PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi yang sering timbul di negara berkembang adalah
typhoid fever, yang merupakan penyakit endemik di Indonesia dan insiden
tertinggi didapatkan pada anak-anak karena daya tahan tubuh dan
sistem kekebalan mereka tidak seperti orang dewasa. Orang dewasa sering
mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal. Insiden pada
pasien yang berumur 12 ke atas, adalah 70 – 80% pasien berumur 12 – 30 tahun,
10 – 20% pasien berumur 30 – 40 tahun dan hanya 5 – 10% pasien berusia di atas
40 tahun. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-
undang No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini
merupakan penyakit yang mudah menular sehingga dapat menimbulkan wabah.
Di Indonesia demam typhoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering
bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah
B Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan kerya tulis ini, ibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mengetahui secara teoritis tentang penyebab dari penyakit Typoid pada anak
d. Mengetahui tanda gejala yang timbul pada anak penderita penyakit Typhoid
secara teoritis
Penyusunan makalah ini terdiri dari empat bab, yang dimulai dari pendahuluan
sampai penutup. Bab satu berisi tentang pendahuluan, yang di dalamnya
menguraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab dua berisi tentang konsep dasar penyakit, meliputi pengertian,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik,
pencegahan, komplikasi dan prognosis. Bab tiga berisi tentang asuhan
keperawatan secara teoritis meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi. Bab empat berisi penutup yang menguraikan tentang
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
A. Pengertian
Pengertian typhoid fever dikemukakan oleh para ahli yang berkecimpung dalam
dunia kedokteran khususnya yang mendalami penyakit dalam. Berikut ini penulis
akan menyajikan beberapa pengertian dari typhoid fever.
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Thyposa dengan gejala demam 1 minggu atau lebih disertai
gangguan pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penularannya
secara faeco oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman
salmonella (Devid Werner,1993)
Typhoid abdominalis adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan
kesadaran (Suryadi, 2001).
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella Paratyphii A, B dan C. Berdasarkan definisi di atas penulis
menyimpulkan bahwa typhoid fever adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typosa dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan bahkan gangguan kesadaran (Soedarto,1992)
1) Feses (tinja)
2) Flies (lalat)
3) Food (makanan)
5) Fomites (muntah)
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Kuman Salmonella thyposa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Setelah kuman masuk ke dalam mulut ketika orang
makan dan minum, makanan masuk ke lambung dan bercampur dengan HCl.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus
halus yang mencapai jaringan limfoid plaque di ilium terminalis yang mengalami
hipertropi. Jika bakteri masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran
asam lambung yang mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab
penyakit. Daya hambat asam lambung ini juga akan menurun pada waktu terjadi
pengosongan lambung, sehingga bakteri akan lebih leluasa masuk ke dalam usus
penderita, memperbanyak diri dengan cepat, kemudian memasuki saluran limfe
dan akhirnya mencapai aliran darah. Kuman Salmonella thyposa kemudian
menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
limfe ini Salmonella typhi masuk aliran darah melalui ductus thorasicus. Kuman-
kuman Salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari
usus. Salmonella typhi bersarang di plaque payeri, limfa, hati dan bagian-bagian
lain sistem retikuloendotelial. Demam disebabkan karena Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Adapun reaksi kuman terhadap tubuh manusia
melakukan aktifitas terbesar pada sistem retikuloendotelial dan empedu dimana
organ yang lebih dahulu diserang adalah usus.
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
endotoksin
1. Tingkat I
Merupakan masa inkubasi 10 – 14 hari, pada tingkat ini terjadi proliferasi dari
susunan retikuloendotelial yang mempunyai sel mononukleus dimana sitoplasma
yang mengandung eritrosit akan bereaksi dengan jaringan nekrotik atau kuman
sampai membentuk sel yang dinamakan sel Typhoid. Akibat fagositosis tersebut
jaringan limfoid akan melebar mengakibatkan pelebaran pembuluh darah,
sehingga susunan retikuloendotelial yang terdapat pada sumsum tulang belakang
dan hemopoesis menjadi rusak akibatnya pembentukan leukosit menurun. Pada
tingkat ini, bercak payeri, limphonoduli akibat hyperemi dan hiperplasi tampak
membengkak dan menonjol ke atas permukaan selaput lendir.
2. Tingkat II
Terjadi nekrosis jaringan lympoid yang membengkak dan mengeras seperti kerak.
Oleh sebab itu tingkat ini disebut tingkat keropeng karena bentuknya seperti
keropeng yang berwarna kuning kelabu.
3. Tingkat III
Keropeng yang terdiri dari jaringan nekrosis dilepaskan sampai terbentuk tukak
(ulkus) pada bercak tadi. Tukak tersebut lonjong memanjang menurut poros usus.
Tepi tukak jelas dan menebal, ada yang dangkal, ada yang dalam sampai dasarnya
menembus sub serosa bahkan sampai ke lapisan otot sehingga terjadi perforasi
yang menyebabkan peritonitis dan syok.
4. Tingkat IV
Disebut tingkat resolusi (pembersihan atau penyembuhan) jika tidak ada perforasi.
Selain menyerang usus penyakit ini juga menyerang bagian lain seperti :
a. Limfa sebagai akibat proliferasi susunan retikuloendotel dan hiperplasi, sel
pulpa merah akan membesar ( splenomegali ) hati juga membesar ( hepatomegali
).
a. Demam
Gejala timbul selama masa inkubasi sekitar dua minggu. Pada minggu pertama
suhu berangsur naik dan febris bersifat remitten atau panas hanya pada waktu sore
dan malam hari. Gejala panas tidak akan turun dengan antipiretik, tidak
menggigil, tidak berkeringat, kadang-kadang disertai dengan epistaksis.
1) Bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor dan berselaput putih, hyperemi.
5) Tanda-tanda dehidrasi
c. Leukopeni
d. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran dari ringan sampai berat, pada umumnya apatis
sampai samnolen bahkan dapat terjadi koma. Penurunan kesadaran ini disebabkan
karena panas tubuh yang tinggi.
e. Bradikardi
E. Pemeriksaan Diagnostik
« Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
1) Biakan Empedu
Biakan empedu basil Salmonella thypii dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses,
dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu,
pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakkan
diagnosis, sedangkan untuk pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses dua
kali berturut-turut digunakan untuk menentukan apakah pasien telah benar
sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (karier).
2) Pemeriksaan Widal
Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum pasien thypoid
dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhii. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar
zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti
terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan
kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis. Titer tersebut
mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan pasien. Titer terhadap
antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah
mendapat imunisasi atau bila pasien telah lama sembuh. Pemeriksaan widal tidak
selalu positif walaupun pasien sungguh-sungguh menderita typhoid fever (disebut
negatif semu). Sebaliknya titer dapat positif semu karena keadaan sebagai berikut
:
b) Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusat.
Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam typhoid yang mempunyai gejala
hampir sama, hanya dengan demam biasanya tidak terlalu tinggi (lebih ringan)
ialah terdapat pada paratifoid A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu
pemeriksaan darah seperti pasien typhoid biasa.
F. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :
1) Kloramfenikol; dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg,
diberikan selama demam dilanjutkan sampai dua hari bebas demam, kemudian
dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama lima hari kemudian. Penelitian
terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu empat hari, sama seperti obat-obat terbaru
dari jenis kuinolon.
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi
biasa sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga
diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan
umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostasis,
sistem imun akan tetap berfungsi dengan optimal.
Pada kasus perforasi intestinal dan rejatan septik diperlukan perawatan intensif
dengan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi beberapa
obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu
perlu diberikan pada rejatan septik. Prognosis tidak begitu baik pada kedua
keadaan di atas.
G. Pencegahan
3) Imunisasi
H. Komplikasi
a. Komplikasi Intestinal
2) Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu kedua atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya
dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritonium yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
4) Ileus paralitik.
I. Prognosis
Umumnya prognosis demam pada anak baik asal penderita cepat berobat.
Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang baik
atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :
Relaps (kambuh)
Relaps adalah berulangnya gejala typhoid, akan tetapi berlangsung lebih ringan
dan singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan kembali normal.
Terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya
basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan, baik oleh obat maupun
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil
bersamaan dengan pembentukan jaringan-jaringan fibrosis.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPRAWATAN
Proses keperawatan adalah masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau
memelihara pasien ke taraf yang optimal melalui suatu pendekatan yang
sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan pasien. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu :
a. Pengkajian
b. Diagnosa
keperawatan
c. Perencanaan
d. Evaluasi
1. Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat
Sirkulasi
Gejala : ~
Makanan/Cairan
Hygiene
Keamanan
Tanda : ~
Interaksi Sosial
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus typhoid fever, yang
diambil beberapa literatur yaitu Carpenito (1999; hal 192) dan Doenges (1999; hal
471), adalah sebagai berikut:
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri abdomen) b/d proses inflamasi usus; iritasi,
perforasi.
3. Perencanaan
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan:
2. Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipat paha
5. Anjurkan orang tua untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat serta membatasi jumlah selimut.
Kriteria hasil:
Rencana Tindakan:
1. Kaji lokasi, intensitas ( skala 0-10 ), dan karakteristik nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik)
Kriteria hasil:
Rencana Tindakan :
5. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi rendah serat dan cukup
protein, lemak, karbohidrat dan zat gizi lainnya.
Kriteria hasil:
Rencana Tindakan :
2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.
3. Anjurkan orang tua untuk memberi minum banyak (6-8 gelas/ 2000-2500 cc
setiap hari).
4. Jelaskan pada orang tua pentingnya cairan bagi tubuh, terutama pada saat
demam.
Kriteria hasil:
Rencana Tindakan:
Kriteria hasil:
Kriteria hasil:
« Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan
pengobatan
Rencana Tindakan :
4. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Tanda dan gejala yang timbul pada penderita typhoid ialah demam, perut
kembung, limpa membesar, leukopeni, kesadaran menurun, bradikardi dll
a. Aktivitas/ istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Makanan/cairan
e. Hygiene
f. Keamanan
g. Interaksi sosial
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri abdomen) b/d proses inflamasi usus; iritasi,
perforasi.
11. Perencanaan yang dapat dilakukan dapat sesuai dengan kondisi yang ada pada
si anak sesuai dengan teoritis.
B. Saran
1. Anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit oleh sebab itu pengawasan
terhadap anak sangat perlu sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit typhoid
4. Segera bawa anak ke Rumah sakit, klinik atau puskesmas bila ada kelainan
yang terjadi pada anak
5. Anak adalah buah hati maka rawatlah anak sesuai dengan usia dan
pertumbuhannya agar tidak terjangkit berbagai penyakit salah satunya penyakit
Typhoid yang sering terkena pada anak
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC.
Mansjoer Arif, et. Al., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Mansjoer Arif, et. Al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
Suradi, Rita Juliani, dkk. 2001. Asuhan Keperawtan pada Anak. Edisi 1.
Jakarta: PT. Fajar Inter Pratama.