Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif pada Ny. B dilakukan pada tanggal 15 Februari 2019
pukul 13.30 WIB di rumah ny B. Pada data subyektif didapatkan Identitas pasien berisi
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. Nama pasien perlu dikaji
untuk menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan pasien dan
membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur dikaji untuk
mengetahui adanya resiko yang berhubungan dengan umur, karena jika umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun termasuk dalam faktor resiko dalam masa
nifas. Ny.P berusia 28 tahun hal ini jelas usia tersebut adalah tidak termasuk resti.
Menurut Gleadel (2007) anamnesis keluhan utama akan memberikan informasi
penting untuk menentukan diagnosis banding dan memberikan gambaran mengenai
keluhan yang menurut pasien paling penting. Anamnesis keluhan harus dicatat dan
disajikan sesuai dengan kata-kata pasien sendiri dan tidak boleh disamarkan dengan
kata-kata medis. Saat melakukan pengkajian penulis mencatat apa yang dikatakan
pasien tanpa menambahi istilah medis yang menjurus ke sebuah diagnosis. Ny.P
mengatakan tidak ada keluhan.
Ny B sedang dalam masa nifas hari ke-2, artinya ny B berada diperiode
“Taking In”. Ibu baru pada umunya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya. Saat pengkajian, ny B masih antusias menceritakan
pengalamannya saat melahirkan. Dalam mengurus bayi, ny B masih lebih banyak
dibantu oleh ibu kandungnya. Hal ini sesuai dengan teori Reva Rubin dalam Saleha
(2009) yang menyebutkan bahwa ibu nifas pada periode Taking In akan mengulang-
ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan dan masih lebih fokus pada
dirinya sendiri. Oleh karena itu, ibu nifas butuh dukungan penuh dari keluarga agar
tidak mengganggu psikologisnya (Sulistyawati, 2010).
Ny B merasa senang menjalani perannya sebagai ibu dan mendapat dukungan
dari suami serta keluarga dalam menjalani masa nifasnya. ny B dibantu ibu
kandungnya dalam melakukan pekerjaan rumah dan suami membantu ibu dalam
mengurus bayi. Hasil penelitian dari Ratnawati, dkk (2013) tentang gambaran adaptasi
psikologis ibu nifas di Desa Bandung Kecamatan Diwek kabupaten Jombang ,
didapatkan bahwa sebanyak 13 responden ( 43,3% ) Adaptif 17 responden (56,7%)
mal adaptif, hal ini dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : umur,

32
33

pendidikan,pekerjaan. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Kusumastuti, dkk


(2015) tentang hubungan karakteristik individu dengan depresi post partum pada ibu
post partum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, didapatkan bahwa
karakteristik individu yang berhubungan dengan kejadian depresi postpartum adalah
dukungan suami (p = 0,000 < 0,05). Karakteristik individu yang lain seperti usia,
tingkat pendidikan, paritas.
Adanya social support keluarga yang baik dan adaptasi psikologis yang adaptif
disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan insrumental, dukungan
informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari keluarga kepada ibu post
partum, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga
dan ibu dan mencegah perilaku yang mal adaptif. Ibu melahirkan dengan dukungan
keluarga yang tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan, karena ibu
post partum dengan kondisi demikian tahu bahwa akan ada keluarganya yang
membantu. Ibu melahirkan dengan dukungan keluarga yang tinggi akan mengubah
respon terhadap sumber kecemasan dan pergi kepada keluarganya untuk mencurahkan
isi hatinya.
Pada data obyektif didapatkan hasil TFU 3 jari dibawah pusat dan
mengeluarkan lokhea rubra.Hal ini sesuai dengan teori Sulistyowati (2010)
lokhea yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum adalah lokhea
rubra. Perubahan uterus dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana TFU nya, pada saat bayi baru lahir TFU setinggi pusat, pada akhir kala
III TFU teraba 2 jari dibawah pusat, pada 1 minggu post partum TFU teraba
dipertengahan pusat dan simpisis, pada 2 minggu post partum TFU teraba diatas
simpisis dan pada 6 minggu post partum fundus uteri mengecil dan sudah tidak teraba
(Sulistyowati, 2010).
2. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual, diagnosis
masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi masalah (Varney, 2007). Diagnosis pada Ny. B adalah Ny.P usia 28 tahun
P2A0 postpartum hari ke-2.
3. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15 Februari 2019 pukul 13.30 WIB,
penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny. B yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dalam keadaan sehat. Menjelaskan pada
34

ibu tentang manfaat senam nifas dan mengajarkan ibu untuk melakukan senam nifas.
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan,
supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat
kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan Maryunani, 2011). Teori
tersebut didukung oleh Nurniati dkk (2014) dalam jurnalnya yang menyebutkan bahwa
senam nifas berpengaruh terhadap penurunan tinggi fundus uteri. Penurunan tinggi
fundus uteri pada kelompok intervensi lebih turun dibanding kelompok kontrol. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rullyni, dkk (2014) juga menyebutkan bahwa
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu yang melakukan senam nifas lebih cepat
dibandingkan dengan ibu yang tidak senam nifas.
Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara on demand (setiap saat
bayi menginginkan). Menurut Tri Aprillia dan Farida (2015) mengemukakan bahwa
semakin sering bayi mengisap payudara dengan benar, ASI semakin sering diproduksi.
Diharapkan bagi ibu menyusui tetap mempertahankan untuk menyusui bayinya
dengan cara menyusui yang benar untuk meningkatkan produksi ASI. Dari 17
responden hampir seluruhnya (94.1%), isapan bayi benar. Hal ini disebabkan hampir
seluruhnya ibu menyusui bayinya dengan tepat pada saat menyusui, seperti cara
menempatkan posisi mulut pada payudara, sehingga isapan bayi seluruhnya benar. Jika
isapan bayi benar maka akan menstimulasi hipotalamus yang akan merangsang
kelenjar hipofise anterior menghasilkan hormon prolaktin dan hipofise posterior
menghasilkan hormon oksitosin.
Salah satu usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan menyusui anak
secara teratur. Semakin sering anak menghisap puting susu ibu, maka akan terjadi
peningkatan produksi ASI. Dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka terjadi
penurunan ASI. Saat bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua reflek yang akan
menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat pula, yaitu reflek pembentukan
/produksi ASI atau reflek prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks
pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). Bila bayi mengisap puting payudara,
maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin, yang mengatur sel dalam
alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan ke dalam saluran
air susu. Kedua, reflek mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga akan
merangsang produksi hormon lain yaitu oksitosin, yang membuat sel otot disekitar
alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi semakin
bayi mengisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan (Perinasia, 2006).
35

Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi makanan yang berserat tinggi


agar melancarkan BAB dan mengonsumsi makanan tinggi protein untuk mempercepat
pemulihan ibu. Contoh makanan berserat tinggi adalah sayur-sayuran hijau dan buah-
buahan. Contoh makanan tinggi protein adalah telur, ikan, susu, dan daging.
Menganjurkan ibu untuk tidak berpantang pada makanan yang amis-amis atau tinggi
protein. Agar proses pemulihan pada ibu nifas tidak terhambat, maka kebutuhan dasar
berupa gizi harus tercukupi yaitu dengan cara makan makanan yang mengandung
cukup karbohidrat, protein, sayuran dan buah-buahan dengan asupan cairan 3
liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan satu liter didapat dari cairan yang ada pada
kuah sayur (Suherni, 2009).
Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayinya
dengan memakaikan topi dan menyelimuti bayinya. Menurut Indrayani & Moudy
Emma (2013), hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah
atau tidak segera dikeringkan atau diselimuti walaupun di dalam ruangan yang relatif
hangat. Memberikan pendidikan kesehatan tentang vulva hygiene yaitu dengan
membersihkan kemaluan dengan air mengalir dengan arah dari depan (vagina) ke
belakang (anus) dan menganjurkan ibu untuk ganti pembalut/mengeringkan dengan
tisu/handuk di kemaluan setelah BAK agar tidak terlalu lembab. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Timbawa, dkk. (2015) dengan judul “Hubungan Vulva
Hygiene Dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah
Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado” yang menyatakan bahwa Ada hubungan vulva
hygiene dengan pencegahan infeksi luka perineum pada ibu post partum di Rumah
Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Dimana manfaat vulva hygiene untuk menjaga
vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman, mencegah munculnya
keputihan, bau tak sedap dan gatal – gatal serta menjaga pH vagina tetap normal.
Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan area kemaluannya dengan
membasuh menggunakan air mengalir dari arah depan (vagina) ke belakang (anus)
setiap kali setelah BAK/BAB, mengganti pembalut minimal 3 jam sekali,
mengeringkan dengan tisu/handuk area kemaluannya setelah selesai BAK/BAB agar
tidak terlalu lembab. Menurut Marmi (2015), cara menjaga kebersihan vagina yang
benar antara lain :
1) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali hais BAK dan BAB. Air
yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke
belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik
36

itu dar air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan
infeksi pada luka jahitan.
2) Vagina boleh diuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang
daerah tersebut dengan saksama.
3) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan
vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic
selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
4) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau
minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman.
5) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik
yang diresepkan oleh dokter.
Menganjurkan pada ibu untuk melanjutkan terapi yang telah diberikan oleh
bidan, yaitu amoxcilin 500 mg diminum 3 x 1, asam mefenamat 3 x 1, Fe 1 x 1
alangkah lebih baik jika diminum dengan air perasan jeruk dan tidak diminum
menggunakan teh, kopi, ataupun susu karena dapat mengganggu proses penyerapan
tablet Fe. Menurut hasil penelitian Thankahan (2008), makanan lengkap yang
dikonsumsi bersamaan dengan 1 cup teh, menurunkan absorbs Fe sebesar 59%.
Konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C sangat berperan dalam absorbsi
besi dengan jalan meningkatkan absorbsi zat besi hingga empat kali lipat. Pemberian
tablet besi bersamaan dengan zat gizi mikro lain (multiple micronutrients) lebih efektif
dalam meningkatkan status besi, dibandingkan dengan hanya memberikan
suplementasi besi dalam bentuk dosis tunggal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
penyerapan besi di dalam tubuh, suplementasi besi yang diberikan perlu dikombinasi
dengan mikronutrien lain, seperti vitamin A dan vitamin C. Absorbsi zat besi yang
efisien dan efektif adalah besi dalam bentuk ferro sebab mudah larut, untuk itu
diperlukan suasanan asam di lambung dan senyawa yang dapat mengubah ferri
menjadi ferro di dalam usus adalah vitamin C (Wirawan, 2015).
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh bakteri atau jamur
tertentu yang mengganggu atau mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur tertentu
yang mengganggu atau mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur lain. Obat ini
digunakan untuk mengobati infeksi atau sebagai profilaksis, misalnya pada kasus
pecah ketuban spontan yang lebih 24 jam. Profilaksis untuk bedah hanya dibenarkan
untuk kasus dengan resiko infeksi pasca bedah yang tinggi yaitu yang tergolong Clean-
37

contamineted dan contamineted. Tindakan-tindakan bedah yang bersih (Clean) tidak


memerlukan profilaksis antibiotik kecuali bila dikhawatirkan akan terjadi infeksi pasca
bedah yang berat sekali. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik,
pemberian antibiotik yang direkomendasikan hanya untuk ibu postpartum dengan
robekan perineum derajat 3 dan derajat 4. Hal ini juga didukung oleh Fouelifack,
Florent et al (2017) dalam jurnalnya tentang Treatment Of Perineal Wounds During
The Post Partum Period: Evaluation Of Whether Or Not Antibiotic Should Be
Systematically Prescribed yang menyebutkan bahwa Antibiotik tidak menunjukkan
keuntungan apa pun selama penelitiannya dalam pengelolaan luka perineum
postpartum sehingga tidak berguna untuk meresepkan antibiotik untuk pengelolaan
luka postpartum perineum.

Anda mungkin juga menyukai

  • NIFAS
    NIFAS
    Dokumen4 halaman
    NIFAS
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Dokumen3 halaman
    Kontrak Kehamilan Minggu 1
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Dokumen60 halaman
    Bismillah Ya Allah Semoga Lancar
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab V Nifas
    Bab V Nifas
    Dokumen2 halaman
    Bab V Nifas
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Asi Eksklusif
    Leaflet Asi Eksklusif
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Asi Eksklusif
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet KB
    Leaflet KB
    Dokumen3 halaman
    Leaflet KB
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • NIFAS
    NIFAS
    Dokumen28 halaman
    NIFAS
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Patologi
    Kehamilan Patologi
    Dokumen32 halaman
    Kehamilan Patologi
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen1 halaman
    Leaflet
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Teori
    Tinjauan Teori
    Dokumen48 halaman
    Tinjauan Teori
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Dokumen53 halaman
    Nifas Dengan Nyeri Perineum
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • LEAFLET
    LEAFLET
    Dokumen2 halaman
    LEAFLET
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen30 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen24 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Fix
    Bab 3 Fix
    Dokumen22 halaman
    Bab 3 Fix
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Pathway BBL
    Pathway BBL
    Dokumen1 halaman
    Pathway BBL
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen12 halaman
    ASFIKSIA
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Nifas
    Nifas
    Dokumen6 halaman
    Nifas
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen7 halaman
    Bab II
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Lembar Bimbingan
    Lembar Bimbingan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Bimbingan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen12 halaman
    ASFIKSIA
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen32 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Seminar
    Seminar
    Dokumen33 halaman
    Seminar
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Cover Anemia
    Cover Anemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Anemia
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Cover Anemia
    Cover Anemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Anemia
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen34 halaman
    Cover
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Diana Dynna
    Belum ada peringkat