Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar
dari rongga dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inginalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus
(Sjamsuhidajat, 2010).

Hernia lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini
dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin terjadi penurunan testis dari
rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan sempurna, maka akan terjadi jalan
lewatnya hernia inguinalis (Owari, 2005).

Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami hernia
inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa
menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam
nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi
awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut.

Di RSUD Salatiga pada tahun 2009 tercatat dari 903 pasien yang menjalani rawat
inap sebanyak 66 orang atau sekitar 7,3% mengalami hernia inguinalis, pada tahun 2010
dari 924 pasien terdapat 64 pasien atau sekitar 6,8% dengan hernia inguinalis dan pada
tahun 2011 tercacat 1135 pasien rawat inap dan sebanyak 68 pasien atau sekitar 5,9%
mengalami masalah dengan hernia inguinalis.

Dilihat dari aspek promotif, perawat dapat memberikan ambulasi secara dini.
Pada aspek preventif, perawat dapat mengupayakan untuk menurunkan angka kesakitan
yang dialami oleh klien yaitu dengan menganjurkan pasien tidak mengangkat beban
berat dan mengkonsumsi makanan tinggi serat. Dari aspek kuratif, perawat berperan
dalam memberi asuhan keperawatan secara optimal yaitu menganjurkan pasien untuk
minum obat secara teratur, menghindarkan untuk mengejan dan melakukan perawatan
1
luka dengan prinsip steril, dan dari aspek rehabilitatif, perawat berperan untuk
menganjurkan klien untuk kontrol ulang ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan oleh dokter. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membahas
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Hernia Inguinalis.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hernia ?
2. Apa saja etiologi Hernia ?
3. Bagaimana Patofisiologi hernia ?
4. Apa saja manifestasi hernia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan hernia ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik hernia ?
7. Apa saja kompilkasi yang ditimbulkan hernia ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan hernia ?

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa/i dapat memahami tentang
asuhan keperawatan pada dengan hernia ingunialis.

b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
a. Konsep anatomi fisiologi gastrointestinal.
b. Konsep penyakit hernia inguinalis.
c. Etiologi penyakit hernia inguinalis.
d. Patogenesis penyakit hernia inguinalis.
e. Manifestasi klinis penyakit hernia inguinalis.
f. Penatalaksana penyakit hernia inguinalis.
g. Pemeriksaan diagnostik penyakit hernia inguinalis.
h. Komplikasi penyakit hernia inguinalis.
i. Patoflow penyakit hernia inguinalis.
j. Asuhan keperawatan secara teori pada pasien dengan hernia inguinalis.

2
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini penulis menggunakkan metode
studi kepustakaan dengan mempelajari buku–buku, browsing internet dan sumber buku
lain untuk mendapatkan data dalam pembuatan makalah ini.

3
BAB II
HERNIA INGUINALIS

A. Pengertian Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan prostrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bahian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia inguinalis adalah hernia yang
paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum (Nurarif,
2013).
1. Klasifikasi Hernia
a. Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya (Sjamsuhidajat, 2010) yaitu :
1) Hernia indirek atau lateral
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut hernia direk.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong,
sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi atau anak, hernia
lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum. Hernia
gelincir dapat terjadi di sebelah kanan dan kiri. Hernia yang di kanan biasanya
berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang sebelah kiri berisi
kolon desendens.
2) Hernia direk atau medialis
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian teka nan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
segitiga Hesselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada usia tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah
mengalami inkarserasi dan stragulasi. Pada klien terlihat adanya massa bundar
pada arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang menjadi
irreponible

4
b. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya (Nurarif, 2013) yaitu :
1) Hernia Kongenital (bawaan)
Hernia congenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus)
menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum
prosesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga
peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum,
prosesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan
obliterasi maka seluruh prosesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia
ingunalis lateralis.
2) Hernia Akuisitas (didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan
karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang
lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), asites, dan sebagainya.

c. Klasifikasi hernia menurut sifatnya (Sjamsuhidajat, 2010) yaitu :


1) Hernia Reponible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut. Selama
hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia Ireponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, ini disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritonium kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia aktreta. Hernia ini tidak ada keluhan nyeri,
tidak juga tanda sumbatan usus.\
3) Hernia Strangulata atau Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi.

5
B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia. Selain itu, diperlukan
pula faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar.
Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak penderita prosesus vaginalis paten mengidap
hernia. Umumnya disimpulkan bahwa prosesus vaginalis paten bukan merupakan
penyebab tunggal hernia, tetapi diperlukan faktor yang lain, anulis inguinalis yang cukup
besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
obesitas, ibu hamil, mengejan dan mengangkat beban berat (Sjamsuhidajat, 2010).

C. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali
sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.

6
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang
bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan
kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang timbul ( Nurafif, 2013) antara lain:
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada konflikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat setra
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Bila klien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi umum yang dapat dilakukan pada hernia (Sjamsuhidajat, 2010) ialah:
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis stragulata kecuali pada pasien
anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorong ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampaiterjadi reposisi.
b. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikkan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
c. Sabuk hernia

7
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan untuk menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
d. Umumnya tindakan operatif merupakan satu-satunya yang rasional.

2. Pengobatan operatif
a. Herniotomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit kemudian diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasty
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Memperkecil inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap: menunjukan peningkatan sel darah putih, serum
elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostatis intraoperasi atau post operasi.
2. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
3. Elektrokardiografi (EKG). Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
4. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus arau obstruksi
usus.

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada hernia sebagai berikut:
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus parsial atau total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5. Perdarahan yang berlebih

8
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urin dan feses

9
H. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pra dan Post Operasi Hernia Inguinalis
Pengkajian Pada Pasien Pra Operasi Hernia meliputi :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti :
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
c) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun
karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu

Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau pernah
mengalami penyakit riwayat batuk kronik (penyakit paru obstruksi menahun
sebelumnya.
c. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan

10
Kaji pasien mengenai :
a) Arti sehat dan sakit bagi pasien
b) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
c) Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat
pelayanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor
ekonomi
d) Pemeriksaan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah
dilakukan.
e) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
2) Pola metabolik – nutrisi
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
b) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
c) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan
d) Kepuasan akan berat badan
e) Persepsi akan kebutuhan metabolik
f) Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi,
mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan smrs)
3) Pola eliminasi
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol bak, adanya perubahan lain
b) Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol bab, adanya perubahan lain
c) Keyakinan budaya dan kesehatan
d) Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri
e) Penggunaan bantuan untuk ekskresi
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum,
prostat)
4) Pola aktivitas – latihan
Kaji pasien mengenai :
a) Aktivitas kehidupan sehari-hari
11
b) Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
c) Aktivitas menyenangkan
d) Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
e) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
f) Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
g) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
h) Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal,
neurologi)
5) Pola istirahat – tidur
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
b) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)
c) Jadwal istirahat dan relaksasi
d) Gejala gangguan pola tidur
e) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
f) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
6) Pola persepsi – kognitif
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
b) Penggunaan alat bantu indra
c) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
d) Keyakinan budaya terhadap nyeri
e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
7) Pola konsep diri – persepsi diri
Kaji pasien mengenai :
a) Keadaan sosial : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki

12
c) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
d) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
f) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak
mau berinteraksi)
8) Pola hubungan – peran
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
b) Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
c) Efek terhadap status kesehatan
d) Pentingnya keluarga
e) Struktur dan dkungan keluarga
f) Proses pengambilan keputusan keluarga
g) Pola membersarkan anak
h) Hubungan dengan orang lain
i) Orang terdekat dengan klien
j) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9) Pola reproduksi – seksualitas
Kaji pasien mengenai :
a) Masalah atau perhatian seksual
b) Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
c) Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
e) Efek terhadap kesehatan
f) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (ku, genetalia, payudara, rektum)
10) Pola toleransi terhadap stress – koping
Kaji pasien mengenai :
a) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
b) Tingkat stress yang dirasakan
c) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
13
d) Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
e) Strategi koping yang biasa digunakan
f) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
g) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
11) Pola keyakinan – nilai
Kaji pasien mengenai :
a) Latar belakang budaya/etnik
b) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
c) Tujuan kehidupan bagi pasien
d) Pentingnya agama/spiritualitas
e) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
f) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat
mempengaruhi kesehatan

d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
a) Hernia Inguinal
 Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
 Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
b) Hernia skrotalis
 benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
c) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
d) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
e) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
f) Hernia perineum : benjolan di perineum.

14
2) Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan
di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4) Perkusi
5) Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Tanda – tanda vital :
temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat.

15
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan

Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan )
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Pre Operasi
No DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan iritasi, 1. Pain Level Pain Management
tekanan, dan 2. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
sensitifitas pada 3. Comfort Level secara komprehensip
area rektal. termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas, dan
nyeri (tahu faktor presipitas.
penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi non
mampu verbal dari
menggunakan ketidaknyaman
teknik 3. Gunakan teknik
nonfarmakologi komunikasi terapeutik
untuk mengurangi untuk mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan) 4. Kaji kultur yang
2. Melaporkan bahwa mempengaruhi respon
nyeri berkurang nyeri
dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri
menggunakan masa lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien

16
3. Mampu mengenali dan tim kesehatan lain
nyeri (skala, tentang ketidakefektivan
intensitas, frekuensi kontrol nyeri masa lampau
dan tanda nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga
4. Menyatakan rasa untuk mencari dan
nyaman setelah menemukan dukungan
nyeri berkurang 8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan

17
pasien tentang managemen
nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
7. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

18
2. Ketidakseimbangan NOC: NIC :
Nutrisi: kurang dari Nutritional Status: food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Kriteria Hasil: untuk menentukan jumlah
2. Adanya kalori dan nutrisi yang
peningkatan berat dibutuhkan pasien.
badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan intake Fe
3. Berat badan ideal 4. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan protein dan
tinggi badan vitamin C
4. Mampu 5. Berikan substansi gula
mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
5. Tidak ada tanda tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
6. Tidak terjadi 7. Berikan makanan yang
penurunan berat terpilih ( sudah
badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

19
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva

20
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
18. Kolaborasi pemberian obat
anti mual

3. Ansietas NOC: NIC:


berhubungan 1. Anxiety Control Anxiety Reduction (Penurunan
dengan rencana 2. Coping Kecemasan)
pembedahan 3. Impulse Control 1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi pasien
dan 3. Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan apa yang dirasakan
gejala cemas selama prosedur
Mengidentifikasika 4. Pahami prespektif pasien
n, mengungkapkan, terhadap situasi stres
dan menunjukkan 5. Temani pasien untuk
teknik untuk memberikan keamanan dan
mengontrol cemas mengurangi takut
2. TTV dalam batas 6. Berikan informasi faktual
normal mengenai diagnosis,
3. Postur tubuh, tindakan prognosis
ekspresi wajah, 7. Lakukan back/neck rub
bahasa tubuh, dan 8. Dengarkan dengan penuh

21
tingkat aktivitas perhatian
menunjukan 9. Identifiksi tingkat
kekurangan kecemasan
kecemasan 10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Intervensi Post Operasi


No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: NIC :
berhubungan 1. Pain Level Pain Management
dengan agen cidera 2. Pain Control a. Lakukan pengkajian nyeri
fisik (pembedahan 3. Comfort Level secara komprehensip
) termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu frekuensi, kualitas, dan
mengontrol nyeri faktor presipitas.
(tahu penyebab b. Observasi reaksi non
nyeri, mampu verbal dari ketidaknyaman
menggunakan c. Gunakan teknik
teknik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari d. Kaji kultur yang

22
bantuan) mempengaruhi respon
2. Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang e. Evaluasi pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan f. Evaluasi bersama pasien
manajemen nyeri dan tim kesehatan lain
3. Mampu mengenali tentang ketidakefektivan
nyeri (skala, kontrol nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi g. Bantu pasien dan keluarga
dan tanda nyeri untuk mencari dan
4. Menyatakan rasa menemukan dukungan
nyaman setelah h. Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat

23
p. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang managemen
nyeri

Analgesic Administration
10. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
11. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
12. Cek riwayat alergi
13. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
14. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
15. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
16. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
17. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat

24
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
2. Resiko tinggi NOC: NIC:
infeksi Immune Status Infection Control (Kontrol
berhubungan Knowledge : Infeksi)
dengan insisi Infection Control 1. Bersihkan lingkungan
pembedahan Risk Control setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila
1. Klien bebas dari perlu
tanda dan gejala 4. Instruksikan pada
infeksi pengujung untuk mencuci
2. Mendeskripsikan tangan saat berkunjung dan
proses penularan setelah berkunjung
penyakit, faktor meninggalkan pasien
yang 5. Gunakan sabun antimikroba
mempengaruhi untuk cuci tangan
penularan serta 6. Cuci tangan setiap sebelum
penatalaksanaannya dan sesudah tindakan
3. Meunjukan keperawatan
kemampuan untuk 7. Gunakan baju, sarung
mencegah tangan sebagai alat
timbulnya infeksi pelindung
4. Jumlah leokosit 8. Pertahankan lingkungan
dalam batas normal aseptik selama pemasanan
Menunjukan perilaku alat
hidup sehat 9. Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan katete intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing

25
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
Monitor hitung granulosit,
WBC
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
5. Pertahankan teknik aspirasi
pada pasien yang berisiko
6. Pertahankan teknik isolasi
k/p
7. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
8. Inspeksi kulit dan membran
mukossa terhadap
kemerahan, panas, drainase
9. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
10. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
11. Dorong masukan cairan
12. Dorong istirahat
13. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep

26
14. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
15. Ajarkan cara menghindari
infeksi
16. Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif

BAB III
PENUTUP

27
A. Kesimpulan
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar
dari rongga dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inginalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Hernia diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan letaknya terdiri dari hernia lateralis dan
medialis, berdasarkan terjadinya terdiri dari hernia kongenital (bawaan) dan hernia
akuisiras (didapat) dan berdasarkan sifatnya hernia terdiri dari hernia reponible, hernia
ireponible dan hernia strangulata atau inkarserata. Sedangkan penyebab dari hernia
inguinalis yaitu disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital dan
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis.

B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami
dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa
memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga, makalah ini
menjadi sederhana dan bermanfaat. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi
mahasiswa agar dapat lebih mewaspadai mengenai penyakit hernia inguinalis.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G, dkk. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC). Second Edition. Mosby:
St.Louis

Jhonson, Mario., Meridean Maas. (2008). Nursing Outcomes Clarification (NOC). United
States of America: Mosby Elsevier

Nanda Internasional. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Jakarta: EGC

28
Nurrarif H. Amin & Kusuma Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosa Associaten) NIC-
NOC. Mediaction Publishing

Sjamsuhidajat. (2010) . Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC

29
30

Anda mungkin juga menyukai