CP
DENGAN ALL (LEUKEMIA LIMFOSITIK/LIMFOBLASTIK AKUT) DI RUANG
FLAMBOYAN RSUP SANGLAH DENPASAR
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 / B-10-B
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas PLKK ini dengan judul “ Asuhan
Keperawatan pada Penyakit Hematologi”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas PLKK.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah member
kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Kelompok 1
BAB I
PENHULUAN
2. Insidens
a) Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi : ALL terjadi pada 80 %
kasus leukemia anak.
b) Insidens paling tinggi terjadi pada anak yang berusia antara 3 sampai 5 tahun.
c) Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki.
d) Sedikitnya 60 % sampai 70 % akan mencapai menyembuhan atau kelangsungan hidup
jangka panjang.
e) Anak afrika, amerika mempunya frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka
kesintasan midian yang lebih rendah.
3. Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti.Oleh sebab itu, sangat sulit bagi kita
untuk menghindarinya, setidaknya ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi terhadap
frekuensi leukemia. Ada beberapa faktor tersebut antara lain(Sunaryanti, 2011) yaitu :
a) Radiasi
Menurut data, LMA lebih disebabkan karena serangan radiasi. Sedang LLK sendiri
jarang mendapat laporan karena faktor radiasi. Jadi ada kemungkinan pegawai radiologi
bisa memiliki kemungkinan terkena serangan Leukemia, penderita dengan radioterapi
lebih sering menderita leukimia, Sebenarnya untuk serangan Leukemia pada anak-anak
sendiri meningkat setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Semenjak itu,
mulai banyak laporan mengenai anak-anak yang menderita Leukemia ini.
b) Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya Racun lingkungan
seperti benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi juga akan
memungkinkan terjadinya Leukemia.
c) Virus
Virus ini biasanya sih Virus HTLV penyebab utamanya. HTLV ituT-cell Leukemia
Viruses yang merupakan penyebab utama dari ketidak normalan perkembangan sel darah
putih. Biasanya sih HTLV I atau II. Virus lainnya antara lain retrovirus atau virus
leukemia feline.
d) Herediter
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down
lebih rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar 20
kali lebih rentan dibanding yang normal.
5. Klasifikasi
Leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan leukemia kronik.Pembagian ini
tidak menggambarkan lamanya harapan hidup tetapi menggambarkan kecepatan
timbulnya gejala dan komplikasi. Pada garis besarnya pembagian leukemia
adalah sebagai berikut (Sunaryanti, 2011) yaitu :
a) Leukimia limfositik akut (LLA)
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak.Penyakit ini juga terdapat
pada orang dewasa, terutama mereka yang telah berumur 65 tahun atau lebih.
b) Leukemia mielositik akut (LMA)
Penyakit yang lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak.Tipe ini
dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
c) Leukimia limfositik kronis (LLK)
Penyakit ini sering di derita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55
tahun.Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak ada pada anak-
anak.
d) Leukimia mielositik kronis (LMK)
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa dan dapat juga terjadi pada anak-anak,
namun sangat sedikit kemungkinannya.
6. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau
sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.Seluruh sel darah normal diperoleh dari
sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.Sel batang dapat dibagi ke
dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal
bakal sel yang terbagis epanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai
hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul,
tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang.Biasanya dijumpai
tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang
sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal.Derajat kementahannya merupakan
petunjuk untk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang
leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar
hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel
blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel
stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel
plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem
limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T
helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali.Sakit tulang juga
sering dijumpai. Jugaa timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-
muntah, “seizures” dan gangguan penglihatan( Nuratif & Kusuma, 2015).
PATHWAY
FACTOR PENCETUS
- Genetik - kelainan Sel neoplasma
kromosom berproliferasi didalam
- Radiasi - infeksi virus sumsum tulang
- Obat – obatan - paparan bahan kimia
Pertumbuhan berlebih
Melalui sirkulasi darah Melalui sistem limfatik
Kebutuhan nutrisi
Pembesaran hati dan Nodus limfe meningkat
limfe
8. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik pada penderita leukemia
sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015 ; Ngastyah, 2005) yaitu :
a) Pemeriksaan darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi yang monoton, terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik untuk
leukimia.
b) Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya
terdiri dari sel limfopoetik patologis, sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder).
c) Biopsi limfe
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfe yang mendesak, seperti limfosit normal, Res, granulosit dan pulp cell.
d) Cairan serebrospinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal.Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun keadaan kambuh.Untuk mencegahnya diberikan metrotreksat
(MTX) secara intra tekal.
1. Pengkajian :
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis,
Psikologis,Social dan Spiritual) untuk mendapatkan data yang lengkap dan
sistematis. Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :
a. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
2) Status kesehatan masa lalu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
5) Riwayat imunisasi
6) Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
b. Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
c. Perkembangan tiap tahap usia
Berguling : 3-6 bulan
Duduk : 6-9 bulan
Merangkak : 9-10 bulan
Berdiri : 9-12 bulan
Jalan : 12-18 bulan
Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
Bicara : 2-3 tahun
Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
c. Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2 Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3 Antropometri
- TB : Tinggi badan
- BB : Berat badan
- LLA : Lingkar lengan atas
- LK : Lingkar kepala
- LD : Lingkar dada
- LP : Lingkar perut
4 Pemeriksaan fisik Head To Toe
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk : Perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada
penderita leukemia betuk kepala simetris.
Rambut : Perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak
ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva :Anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis.
Sclera : Ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya
polip.Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),
perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut –
sudut bibir pecah – pecah.
e. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen.Palpasi nyeri tekan.Periksa fungsi
pendengaran dan keseimbangan.Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP,
normalnya 5-2.Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan Thorak
Jantung :
Inspeksi : Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita
leukemia, iktus terlihat
Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : Tentukan batas jantung.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru :
Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.
Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya
terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah
abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan
bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang
dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah
lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak
sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik,
anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis(mis: inflamasi, iskemia,
neoplasma).
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
c. Intoleransi fisik berhubungan dengan kelemahan.
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi(misalnya trombositopenia).
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis.
f. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi : keterampilan interpersonal, teknikal dan
intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan
respon pasien. pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada
tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap
keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien.
Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
e) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
f) Masukan nutrisi adekuat
g) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan
bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut,
anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan
rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik.
1) Pohon keluarga
An. CP
10 th
ALL
Keterangan :
: laki-laki : klien
: perempuan ------- : tinggal serumah
: meninggal
2) Penyakit
Ny. D mengatakan di dalam keluarganya maupun yang sakit seperti An. CP,
sehingga Ny. D tidak tahu tentang penyakit ALL dan perawatan untuk An.
CP termasuk makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi.
Ny. D mengatakan tidak ada riwayat sakit hipertensi, diabetes melitus
ataupun penyakit jantung dalam keluarganya.
3) Kebiasaan keluarga
Ny. D mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan
ke puskesmas atau ke dokter.
4) Pola pengkajian gordon
Pola Nutrisi
Ny. D mengatakan An. CP mau makan makanan yang diberikan RS dengan
paksaan, makan nasi, lauk dan sayur habis 1/4 sampai 1/2 porsi karena
setelah makan perut terasa mual dan selama sakit An. CP mengalami
penurunan nafsu makan.
Pola istirahat /tidur
An. CP mempunyai kebiasaan tidur jam 11.00, jam 14.00 dan tidur malam
sekitar jam 20.00 WIB, klien tidur sekitar 10-12 jam /hari. Tapi setelah di
RS klien tidur sewaktu-waktu kadang bisa dengan nyenyak tapi juga sulit
tidur.
Pola eliminasi
An. CP masih dibantu untuk BAK dan BAB 1x/sehari lancar, warna
kuning.
Pola gerak dan aktivitas
Saat ini pasien telah mengikuti pendidikan anak usia dini dan dapat
mengikuti pelajaran yang diberikan. Pasien termasuk anak yang aktif dan
sering bergaul dengan teman-teman seumurannya, namun semenjak sakit
pasien jarang bermain dan lebih banyak beristirahat dirumah.
Pola persepsi- Kogntif
Pasien belum mengerti dengan gambaran tentang dirinya sendiri dan
tingkat pendidikan.
Pola Konsep Diri-Perepsi Diri
Pasien belum mengerti tentang konsep diri dan persepsi diri.
Pola Hubungan –Peran
Pasien belum mengerti tentang hubungan dan perannya.
Pola Reproduktif-sekusualitas
Pasien belum mengerti tentang pola reproduksi dan sessualitas
Pola Tolerans Terhadap Stres-Koping
Ibu pasien mengatakan jika pasien merasa tidak nyaman maka pasien akan
menangis
Pola Keyakinan-Nilai
Pasien belum mengerti tentan keyakinan dan nilai budaya yang dimiliki.
j. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium tanggal 24 Desember 2018
Hb : 8,59 gr/dl
Ht : 22,7 %
Lekosit : 1000/m3
Trombosit : 8000/m3
Glukosa : 258 mg/dl (80-110)
Urea : 10 mg/dl (15-39)
Creatinin : 0,4 mg/dl (0,6-1,3)
Asam urat : 2,2 mg/dl (2,6-7,2)
Natrium : 130 mmol/L (136-145)
Kalium : 3,4 mmol/L (3,5-5,1)
Clorida : 100 mmol/L (98-1007)
Calsium : 1,62 mmol.L (2,1-2,5)
Urine :
BJ : 1,01
PH :8
Protein : -
Reduksi : 1000 mg/dl
B. ANALISA DATA
Nama : An. CP
Umur : 10 tahun 2 Bulan
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Keluarga (ibu) mengatakan An. CP Leukosit Hipertermi
badannya teraba panas, semakin hari menurun
semakin pucat, lemas.
0
DO : Badan An. CP teraba panas, suhu: 38,8 Daya tahan
C, Nadi 90 x/mnt, kulit teraba hangat, Tubuh
leukosit 1000/mm3. menurun
Resiko infeksi
Penyerapan
nutrisi
terganggu
4 DS : Keluarga mengatakan sebelumnya An. Trombosit Resiko tinggi
CP mengalami perdarahan gusi. menurun terjadi perdarahan
DO : klien tampak meringis, saat pengkajian ulang
sudah tak ada perdarahan, terdapat Beredar
memar, trombosit 8000 /mm3, keseluruh
splenomegali dan hepatomegali tubuh
Gusi
Peradangan
Periodontitis
Pendarahan
gusi
5 DS: Keluarga (ibu) mengatakan An. CP Eritrosit Intoleransi
mengeluh badan lemas. menurun aktivitas
DO: An. CP tampak pucat, Hb 8,59 gr/dl,
ADL dibantu oleh keluarga. Hipoksia
Resiko
Anemia
Lemah, lelah,
capek, pucat
C. RENCANA KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tgl No. Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Jam dan
TTD
Selasa, 25 1 Mengobservasi KU dan S : Keluarga (ibu) mengatakan
desember monitoring TTV pasien An. CP badannya teraba
2018 panas, semakin hari
08.00 semakin pucat, lemas.
WITA O : Badan An. CP teraba panas,
0
suhu: 38,8 C, Nadi 90 x/mnt,
kulit.
Pukul 5 Membantu ADL pasien S: Pasien mengatakan nyaman
08.30 ( memandikan, membantu seletah mandi, merasa segar,
WITA BAK dengan pispot)
O: Pasien bersih, nyaman, BAK
(+), warna kekuningan, pasien
BAK dan mandi di tempat tidur.
Pukul 2 Observasi tanda nyeri S: Keluarga mengatakan An. CP
09.00 mengeluh nyeri persendian,
WITA seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri
3 nyeri bertambah apabila
digerakkan.
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
4 Kamis, 28 S : ibu pasien mengtakan tidak ada
Desember 2018 pendarahan pada gusi
Pukul 21.00 O : perdarahan gusi tidak ada
WITA A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
5 Kamis, 28 S : pasien mengatakan lemas berkurang
Desember 2018 O : ADL pasien dibantu sebagian.
Pukul 21.00 A : masalah teratasi sebagian
WITA P : lanjutkan intervensi
Denpasar, 07 November 2014
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Klinik/ CI
Mengetahui,
Pembimbing Akademik