Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu

kelahiran hidup. Menurut Depkes (2012) penyebab kematian maternal di

Indonesia adalah perdarahan (30,1%), eklamsia (26,9%), infeksi (5,6%),

persalinan lama (1,8%), dan komplikasi abortus (1,6%). Besarnya AKI akibat

perdarahan salah satunya disebabkan karena anemia atau kekurangan zat besi

saat kehamilan (Badan Pusat Statistik et al., 2013).

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling

sering terjadi terutama selama masa kehamilan (Kristiyanasari;Weni, 2010).

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah

normal. Ibu hamil dinyatakan anemia jika hemoglobin (Hb) < 11 mg/L

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Hemoglobin merupakan

sel penyusun darah merah (eritrosit) yang bertugas mengikat oksigen dari paru

dan membawanya ke seluruh tubuh, serta dalam pembentukannya hemoglobin

membutuhkan zat besi (Wijayakusuma H, 2008). Kekurangan zat besi sejak

sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita

anemia. Menurut Manuaba, dampak anemia pada ibu hamil antara lain

terjadinya abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang janin

dalam rahim, mudah terjadi infeksi, mola hidatidosa, hyperemesis gravidarum,

perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini (Manuaba, 2012).


2

Menurut Fatmah tahun 2011, cara mengatasi kekurangan zat besi dalam

tubuh yaitu dengan mengkonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan meningkatkan

asupan makanan sumber Fe (Fatmah and Ruhayati, 2011). Pemberian tablet Fe

merupakan salah satu program pemerintah Indonesia untuk mencegah

terjadinya anemia pada ibu hamil. Jumlah suplemen zat besi yang diberikan

selama kehamilan ialah sebanyak 90 tablet (Fe3) dengan dosis 60 mg

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Meskipun upaya untuk mengurangi kejadian anemia pada kehamilan

sudah dilaksanakan melalui pemberian satu tablet besi setiap hari, pada

kenyataannya prevelensi anamia yang terjadi masih cukup tinggi. Menurut

WHO (2008) kejadian anemia di dunia diperkirakan terjadi pada 41,8% ibu

hamil, dan setengahnya disebabkan karena kekurangan zat besi. Berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada

ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%.

Setelah mengkonsumsi tablet Fe terdapat beberapa efek samping seperti

mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi, dan kadang-kadang

diare (Jordan, 2004). Banyaknya efek samping tersebut terkadang

menimbulkan ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga

menyebabkan masih tingginya anemia pada ibu hamil.

Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor, protein hewani dan

vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium,

dan fitrat dapat mengikat zat besi (Fe) sehingga mengurangi jumlah resapan

(Arisman., 2010). Tingkat keasaman dalam lambung ikut mempengaruhi


3

kelarutan dan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Suplemen zat besi lebih baik

dikonsumsi pada saat perut kosong atau sebelum makan, karena zat besi akan

lebih efektif diserap apabila lambung dalam keadaan asam (ph rendah).

Menurut Saragi tahun 2011, kepatuhan (Compliance) dalam pengobatan

dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang menaati semua nasihat dan

petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan

apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat.

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi

yang diukur dari ketepatan jumlah yang dikonsumsi, cara konsumsi, dan

frekuensi konsumsi zat besi per hari (Saragih, 2011).

Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe juga dipengaruhi

beberapa faktor, yang menurut hasil penelitian Alifah tahun 2016 kepatuhan

ibu hamil mengonsumsi tablet Fe yaitu pengetahuan, motivasi, dukungan

keluarga, kunjungan ANC, dan efek tablet Fe (Alifah, 2016). Sedangkan

penelitian Purbadewi tahun 2013, ibu hamil yang berpengetahuan kurang

tentang tablet Fe akan berperilaku negatif, sedangkan yang berpengetahuan

baik akan berperilaku positif, dalam hal ini adalah perilaku untuk mencegah

atau mengobati anemia (Purbadewi, Noor and Ulvie, 2013). Menurut

Budiarni (2012), motivasi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe timbul

karena keinginan untuk mencegah anemia dan menjaga kesehatan ibu hamil
4

dan janinnya. Semakin baik motivasi maka semakin patuh mengkonsumsi

tablet Fe (Budiarni, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka pertanyaan makalah yang

muncul adalah:

1. Bagaimana aspek kognitif mempengaruhi kasus anemia pada ibu

hamil?

2. Bagaimana aspek afektif mempengaruhi kasus anemia pada ibu hamil?

3. Bagaimana aspek konatif dan perilaku mempengaruhi kasus anemia

pad ibu hamil?

C. Tujuan

1. Bagaimana aspek kognitif mempengaruhi anemia pada ibu hamil?

2. Bagaimana aspek afektif mempengaruhi anemia pada ibu hamil?

3. Bagaimana aspek konatif dan perilaku mempengaruhi anemia pada ibu

hamil?

D. Manfaat

1. Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan bagi bidan untuk meningkatkan KIE pola

konsumsi tablet Fe pada ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka

kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia

2. Bagi Ibu Hamil


5

Bagi ibu hamil atau masyarakat dapat menambah pengetahuan ibu

mengenai pentingnya mengkonsumsi suplemen tablet zat besi secara

teratur sesuai anjuran petugas kesehatan dalam rangka pencegahan

kejadian anemia ibu hamil.


6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu

memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau

kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2014). Nilai

normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter

laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu

hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau

hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir

trimester pertama dan <10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga menjadi batas

bawah untuk menjadi penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai – nilai ini

kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang mendapat

suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada

trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo, 2010).

B. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan

komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh

ibu. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan

hemodinamika, contohnya pada proses hemodilusi pada proses ini volume

darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan

mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan perubahan kecil setelah

minggu tersebut.
7

Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi

oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin -

angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar

berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2010). Eritropoetin ginjal akan

meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi tidak

sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan

hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5

g/dl, dan pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan

suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat

besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak

mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat

besi dan asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin.

Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 –

7 mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu

setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).

Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar

antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan

masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum

diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah

melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2010).


8

C. Penyebab

Penyebab anemia dalam kehamilan adalah :

1. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding

dengan peningkatan volume plasma

2. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat

besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.

3. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan

tentang pola makan yang benar

4. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

5. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

6. Hamil saat masih remaja

(Proverawati and Asfuah, 2009; Prawirohardjo, 2010; Pratami, 2014)

Huliana (2008) menyatakan bahwa penyebab anemia umumnya adalah

kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang konsumsi,

penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi), kehilangan darah yang banyak,

persalinan yang lalu, haid dan lain-lain, penyakit-penyakit kronis : TBC, Paru,

Cacing usus, malaria, dan lain-lain (Huliana, 2008). Wibisono,dkk menyatakan

bahwa penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurang zat besi, kurang

konsumsi makanan, yang mengandung zat besi, dan adanya gangguan

penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, 2009).

Di Indonesia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga

biasa disebut anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah salah satu keadaan

yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilan (Waryana., 2010).


9

D. Klasifikasi

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat

besi dalam darah. Pengobatannya dengan cara pemberian tablet Fe atau tablet

besi sesuai kebutuhan zat besi pada ibu hamil, tidak hamil, dan dalam laktasi

yang dianjurkan. Penyebab anemia defisiensi besi ini disebabkan karena

perdarahan, kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, dan

gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh. Anemia defisiensi dalam

kehamilan dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan resiko

persalinan premature serta hemoglobin dalam tubuh yang membawa oksigen

keseluruh jaringan berkurang yang akan menyebabkan ibu hamil lebih mudah

merasa cepat lelah dan kurang energi (Proverawati, 2011).

2. Anemia Megaloblastik

Anemia ini terjadi karena kekurangan asam folat (pteryglutamic acid) dan

defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) dalam tubuh. Kejadian anemia

megaloblastik ini jarang terjadi dimasyarakat (Proverawati and Asfuah,

2009). Pengobatannya adalah sebagai berikut:

a. Asam folat 15-30 mg per hari

b. Vitamin B12 3x1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat

diberi transfusi darah.


10

3. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah

yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat.

Gejala utamanya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,

kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada

organ-organ vital.

4. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik ini disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu

membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang

disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan radiasi.

E. Diagnosa

Diagnosa pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada

anamnesa, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang lebih hebat dari kehailan

muda. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin (Hb) dapat dilakukan dengan

alat sahli atau digital. Kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : anemia ringan

3. Hb 7-8 gr% : anemia sedang

4. Hb <7 gr% : anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu

pada trimester I dan trimester III (Proverawati and Asfuah, 2009).


11

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis anemia dalam kehamilan menurut Handayani Wiwik dan

Haribowo (2008) gejala klinis anemia dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :

1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia disebut sebagai sindrom anemia atau anemic

syndrome.Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis

anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa

dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoxia organ target dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala

tersebut bila diklasifikasikan menurut organ yang terkena.

a. Sistem kardiovaskuler lesu, cepat lelah, palpitasi takikardi, sesak nafas

saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

b. Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan

dingin pada ekstremitas.

c. Sistem urogenital gangguan haid dan libido menurun .

d. Epitel : warna p;ucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun

serta rambut tipis dan halus.

2. Gejala khas masing masing Anemia

a. Anemia defisiensi besi : disfagia atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

b. Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue).

c. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali.

d. Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.


12

3. Gejala akibat penyakit dasar

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut.

Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing

tambang berat akan menimbulkan gejala sepeti pembesaran parotis dean

telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

G. Patofisiologi

Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain;

kurang zat besi, kehilangan darah yang berlebihan, proses penghancuran

eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi

(Pratami, 2014). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga

memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma

bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma

terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan

eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).

Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),

konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak

menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi.

Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai

maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai

minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi

pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung

eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus

menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai


13

(Prawirohardjo, 2010). Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat

sebanyak 450 ml. Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml.

Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah

eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya,

volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan

dan kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume

plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah

18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat

pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melambaat.

Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada

trimester III (Pratami, 2014).


14

H. Pathways

I. Komplikasi

1. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil

Menurut Pratami kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu

hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi

selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,

hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko

terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0


15

g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan antepartum, atau

ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama

persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala I

lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali

mengakibatkan tindakan operasi, retensio plasenta, serta perdarahan post

partum primer maupun sekunder akibat atonia uterus (Pratami, 2016).

2. Komplikasi Anemia pada Janin

Anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin yang

dikandungnya. Karena asupan nutrisi berkurang, serta suplai oksigen

dalam plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga menimbulkan

beberapa resiko pada janin seperti kematian intra-uteri, berat badan lahir

rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko

infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat inteligensi bayi

rendah (Pratami, 2016).

J. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Secara Medis

Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian zat besi oral dapat

mengatasi kejadian anemia pada kehamilan karena defesiensi zat besi,

pemberian zat besi oral dimulai trimester II kehamilan dampaknya dapat

meningkatkan kadar Hb dan firitin serum dibandingkan dengan pemberian

plasebo. Penelitian lain juga membuktikan pemberian zat besi oral harian

selama empat minggu memiliki hasil yang lebih baik dalam meningkatkan

kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl (Pratami, 2016) tetapi pemberian suplemen


16

zat besi oral sering kali menimbulkan efek samping mual dan sembelit.

Sekitar 10-20% ibu yang mengkonsumsi zat besi oral pada dosis

pengobatan mengalami efek saamping seperti mual, muntah, konstipasi

atau diare (Pratami, 2016).

Terapi oral merupakan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg per hari dapat

meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) sebanyak 1 gr/dl per bulan. Kini

program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 µg asam

folat untuk profilaksis anemia. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan

ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada

gluteus dapat meningkatkan hemoglobin (Hb) lebih cepat yaitu 2 gr%.

Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi intoleransi besi pada traktus

gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek

samping utama yaitu reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan

dosis 0,5 cc/im dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis

(Prawirohardjo, 2009).

Transfusi darah juga digunakan dalam menangani anemia berat padaibu

hamil, namun penanganan ini juga menimbulkan resiko seperti infeksi,

penularan virus atau bakteri yang dapat membahayakan ibu dan janin

(Pratami, 2016). Dalam menangani anemia, tenaga kesehatan harus

menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh ibu

hamil tersebut.
17

2. Penatalaksanaan Dirumah

Selain pemberian zat besi dan asam folat, upaya yang perlu dilakukan

tenaga kesehatan terhadap ibu hamil yang mengalami anemia dengan

memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya zat besi, asam

folat, serta kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Dengan diberikan

pendidikan kesehatan diharapkan ibu hamil dapat mengetahui kondisi apa

saja yang dapat terjadi selama kehamilanya sehingga lebih memperhatikan

kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya (Proverawati, 2011).

K. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap sebagai

berikut

a. Test penyaring : test ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus

anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan

bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi

pengkajian pada komponen komponen berikut ini ;

1) Kadar hemoglobin

2) Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)

3) Apusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan

pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi

laju endap darah (LED) , hitung diferensial, dan hitung retikulosit.

c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini harus dikerjakan pada

sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitif


18

meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan

pemeriksaan sumsum tulang.

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini akan dikerjakan jika

telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk

mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi

komponen berikut ini :

1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan

feritin serum.

2) Anemia megaloblastik : asam folat darah atau eritrosit, vitamin B12.

3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, test coombs, dan elektroforesis

Hb.

4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sito

kimia.

2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis meliputi |:

a. Faal ginjal

b. Faal endokrin

c. Asam urat

d. Faal hati

e. Biakan kuman

3. Pemeriksaan penunjang lain

a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi.

b. Radiologi : toraks, bone survay, USG, atau limfangiografi.

c. Pemeriksaan sitogenetik
19

d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase chain reaction,

FISH = Fluorescence in situ hybrydization )

4. Penatalaksanaan Terapi

Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip sebagai berikut :

a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan

b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :

1) Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah

jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan

transfusi darah merahyang dimampatkan (PRC) untuk mencegah

perburukan payah jantung tersebut.

2) Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini berganbtung pada jenis anemia yang dijumpai,

misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.

3) Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobarti penyakit dasar

yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defisiensi besi

yang disebabkan oleh infeksi cacaing tambang harus diberikan

obat anti cacing tambang.

4) Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat

dipastikan, jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat


20

dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas

diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini

penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang

baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respon maka

harus dilakukan evaluasi kembali.


21

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Verma Ashok, 2008, Angka Kematian Ibu (AKI)

dari 258,14 – 683,9 per 100.000 kelahiran hidup diamati selama 7 tahun.

Berdasarkan data tersebut wanita yang meninggal berasal dari daerah pedesaan

sebanyak 92,8%. Bersalin tanpa tercatat oleh tenaga kesehatan sebesar 70,8%. Dan

berada di kelompok usia 21-30 tahun sebesar 78,5%. Perdarahan adalah penyebab

terbesar kematian ibu diikuti oleh eklamsia. Anemia adalah penyebab tidak

langsung kematian ibu.

1. KASUS:

Seorang ibu datang ke BMP untuk melakukan kunjungan ulang

kehamilannya, Ny.S G1P0A0 usia 18 tahun dengan keluhan utama merasakan

lemas, pusing dan sering mengantuk. Berdasarkan data subjektif, pendidikan

terakhir SD dan tinggal di pedesaan. Selain itu diketahui bahwa ibu tidak suka

mengkonsumsi sayuran dan cara meminum tablet tambah darah menggunakan

air teh. Berdasarkan keluhan yang dirasakan Ny.S bahwa lemas, pusing, dan

sering mengantuk merupakan tanda-tanda dari anemia. Tanda dan gejala

tersebut sesuai dengan teori menurut Manuaba (2009) bahwa tanda gejala

anemia yaitu cepat lelah, mengantuk, sering pusing, nafsu makan menurun,

mata berkunang-kunang. Selain berdasarkan data subjektif, didapatkan pula

data objektif bahwa keadaan umum Ny.S : baik, kesadaran : composmentis,

tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi: 82 x/menit, respirasi : 24 x/ menit, suhu :


22

36,5oC. Pengukuran antropometri; berat badan : 55 kg, tinggi badan : 150 cm

dan lingkar lengan atas : 24 cm. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan: wajah:

pucat, tidak odema; mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera putih; mulut :

bibir kering, tidak ada caries gigi; pemeriksaan palpasi abdomen teraba 2 jari di

bawah px, janin tunggal, puki, presentasi kepala, TFU 30 cm, DJJ 136x/menit.

Pemeriksaan kadar Hb didapatkan hasil 7,9 gr% (15 Februari 2015).

Analisa : Ny.S G1P0A0 usia 18 tahun hamil 36 minggu janin tunggal hidup

intra uterin, letak membujur, puki, presentasi kepala, U dengan anemia sedang.

Diagnosa potensial : perdarahan post partum

Penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny S diantaranya KIE tentang

cara meminum tablet penambah darah (Fe) yang baik dan benar, KIE tentang

nutrisi gizi seimbang untuk ibu hamil terutama memberikan KIE mengeai

makanan yang banyak mengandung zat besi, tanda bahaya persalinan dan

program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Setelah dilakukan

asuhan selama 3 minggu yaitu dari tanggal 08 Februari– 01 Maret 2015 dan

pengecekan kadar Hb yang pertama pada tanggal 15 Februari 2015 dengan

kadar Hb 7,9gr% dan pengecekan kadar Hb yang kedua pada tanggal 01 Maret

2015 dengan kadar Hb 8,3gr%, sehingga kadar Hb meningkat 0,4 gr%.

Permasalahan responden akan kecemasannya menjelang persalinan berkurang

karena sudah mulai mengerti tentang program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi. Akan tetapi setelah Ny. S bersalin, ibu mengalami

perdarahan postpartum hari ke-10 dan dirawat ke RS dengan tranfusi darah


23

sebanyak 2 kolf, hal ini dikarenakan ibu kelelahan atau mengalami partus lama

saat bersalin.
24

2. PEMBAHASAN
Pathway:

Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu

peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel

darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam

proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga

terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010). Hal ini sebenarnya

fisiologis dialami pada ibu hamil, akan tetapi pada kasus tertentu dapat berpotensi

terjadi anemia dan jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan banyak
25

komplikasi salah satunya terjadi perdarahan postpartum. Anemia dalam kehamilan

dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain; kurang zat besi, kehilangan darah

yang berlebihan, proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya,

peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016).

Menurut penelitian Ayu Wuryanti (2010), menyatakan bahwa anemia

menjadi salah satu pemicu terjadinya atonia uteri, karena jumlah oksigen yang

diikat dalam darah kurang. Sehingga jumlah oksigen yang dikirim ke uterus pun

kurang. Hal ini menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat

sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan postpartum.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan telah diberikan tablet Fe pada setiap

ibu hamil oleh tenaga kesehatan. Menurut Fatmah (2011), cara mengatasi

kekurangan zat besi dalam tubuh yaitu dengan mengkonsumsi 60-120 mg Fe per

hari dan meningkatkan asupan makanan sumber Fe. Pemberian tablet Fe merupakan

salah satu program pemerintah Indonesia untuk mencegah terjadinya anemia pada

ibu hamil. Jumlah suplemen zat besi yang diberikan selama kehamilan ialah

sebanyak 90 tablet (Fe3) dengan dosis 60 mg (Kemenkes RI, 2015).

Meskipun upaya untuk mengurangi kejadian anemia pada kehamilan sudah

dilaksanakan melalui pemberian satu tablet besi setiap hari, pada kenyataannya

prevelensi anemia yang terjadi masih cukup tinggi. Menurut WHO (2008) kejadian

anemia di dunia diperkirakan terjadi pada 41,8% ibu hamil, dan setengahnya

disebabkan karena kekurangan zat besi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
26

(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar

37,1%.

Setelah mengkonsumsi tablet Fe terdapat beberapa efek samping seperti

mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi, dan kadang-kadang diare

(Jordan, 2004). Banyaknya efek samping tersebut terkadang menimbulkan ibu

hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga menyebabkan masih

tingginya anemia pada ibu hamil.

Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor, protein hewani dan

vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium, dan

fitrat dapat mengikat zat besi (Fe) sehingga mengurangi jumlah resapan (Arisman,

2010). Tingkat keasaman dalam lambung ikut mempengaruhi kelarutan dan

penyerapan zat besi di dalam tubuh. Suplemen zat besi lebih baik dikonsumsi pada

saat perut kosong atau sebelum makan, karena zat besi akan lebih efektif diserap

apabila lambung dalam keadaan asam (ph rendah).

Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe untuk mencegah anemia pada kehamilan

dipengaruhi oleh beberapa aspek, meliputi: aspek kognitif, afektif, dan konitif atau

perilaku.

Pada aspek kognitif, salah satu yang meningkatkan angka kejadian anemia

dalam kehamilan yaitu penduduk desa yang memiliki tingkat pendidikan atau

pengetahuan yang rendah. Berdasarkan penelitian Rizqi 2016, responden yang

berpengetahuan kurang tentang tablet Fe. Pengetahuan seseorang mengenai tablet Fe

berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang mengandung zat besi.
27

Menurut Astuti (2016) bahwa pengetahuan tersebut menghasilkan kesadaran ibu

hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe teratur saat hamil. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Lindung Purbadewi 2009 menunjukkan hasil bahwa ibu hamil

yang berpendidikan dasar lebih banyak yang mengalami anemia dibandingkan ibu

hamil yang berpendidikan menengah dan ibu hamil yang berpendidikan menengah

lebih banyak yang mengalami anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang

berpendidikan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu hamil maka semakin sedikit jumlah ibu hamil yang menderita

anemia. Ibu hamil yang berpendidikan tinggi lebih mampu berperilaku baik untuk

mencegah terjadinya anemia saat hamil dibanding ibu hamil yang berpendidikan

dasar. Melalui pendidikan, setiap ibu hamil dapat melatih daya pikir sehingga

memudahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan tentang

anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Pengetahuan yang kurang tentang

anemia mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan khususnya ketika

seorang wanita pada saat hamil, akan berakibat pada kurang optimalnya perilaku

kesehatan ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia kehamilan. Ibu hamil yang

mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia dapat berakibat pada kurangnya

konsumsi makanan yang mengandung zat besi selama kehamilan yang dikarenakan

oleh ketidaktahuannya. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya

anemia kehamilan. Anemia disebabkan: kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi

dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak saat persalinan atau haid

yang lalu, dan penyakit kronik seperti : TB paru, cacing usus, dan malaria. Tingkat
28

kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe atau tablet zat besi oleh ibu hamil mempunyai

pengaruh terhadap kejadian anemia. Anemia kehamilan terjadi karena cara minum

tablet zat besi dengan menggunakan kopi atau teh yang bersifat mengikat zat besi,

sehingga zat besi tidak bisa diabsorpsi tubuh.

Selain itu aspek kognitif lain yang dapat meningkatkan angka kejadian

anemia dalam kehamilan yaitu kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, hal ini

didukung penelitian Soraya (2013) bahwa hubungan antara ibu hamil dengan

tenaga medis dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsusmsi

tablet Fe. Perhatian yang diberikan oleh tenaga medis seperti memberi pelayanan

dengan tersenyum, serta memberi umpan-balik atas kunjungan sebelumnya, dapat

meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan sehingga diharapkan

kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe semakin ditingkatkan.

