
Wiraswasta 8 17,8 2 4,4 3 6,7 13 28,9
Petani 0 0 1 2,2 0 0 1 2,2
Tidak Bekerja 8 17,8 0 0 2 4,4 10 22,2
Jumlah 28 62,2 10 22,2 7 15,5 45 100
Berdasarkan tabel 10 didapatkan sebagian besar responden mendapatkan

dukungan keluarga baik yang mempunyai pekerjaan swasta yaitu sebanyak 10

responden (22,2%).

d) Identifikasi dukungan keluarga berdasarkan aspek dominan

Distribusi dukungan keluarga responden berdasarkan aspek dominan disajikan

dalam tabel 11.

Tabel 11
Dukungan Keluarga Pada Responden Berdasarkan Aspek Dominan di BNNP
BaliTahun 2017

Dukungan Dukungan Keluarga Berdasarkan


Keluarga Aspek Dominan Jumlah
Baik Cukup Kurang
Berdasarkan Aspek
f % f % f % f %
Dominan
Dukungan 23 12,8 14 7,8 8 4,4 45 25
Informasional

Dukungan 26 14,4 11 6,1 8 4,4 45 25


Penghargaan
Dukungan 26 14,4 10 5,6 9 5,0 45 25
Instrumental
Dukungan 28 15,6 8 4,4 9 5,0 45 25
Emosional
Jumlah 103 57,2 43 23,9 34 18,8 180 100

Berdasarkan tabel 11 didapatkan sebagian besar responden mendapatkan

aspek dominan dukungan keluarga pada dukungan emosional yaitu 28 responden

(15,6%).

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dukungan keluarga tertinggi yaitu

dukungan baik sebanyak 26 responden (57,8%) dukungan cukup sebanyak 11

responden (24,4%) dan dukungan keluarga kurang 8 responden (17,8%). Penelitian

ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Situmorang (2013) yang

menyatakan dukungan tertinggi pada dukungan kelurga baik sebanyak 26 responden

(92,9%). Penelitian selanjutnya yang sejalan adalah penelitian Siahaan (2011) yang

menyatakan dukungan tertinggi pada dukungan keluarga baik 21 responden (70%).

Menurut peneliti hal ini menunjukkan kesadaran pada keluarga dalam memberikan

dukungan atau motivasi kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan

NAPZA sudah baik, walaupun sudah termasuk dalam kategori baik tetapi masih

ditemukannya dukungan keluarga yang cukup sebanyak 11 responden (24,4%) dan

dukungan keluarga kurang 8 responden (17,8%) dari 45 responden yang diteliti.

Keluarga sebagai sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung

pada setiap keadaan sehat-sakit anggota keluarganya. Dalam memberikan dukungan


terhadap salah satu anggota keluarga yang menyalahgunaka NAPZA, dukungan dari

seluruh anggota sangatlah penting dalam proses penyembuhan dan pemulihan

penderita. Dukungan keluarga sangat besar manfaatnya bagi salah satu anggota

keluarga yang sakit, dengan memberikan kasih sayang, rasa aman dan perawatan

kesehatan yang baik. Keluarga merupakan individu yang terdekat dengan

penyalahguna. Semua anggota keluarga berperang untuk mengawasi dan memastikan

penyalahguna NAPZA sudah melakukan konseling. Di samping itu keluarga juga

wajib mengingatkan dan mengatur pasien untuk konseling ke rehabilitasi NAPZA.

Menurut Setiadi (2008) secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang

adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh

dari sakit, fungsi kognitif, fiisik dan kesehatan emosi. Penelitian ini sekaligus

membuktikan bahwa dukungan keluarga membuat keluarga mampu untuk

menjalankan tugasnya sehingga meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga pada

anggota keluarga yang sakit.

