PRODUKSI BIOINSEKTISIDA
(KULTIVASI CAIR DAN PADAT)
Disusun oleh
Rizki Stevanni F34160039
Rohmat Dwi Hastanto F34160047
Bening Pratiwi F34160070
BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu produk penting dalam dunia pertanian adalah bioinsektisida.
Pada masa sekarang, para petani tidak begitu gelisah dengan hama serangga yang
menyerang tanaman pertanian mereka. Hal itu disebabkan telah banyak produk
hasil teknologi yang banyak beredar untuk membasmi hama serangga yang sering
disebut pestisida. Pestisida biologi saat ini banayak dipakai adalah jenis insektisisda
biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi
(mikroorganisme pengendali jamur)
Insektisida biologi dapat dibuat dari beberapa macam tumbuhan, hewan,
bahkan mikroorganisme. Insektisida yang dibuat dari mikroorganisme umumnya
termasuk dalam insektisida hayati karena mikroorganisme tersebut tdak diubah
dalam tubuh mikroorganisme tersebut terdapat substansi atau bahan aktif yang
dapat membunuh hama atau serangga sejenisnya apabila bahan aktif tersebut masuk
ke dalam tubuh hama atau serangga.
Insektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertanian dan
perindustrian, khususnya untuk melindungi hasil pertanian. Meskipun demikian,
penggunaan insektisida yang tidak terbatas selama beberapa dekade telah
mengakibatkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan spesies non-target.
Selain itu, insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi menjadikan
serangga vektor penyakit menjadi resisten terhadap insektisida kimia yang
menyebabkan serangga target tetap hidup dan merusak hasil-hasil pertanian. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka bioinsektisida merupakan salah satu
alternatifnya.
Mikroorganisme yang dapat berfungsi sebagai bionsektisida yaitu bakteri
dan virus. Virus merupakan mikroorganisme yang memberi harapan sebagai
pemberantas hama atau pengendali hama. Virus hanya bekerja terhadap satu atau
beberapa spesies dan tidak merusak organism lain dalam lingkungannya. Namun
kendala dari pengembangan virus adalah harus dikembangkan pada inang yang
hidup, yang berarti harus memelihara spesies tersebut (Hadioetomo dan Ratna
1993).
Dari kendala pengembangan virus tersebut menimbulkan banyak insktisida
kimia yang diproduksi dan telah beredar di masyarakat. Namun penggunaan
insektisida kimia secara terus menerus untuk membasmi hama serangga dapat
menyebabkan hama serangga tersebut menjadi kebal (resisten), Tetapi dengan
insektisida bakteri yang dibuat secara bioteknologi maka problem resisten ini dapat
diatasi. Selain itu, insektisida bakteri ini tidak berbahaya terhadapa lingkungan.
Salah satu jenis bakteri yang digunakan untuk membuat insektisida adalah Bacillus
thuringiensis.
Tujuan
Praktikum bertujuan mengetahui produksi bioinsektisida dalam kultivasi
padat dan cair.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah autoklaf, inkubator
goyang, labu erlenmayer, PH meter, spektrofotometer, petri dish, dan oven.
Sementara bahan yang digunakan adalah nutrient broth, Bacillus thuringiensis
aizawai, urea, MgSO4.7H20, FeSO4.7H20, Zn SO4.7H20, Mn SO4.7H20, dan
CaCO3.
Metode
1. Tahap Propagasi
Start
End
2. Tahap Fermentasi
Start
End
3. Pengambil Sampel dan Pengamatan
a. pH
Start
Semua sampel.
Nilai pH sampel.
End
b. OD 660 nm
Start
Semua sampel.
Nilai OD sampel.
End
c. Biomassa Kering
Start
Semua sampel.
End
d. Viable Spore Count (VSC)
Start
Sampel 1 ml.
Nilai VSC.
End
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
[Terlampir]
Pembahasan
Dulmage HT, Correa JA, Morales GG. 1990. Potential of Improved Formulation of
Bt through Standardization and Cultivation Development. New Jersey
(US): Rutgers University Press.
Gumbira SE. 1987. Bioindustri. Jakarta (ID): Mediatama Sarana Perkasa.
Hadioetomo, Ratna S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Luthy R, Bowie JU, Eisenberg D. 1992. Assessment of protein models with three-
dimensional profiles. London (UK): Nature press.
Maheswari. 2006. Sifat Fisik Daging Sapi Dark Firm Dry (DFD) Hasil Fermentasi
Bakteri Asam Laktat Lactobacillus plantarum. Bogor (ID): IPB.
SNI 06-6989.11-2004. Air dan Air Limbah-Bagian 11: Cara Uji Derajat Keasaman
(pH) dengan Menggunakan Alat pH Meter[internet]. [diakses pada tanggal
14 April 2019]. Tersedia di:http://klh.solokkota.go.id/file/1412111737_sni
06-6989.11-2004.pdf
Silvina D. 2012. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Pengolahan Tahu Untuk
Memproduksi Spora Bacillus Thuringiensis Serovar Israelensis Dan
Aplikasinya Sebagai Biokontrol Larva Nyamuk. [Karya Tulis]. Denpasar
(ID): Universitas Udayana.
Suwahyono U, Wahyudi P. 2008. Produksi dan Formulasi Bioinsektisida dari
Propagul Aktif Jamur Beauveria bassiana. Jurnal Teknik Lingkungan . Vol.
9(1): 85-91.
Vandekar M, Dulmage HT. 1982. Guideliness for Production of
Bacillus thuringiensis H-14.Geneva (US): Special Programme for Research
and Training inTropical Disease.
Winarno F G. 1985. Monografi Limbah Pertanian. Jakarta (ID): Kantor Menteri
Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan.