Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Dalam Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) dijelaskan bahwa pasar modal
merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka
panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana bagi pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Di Indonesia, pasar modal yang membawahi kegiatan jual-beli surat
berharga adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia merupakan
wadah bagi pelaku saham untuk memperjualbelikan setiap saham/efek yang
mereka miliki. Perusahaan yang terdaftar dan menjual sahamnya di BEI
merupakan perusahaan yang sudah Go Public atau perusahaan terbuka. Saham-
saham yang terdaftar di BEI akan tercantum pada IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan). Bagi perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal, harus
memperhatikan syarat yang dikeluarkan oleh BAPEPAM sebagai regulator pasar
modal. Perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai perusahaan sehingga
terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar modal.
Ada beberapa perusahan yang terdapat di BEI yang berpastisipasi di dalam
CGPI. Corporate governance perception index (CGPI) adalah hasil penelitian
yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
bekerjasama dengan majalah SWA yang secara rutin dipublikasikan sejak tahun
2001. Corporate governance perception index ini disusun sebagai bentuk
penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam penerapan
corporate governance. Perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi di dalam CGPI
terdiri dari berbagai jenis, yaitu: perusahaan publik, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), lembaga keuangan bank dan non
bank, lembaga keuangan syariah, dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
Dengan adanya corporate governance perception index tersebut diharapkan

1
bermanfaat bagi pihak manajemen dan investor. Corporate governance
perception index (CGPI) digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan
dan penilaian suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk melakukan investasi
pada perusahaan.
Salah satu alasan digunakannya objek penelitian pada perusahaan-
perusahaan yang memiliki skor CGPI selain karena CGPI dapat meningkatkan
nilai perusahaan, hal ini menunjukan bahwa investor bersedia memberikan
premium lebih kepada perusahaan yang memberikan transparansi atas
pelaksanaan GCG dalam laporan tahunan mereka. Semakin tinggi tingkat
implementasi GCG semakin tinggi nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan
tingginya harga saham perusahaan. Selain itu, keunggulan dari CGPI yang
diselenggarakan oleh IICG dan bekerja sama dengan Majalah SWA adalah
perusahaan mampu meningkatkan kepercayaan investor dan publik melalui hasil
yang dipublikasi melalui Majalah SWA, tentang pelaksanaan konsep corporate
governance yang dilakukan oleh perusahaan. Banyak organisasi yang
menyediakan jasa pemeringkatan GCG perusahaan, namun hasil dari
pemeringkatan tersebut jarang dapat dilihat oleh publik dan investor, hal ini
dikarenakan organisasi tersebut tidak bekerjasama dengan media publik yang
menghubungkan investor dengan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1
bahwa peserta CGPI dari tahun 2010-2012 semakin meningkat, bahkan jumlah
peserta yang memperoleh predikat Sangat terpercaya dan terpercaya mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan
jumlah peserta.
Tabel 1.1.
Tabel Jumlah Peserta CGPI 2010-2013
Jumlah Peserta CGPI yang mendapat predikat Jumlah Peserta
Periode
Sangat Terpercaya Terpercaya Cukup Terpercaya CGPI
2010 9 24 0 33
2011 10 25 5 40
2012 12 26 4 42
2013 11 19 1 31
Sumber: data skunder yang diolah dari laporan program riset dan pemeringkatan
CGPI Periode 2010-2013

2
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa semakin banyak perusahaan-
perusahaan yang menyadari akan pentingnya penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dalam perusahaanya dalam meningkatakan nilai
perusahaannya dimata investor. Dengan mengungkapkan informasi mengenai
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan melalui
keikutsertaan dalam penilaian GCG melalui CGPI dan memperoleh skor maupun
predikat yang baik akan mendapatkan reaksi dari investor dan menjadikan
informasi tersebut sebagai sentimen positif dan kepercayaan oleh investor kepada
perusahaan-perusahaan yang mengikuti penilaian CGPI tersebut. Selain itu
penilaian Good Corporate Governance (GCG) oleh IICG menggunakan aspek
penilaian yang lebih menyeluruh seperti aspek komitmen, transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi, kepemimpinan,
strategi, etika, manajemen pengetahuan, serta aspek lain yang terus di
kembangkan, dibandingkan penilaian dengan menggunakan salah satu komponen
Good Corporate Governance (GCG) seperti kepemilikan manajemen atau
komponen lainnya. Sehingga, peneliti tertarik menggunakan objek penelitian
perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2010-2013 yang memiliki skor Corporate Governance Perception Index
(CGPI).

1.2 Latar Belakang Penelitian


Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan
nilai perusahaan. Menurut Brigham & Daves dalam (Pakpahan, 2010) nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
yang tercermin pada harga saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin
besar kemakmuran yang diterima oleh pemilik saham. Menurut Harmono
(2009:50) nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham dipasar yang
merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara rill.
Menurut Hermuningsih (2013) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, diantaranya profitabilitas, growth opportunity dan struktur
modal. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba dalam suatu periode tertentu. Shapiro (1991) dalam

3
Hermuningsih (2013) “Profitabiliy ratios measure managements objectiveness a
sa indicated b return on sales, assets and owners equity”. Profitabilitas penting
dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang,
karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan
usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi
tingkat profitabilitas suatu badan maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut
akan lebih terjamin.
Menurut Hermuningsih (2013) profitabilitas adalah rasio dari efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi. Rasio profitabilitas terdiri atas profit margin, basic earning power,
return on assets, dan return on equity. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas
diukur dengan return on asset (ROA). Return on asset (ROA) merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROA merupakan rasio keuangan
yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari asset. Semakin besar hasil
ROA maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan
bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan
operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas
meningkat). ROA menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik
saham. Adanya pertumbuhan ROA menunjukkan prospek perusahaan yang
semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan
mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk
saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka
secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal.
Kasmir (2010:12) menyatakan bahwa dengan meningkatnya laba perusahaan yang
makin besar, maka nilai saham akan meningkat semakin besar yang artinya nilai
perusahaan mengalami peningkatan. Namun terdapat fenomena yang terjadi pada
perusahaan di Indonesia menunjukan hal yang sebaliknya dari teori tersebut. Hal
ini ditunjukan oleh perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk. dengan terjadinya

4
peningkatan laba bersih perusahaan tiap tahun dari tahun 2010-2013 yang cukup
tinggi, sehingga profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan ROA ikut
meningkat. PT. Aneka Tambang Tbk. selain perusahaan dengan profitabilitas dan
ukuran perusahaan yang meningkat tiap tahunnya, bahkan perusahaan tersebut
merupakan salah satu pertusahaan yang konsisten memperoleh skor CGPI tinggi
dengan predikat sangat terpercaya, namun hal tersebut belum mampu
meningkatkan nilai perusahaan. Fenomena yang terjadi pada PT. Aneka Tambang
tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada, bahwa secara teoritis seharusnya PT.
Aneka Tambang yang memiliki profitabilitas yang tinggi dan meningkat tiap
tahunnya, seharusnya dapat meningkatkan nilai perusahaan yang terlihat dari
peningkatan harga sahamnya. Namun hal ini terjadi sebaliknya, karena harga
saham PT. Aneka Tambang tersebut dari tahun ke tahun terus menurun.
Seharusnya secara teoritis peningkatan profitabilitas dapat memberikan sentimen
positif kepada para investor dan memberikan kepercayaan kepada investor, bahwa
dana yang diinvestasikan investor dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan dan
memberikan tingkat return yang tinggi, sehingga harga saham naik dan nilai
perusahaan pun naik. hal ini terlihat dari tabel 1.4 :

Tabel 1.2
Tabel Skor CGPI dan Data Keuangan PT. Aneka Tambang Tbk.
Total
Harga
Profit Asset Skor
Periode DAR Predikat Saham per
(Miliar) (dalam CGPI
Lembar
miliaran)
Sangat
2010 1,675 0,22 12,2 86,15 Terpercaya Rp. 2.450
Sangat
2011 1,928 0,29 15,2 86,55 Terpercaya Rp. 1620
Sangat
2012 2,993 0,35 19,7 88,71 Terpercaya Rp. 1280
Sangat
2013 430 0,41 21,8 88,92 Terpercaya Rp. 1090

Sumber : data skunder yang diolah dari laporan program riset dan
pemeringkatan CGPI Periode 2010-2013 dan www.idx.co.id

5
Tabel 1.4 menujukan bahwa terdapat fenomena yang menujukan bahkan
perolehan skor CGPI yang tinggi serta predikat sangat terpercaya yang dimiliki
PT. Aneka Tambang belum mampu meningkatkan nilai perusahaan. Dari hal ini
tidak sesuai dengan teori yang ada, bahwa menurut Sutedi (2011:2) Good
Corporate Governance (GCG) sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi
para pihak yang berkepentingan dengan mendorong terbentuknya pola kerja
manajemen yang bersih, transparan, dan profesional, sehingga perusahaan akan
memiliki kinerja yang baik dan meningkatkan efektifitas manajemen dalam
mengelola perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap asset yang
dipergunakan oleh perusahaan dari dana yang diinvestasikan oleh para investor.
Oleh karena itu, dengan GCG yang baik yang terlihat dari skor CGPI PT. Aneka
Tambang yang tinggi dengan predikat sangat terpercaya maka seharusnya secara
teoritis dapat memberikan sentimen positif terhadap publik terutama investor
sebagai pemilik sekaligus menambah kepercayaan investor dan publik terhadap
perusahaan, karena dengan penerapan GCG yang baik dalam perusahaan.
Penerapan GCG yang baik oleh perusahaan akan memberikan satu pengawasan
kepada pihak manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan untuk
memberikan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya. Hal ini akan
mengurangi tindakan atau kebijakan manejemen yang hanya menguntungkan
kemakmuran diri mereka sendiri, dengan demikian manajemen diharapkan dan
diarahkan untuk dapat memberikan profit pada perusahaan agar dapat mengurangi
resiko adanya asymmetry information sebagai akibat dari konflik kepentingan
antara manajemen dan investor (shareholders) sebagai pemilik, sehingga dengan
penerapan GCG yang baik maka dapat mengurangi total agency cost, karena
menurut Setyaningrum (2013) Corporate governance yang merupakan konsep
yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor, bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka dan yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau
menggelapkan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan yang
berkaitan dengan dana kapital yang telah ditanamkan oleh investor, sehingga
pemilik dapat mengurangi agency cost dalam perusahaan, dimana dikatakan

6
bahwa menurut teori agensi dalam Chen dan Chen (2011) menyatakan ketika total
dari agency cost minimum, maka nilai perusahaan akan maksimal. Sehingga
dengan skor CGPI PT. Aneka Tambang yang tinggi dan predikat sangat
terpercaya maka seharusnya hal tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan PT.
Aneka Tambang dimata investor. Namun hal ini tidak terjadi pada salah satu
perusahaan dengan skor CGPI yang tinggi ini, sehingga dari fenomena tersebut
menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kondisi
perusahaan – perusahaan yang memiliki skor CGPI lain di tahun yang sama.
Masing-masing perusahaan yang mempunyai skor CGPI harus mengikuti
empat tahapan penilaian, yaitu self assessment, kelengkapan dokumen,
penyusunan makalah, dan observasi. Kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan
pada tahapan self assessment terdiri dari 11 aspek penilaian, berupa pernyataan
tentang hal-hal yang dipersepsikan oleh organ dan anggota perusahaan. Kuesioner
disusun berdasarkan variabel riset seputar permasalahan implementasi GCG
dalam perspektif pengetahuan. Pada tahapan kelengkapan dokumen, peserta CGPI
dipersyaratkan harus menyerahkan tidak kurang dari 36 jenis dokumen atau
disesuaikan dengan status perusahaan. Pada tahapan penyusunan makalah, setiap
peserta CGPI harus menyusun makalah yang menggambarkan serangkaian proses
implementasi GCG dalam pespektif pengetahuan sesuai dengan sistematika isi
dan penulisan yang telah ditentukan, dan dipaparkan pada saat observasi agar
memudahkan penilaian. Uraian makalah dari masing-masing peserta CGPI
diharapkan mampu memberikan gambaran tentang berbagai upaya yang telah
dilakukan perusahaan dalam menerapkan GCG dan mengelola pengetahuan guna
menciptakan nilai tambah perusahaan dan bisnis yang beretika. Pada tahapan
observasi. Tim penilai melakukan klarifikasi atau pemastian terhadap praktik
GCG dan upaya perusahaan dalam mengelola pengetahuan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermuningsih (2013), Dewi dan
Tarnia (2011) variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Ini berarti, semakin besar profitabilitas, semakin tinggi peluang
pertumbuhan. Sedangkan menurut penelitian Susianti dan Yasa (2013) bahwa
profitabilitas yang diproksikan menggunakan ROA tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.

7
Menurut Ratih (2011) Agency theory (Jensen dan Meckling, 1976)
menggambarkan pihak manajemen sebagai agen lebih banyak tahu tentang
perusahaan dan bisa memanfaatkan posisinya tersebut untuk keuntungan
pihaknya. Hal ini akhirnya mendesak akan adanya suatu sistem pengawasan yang
baik yang dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG). untuk memberi
jaminan keamanan atas dana atau aset yang tertanam pada perusahaan tersebut
sekaligus efisiensinya. GCG akan bermanfaat untuk mempermudah memperoleh
modal, cost of capital jadi lebih rendah, dan berpengaruh baik pada harga saham
yang menjadi sinyal yang direspon para investor mempengaruhi nilai perusahaan.
Peneliti menjadikan perusahaan manufaktur dan ekstraktif peraih peringkat IMTC
- CGPI tersebut sebagai obyek penelitian karena jenis perusahaan tersebut paling
kompleks transaksinya sehingga lebih mudah terjadi peluang oportunitas
manajemen yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan dan nilai perusahaan
sehingga sangat penting diterapkannya GCG serta untuk tujuan homogenitas data
sehingga hasil pengolahan data lebih representatif.
Menurut peneletian terdahulu Sari dan Riduwan (2013) Corporate
governance perception index (CGPI) tidak berpengaruh terhadap nilai saham
perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa pengumuman CGPI bukan merupakan
informasi yang dapat digunakan bagi investor untuk menentukan nilai saham
perusahaan. Sedangkan menurut Retno dan Priantinah (2012) GCG berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Faktor keuangan lainnya yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah
tingkat leverage atau hutang perusahaan. Menurut Fahmi (2012:72) berpendapat
bahwa leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan
dibiayai dengan hutang. Teori MM dalam Kamaludin (2011:312) berpendapat
bahwa perusahaan yang memiliki hutang akan memiliki nilai lebih jika
dibandingkan dengan perusahaan tanpa hutang. Hal ini karena, kenaikan nilai
perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas hutang merupakan pengurangan
pajak oleh karena itu laba operasi yang diterima investor akan lebih besar, dampak
selanjutnya karena laba yang diterima lebih besar, nilai perusahaan juga akan
besar. Sehingga dapat dikatakan semakin besar penggunaan hutang maka akan
meningkatkan nilai perusahaan. Namun menurut Kamaludin (2011:312) bahwa

8
peningkatan perusahaan tersebut hanya sampai pada tingkat leverage tertentu
yang merupakan tingkat leverage optimum dimana pada saat itu nilai perusahaan
maksimal dan setelah tingkat leverage itu peningkatan hutang perusahaan akan
menimbulkan penurunan nilai perusahaan, hal ini disebabkan karena peningkatan
hutang yang terus menerus tersebut harus membuat perusahaan membayar bunga
yang semakin besar dan akan kemungkinan penurunan laba bersih perusahaan
perusahaan dan membawa kepada kesulitan keuangan (financial distress) dan
akan menimbulkan kebangkrutan. Artinya, dalam meningkatkan hutang untuk
mencapai stuktur kapital yang optimal maka timbul pilihan (Trade-off) antara
keuntungan pajak atas peningkatan hutang dengan biaya kebangkrutan yang akan
terjadi. Jadi, menurut teori trade-off, perusahaan dapat meningkatkan hutang
perusahaan selama keuntungan pajak (tax shield) lebih besar dari biaya
kebangkrutan. Menurut teori trade-off dalam Chen dan Chen (2011) menyatakan
perusahaan harus memperhatikan dan menyeimbangkan antara manfaat dari tax
shields dengan biaya (agency cost dan biaya kebangkrutan), ketika manfaat dari
tax shields dengan biaya kebangkrutan pada titik equal atau optimal maka nilai
perusahaan mencapai titik maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Tarnia (2011) dan penelitian Tahir
dan Razali (2011) menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh positif
signifikan pada nilai perusahaan yang berarti kenaikan pada rasio leverage akan
turut menaikan Nilai Perusahaan. Sedangkan menurut penelitian Mahendra,
Artini, dan Suarjaya (2012) leverage berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Besar kecilnya hutang yang dimiliki perusahaan tidak
terlalu diperhatikan oleh investor, karena investor lebih melihat bagaimana pihak
manajemen perusahaan mengunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien
untuk mencapai nilai tambah bagi nilai perusahaan.
Menurut Prasetyorini (2013) faktor selanjutnya yang dapat menentukan nilai
perusahaan, salah satunya adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah
suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara antara lain dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-
lain. Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan karena
semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah pula

9
perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun
eksternal.
Perusahaan besar memiliki risiko yang lebih rendah daripada perusahaan
kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik
terhadap kondisi pasar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan
ekonomi. Selain itu perusahaan - perusahaan besar mempunyai lebih banyak
sumberdaya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena memiliki akses yang
lebih baik terhadap sumber-sumber informasi eksternal dibandingkan dengan
perusahaan kecil (Yunita, 2011, dalam Prasetyorini, 2013)
Menurut Analisa (2011) dalam Dewi dan Wirajaya (2013), ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu
perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki
oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa
dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang
dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh
pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan
jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi
manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan dipilih karena terdapat perbedaan hasil
penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) dalam
Prasetyorini (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita, (2010) dalam
Prasetyorini (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaaan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Penelitian Indrajaya dan Setiadi (2011) dalam
Prasetyorini (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Perbedaan hasil penelitian tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti
kembali tentang pengaruh profitabilitas, good corporate governance, leverage,
dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahan. Serta perbedaan tahun penelitian
dan objek yang diteliti, yaitu pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek

10
Indonesia periode tahun 2010-2013 yang memiliki skor Corporate Governance
Perception Index (CGPI). Berdasarkan fenomena dan kesimpulan dari penelitian
terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya, maka Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Good
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
yang Memiliki Skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) Selama
Periode Tahun 2010-2013)”.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profitabilitas, leverage, good corporate governance, dan
ukuran perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang memiliki skor CGPI pada periode pengamatan penelitian
2010-2013?
2. Bagaimana pengaruh secara simultan profitabilitas, leverage, good
corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-2013?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial profitabilitas, leverage, good
corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan:
a. Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki skor CGPI
pada periode pengamatan penelitian 2010-2013?
b. Pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki skor CGPI pada
periode pengamatan penelitian 2010-2013?
c. Pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-
2013?

11
d. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-2013?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,
dan good corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan memiliki skor CGPI pada periode pengamatan
penelitian 2010-2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan profitabilitas, leverage,
good corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial profitabilitas, leverage, good
corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan:
a. Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki skor CGPI
pada periode pengamatan penelitian 2010-2013.
b. Pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki skor CGPI pada
periode pengamatan penelitian 2010-2013.
c. Pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-2013.
d. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
skor CGPI pada periode pengamatan penelitian 2010-2013.

12
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis, yaitu:
1.5.1 Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
tambahan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut menganai profitabilitas leverage, GCG, ukuran
perusahaan dan nilai perusahaan.
1.5.2 Aspek Praktis
a. Bagi pihak eksternal, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
salah satu acuan oleh para investor, pemegang saham, dan pemerintah
dalam pengambilan keputusan.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi bagi perusahaan mengenai CGPI dapat digunakan sebagai
tolok ukur implementasi corporate governanceserta pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaannya
menjadi lebih baik dan memperhatikan tanggung jawab kepada
stakeholders. Serta rasio leverage dapat digunakan sebagai alat ukur
dan bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif pembiayaan dan
rasio Reurn On Asset (ROA) diharapkan dapat memberikan informasi
serta menjadi referensi bagi perusahaan dalam menentukan dan
menerapkan kebijakan serta strategi untuk memperbaiki kinerja
profitabilitasnya dan meningkatkan kualitas perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab, dijelaskan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek
penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi
isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumen teoritis yang
ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan

13
penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta
sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN


Bab ini membahas mengenai teori yang menjadi dasar bagi penelitian,
hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilakukan, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk
menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitiansebagai jawaban
sementara atas masalah penelitian, dan ruang lingkup penelitian yang
menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, variabel operasional,
tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis
data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan mengenai langkah-langkah analisis data dan hasil
analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang
diperlukan serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini membahas mengenai kesimpulan peneliti yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan. Selain itu juga disertakan saran yang berguna
bagi penelitian selanjutnya.

14

Anda mungkin juga menyukai