Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan keluarga merupakan salah satu teknik yang dilakukan perawat

untuk mengetahui keadaan keluarga tersebut baik yang sehat maupun sakit yang

berada dalam satu rumah. Keluarga adalah sekumpulan orang yang berikatan

dengan tali perkawinan yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya baik anak

kandung maupun adopsi.

Keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara

Bio-Psiko-Sosio-Kultur-Spritual dan juga memenuhi fungsi reproduksi untuk

meneruskan kelangsungan menambah SDM.

Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga, salah

satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan anak usia sekolah, tahap ini

dimulai sejak anak berusia 6-12 tahun. Dalam tahap ini orang tua mempunyai tugas

untuk menghadapi pisah dengan anaknya dan melepaskan anknya karena anak

usia sekolah ini akan lebih senang bergaul dan bermain dengan teman sebaya.

Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap perkembangan untuk mengajarkan

anaknya untuk bersosialisasi dan meningkatkan prestasi anak.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat

memberikan perawatan dan melakukan pengkajian langsung dengan keluarga.

Apakah keluarga sudah memenuhi tugas perkembangan anak pada usia ini atau

belum, serta menjelaskan kepada keluarga tugas perkembangan anak usia sekolah.

Selain itu perawat juga melakukan pengkajian disekitar lingkungannnya, apakah

tempat keluarga yang ditempati keluarga layak untuk ditempati atau tidak, serta

melakukan perawatan dan memberi solusi kepada keluarga untuk mencegah

terjadinya penyakit.

Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang

secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Anak adalah

seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah)

(UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak).

1
Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun

tetapi berumur 18 tahun dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.

Kelompok-kelompok usia anak terdiri dari 3 kelompok yaitu :

1. Usia prasekolah : 2-5 tahun

2. Usia sekolah : 6-12 tahun

3. Usia remaja : 13-18 tahun

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian anak usia sekolah ?

2. Bagaimana pengelompokan anak usia sekolah ?

3. Bagaimana ciri-ciri anak usia sekolah ?

4. Bagaimana perkembangan akhir masa kanak-kanak ?

5. Bagaimana perkembangan (masalah) anak usia sekolah ?

6. Bagaimana perkembangan fisik anak usia sekolah ?

7. Bagaimana perkembangan kognitif anak usia sekolah ?

8. Bagaimana perkembangan psikososial anak usia sekolah ?

9. Bagaimana tugas perkembangan orang tua anak usia sekolah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian anak usia sekolah

2. Untuk mengetahui pengelompokan anak usia sekolah

3. Untuk mengetahui ciri-ciri anak usia sekolah

4. Untuk mengetahui perkembangan akhir masa kanak-kanak

5. Untuk mengetahui perkembangan (masalah) anak usia sekolah

6. Untuk mengetahui perkembangan fisik anak usia sekolah

7. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak usia sekolah

8. Untuk mengetahui perkembangan psikososial anak usia sekolah

9. Untuk mengetahui tugas perkembangan orang tua anak usia sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan

berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.

Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan

belum pernah kawin (menikah) (UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak).

Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang

berumur 21 tahun tetapi berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai

umur 18 tahun.

2. Kelompok Usia Anak Sekolah

Kelompok-kelompok usia anak terdiri dari 3 kelompok yaitu:

1. Usia prasekolah : 2-5 tahun

2. Usia sekolah : 6-12 tahun

3. Usia remaja : 13-18 tahun

3
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak.

Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan

kemampuan komunikasi.

1. Anak usia 6-7 tahun:

 Membaca seperti mesin

 Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang

 Membaca waktu untuk seperempat jam

 Anak wanita bermain dengan wanita

 Anak laki-laki bermain dengan laki-laki

 Cemas terhadap kegagalan

 Kadang malu atau sedih

 Peningkatan minat pada bidang spiritual

2. Anak usia 8-9 tahun:

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

 Menggunakan alat-alat seperti palu

 Peralatan rumah tangga

 Ketrampilan lebih individual

 Ingin terlibat dalam segala sesuatu

 Menyukai kelompok dan mode

 Mencari teman secara aktif

3. Anak usia 10-12 tahun:

 Pertambahan tinggi badan lambat

 Pertambahan berat badan cepat

 Perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas

mungkin tampak

 Mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan

menjemur pakaian sendiri

 Memasak, menggergaji, mengecat

 Menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu

 Membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu

 Teman sebaya dan orang tua penting

4
 Mulai tertarik dengan lawan jenis

 Sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan

4. Usia remaja 13-18 tahun

3. Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6

tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Label yang digunakan oleh orang tua

a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah

dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua

ataupun anggota keluarga lainnya.

b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan

ceroboh dalam penampilan.

c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga

dan membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua

anggota keluarga.