Penatalaksanaan untuk menangani masalah anemia pada aspek kognitif, tenaga

kesehatan atau bidan memberikan KIE pentingnya mengonsumsi tablet Fe, cara

mengonsumsi tablet Fe yang baik dan benar, Anemia dan bahaya dari anemia

tersebut selama kehamilan. Pemberian KIE pada ibu hamil yang berpendidikan

rendah menggunakan cara berbeda dengan pemberian KIE yang dilakukan pada ibu

hamil yang berpendidikan tinggi. KIE tersebut tidak hanya diberikan secara lisan

tetapi juga dapat mengggunakan media lain yang lebih efektif sehingga lebih mudah

untuk dipahami seperti leaflet, video, dan lembar balik. Pemberian KIE secara lisan

juga harus diperhatikan penggunaan bahasanya menurut tingkat pengetahuan klien

serta memberikan pelayanan yang mengutamakan kepuasan klien. Selain itu

keluarga maupun suami juga sangat berperan penting sehingga bidan juga perlu
29

untuk memberikan KIE mengenai pentingnya tablet fe bagi ibu hamil kepada suami

dan keluarga ibu tersebut.

Pada aspek konatif, yang dapat meningkatkan angka kejadian anemia dalam

kehamilan yaitu Perilaku ibu tersebut, menurut Saragi (2011) kepatuhan

(Compliance) dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang

menaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis,

seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam

minum obat. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi yang

diukur dari ketepatan jumlah yang dikonsumsi, cara konsumsi, dan frekuensi

konsumsi zat besi per hari. Hasil penelitian Sulasmi (2016) juga menunjukkan ada

hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet

Fe dengan kejadian anemia ibu hamil, karena dengan ibu hamil patuh

mengkonsumsi tablet Fe maka status ibu hamil sebelumnya anemia berubah

menjadi tidak anemia.

Pemecahan masalah dalam aspek konatif diatas salah satunya adalah bidan

memberikan KIE tentang bahaya anemia sehingga klien tidak lagi menganggap

tablet Fe tidak perlu dikonsumsi secara teratur dan benar. Petugas kesehatan atau

bidan desa sebaiknya juga melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk

mengingatkan dan memastikan klien mengonsumsi tablet Fe secara teratur dan

benar terutama pada klien yang jarang melakukan ANC di pelayanan kesehatan.
30

Pada aspek afektif, yang dapat dapat meningkatkan angka kejadian anemia

dalam kehamilan yaitu kurangnya kesadaran diri ibu untuk mengkonsumsi tablet

Fe, kurangnya dukungan dan motivasi dari keluarga maupun petugas kesehatan.

Hal ini didukung penelitian Wiradyani (2011) bahwa keluarga berperan signifikan

mendukung ibu untuk mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Ibu seringkali lupa untuk

minum tablet Fe secara rutin bahkan berhenti untuk mengonsumsinya bila tidak ada

dukungan dari keluarganya untuk mengingatkannya. Hal tersebut juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya Budiarni (2012) yang menunjukkan

hasil bahwa motivasi merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dan folat. Semakin tinggi motivasi semakin

patuh ibu hamil patuh mengkonsumsi tablet besi folat.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan masalah pada aspek afektif diatas

yaitu, ibu hamil tersebut mengetahui dan sadar akan pentingnya konsumsi tablet Fe

selama kehamilan. Keluarga memberikan motivasi terhadap kesadaran ibu untuk

pentingnya mengkonsumsi tablet Fe, keluarga memberikan dukugan seperti

mengingatkan dan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe. Petugas kesehatan atau bidan

melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga terutama suami dengan cara

memberikan KIE seberapa pentingnya manfaat tablet Fe untuk ibu hamil dan

bahaya jika ibu mengalami anemia sehingga keluarga/ suami sadar untuk selalu

memberi dukungan dan motivasi pada ibu hamil tersebut.


31

DAFTAR PUSTAKA

Alifah, Nur Rizqi. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu
Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Gamping II.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14541/NASKAH
%20PUBLIKASI_Penelitian.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 21
Oktober 2017.

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Bastable, SB. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan


Pembelajaran. Jakarta: EGC.

Budiarni, W, dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi dengan


Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat pada Ibu Hamil. Journal of
Nutrition Collage, Volume 1, Nomer 1tahun 2012.

Cunningham, et.al. 2013. Obstetri Williams. Terjemahan Andry Hartono. Jakarta:


EGC.

Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Davies Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental; alih bahasa, Alifa Dimanti. Jakarta:
EGC.

Fatmah. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat/ Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Fitrianingsih. 2010. Farmakologi: Obat-Obat Dalam Praktek Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Guyton AC. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Alih bahasa oleh Dr. Petrus Andrianto.

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemeba Medika.
32

Heltty. 2008. Pengaruh Jus Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin dan
Jumlah Sel Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
dengan Kemoterapi di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. Jakarta: UI

Hidayat, A.A. 2014. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Jordan, S. 2004. Farmakologi Kebidanan. Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta:


EGC.

Kadir,A. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil


Minum Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar
Tahun 2013. Journal from e-library STIKES Nani Hasanuddin.08-05-
2014.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.

Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.

Lindung Purbadewi. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia


Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang April 2013, Volume 2, Nomor 1

Manuaba. 2015. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : ECG

Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional


Kesehatan Lain. Penerjemah Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Purbadewi. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu


hamil dengan Kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26380/1/Maulid
a%20Nur%20Soraya-fkik.pdf. Diakses 16 Oktober 2017

Proverawati & Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Ramawati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam


Mengkonsumsi Tablet Besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan
33

Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume


3. No.15 Nopember 2008.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Kemenkes.

Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidan 1 Kehamilan. Jakarta: CV. Trns Info Media.

Saifuddin. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Saragi, S. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Jakarta: Rosemata Publisher.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.


Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyaningsih, D. 2015. Gambaran Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe dan


Kejadian Kecacingan Pada Ibu Hamil Yang Anemia.
http://eprints.ums.ac.id/38162/4/HALAMAN%20DEPAN.pdf. Diakses
5 Oktober 2017.

Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Supariasa. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wasnidar. 2013. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan
penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.

Tjay & Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT. Gramedia.

Varney, H., Kriebs, JM.,Gegor, CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Penerjemah Ana Lusiyana. Jakarta: EGC.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Widya Budiarni. 2012. Hubungan pengerathuan, sikap dan motivasi dengan


kepatuhan konsumsi tablet besi fotal pada ibu hamil. Jurnal Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
34

Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta:


Pustaka Bunda.

Wiradyani, LAA, Khusnun H, Achadi EL. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


dengan Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi Tablet Besi Folat Selama
Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan vol 3.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Dokumen60 halaman
    Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet KB
    Leaflet KB
    Dokumen3 halaman
    Leaflet KB
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Dokumen3 halaman
    Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab V Nifas
    Bab V Nifas
    Dokumen2 halaman
    Bab V Nifas
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Asi Eksklusif
    Leaflet Asi Eksklusif
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Asi Eksklusif
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • NIFAS
    NIFAS
    Dokumen28 halaman
    NIFAS
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • NIFAS
    NIFAS
    Dokumen4 halaman
    NIFAS
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • LEAFLET
    LEAFLET
    Dokumen2 halaman
    LEAFLET
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen24 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Teori
    Tinjauan Teori
    Dokumen48 halaman
    Tinjauan Teori
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Dokumen53 halaman
    Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen1 halaman
    Leaflet
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Patologi
    Kehamilan Patologi
    Dokumen32 halaman
    Kehamilan Patologi
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen30 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen12 halaman
    ASFIKSIA
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Lembar Bimbingan
    Lembar Bimbingan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Bimbingan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Nifas
    Nifas
    Dokumen6 halaman
    Nifas
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Pathway BBL
    Pathway BBL
    Dokumen1 halaman
    Pathway BBL
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Fix
    Bab 3 Fix
    Dokumen22 halaman
    Bab 3 Fix
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen12 halaman
    ASFIKSIA
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen7 halaman
    Bab II
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen32 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Seminar
    Seminar
    Dokumen33 halaman
    Seminar
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Cover Anemia
    Cover Anemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Anemia
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Cover Anemia
    Cover Anemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Anemia
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat