Anda di halaman 1dari 2

Sel limfosit CD4 merupakan target utama pada infeksi HIV.

Sel ini berfungsi sentral dalam sistem


imun. Pada mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HIV, nqmun dengan perjalanan dari
waktu ke waktu HIV akan menimbulkan penurunan jumlah sel limfosit CD4, terganggunya
homeostatis dan fungsi-fungsi sel lainnya dalam sistem imun tersebut. Keadaan ini akan
menimbulkan berbagai gejala penyakit dengan spektrum yang luas.

Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, yaitu transmisi melalui mukosa genital,
transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin.
Untuk bisa menginfeksi sel, HIV memerlukan reseptor dan reseptor utama untuk HIV adalah molekul
CD4 pada permukaan sel pejamu. Namun reseptor CD4 saja ternyata tidak cukup. Ada beberapa sel
yang tidak mempunyai reseptor CD4, tetapi diinfeksi oleh HIV.

 Sel Target

Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang mempunyai reseptor CD4, yaitu limfosit CD4+
(sel T helper atau Th) dan monosit makrofag.

 Mekanisme Imunitas Pada Keadaan Normal

Aktivitas sel Th dalam keadaan normal terjadi pada awal terjarinya respons imunitas. Th dapat
teraktivasi melalui dua sinyal, yaitu : pertama terikatnya reseptor Ag-TCR dengan kompleks antigen-
molekul MHC Clas II yang dipresentasikan oleh makrofag sebagai antigen presenting cells (APCs)
yang teraktivasi oleh antigen. Sinyal kedua berasal dari Sitokin IL-1 yang dihasilkan oleh APC yang
teraktivasi tadi. Kedua sinyal tadi akan merangsang Th mengekspresikan reseptor IL-2 dan sitokin
lain yang dapat mengaktivasi makrofag, CTLS dan sel limfosit B. IL-2 juga akan berfungsi autoaktivasi
terhadap sel Th semula dan sel Th lainnya yang belum memproduksi IL-2 untuk berproliferasi. Jadi
dengan demikian akan terjadi amplifikasi respons yang diawali oleh kontak APCs dengan sel Th
semula.

Aktivasi sel Tc yang berfungsi untuk membunub benda asing atau nonself-antigen. Tangan ketiga
dari imunitas selular dilakukan oleh sel Nk, yaitu sel limfosit dengan granula kasar dengan petanda
CD16 dan CD56.

 Pengaruh HIV Terhadap Sistem Imun

HIV terutama menginfeksi limfosit CD4 atau Th, sehingga dari waktu ke waktu jumlahnya akan
menurun, demikian juga fungsinya akan semakin menurun. Th mempunyai peranan sentral dalam
mengatur sistem imunitas tubuh. Bila teraktivasi oleh antigen, Th akan merangsang baik respons
imun selular maupun respons imun homoral, sehingga seluruh sistem imun akan terpengaruh.
Namum yang terutama sekali mengalami kerusakan adalah sostem imun selular. Jadi akibat HIV akan
terjadi gangguan jumlah maupu fungsi Th yang menyebabkan hampir keseluruhan respons imunitas
tubuh tidak berlangsung normal.

 Abnormalitas Pada Imunitas Selular

Untuk mengatasi organisme intraselular seperti parasit, jamur, dan bakteri intraselular yang paling
diperlukan adalah respons imunitas selular yang disebut CMI.

Sel Th : jumlah dan fungsinya akan menurun

Sel Tc : kemampuan sel T sitotoksik untuk menghancurkan sel yang terinfeksi virus menurun,
terutama pada infeksi stadium lanjut, sehingga terjadi reaktivasi virus yang tadinya laten.
Sel NK : kemampuan sel NK untuk menghancurkan secara langsung antigen asing dan sel yang
terinfeksi virus juga menurun.

 Abnormalitas Pada Imunitas Humoral

Imunitas humoral adalah imunitas dengan pembentukan antibodi oleh sel plasma yang berasal dari
limfosit B, sebagai akibat sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4 yang teraktivasi.

HIV menyebabkan terjadi stimulasi limfosit B secara poliklonal dan non spesifik sehingga terjadi
hipergammaglobulinaemia terutama IgA dan IgG.

Fase Infeksi Akut : Setelah transmisi HIV melalui mukosa genital yang merupakan transmisi utama,
sel dendritik (DC) yang ada di lamina propria mukosa vagina akan menangkap HIV. DC bertindak
sebagai APC dan mempretasikan HIV ke sel limfosit CD4 sehingga dapat merangsang limfosit T naive.
Hal ini terjadi karena DC mengekspresikan molekul major histocompatibility complex (MHC) klas I,
MHC klas II dan molekul kostimulator lain pada permukaannya. Setelah HIV tertangkap DC akan
menuju kelenjar limfoid dan mempresentasikannya kepada sel limfosit T naive. Disamping
mengangkut HIV ke kelenjar limfe, DC juga mengaktivasi sel limfosit CD4, dengan demikian akan
meningkatkan infeksi dan replikasi HIV pada sel limfosit Th.

Setelah fase akut, akan terjadi penuruna jumlah HIV bebas dalam plasma maupun dalam sel. Masih
belum jelas, mengapa bisa demikian, akan tetapi analogi dengan infeksi virus pada umumnya. Sel
limfosit T sitotoksik CD8 yang sebagai efektor sel dapat mengontrol infeksi akut oleh virus, karena
dia bisa mengenal dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi (ini kadang-kadang dapat merugikan
juga), sehingga dapat mencegah replikasi dan pembentukan virus baru.

Peranan kelenjar limfe pada infeksi primer :

Anda mungkin juga menyukai