2. Label yang digunakan pendidik/guru

a. Usia sekolah dasar: anak diharapkan memperoleh dasar-dasar

pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan

penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai

ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler.

b. Periode kritis dalam berprestasi: anak membentuk kebiasaan untuk

mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung

menetap sampai dewasa.

3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi

a. Usia berkelompok: perhatian utama anak tertuju pada keinginan

diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.

b. Usia penyesuaian diri: anak ingin menyesuaikan dengan standar

yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan

berperilaku.

c. Usia kreatif: suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan

menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.

5
d. Usia bermain: suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang

sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.

4. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust

yaitu:

 Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk

permainan-permainan umum.

 Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai

mahluk yang sedang tumbuh.

 Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya

 Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang

tepat

 Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis

dan berhitung

 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan

untuk kehidupan sehari-hari

 Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan

nilai

 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial

dan lembaga-lembaga.

 Mencapai kebebasan pribadi

5. Perkembangan Usia Sekolah ( Tugas Mandiri) Masalah Anak Usia

Sekolah

a. Bahaya Fisik

1) Penyakit

 Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

 Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan

dengan kebersihan diri.

2) Kegemukan

6
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi:

 Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga

kehilangan kesempatan untuk keberhasilan social.

 Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek

sehingga anak menjadi rendah diri

3) Kecelakaan

Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering

dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan

bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal

ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi

hubungan social.

4) Kecanggungan

Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman

sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar

untuk rendah diri.

5) Kesederhanaan

Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang

dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik

sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang

dapat mempengaruhi konsep diri anak.

b. Bahaya Psikologis

1) Bahaya Dalam Berbicara

Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada

anak- anak usia sekolah yaitu:

 Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-

tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang

lain.

 Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap)

akan membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya

berbicara bila perlu saja.

7
 Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan

dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk

berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda.

 Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan

merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh

temannya.

c. Bahaya Emosi

Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi

yang kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu

masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.

d. Bahaya Bermain

Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa

kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga

untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang

melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang

kaku.

e. Bahaya Dalam Konsep Diri

Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak

puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang

lainbila konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak

cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam

memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan

cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan pengaruh

buruk pada penyesuaian sosial anak.

f. Bahaya Moral

Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku

anak-anak:

 Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman

atau berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar

dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.

 Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas

perilaku.

8
 Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa

yang sebaiknya dilakukan.

 Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.

 Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah

begitu memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan.

 Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah.

g. Bahaya Yang Menyangkut Minat

Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak:

 Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh

teman-teman sebaya.

 Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang

dapat bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.

h. Bahaya Hubungan Keluarga

Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga:

 Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai

peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang

dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang

buruk dengan anak-anaknya

 Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam

melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua

maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan

menghukum anak

 Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar

dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya

menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian

pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan

hubungan keluarga yang baik.

 Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah

miliknya lebih buruk dari temannya maka anak sering

menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal

itu.

9
6. Perkembangan Fisik

a. Tinggi dan berat badan

Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada

setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu

mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih

langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan

distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994).

Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya

dengan kelompok besar anak anak dengan usia yang sama.

Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan

kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan

orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi

dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari

pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun

sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang

cepat.

b. Fungsi kardiovaskular

Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah.

Denyut jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal

110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan

paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan

lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya

saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.

c. Fungsi neuromuscular

Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar

meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih

ketrampilan motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan

gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan

peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam

kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat.

Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam

10
partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot

yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.

Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan

motorik kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama,

saat kontrol jari dan pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai

melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak

dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka menjadi

sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.

Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam

proses kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi

mengancam pengendalian anak dalam area ini. Maka sangat penting

mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan

mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.

d. Nutrisi

Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara

relative. Jika terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau

kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida

makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan

makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan

makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung

pertumbuhan dan aktivitas.

7. Perkembangan Kognitif

Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan

untuk berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi

di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami

dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu

perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika

merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental)

dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran

yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga

kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan

11
mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan

memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

a. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam pengertian ini tercakup semua semua cara untuk

berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam

bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan

kata-kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan

bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama

manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral

atau agama.

Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi

perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:

1) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi

matang (orang-orang suara / bicara sudah berfungsi ) untuk

berkata kata.

2) Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang

untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan

jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di

dengarnya.

Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-

kanak tengah dan pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai

dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata

sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya

pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta

kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan

berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya.

Mereka menjadi lebih menyadari aturan sintaksis, aturan

merangkai kta menjadi kalimat.

8. Perkembangan Psikososial

12
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan

ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa.

Anak usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya

perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat

merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat

mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.

a. Perkembangan moral

Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata

sesuai kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah,

mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan,

bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.

Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan

keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini

merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima

anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman

pada tingkah lakunya.

b. Hubungan sebaya

Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya

lain jenis. Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan

yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak

biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan

memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative.

Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap

perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya

berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi

adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat,

seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.

c. Identitas seksual

Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten

karena ia merasa pada periode ini anak memiliki sedikit

ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti

13
percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang

besar pada seksualitasnya.

d. Konsep diri dan kesehatan

Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat

dan lebih individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta

yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya

penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan

fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan yang

lain dinilai.

9. Tugas Perkembangan Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah

Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa

bahwa tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah

sudah dapat berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas

mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas

rumah tangga.

1. Mensupport perkembangan anak

Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara

membiarkan anak untuk pergi dan bergabung dengan dunia di

luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak

tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus

bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti

kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan

grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah

pada malam hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan temannya

untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut camp,

mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan

tersebut di atas sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal

kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk perkembangan

kepribadiannya.

Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka,

orientasi mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka

14
orangtua harus mendukung hubungan ini, karena penelitian

membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik

dari anggota keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan

identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang

berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959).

Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat

akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan

dunia luar.

Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua

sebagai figur otoritas. Anak akan sering berkata “…tapi kata bu

guru begini…” pada orangtuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa

anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan

model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang

didapat di keluarganya. Orangtua yang dapat berempati terhadap

minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak

akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak tersebut pada

masa remajanya.

Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan

anaknya akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya

bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan

orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka.

Pada masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja bersama

dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya masih

preschool ataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas

bersama yang dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik

keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan

istri untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.

2. Mempertahankan hubungan pernikahan

Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion

Research Centre mengindikasikan bahwa efek dari kehadiran

anak pada sebuah pernikahan dapat membawa efek yang

negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level

15
pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6

survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan

bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan

orangtua, dalam hal:

 Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital

companionship)

 Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami

dan istri

 Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi

untuk memperoleh afeksi, waktu dan perhatian,

 Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian,

setidaknya untuk beberapa saat (Glenn&Mc

Lanchan,1982).

Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah

biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka

mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya

mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga mengurangi ekspresi afeksi

dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua (Swensen&Moore,

1979).

Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan

pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran

gender tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan keduanya

kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan pada

kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model

pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada

menghindar dalam penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha

untuk mengekspresikan cintanya secara spontan

(Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada

saat usia anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk

kepentingan suami dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA

a. Identitas Kepala Keluarga :

Nama : Tn. A Pendidikan : SMA

Umur : 31 tahun Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam Alamat : Jl. Kutilang B E5

Suku : Melayu

b. Komposisi Keluarga

No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan

1. Tn. A L 31 Suami Swasta SMA

2. Ny. B P 30 Istri Swasta SMA

3. An. C L 6 Anak Pelajar SD

c. Genogram

17
d. Type Keluarga :

a) Jenis type keluarga : Nuclear Family

b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :

Keluarga saat ini belum bisa sepenuhnya mengajarkan anak bagaimana cara

bersosialisasi dengan lingkungan dan membantu anak menyelesaikan tugas

sekolahnya

e. Suku Bangsa :

a) Asal suku bangsa : Tn. A dan Ny. B sama-sama berasal dari suku melayu

b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan : Ketika sakit keluarga percaya tidak

boleh memotong kuku

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :

Keluarga Tn. A dan Ny. B adalah islam, keluarga selalu berusaha untuk

memenuhi shalat 5 waktu dan mereka selalu berjamaah dirumah dengan anak

mereka An. C, yang sebelumnya sudah dimasukkan ke TPQ untuk belajar agama.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. A dan Ny. B

b) Penghasilan :

Rp 1.500.000 - Rp 3.000.000/bln

c) Upaya lain : tidak ada

d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)

motor 2 buah

18
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : kebutuhan setiap bulan sekitar Rp

2.000.000, sudah termasuk kebutuhan sehari-hari dan sekolah serta jajan An. C

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :

Keluarga kadang-kadang berekreasi saat akhir pekan, dengan mengunjungi

rumah orang tua yang ada di luar kota

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :

Keluarga Tn. A dan Ny. B memiliki satu orang anak berumur 6 tahun yang baru

masuk SD tahun ini, dan berencana memiliki anak lagi, jadi keluarga Tn. A dan Ny.

B berada pada tahap perkembangan dengan anak usia sekolah

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :

Saat ini keluarga Tn. A dan Ny. B sebagai keluarga yang memiliki satu anak yang

baru saja masuk SD belum tahu bagaimana cara yang tepat dalam mengajarkan PR

dari sekolah, karena waktu kerja mereka yang kadang jika lembur sampai larut

malam, kadang anak dititipkan dirumah tetangga yang sudah dianggap sebagai

keluarga, yang kadang pulangnya pukul 21.00

c. Riwayat kesehatan keluarga inti :

a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :

Tn. A, Ny. B, da An. C tidak ada yang menderita penyakit berat, hanya kadang

terkena flu, atau pusing kepala biasa.

b) Riwayat penyakit keturunan :

Dari riwayat penyakit keluarga tidak ada yang memiliki penyakit kronis maupun

penyakit keturunan.

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

19
Imunisasi
Masalah Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/DP
No Nama Umur BB kesehata yang telah
Kesehatan T
n dilakukan
/HB/Campak)

1 Tn. A 31 55 Tn. A Lengkap - Minum

mengatakan vitamin dan

bahwa susu

biasanya dia

merasa lelah

setelah

bekerja jam

lembur
Minum susu
2 Ny. B 30 50 Lengkap -
Ny. B kadang

merasa sangat

lelah setelah

pulang kerja

harus

membereskan

rumah lagi

Ny. B

mengatakan Berobat ke
3 An. C 6 24 Lengkap -
anaknya dokter

jarang sakit,

kalaupun sakit

hanya seperti

flu namun

tidak sering

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :

20
Menurut Tn. A jika dirinya sakit dan keluarga sakit langsung berobat ke dokter,

selain tempat praktek dokter yang dekat, juga jarak rumah sakit yang tidak jauh

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Tn. A : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah saja

Ny. B : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah

An. C : jarang sakit kalaupun sakit hnya flu biasa

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a. Karakteristik Rumah

a) Luas rumah :8x7 meter

b) Type rumah : permanen

c) Kepemilikan : pribadi

d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 2 buah kamar tidur

e) Ventilasi/jendela : Ada 8 ventilasi yang terdapar di dalam rumah

f) Pemanfaatan ruangan : ruang tamu, ruang keluarga,wc/toilet, 2 kamar tidur

g) Septic tank : ada letaknya di belakang rumah dengan jarak 1,5 meter dari rumah

h) Sumber air minum : air galon beli di toko

i) Kamar mandi/WC kamar mandi yang jadi satu dengan WC, dengan kloset

jongkok

j) Sampah : di buang ke tempat pembuangan sampah jarak 600 meter dari rumah

k) Kebersihan lingkungan : Kebersihan lingkungan sangat terjaga karena setiap

bulan mengadakan kegiatan gotong-royong membersihkan lingkungan

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

a) Kebiasaan : Setiap bulan ada arisan RT, dan pengajian setiap seminggu sekali

21
b) Aturan/kesepakatan : Apabila ada kerabat/ teman yang menginap harus lapor ke

RT/RW

c) Budaya : mayoritas melayu

c. Mobilitas Geografis Keluarga : Menurut Ny. B selama ini keluarganya sering

mengunjungi sanak saudara

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Menurut Ny. B selama ini keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak terdapat

perkumpulan atau pertemuan khusus dan biasanya hanya berkumpul di waktu-

waktu tertentuseperti lebaran dan kadang pergi ke pesta ulang tahun teman An. C

jika diundang

e. Sistem Pendukung Keluarga

Saat ini dalam keluarga belum ada anggota keluarga yang sakit, An. C sebagai

penyemangat saat lelah bekerja. Hubungan satu anggota keluarga dengan yang

lainnya cukup baik dan sudah terbiasa saling tolong menolong

IV. STRUKTUR KELUARGA

a. Pola/cara Komunikasi Keluarga : Menurut Ny. B dalam keluarganya berkomunikasi

biasa menggunakan bahasa melayu, dan An. C juga terbiasa menggunakan

bahasa melayu

b. Struktur Kekuatan Keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. A dan

Ny. B selalu memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah. An. C jarang

diikut sertakan jika memang itu menyangkut masalah keluarga, karena An. C

dianggap masih terlalu kecil.

c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)

Dalam keluarga Tn. A sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk

keluarga dan dibantu oleh Ny. B yang turut bekerja membantu suaminya namun

dirinya juga tetap melakukan perannya sebagi istri yang harus menyiapkan

keperluan suami dan anaknya. An. C sebagai anak yang saat ini tugasnya hanya

belajar.

22
d. Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun terhadap

orang tua, suami terhadap istri. Selama ini dirinya, anak dan istrinya makan

bersama kalau malam hari, An. C sudah tidur saat Tn. A pulang kerja.

V. FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi afektif

Tn. A, Ny. B dan An.C belum bisa melakukan peran mereka masing-masing

secara sempurna, Tn. A dn Ny. B belum bisa membagi waktu untuk peran sebagai

orang tua

b. Fungsi sosialisasi

Hubungan antara dirinya dengan suaminya serta anaknya sampai sejauh ini baik

hanya saja Ny, B sering mendapat laporan dari sekolah maupun tempat TPQ An. C

kurang aktif dan terlihat takut jika bermain bersama teman-temannya

c. Fungsi perawatan kesehatan

a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan

keluarganya :

Menurut Ny. B keluarga jarang terkena sakit yang parah, hanya masalah flu

biasa dan kelelahan saja yang biasa dialami keluarga

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :

Sejauh ini keluarga hanya membawa anggota keluarga yang sakit ke dokter

ataupun rumah sakit, dan minum vitamin juga susu untuk mengatasi lelah

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :

Menurut keluarga makan teratur dan istirahat yang cukup banyak membantu

dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :

Keluarga memanfaatkan faskes praktek dokter dan ke rumah sakit

d. Fungsi reproduksi

23
a) Perencanaan jumlah anak : Keluarga berencana memiliki satu anak lagi

b) Keterangan lain : Saat ini Ny. B menggunakan alat kontasepsi, suntikan setiap 3

bulan sekali, perencanaan memiliki satu anak lagi secepatnya karena An. C juga

sudah besar, dan berencana memiliki 2 anak saja

e. Fungsi ekonomi

Ny. B mengatakan penghasilannya dan suaminya sudah cukup untuk

memenuhi sandang papan, dan pangan keluarga Tn. A

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

a. Stressor jangka pendek : Menurut Ny. B dirinya tidak tahu apakah suaminya sedang

mengalami beban pikiran atau tidak, tetapi dari Ny. B sendiri yang jadi stressor

adalah takut kalau An. C sering ditinggal sendirian dirumah, takut jika salah

pergaulan, dan An. C juga sering mengatakan susah mengerjakan tugas sekolah,

dan tidak bisa menyelesaikannya

b. Stressor jangka panjang : Ny. B mengatakan takut jika masalah ini berlarut-larut

akan membuat anaknya merasa tidak disayang oleh kedua orang tua

c. Respon keluarga terhadap stressor : Menyelesaikan masalah dengan diskusi

d. Strategi koping : Untuk menghadapi stressor Ny. B lebih banyak bertanya kepada

guru An. C bagaimana perkembangan anaknya, dan selalu meminta bantuan

tetangga agar melihatkan anaknya dan menghubunginya jika terjadi apa-apa.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA

Pemenuhan gizi : Ny. B selalu memasak sayur dan lauk pauk serta menyukai

makanan yang pedas, dan ayam goreng kesukaan An. C

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

24
No. Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga

Fisik Tn. A Ny. B An. C

1. Keadaan Umum

BB 55 kg 50 kg 20 kg

TB 165 cm 155 cm 120 cm

2. Kepala

Rambut Ikat, hitam, dan Lurus, hitam, Lurus, hitam,

bersih halus, dan halus, dan

bersih bersih

Konjungtiva
Mata
anemis, sklera Konjungtiva Konjungtiva

anikterik, anemis, sklera anemis, sklera

penglihatan baik anikterik, anikterik,

penglihatan baik penglihatan baik

Simetris, polip (-

Hidung ), penciuman Simetris, polip (- Simetris, polip (-

baik ), penciuman ), penciuman

baik baik

Mulut Mulut bersih,

mukosa lembab, Mulut bersih, Mulut bersih,

lidah bersih, gigi mukosa lembab, mukosa lembab,

cukup lidah bersih, gigi lidah bersih, gigi

cukup cukup

Pendengaran

Telinga baik, serumen (-) Pendengaran Pendengaran

baik, serumen (-) baik, serumen (-)

25
3. Leher

JVP Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran

vena jugularis vena jugularis vena jugularis

Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Kelenjar Tiroid
pembengkakan pembengkakan pembengkakan

4. Dada

Inspeksi Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembengkakan, pembengkakan, pembengkakan,

simetris antara simetris antara simetris antara

kiri dan kanan kiri dan kanan kiri dan kanan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Palpasi
pembengkakan pembengkakan pembengkakan

5. Paru

Inspeksi Tidak Tidak Tidak

menggunakan menggunakan menggunakan

otot bantu otot bantu otot bantu

pernapasan pernapasan pernapasan

Palpasi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

bengkak, lesi (-) bengkak, lesi (-) bengkak, lesi (-)

Perkusi

26
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

penimbunan penimbunan penimbunan

cairan cairan cairan


Auskultasi

Bunyi napas Bunyi napas Bunyi napas

vesikuler, RR vesikuler, RR vesikuler, RR

normal normal normal

6. Jantung

Palpasi Letak normal Letak normal Letak normal

ICS 2 dan 3 – 5 ICS 2 dan 3 – 5 ICS 2 dan 3 – 5

dan 6 dan 6 dan 6

Perkusi
Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis

normal yaitu ke normal yaitu ke normal yaitu ke

5 dan 6 5 dan 6 5 dan 6

Auskultasi

Irama teratur, Irama teratur, Irama teratur,

tidak ada suara tidak ada suara tidak ada suara

tambahan tambahan tambahan

TD : 120/70 TD : 110/70 TD : 100/70

mmHg mmHg mmHg

7. Abdomen

Inspeksi Simetris, warna Simetris, warna Simetris, warna

normal, asites (-) normal, asites (-) normal, asites (-)

27
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri

tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada


Palpasi
benjolan benjolan benjolan

Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+)

Auskultasi
Organ pada Organ pada Organ pada

abdomen normal abdomen normal abdomen normal


Perkusi

8. Genetalia - - -

9. Ekstermitas atas dan

bawah
Berfungsi Berfungsi Berfungsi

Inspeksi dengan baik dengan baik dengan baik

Reflek patella (+) Reflek patella (+) Reflek patella (+)

Perkusi

IX. HARAPAN KELUARGA

a. Terhadap masalah kesehatannya : Keluarga berharap tidak ada anggota keluarga

yang sakit dan selalu dalam keadaan sehat

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Dengan adanya petugas kesehatan yang

datang kerumahnya keluarga mengharapkan supaya petugas kesehatan bisa

memberikan pengetahuan kepada masyarakat dengan penyuluhan-penuluhan

seperti saat ini diharapkan dapt membantu dirinya mempersiapkan bagaimana

untuk mendidik anaknya agar bisa bersosialisasi gengan lingkungan.

28
ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 DS : An. C mengatakan bahwa Ketidakmampuan Disfungi tugas

tidak bisa mengerjakan PR yang mengerjakan tugas perkembangan

diberikan guru. sekolah keluarga pada anak

usia sekolah
Ny. B mengatakan tidak pernah

menemani anak belajar

DO : - Ny. B tampak menyesal

saat pengkajian

- Saat pengkajian Ny. B

tampak bingung ditanya

peran apa yang

dilakukannya

Ketidakmampuan
Kurang pengetahuan
keluarga mengenal
DS : Ny. B mengatakan tidak tahu tentang tugas
masalah
2 apa-apa saja tugas yang harus perkembangan

dipenuhi keluarganya keluarga dengan

anak usia sekolah

29
PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakmampuan An. C mengerjakan tugas sekolah b.d disfungsi tugas

perkembangan keluarga pada anak usia sekolah

2. Kurang pengetahuan keluarga Tn. A tentang tugas perkembangan keluarga

dengan anak usia sekolah b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Diagnosa Total

Kep

1 Sifat masalah : 2/3 x 1 = Sifat masalah ini

2/3 termasuk situasi


Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
mengancam
Ancaman kesehatan 2
kesehatan,

Keadaan sejahtera 1 karena jika

dibiarkan anak

akan merasa

bahwa dia gagal

dan tidak seperti

teman sebayanya

30
Kemungkinan masalah dapat diubah : 2/2 x 2 = Karena orang tua

2 sangat menyesal
Skala : Mudah 2
dengan
Sebagian 2
perbuatannya

Tidak dapat 1

Potensial masalah untuk dicegah : 3/3 x 1 = Karena orang tua

1 seharusnya lebih
Skala : Tinggi 3 1
banyak
Cukup 2
berintersksi

Rendah 1 dengan anak

Menonjolnya masalah : 2/2x1= Masalah memang

perlu diatasi
Skala : 1
tetapi sifat
Masalah berat, harus segera 2 1
masalah ini tidak
ditangani
gawat, dan bisa

Ada masalah, tetapi tidak perlu diselesaikan


1
ditangani secara bertahap

Masalah tidak dirasakan


0

TOTAL SKOR 4 2/3

31
PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Diagnosa Total

Kep

2 Sifat masalah : 2/3 x 1 = Sifat masalah ini

2/3 termasuk
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
ancaman
Ancaman kesehatan 2
kesehatan karena

Keadaan sejahtera 1 jika dibiarkan

terus menerus

perkembangan

keluarga akan

terhambat

Kemungkinan masalah dapat diubah : 1/2x2= Latar belakang

pendidikan SMA
Skala : Mudah 2 2 1
sehingga
Sebagian 1
memudahkan

Tidak dapat 0 untuk menerima

informasi dan

penjelasan

Potensial masalah untuk dicegah : 2/3x1= Krena sering

mengunjungi
Skala : Tinggi 3 1 2/3
orang tua dan
Cukup 2
keluarga sudah

Rendah 1 pengalaman

memiliki anak

sehingga

keluarga dapat

bertanya apa

32
yang harus

dilakukan

Menonjolnya masalah : 2/2x1= Kurang

pengetahuan
Skala : 1
keluar Tn. A
Masalah berat, harus segera 2 1
tentang tugas
ditangani
1 perkembangan

Ada masalah, tetapi tidak perlu keluarga dengan


0
ditangani anak usia sekolah

Masalah tidak dirasakan b.d

ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah

TOTAL SKOR 3 1/3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor

1. Kurang pengetahuan keluarga Tn. A tentang 3 1/3

tugas perkembangan keluarga dengan anak usia

sekolah b.d ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah

2. Ketidakmampuan An. C mengerjakan tugas 4 2/3

sekolah b.d disfungi tugas perkembangan

keluarga pada anak usia sekolah

33

Anda mungkin juga menyukai