2. Dukungan keluarga berdasarkan pendidikan pada penyalahguna NAPZA

Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA

menurut pendidikan didapatkan dukungan yang paling banyak adalah tingkat

pendidikan menengah yaitu 14 responden (31,1%) dukungan keluarga baik dan 3

responden (6,7%) dengan dukungan keluarga cukup dan 9 responden (20%) dengan

dukungan keluarga kurang. Penelitian yang sejalan adalah penelitian Darojah (2008)

yang menyatakan bahwa dukungan keluarga tertinggi pada pendidikan menengah

yaitu 25 responden (40,3%). Menurut peneliti dengan memiliki pendidikan yang


tergolong tinggi seseorang akan lebih positif dalam menanggapi penerimaan

informasi termasuk dukungan yang diberikan dari keluarga, sehingga penyalahguna

NAPZA semakin teratur untuk menjalani rehabilitasi dan pengobatan. Menurut

Notoatmodjo (2011), tingkat pendidikan merupakan indikator bahwa seseorang telah

menempuh jenjang pendidikan formal di bidang tertentu, namun bukan indikator

bahwa seseorang telah menguasai beberapa bidang ilmu. Seseorang dengan

pendidikan yang baik, lebih matang terhadap proses perubahan pada dirinya,

sehingga lebih mudah menerima pengaruh luar yang positif, objektif dan terbuka

terhadap berbagai informasi termasuk dukungan dari keluarga yang diberikan.

Menurut Zuhdi (2008) dengan pendidikan yang baik maka pengetahuan dan

penangkapan informasi akan baik pula. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan

meningkatkan peran dan dukungan yang diberikan oleh keluarga. Pendidikan dari

keluarga yang baik akan menyebabkan kemudahan dalam berkomunikasi dan

menerima informasi sehingga peran mereka dalam keluarga terutama dalam bidang

kesehatan.

3. Dukungan keluarga berdasarkan pekerjaan pada penyalahguna NAPZA

Berdasarkan hasil penelitian dukungan kelurga dengan pekerjaan yang tertinggi

yaitu pekerjaan swasta 10 responden (22,2%) dukungan keluarga baik, 7 responden

(15,6%) dukungan keluarga cukup, dan 1 responden (2,2%) dukungan keluarga

kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Darojah (2008) tetapi yang tertinggi

yaitu pekerjaan wiraswasta 17 responden (20,2%). Menurut peneliti dukungan

keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan adalah


mata pencaharian yang merupakan sumber penghasilan, semakin tinggi tingkat

penghasilan seseorang maka kemudahan untuk melakukan rehabilitasi (pengobatan)

akan semakin baik. Didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2011) salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang adalah sosial ekonomi.

Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang maka

akan cenderung berperilaku dan persepsi sesuai yang diinginkan. Menurut Zuhdi

(2008) jenis pekerjaan seperti swasta, wiraswasta ataupun pegawai negeri, akan

banyak mendapatkan informasi dari orang lain yang berinteraksi dengan mereka

sehingga akan meningkatkan peran mereka semakin baik dalam keluarga.

4. Dukungan keluarga berdasarkan aspek dominan pada penyalahguna

NAPZA

Pasien NAPZA mendapatkan empat dimensi dukungan keluarga yaitu:

dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan aspek dominan yaitu

pada dukungan emosional 28 responden sebanyak (15,6%). Hasil ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Situmorang (2013) tentang Gambaran

Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara dukungan tertinggi pada dukungan emosional yaitu sebanyak

24 responden (85,7 %). Hasil penelitian menurut Siahaan (2011) tentang Dukungan

Psikososial Keluarga Dalam Penyembuhan Pasien NAPZA Di Rumah Sakit Jiwa

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dengan hasil penelitian diketahui bahwa

dukungan emosional tertinggi pada dukungan emosional 22 responden (73.3 %).


Menurut peneliti pemberian dukungan emosional yang maksimal berarti keluarga

sudah menjadi sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan ini memungkinkan anggota

keluarga memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman, tenang,

tentram dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Faktor-faktor

yang mempengaruhi dukungan emosional adalah per`hatian, rasa empati dan

kedekatan dari orang tua. Dukungan emosional yang diberikan keluarga antara lain

keluarga mengerti dengan masalah yang dialami oleh responden, mendengarkan

keluhan responden tentang penyakit yang dirasakan dan memberikan kenyamanan

pada responden dalam mengatasi masalahnya. Dapat disimpulkan bahwa keluarga

merupakan tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan. Seseorang

yang menghadapi persoalan merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada

orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan

berempati (Setiadi, 2008).


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka didapat kesimpulan bahwa:

1. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA yang paling tinggi yaitu

dukungan keluarga baik 26 responden (57,8%).

2. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA berdasarkan pendidikan pada 45

responden, sebagian besar yaitu mendapatkan dukungan yang baik yakni dengan

pendidikan menengah sebanyak 14 responden (31,1%).

3. Dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA berdasarkan pekerjaan pada 45

responden, sebagian besar yaitu mendapatkan dukungan yang baik yakni

pekerjaan swasta sebanyak 10 responden (22,2%).

4. Aspek dominan dukungan keluarga pada penyalahguna NAPZA yaitu dukungan

emosional yakni 28 responden (15,6%).


B. Saran

1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai

pentingnya dukngan keluarga bagi para penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika

Nasional Provinsi Bali.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini

dengan menggunakan lebih dari satu variabel penelitian mengingat penelitian ini

hanya menggunakan satu variabel atau univariat yaitu dukungan keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Alifia, U., 2007. Apa Itu Narkoba Dan NAPZA?, Semarang: Begawan Solo.

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

BNN, 2016. Laporan Tahunan BNN Provinsi Bali, Denpasar: BNNP Bali.

Darojah, 2008. Pendekatan Family Support Group Dalam di Panti Sosial Pamardi
Putra “ Sehat Mandiri ” Yogyakarta. Available at: http://digilib.uin-
suka.ac.id/1154/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf. (Diakses tanggal 25
Desember 2016)

Fadhila, N., 2015. Dengan Fungsi Kognitif Pada Narapidana Di Lembaga


Pemasyarakatan ( LP ) Klas I Kedupange Semarang. Hubunganantara
Penyalahgunaan Narkoba dengan Fungsi Kognitif pada Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas I Kedungpane Semarang. Available at:
http://lib.unnes.ac.id/20595/1/6411410030-S.pdf. (Diakses tanggal 19 Desember
2016)

Friedman, M., 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori Dan Praktik,
Jakarta: EGC.

Handayani, S., 2011. Pengaruh Keluarga, Masyarakat dan Pendidikan Terhadap


Pencegahan Bahaya Narkoba Dikalangan Remaja. Available at:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292435-T 29667-Pengaruh keluarga-full
text.pdf. (Diakses tanggal 25 Desember 2016)

Handoyo, I.L., 2004. Narkoba Perlukah Mengenalnya?, Bandung: Pakar Raya.

Harahap, P., 2015. Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia. Kompasiana. Available


at: http://www.kompasiana.com/phadli/jumlah-pengguna-narkoba-di-
indonesia_553ded8d6ea834b92bf39b35. (Diakses tanggal 25 Desember 2016)

Ids, 2016. Bali Darurat Narkoba, Penggunanya Tembus 61 Ribu Orang. Suaradewata.
Available at: http://suaradewata.com/read/2016/07/22/201607220008/Bali-
Darurat-Narkoba-Penggunanya-Tembus-61-Ribu-Orang.html. (Diakses tanggal
25 Desember 2016)

Kholik, S., 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba pada


Klien Rehabilitasi Narkoba di Poli NAPZA RSJ Sambang Lihum. , 5(1).
Available at: http://docplayer.info/31390587-Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
penyalahgunaan-narkoba-pada-klien-rehabilitasi-narkoba-di-poli-napza-rsj-
sambang-lihum.html. (Diakses tanggal 19 Desember 2016)
Majid, A., 2007. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba, Semarang: Balai Pustaka.

Martono dan Joena, S., 2008. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAFZA, Jakarta: Balai
Pustaka. (Diakses tanggal 19 Desember 2016)

Mustikallah, O., 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan


Motivasi Kesembuhan Pasien Napza ( Narkotika , Alkohol , Psikotropika Dan
Zat Adiktif Lainnya ) Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Timur
Tahun 2013. , 5(3), pp.1–6. Available at: http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/Okta
Mustikallah.pdf. (Diakses tanggal 19 Desember 2016)

Notoatmodjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika.

Santrock, J.W., 2002. Life-Span Development 5th ed., Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E., 2011. Health Psychology Biopsychos., New York: John Wiley & Sons
Inc.

Setiadi, 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Siahaan, dan E.P., 2011. Dukungan Psikososial Keluarga Dalam Penyembuhan


Pasien NAPZA Di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Available at: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=59033&val=4130. (Diakses tanggal 19 Desember 2016)

Situmorang, N.E., 2013. Gambaran Dukungan Keluarga pada Kien Pengguna


NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Available at:
http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/47100. (Diakses tanggal 19
Desember 2016)

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,


Bandung: Alfabeta.

UNODC, 2014. World Drug Report. Available at: http://www.unodc.org/wdr2014/.


(Diakses tanggal 19 Desember 2016)
Wirawan.2014.Dukungan Keluarga Pada Pasien NAPZA di RSUP Sanglah Tahun
2014.http//www.sanglahhospitalbali.com/v1/penelitian.php?ID=301. (Diakses
Tanggal 20 Juni 2017)

Zuhdi, 2008. Hubungan Faktor Demografi Dengan Tingkat Kecemasan. Available at:
http//:indonet.com/2021. (Diakses tanggal 19 Desember 2016)
Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Penelitian Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional 2017

Jan Feb Maret April Mei Juni


No Kegiatan
2017 2017 2017 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan KTI

59
Lampiran 2

Anggaran Penelitian

Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA


di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali
Tahun 2017

No Keterangan Biaya

A Persiapan

Pembelian ATK Rp.300.000

Studi pendahuluan (Transportasi) Rp. 100.000

Penggandaan proposal (3 eksemplar) Rp.150.000

B Pelaksanaan

Pengurusan ijin Rp. 200.000

Transportasi Rp. 200.000

Konsumsi Rp. 300.000

Penggandaan lembar observasi Rp. 100.000

C Tahap Akhir

Penyusunan laporan Rp. 100.000

Penggandaan laporan ( 3 eksemplar) Rp. 150.000

Total biaya Rp. 1.600.000

60
Lampiran 3

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada

Yth: Saudara/i Calon Responden

di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali

Dengan hormat,

61
Kami mahasiswa D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Semester

VI bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Dukungan Keluarga pada

Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika Nasional (BNN) 2017”, sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan program studi D-III Keperawatan. Berkaitan

dengan hal tersebut diatas, kami mohon kesedian bapak/ibu/saudara untuk menjadi

responden yang merupakan sumber informasi bagi peneliti.

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas partisipasinya kami

ucapkan terima kasih.

Denpasar, 2017

Peneliti

Gusti Ayu Putu Pramita

P07120014098

Lampiran 4

Lembaran Persetujuan Responden

Jenis Penelitian : Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA di

Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Peneliti : Gusti Ayu Putu Pramita

NIM : P0712014098

Pembimbing : 1. I Nengah Sumirta, SST. S.Kep., Ns. M.Kes

2. I Gede Widjanegara, SKM., M.Fis

62
Saya telah diminta dalam memberikan persetujuan untuk berperan serta dalam

penelitian “Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA di Badan Narkotika

Nasional (BNN) Provinsi Bali Tahun 2017” yang dilakukan oleh Gusti Ayu Putu

Pramita. Oleh peneliti saya diminta untuk berpartisipasi dalam observasi dan saya

mengerti bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan.

Kerahasiaan ini akan dijamin selegal mungkin, semua berkas yang dicantumkan

identitas subjek penelitian akan digunakan dalam data.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Denpasar, 2017

Responden

Lampiran 5

Format Pengumpulan Data

Jenis Penelitian : Dukungan Keluarga pada Penyalahguna NAPZA di Badan

Narkotika Nasional (BNN)

Tahun 2017

Kode Responden *:

Tanggal Pengisian :

63
Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan kuesioner dengan teliti dan benar


2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara member tanda pada

kolom yang anda pilih


A. Karakteristik Responden
1. Umur …..tahun
2. Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
3. Pendidikan Terakhir
Dasar (SD)
Menengah (SMP-SMU/SMK)
Tinggi (D3-S3)

4. Pekerjaan
PNS
Swasta
Wiraswasta
Petani
Tidak Bekerja

Skala Dukungan Keluarga


Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada kolom “Ya” apabila pernyataan

dibawah ini dianggap ya dan pada kolom “Tidak” apabila pernyataan dibawah ini

dianggap tidak.

64
Indikator :
1. Ya : 1
2. Tidak : 0

NO PERNYATAAN JAWABAN SKOR

Ya Tidak
Keluarga saya
1
memberikan informasi
tempat pengobatan
yang terbaik sehingga
meningkatkan motivasi
saya untuk sembuh.

Keluarga saya mencari


2
tahu informasi
kesehatan saya kepada
dokter atau perawat.

Keluarga memberikan
3
saran kepada saya untuk
tidak mengurung diri
karena sudah terjerat
obat-obatan terlarang.

NO PERNYATAAN JAWABAN SKOR

Ya Tidak

65
Saat saya berada dalam
4
masalah, keluarga siap
memberikan solusi
berupa informasi kepada
saya tentang
permasalahan yang saya
dihadapi.

Keluarga memberikan
5
informasi tentang
bahaya obat-obatan
terlarang terhadap
kesehatan saya.

6 Keluarga mempunyai waktu


luang untuk mendengar keluh
kesah saya.

7 Keluarga selalu mengingatkan


saya agar tidak kembali
menyalahgunakan NAPZA.

8 Keluarga melibatkan saya


dalam mengambil keputusan
dalam pengobatan yang sedang
saya alami.

NO PERNYATAAN JAWABAN SKOR

Ya Tidak

9 Keluarga memberikan pujian

66
ketika saya berobat dengan
teratur dan berusaha untuk
sembuh.

10 Keluarga memberikan
dorongan kepada saya untuk
tetap berserah kepada Tuhan.

11 Keluarga saya mengusahakan


biaya selama di panti
rehabilitasi.

12 Keluarga mempunyai cukup


waktu untuk menjaga dan
merawat saya saat sakit.

13 Keluarga dengan senang hati


membeli obat yang akan saya
konsumsi selama masa
penyembuhan.

NO PERNYATAAN JAWABAN SKOR

YA TIDAK

14 Keluarga membantu saya


untuk mengasah kemampuan
yang saya miliki dengan
menyediakan sarana yang
diperlukan.

67
15 Saya berespon positif terhadap
setiap dukungan yang
diberikan keluarga.

16 Perhatian dan dukungan dari


keluarga membuat saya lebih
bersemangat menjalani proses
penyembuhan.

17 Kedekatan dan kehangatan


dalam keluarga membuat saya
merasa dicintai dan disayangi
sehingga saya merasa tenang
dan termotivasi untuk sembuh.

18 Nasehat dan peringatan dari


keluarga selalu memotivasi
saya untuk sembuh.

NO PERNYATAAN JAWABAN SKOR

YA TIDAK

19 Keluarga menciptakan suasana


yang aman dan nyaman di
rumah sehingga saya merasa
senang berada di rumah.

20 Keluarga percaya pada


kemauan saya untuk berhenti.

68
69
Lampiran 6

Tabel Analisis Data Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA

di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Tahun 2017

Kode Karakteristik Responden Skor Dukungan


Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan
Responden
Informasional Penghargaan Instrumental Emosional Keluarga
Pendidikan Pekerjaan Total Kategori Total Kategori Total Kategori Total Kategori Total Kategori
Skor Skor Skor Skor Skor
1 Menengah Wiraswasta 0 Kurang 1 Kurang 1 Kurang 1 Kurang 3 Kurang
2 Tinggi Swasta 3 Cukup 4 Baik 5 Baik 1 Kurang 13 Cukup
3 Tinggi Swasta 4 Baik 4 Baik 5 Baik 5 Baik 18 Baik
4 Menengah Tidak 5 Baik 5 Baik 2 Cukup 5 Baik 17 Baik
Bekerja
5 Menengah Swasta 3 Cukup 4 Baik 1 Kurang 4 Baik 12 Cukup
6 Menengah Swasta 1 Kurang 1 Kurang 0 Kurang 0 Kurang 2 Baik
7 Dasar Wiraswasta 4 Baik 5 Baik 3 Cukup 5 Baik 17 Baik
8 Menengah Swasta 3 Cukup 4 Baik 5 Baik 5 Baik 17 Kurang
9 Menengah Tidak 5 Baik 5 Baik 0 Kurang 5 Baik 15 Cukup
Bekerja
10 Dasar Petani 3 Cukup 2 Cukup 3 Cukup 2 Cukup 10 Baik
11 Menengah Tidak 4 Baik 5 Baik 4 Baik 5 Baik 18 Baik
Bekerja
12 Tinggi Wiraswasta 5 Baik 5 Baik 4 Baik 5 Baik 19 Baik
13 Menengah Wiraswasta 4 Baik 2 Cukup 5 Baik 5 Baik 16 Baik
14 Dasar Wiraswasta 5 Baik 5 Baik 5 Baik 5 Baik 20 Kurang
15 Menengah Swasta 1 Kurang 1 Kurang 0 Kurang 0 Kurang 2 Baik
16 Tinggi Swasta 4 Baik 5 Baik 4 Baik 5 Baik 18 Baik
17 Menengah Tidak 5 Baik 2 Cukup 3 Cukup 5 Baik 15 Cukup
Bekerja
18 Menengah Wiraswasta 2 Cukup 2 Cukup 2 Cukup 2 Cukup 8 Baik
19 Tinggi PNS 5 Baik 0 Kurang 4 Baik 5 Baik 14 Kurang
20 Menengah Tidak 0 Kurang 0 Kurang 0 Kurang 1 Kurang 1 Cukup
Bekerja
21 Menengah Wiraswasta 2 Cukup 3 Cukup 2 Cukup 2 Cukup 9 Baik
22 Menengah Wiraswasta 1 Kurang 5 Baik 4 Baik 3 Cukup 15 Baik
23 Tinggi Swasta 4 Baik 4 Baik 4 Baik 4 Baik 16 Kurang
24 Menengah Tidak 1 Kurang 1 Kurang 0 Kurang 0 Kurang 2 Baik
Bekerja
25 Tinggi Swasta 3 Cukup 4 Baik 5 Baik 5 Baik 17 Baik
26 Menengah Swasta 4 Baik 5 Baik 4 Baik 4 Baik 17 Baik
27 Tinggi Swasta 4 Baik 5 Baik 4 Baik 5 Baik 18 Baik
28 Tinggi PNS 3 Cukup 5 Baik 5 Baik 4 Baik 17 Kurang
29 Menengah Wiraswasta 0 Kurang 1 Kurang 0 Kurang 0 Kurang 1 Baik
30 Tinggi Swasta 5 Baik 3 Cukup 5 Baik 2 Cukup 15 Baik
31 Menengah Tidak 5 Baik 4 Baik 5 Baik 4 Baik 18 Baik
Bekerja
32 Tinggi Wiraswasta 4 Baik 4 Baik 4 Baik 5 Baik 17 Cukup
33 Tinggi Swasta 2 Cukup 2 Cukup 3 Cukup 2 Cukup 9 Baik
34 Menengah Tidak 5 Baik 4 Baik 4 Baik 4 Baik 17 Baik
Bekerja
35 Tinggi Wiraswasta 4 Baik 5 Baik 5 Baik 3 Cukup 17 Baik
36 Menengah Swasta 5 Baik 3 Cukup 4 Baik 5 Baik 17 Baik
37 Menegah Wiraswasta 5 Baik 5 Baik 3 Cukup 4 Baik 17 Baik
38 Menengah Tidak 3 Cukup 5 Baik 5 Baik 5 Baik 18 Cukup
Bekerja
39 Tinggi Swasta 2 Cukup 3 Cukup 2 Cukup 3 Cukup 10 Cukup
40 Menengah Swasta 2 Cukup 2 Cukup 3 Cukup 0 Kurang 7 Cukup
41 Menengah Wiraswasta 0 Kurang 1 Kurang 1 Kurang 1 Kurang 3 Kurang
42 Tinggi Swasta 3 Cukup 4 Baik 5 Baik 1 Kurang 13 Cukup
43 Tinggi Swasta 4 Baik 4 Baik 5 Baik 5 Baik 18 Baik
44 Menengah Tidak 5 Baik 5 Baik 2 Cukup 5 Baik 17 Baik
Bekerja
45 Menengah Swasta 3 Cukup 4 Baik 1 Kurang 4 Baik 12 Cukup

Keterangan

Dukungan Keluarga Secara Umum Dukungan Keluarga Sub Variabel

Dukungan Keluarga Baik : 14-20 Dukungan Keluarga Baik : 4-5

Dukungan Keluarga Cukup : 7-13 Dukungan Keluarga Cukup : 2-3

Dukungan Keluarga Kurang : 0-6 Dukungan Keluarga Kurang : 0-1


Lampiran 7

Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,948 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 14,0667 34,202 ,962 ,941
P2 14,1000 34,369 ,871 ,942
P3 14,0667 34,202 ,962 ,941
P4 14,1667 36,213 ,449 ,949
P5 14,1667 35,247 ,629 ,946
P6 14,1333 36,189 ,472 ,948
P7 14,1667 34,695 ,735 ,944
P8 14,1333 35,223 ,660 ,945
P9 14,0333 35,826 ,656 ,946
P10 14,1333 36,189 ,472 ,948
P11 14,1333 34,464 ,811 ,943
P12 14,2333 36,668 ,444 ,951
P13 14,1333 35,430 ,619 ,946
P14 14,2667 35,926 ,464 ,949
P15 14,0667 34,202 ,962 ,941
P16 14,1667 35,730 ,538 ,947
P17 14,1000 36,507 ,434 ,949
P18 14,0667 35,237 ,734 ,944
P19 14,0667 34,202 ,962 ,941
P20 14,0667 34,202 ,962 ,941

73
Lampiran 8

Hasil Analisis Data

Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna NAPZA

di Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali

Tahun 2017

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-20 7 15.6 15.6 15.6

21-30 25 55.6 55.6 71.1

31-49 13 28.9 28.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 33 73.3 73.3 73.3

Perempuan 12 26.7 26.7 100.0


Total 45 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dasar 3 6.7 6.7 6.7

Menengah 26 57.8 57.8 64.4

Tinggi 16 35.6 35.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

74
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 4.4 4.4 4.4

Swasta 19 42.2 42.2 46.7

Wiraswasta 12 26.7 26.7 73.3

Petani 1 2.2 2.2 75.6

Tidak Bekerja 11 24.4 24.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 26 57.8 57.8 57.8

Cukup 11 24.4 24.4 82.2

Kurang 8 17.8 17.8 100.0

Total 45 100.0 100.0

75
Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik_Dukungan_Informasion
32 17.8 17.8 17.8
al

Cukup_Dukungan_Informasi
17 9.4 9.4 27.2
onal

Kurang_Dukungan_Informas
11 6.1 6.1 33.3
ional

Baik_Dukungan_Pengharga
23 12.8 12.8 46.1
an

Cukup_Dukungan_Pengharg
10 5.6 5.6 51.7
aan

Kurang_Dukungan_Penghar
7 3.9 3.9 55.6
gaan

Baik_Dukungan_Instrumenta
22 12.2 12.2 67.8
l

Cukup_Dukungan_Instrume
10 5.6 5.6 73.3
ntal

Kurang_Dukungan_Instrume
8 4.4 4.4 77.8
ntal

Baik_Dukungan_Emosional 25 13.9 13.9 91.7

Cukup_Dukungan_Emosion
7 3.9 3.9 95.6
al

Kurang_Dukungan_Emosion
8 4.4 4.4 100.0
al

Total 180 100.0 100.0

76
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik Dasar 2 4.4 4.4 4.4

Cukup Dasar 1 2.2 2.2 6.7

Baik Menengah 14 31.1 31.1 37.8

Cukup Menengah 3 6.7 6.7 44.4

Kurang Menengah 9 20.0 20.0 64.4

Baik Tinggi 12 26.7 26.7 91.1

Cukup Tinggi 4 8.9 8.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik PNS 2 4.4 4.4 4.4

Kurang PNS 1 2.2 2.2 6.7

Baik Swasta 10 22.2 22.2 28.9

Cukup Swasta 7 15.6 15.6 44.4

Kurang Swasta 1 2.2 2.2 46.7

Baik Wiraswata 8 17.8 17.8 64.4

Cukup Wiraswasta 2 4.4 4.4 68.9

Kurang Wiraswasta 3 6.7 6.7 75.6

Cukup Petani 1 2.2 2.2 77.8

Baik Tidak Bekerja 8 17.8 17.8 95.6

Kurang Tidak Bekerja 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87

Anda mungkin juga menyukai