Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU SOSIAL LEBAH DALAM

BERKOMUNIKASI

disusun untuk sebagai untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi yang diampu
oleh Prof. Dr. Djukri M.S.dan Dr. Drh. Heru Nurcahyo M.Kes.

OLEH:

Rahmita

18708251014

PRODI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Perilaku
Sosial Lebah Dalam Berkomunikasi”. Makalah yang penulis susun bertujuan
untuk pemenuhan mata kuliah Biologi. Penulis menyusun makalah ini dengan
keinginan untuk memberikan berbagai pengetahuan maupun informasi kepada
mahasiswa terkait perilaku sosial lebah dalam berkomunikasi.
Makalah ini disusun secara sistematis dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan proses pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Harapan yang ditujukan penulis
adalah agar penyusunan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca untuk
menambah pengetahuan maupun informasi dalam berbagai hal tentang perilaku
social lebah dalam berkomunikasi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis menerima dan meminta berbagai saran dari para pembaca dan penulis
meminta maaf tentang kekurangan yang dilakukan penulis.

Yogyakarta, April 2019

Rahmita

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………...……………………...……...…. i

DAFTAR ISI…………………………………...…………………………...….... ii

BAB I PENDAHULUAN………………...……………………………….…….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………..…... 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….... 2

C. Tujuan………………………………………………………..…………......... 2

BAB II Perilaku Sosial Lebah dalam Berkomunikasi ………..………..…...... 3

A. Perilaku Sosial Hewan Dalam Berkomunikasi ....…..….................................. 3

B. Perilaku Sosial Lebah dalam Berkomunikasi ………….…....….........…........ 5


BAB III PENUTUP………………...……………………………..…….……... 13

A. Kesimpulan………………..………………………………………….…...... 13

B. Saran………………………...………………………………………….….. ..14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………...………..... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi ini di huni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenis
memiliki perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku hewan memiliki
perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis, dan sedikit pola perilaku yang
dimiliki oleh semua jenis. Untuk sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan
jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan perilaku,
termasuk perilaku penguasaan wilayah, perilaku penyebaran dan perilaku sosial.
Perilaku makhluk hidup telah menjadi kajian yang sangat penting
sejak puluhan ribu tahun silam, pengetahuan perilaku memberikan dampak
bagi keberlangsungan hidup setiap makhluk hidup. Perilaku dapat
definisikan sebagai tindakan, reaksi atau berfungsi dalam suatu cara
tertentu sebagai respons terhadap beberapa rangsangan (Campbell et al,
2004). Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu
stimulus (Suhara, 2010). Umumnya perilaku hanya digambarkan sebagai
aktivitas otot yang dapat diamati secara eksternal yaitu bertindak dan
bereaksi. Akan tetapi dari berbagai kajian perilaku hewan telah
menunjukkan bahwa perilaku tidak hanya dapat diamati secara eksternal
karena ada berbagai hewan yang menunjukkan perilaku yang tidak
berhubungan dengan aktivitas otot (Campbell et al, 2004).
Perilaku yang tercipta oleh setiap organisme seringkali hanya
dikaitkan dengan pengaruh gen, padahal pada kenyataannya terjadi karena
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena
akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh
lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara
pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu
organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan
atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung.
Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku
disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar),
sehingga terjadi suatu perkembangan sifat (Campbell et al, 2004).

1
Setiap perilaku yang dihasilkan oleh hewan memiliki maksud dan
tujuan tertentu, tetapi perilaku hewan ada yang bersifat individu dan sosial.
Ada beberapa hewan yang berperilaku sosial dengan melakukan
komunikasi dalam mencari makanan untuk keberlangsungan hidup,
adapula yang perilaku sosial kompetitif dalam mendapatkan sumberdaya
atau perilaku bercumbu (kawin). Tingkah laku hewan merupakan suatu
kondisi penyesuaian terhadap lingkungannya. Pada tingkat adaptasi,
tingkah laku hewan ditentukan oleh kemampuan belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Perilaku sosial yang
didefinisikan secara luas, adalah perilaku yang dilakukan oleh satu
individu atau lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi antar individu
dan antar kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku sosial hewan dalam berkomunikasi?
2. Bagaimanakah perilaku sosial lebah dalam berkomunikasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi
pembaca secara umum. Sedangkan tujuan khusus dari penulisan makalah ini,
antara lain :
1. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi terkait perilaku sosial hewan
dalam berkomunikasi.
2. Untuk mengetahui perilaku sosial lebah dalam berkomunikasi.

BAB II
PERILAKU SOSIAL LEBAH DALAM BERKOMUNIKASI

A. Perilaku Sosial Hewan Dalam Berkomunikasi

2
Perilaku organisme merupakan tindakan yang tegas dari suatu
organisme untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap keadaan
lingkungan guna menjamin hidupnya” (Odum, 1994). Perilaku merupakan
apa yang dilakukan oleh seekor hewan dan bagaimana hewan tersebut
melakukannya. Perilaku meliputi aktivitas yang dapat diamati, baik yang
berkenaan dengan gerak ataupun tidak. Salah satu perilaku organisme
yaitu perilaku sosial yang merupakan aktivitas kolektif dari sekelompok
hewan dalam rangka memperoleh kehidupan dari individu dan kelompok
yang bersangkutan (Susilowati & Amin, 2001).
Campbell et al (2004) menjelaskan bahwa perilaku sosial (social
behavior) didefinisikan secara luas, adalah setiap jenis interaksi antara
dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama. Meskipun
sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus
bersosialisasi pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi,
beberapa hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa
spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang
dekat dengan spesies sejenisnya. Perilaku sosial dapat mempertimbangkan
interaksi antarindividu. Seperti penyerangan, percumbuan, kerjasama, dan
bahkan kebohongan merupakan bagian dari keseluruhan perilaku social.
Perilaku sosial memberikan keuntungan bagi spesies jika berinteraksi
secara ekstensif.
Disiplin sosiobiologi yang relative baru menerapkan teori evolusi
sebagai landasan bagi kajian dan penafsiran perilaku social. Banyak teori
evolusi yang mendasari kajian modern perilaku social yang bersal dari
kerja ahli biologi Inggris, William Hamilton. Hamilton menggunakan
konsep kelestarian hidup dan dasar genetika perilaku dalam menganalisis
evolusi dan pemeliharaan perilaku social pada hewan. Perlu diketahui
bahwa meskipun beberapa hewan terlihat berkerjasama dalam perilaku
social dan saling menguntungkan tetapi pada kenyataannya setiap individu
tetap memaksimalkan keuntungan pribadi meskipun merugikan individu
lainnya (Campbell et al, 2004).

3
Macam-macam perilaku sosial Navigasi, Migrasi, dan Komunikasi.
Perilaku Navigasi merupakan suatu kemampuan untuk menemukan route
baru menuju tempat yang sesuai dengan tujuan. Perilaku ini memerlukan
kompas dan peta internal yang melibatkan daya penciuman, penglihatan,
dan persepsi gravitasi. Burung yang kesasar diterjang angin waktu mig-
rasi, harus mampu menyimpulkan bahwa: dia menuju tempat yang salah,
sekarang dia di sebelah barat tempat yang dituju, tujuannya dapat dicapai
jika dia terbang ke arah barat laut. Perilaku migrasi, pola perpindahan
dalam kelompok besar secara periodik dalam rangka menghindari musim
yang tidak cocok. Banteng melakukan perjalanan ribuan mil dan melintasi
sungai Mara yang ganas untuk menghindari musim kemarau. Perilaku
komunikasi adalah pengiriman informasi dari satu hewan ke hewan yang
lain. Definisi lain komunikasi adalah salah satu cara di mana seekor hewan
dapat mempengaruhi perilaku orang lain (Glencoe, 2006).
Interaksi sosial bergantung pada cara komunikasi yang beraneka
ragam. Perilaku sosial dapat dilihat dari topik interaksi sosial kompetitif
dan perilaku hewan, perilaku sosial tersebut melibatkan pengiriman
informasi melalui perilaku khusus yang disebut pertunjukan (display).
Pengiriman informasi secara sengaja antarindividu merupakan definisi
umum komunikasi dalam ekologi perilaku. Untuk mengetahui kapan
komunikasi antarindividu terjadi, komunikasi telah terjadi ketika tindakan
si “pengirim” menghasilkan suatu perubahan yang dapat terdeteksi dalam
perilaku individu lain, “penerima” (Campbell et al, 2004).
Sebelum ekologi perilaku ditetapkan dengan sungguh-sungguh,
biasanya dianggap bahwa system komunikasi berkembang dengan cara-
cara yang memaksimalkan kuantitas dan ketetapan informasi. Para ahli
ekologi perilaku mengambil pandangan evolusioner yang berbeda. Mereka
yakin bahwa pertunjukan (display) berkembangkan karena kelestarian
hidup pengirim menjadi meningkat melalui pengaruh yang ditimbulkan
oleh pesan yang diterima oleh individu penerima. Hal tersebut dapat
menjelaskan adaptasi, di mana fungsi komunikasi tampaknya adalah

4
penipuan, khususnya ketika penerima pesan ini termasuk ke dalam spesies
yang berbeda dari pengirimnya (Campbell et al, 2004).
Pertimbangan evolusioner lainnya dalam komunikasi adalah cara
indrawi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. Hewan
mengirimkan informasi dengan sinyal visual (penglihatan), auditoris
(pendengaran), bahan kimia (olfaktoris atau penciuman), taktil (sentuhan),
dan listrik. Cara mana yang digunakan untuk mengirim informasi
berkaitan erat dengan gaya hidup dasar seekor hewan. Sebagian besar
mamalia darat adalah nocturnal (hewan yang aktif pada malam hari), yang
membuat pertunjukan visual (display visual) relatif tidak efektif. Akan
tetapi, sinyal penciuman dan pendengaran akan berkerja dengan baik pada
keadaan gelap maupun pada keadaan terang, dan sebagian besar spesies
mamalia menekankan sinyal ini. Sebaliknya burung sebagian besar adalah
diurnal (hewan yang aktif pada saat terang) dan sebagian besar
menggunakan sinyal penglihatan dan pendengaran. Seperti halnya manusia
yang sebagian besar berbeda dengan mamalia lainnya, dimana manusia
merupakan diurnal yang sebagian besar menggunakan komunikasi
penglihatan dan pendengaran. (Campbell et al, 2004). Komunikasi pada
hewan umumnya terjadi sesama anggota spesies, dengan tujuan untuk:
1. mengenali pasangan kawin
2. mengetahui koloninya
3. menghindari bahaya
4. tempat berkumpul (agregasi)
5. menemukan makanan
6. mempertahankan teritori.

B. Perilaku Sosial Lebah Dalam Berkomunikasi


Lebah Madu
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Apidae
Genus : Apini (Linnaeus, 1758)

5
Lebah merupakan serangga sosial seperti semut dan rayap, yang
artinya hidup berkelompok dengan jumlah individu yang sangat banyak,
dan membuat sarang. Karena hidup lebah yang berkelompok maka penting
bagi mereka untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Cara komunikasi
lebah madu pun sangatlah unik. Penelitian oleh seorang professor zoologi
Jerman, Karl von Frisch, yang berjudul The Dance Language and
Orientation of Bees atau “Tarian sebagai Bahasa dan Orientasi Lebah”,
diterbitkan pada tahun 1967 yang telah berkontribusi selama beberapa
dekade tentang bagaimana lebah madu melakukan komunikasi (Campbell
et al, 2004).
Serangga sosial, seperti rayap dan lebah, memiliki sistem kasta.
Jenis tubuh yang disesuaikan untuk pekerjaan tertentu menunjukkan
pembagian kerja dalam masyarakat serangga. Masyarakat lebah madu
memiliki tiga kasta: ratu, drone, dan pekerja. Di dalam sarang terdapat
seekor ratu (queen) yang berjenis kelamin betina, ratusan ribu lebah
pekerja betina (workers), dan ratusan lebah pejantan (drones) (Jayana,
2015 dan Kasali, 2007).

Gambar 1. Kasta Lebah


1. Komunikasi Lebah Dalam Bereproduksi
Lebah melakukan proses reproduksi dengan melalui proses
komunikasi yang menggunakan indera penciuman. Hewan yang
berkomunikasi dengan perantaraan bau yang dipancarkan oleh sinyal
kimiawi disebut feromon. Feromon khususnya sangat umum pada

6
mamalia dan serangga, dan seringkali berhubungan dengan perilaku
reproduksi. Feromon mencakup berbagai molekul organik sederhana dan
kompleks. CH3COO— (CH2) 13 — CH3 tetradecyl acetate. Contohnya
pada lebah yang merupakan salah satu system komunikasi yang paling
kompleks pada invertebrate yaitu sistem sosial lebah bersarang (Glencoe,
2006).
Baik ratu maupun drone tidak mengumpulkan atau menghasilkan
makanan. Satu-satunya peran mereka dalam sarang adalah untuk
bereproduksi. Untuk melakukannya, drone harus menangkap dan kawin
dengan ratu terbang. Drone dengan organ sensor yang lebih maju, sayap
lebih panjang, dan antena lebih panjang adalah yang paling berhasil dalam
perkawinan. Ratu lebah dan anak betinanya menghasilkan feromon,
sementara para lebah pekerja mempertahankan keteraturan sosial koloni
lebah madu. Kajian terbaru menunjukkan bahwa campuran tersebut terdiri
dari dua asam lemak, bukan zat kimia tunggal, yang mendasari perilaku
sosial dan reproduksi lebah madu. Konteks suatu sinyal kimiawi bisa
sepenting bahan kimia itu sendiri. Ketika lebah madu jantan (drone)
berada di luar sarang (dimana mereka dapat kawin dengan seekor ratu),
mereka tertarik pada feromon yang dihasilkan oleh ratu, akan tetapi ketika
lebah jantan berada di dalam sarang maka mereka tidak terpengaruh oleh
feromon yang dihasilkan oleh ratu. Drone memasok sperma, dan ratu
memasok telur (Glencoe, 2006).
2. Komunikasi Lebah Dalam Mencari Makanan
Para pekerja mengumpulkan makanan, menghasilkan lilin,
memelihara dan melindungi anak-anak, dan melanjutkan semua pekerjaan
sarang. Meskipun secara genetik wanita, mereka tidak menghasilkan telur.
Spesialisasi tubuh mereka meningkatkan efisiensi kerja sarang dan
karenanya peluang kelangsungan hidup masyarakat (Glencoe, 2006).
Lebah madu mengomunikasikan lokasi makanan kepada anggota
koloni lainnya melalui tarian. Untuk memaksimalkan efisiensi pencarian
makanan, lebah pekerja harus mengabarkan satu sama lain mengenai
lokasi sumber makanan yang baik, yang sering berubah seiring mekarnya

7
berbagai bunga atau ditemukannya sebuah jalur baru. Komunikasi lebah
merupakan penelitian eksperimental yang panjang dan beraneka ragam,
secara terus-menerus, yang mengungkapkan unsur-unsur baru dari Bahasa
lebah. Tahun 1940-an Karl von Frisch adalah yang pertama kali
melakukan pengamatan terkait komunikasi lebah. Secara cermat Karl
mengamati individu lebah madu Eropa (Apis mellifera carnica) ketika
mereka kembali ke sarang percobaan yang khusus (Dyer & Seeley, 1989).
Seekor lebah yang kembali segera menjadi pusat perhatian oleh lebah
lainnya yang disebut pengikut. Lebah yang kembali itu akan melalui dan
melakukan perilaku secara berulang yang disebutkan oleh Karl sebagai
tarian. Jika sumber makanan itu telah dekat ke sarang (kurang dari 50 m),
lebah yang kembali akan bergerak dalam lingkaran yang ketat, sambil
mengibas-ngibaskan perutnya dari sisi ke sisi. Tarian ini umumnya disertai
oleh pemuntahan nectar (cairan manis pada bunga) yang diperoleh lebah
tersebut. Perilaku ini disebut, yang disbeut Karl sbeagai tarian melingkar,
memiliki pengaruh yang menarik bagi lebah pengikut dan memotivasi
lebah pengikut tersebut untuk meninggalkan sarang dan mencari makanan
yang berbeda dekat sarang tersebut (Campbell et al, 2004).
Ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga, maka tugas
berikutnya dari lebah pemandu ini adalah untuk kembali ke sarang dan
memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan
kumpulan bunga tersebut. Segera setelah lebah pemandu kembali ke
sarangnya, ia mulai memberitahukan lokasi sumber bunga yang ia
temukan kepada lebah-lebah lain. Pertama, ia membiarkan lebah-lebah
lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari bunga untuk
memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu ia memulai
tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga (Campbell
et al, 2004).
Terdapat beberapa tarian yang dilakukan oleh lebah madu untuk
mengisyaratkan letak makanannya. Salah satu tarian yang terkenal disebut
“Tarian Goyangan” atau ‘Waggle Dance’ (Gould & Towne, 1987).
‘Waggle Dance’ merupakan sebuah bentuk komunikasi visual yang

8
dilakukan oleh lebah untuk memberitahu koloni lebah pekerja lainnya
terkait dengan posisi serbuk sari bunga. Dengan cara ini, lebah pekerja
yang telah terlebih dahulu menemukan serbuk sari dapat langsung
memberitahukan para lebah pekerja lain. Untuk mengetahui jarak sasaran
(serbuk sari bunga) ditentukan oleh banyaknya jumlah goyangan (Dyer &
Seeley, 1989).
Tarian bundar memberi tahu yang lain untuk mencari makanan di
dekatnya. Sosok delapan atau tarian bergoyang berarti makanannya jauh.
Orientasi tarian ini menggambarkan lokasi nektar sehubungan dengan
Matahari. Komunikasi dengan pergerakan lebah madu. Namun demikian,
lebah seringkali mencari makanan dengan menempuh jarak yang sangat
jauh dari sarangnya, kadang-kadang melebihi 5 km. Pada kasus seperti itu,
tarian melingkar tidak mencukupi, karena tidak memiliki petunjuk arah
dan jarak yang diperlukan oleh lebah pengikut untuk menemukan lokasi
sumber makanan secara efisien. Lebah perkerja yang kembali dari tempat
yang lebih jauh, melakukan “tarian mengibas-ngibas” yang merupakan
suatu ayunan setengah lingkaran dalam satu arah, yang diikuti oleh suatu
gerakan lari lurus dan kemudian mengayun setengah lingkaran kea rah
yang lain. Tarian ini kelihatannya menunjukkan jarak dan arah. Sudut lari
dengan arah lurus yang berhubungan dengan permukaan vertical dari
sarang yang terbuka adalah sama dengan sudut horizontal makanan yang
berhubungan dengan matahari. Sebagai contoh, jika lebah berlari pada
sudut 30֩ ke kanan pada arah vertical, lebah pekerja lain akan terbang 30֩ ke
kanan pada arah hotizontal matahari. Jarak menuju makanan ditandai
dengan berbagai unsur tarian mengibas-ngibas, dan peningkatan dalam
jumlah kibasan perut setiap kali berlari, menandakan jarak yang lebih
besar ke sumber makanan (Campbell et al, 2004).

9
Gambar 2. (a) Lebah yang mengelompok di sekitar lebah pekerja.

Selama tarian mengibas-ngibas, lebah juga memuntahkan nectar


dengan demikian, letika lebah pergi mencari makanan, mereka telah
“mengetahui” sebelumnya jenis makanan yang akan dicari, jarak dan
arahnya. Terdapat juga bukti bahwa suara dan bau yang dilepaskan oleh
lebah yang menari tersebut memberikan informasi megenai sumber
makanan (Riley et al, 2005).

(1) Gambar 3.
(b) Tarian
(3) (b) melingkar
(2)

(c)
(1) (2) (3) )
Gambar 4. (c) Tarian mengibas-ngibas
Komunikasi pada lebah a) Lebah perkerja berkumpul di sekitar
salah satu saudara betinanya, yang baru kembali dari perjalanan pencarian
makanan, b) tarian membentuk lingkaran itu menunjukkan bahwa

10
makanan ada didekatnya, tetapi tidak menyediakan informasi mengenai
arah dan jarak, c) tarian mengibas-ngibas dilakukan ketika makanan masih
jauh. Pola tarian ini mirip dengan angka delapan, dengan suatu lari lurus
antara dua gerakan setengah lingkaran. Menurut hipotesis Karl, tarian
mengibas itu menunjukan baik arah dan maupun jarak. Jarak ditandai
dengan lamanya lari atau tari mengibas dan jumlah kibasan perut yang
dilakukan setiap kali lari mengibas. Arah ditentukan oleh sudut (dalam
berhubungan dengan permukaan vertical sarang) lari lurus yang
membentuk bagian dari tarian itu sendiri. 1) sebagai contoh, jika lari lurus
itu secara langsung ke arah atas, sinyal ini menandakan bahwa makanan
berada dalam arah yang sama dengan matahari, 2) jika lari lurus secara
langsung ke bawah, makanan berada dengan arah berlawanan dengan
matahari, 3) jika sudutnya adalah 30֩ ke arah kanan vertical, makanan itu
berada 30֩ ke arah kanan arah horizontal matahari, demikian seterusnya.
Petunjuk bau (feromon) dan suara bisa juga mengirimkan informasi
mengenai lokasi dan jenis makanan bunga (Campbell et al, 2004).

Gambar 5. Tarian lebah yang menunjukkan arah berdasarkan posisi matahari.


Lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan posisi matahari,
padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit matahari
bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan
orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini. Tapi, pengamatan
menunjukkan bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan
matahari. Ketika lebah pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam

11
setiap empat menit, sudut yang mereka beritahukan juga bertambah satu
derajat ke barat. Berkat perhitungan yang luar biasa ini, para lebah tidak
pernah tersesat. Bahwa lebah pemandu mempertunjukkan tarian sebentar
di permukaan vertical sisirnya setelah menyimpan muatan nectar. Diduga
tarian ini untuk menstimulasi lebah pencari makanan, sehingga mereka
segera mulai meninggalkan sarangnya dan terbang ke sumber makanan.
Kalau sumber makanan itu dekat dengan sarangnya (kurang dari 75 m),
lebah pemandu menarikan tarian keliling. Bila makanan jauh dari
sarangnya maka lebah madu melakukan tarian goyang ekor. Kecepatan
tariannya menunjukkan seberapa jauh makanan itu, dan arah bagian lurus
menunjukkan arahnya (Gould & Towne, 1987).
Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi
juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran
memberi petunjuk kepada lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat.
Mereka membawa perbekalan sari-sari makanan yang sekedar cukup
untuk menempuh jarak ini, dan kemudian memulai perjalanan (Glencoe,
2006).

Gambar 6. Tarian lebah yang menunjukkan jarak.


Selain itu, lebah tidak melakukan komunikasi verbal dengan hewan
lainnya. Lebah hanya memberikan respon berupa gerakan sebagai reaksi

12
dari hewan yang lain, atau makhluk lain (ex. Manusia). Sebagai contoh,
jika seseorang mengganggu sarang lebah, maka lebah merespon dengan
menyerang atau menyengat. Itu merupakan bentuk komunikasi lebah
dengan yang makhluk yang lain bunga (Campbell et al, 2004).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa
point penting, antara lain :
1. Interaksi sosial bergantung pada cara komunikasi yang beraneka ragam.
Perilaku sosial dapat dilihat dari topik interaksi sosial kompetitif dan perilaku
hewan, perilaku sosial tersebut melibatkan pengiriman informasi melalui
perilaku khusus yang disebut pertunjukan (display). Pengiriman informasi
secara sengaja antarindividu merupakan definisi umum komunikasi dalam
ekologi perilaku. Pertimbangan evolusioner lainnya dalam komunikasi adalah
cara indrawi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. Hewan
mengirimkan informasi dengan sinyal visual (penglihatan), auditoris
(pendengaran), bahan kimia (olfaktoris atau penciuman), taktil (sentuhan), dan
listrik. Cara mana yang digunakan untuk mengirim informasi berkaitan erat
dengan gaya hidup dasar seekor hewan.
2. Lebah merupakan serangga sosial. Karena hidup lebah yang berkelompok
maka penting bagi mereka untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Lebah
berkomunikasi dengan perantara bau yang dipancarkan oleh sinyal kimiawi
disebut feronom untuk melakukan proses reproduksi antara ratu lebah dan
dorne dan berkomunikasi dengan gerakan atau tarian goyangan (waggle
dance) untuk memberitahu koloni lebah pekerja dalam mencari sumber

13
makanan. Komunikasi tarian pada lebah terdiri atas tarian membentuk
lingkaran itu menunjukkan bahwa makanan ada didekatnya, tetapi tidak
menyediakan informasi mengenai arah dan jarak, dan tarian mengibas-ngibas
dilakukan ketika makanan masih jauh. Pola tarian ini mirip dengan angka
delapan, dengan suatu lari lurus antara dua gerakan setengah lingkaran. Tarian
mengibas itu menunjukan baik arah dan maupun jarak.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yakni semoga dengan
disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khazanah
pengetahuan khususnya terkait perilaku sosial lebah dalam berkomunikasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk.2004. Biologi Jilid III(ed.5) . Jakarta : Erlangga

Dyer, Fred, C., & Seeley, Thomas, D. (1989). On the evolution of the dance
language. The American Naturalist, 133(4), 580–590

Glencoe. (2006). BSCS Biology A Molecular Approach Blue Version Ninth


Edition. Colombus: The Mc Graw Hill

Gould, J. L., & Towne, W. F. (1987). Evolution of the dance language. The
American Naturalist, 130(3), 317–338

Jayana, Thoriq. A. (2015). Meneladani semut dan lebah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

Kasali, Rhenald. (2007). Re-code your change DNA. Jakarta: Gramedia terkait
jenis lebah

Odum, E.P. (1994). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada Press. (Penerjemah Tjahjono Samingar)

Riley, J. R., Greggers, U., Smith, A. D., Reynolds, D. R., & Menzel, R. (2005).
The flight paths of honeybees recruited by the waggle dance, 225(1954),
205–207.

Suhara. (2010). Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan Hewan (Animal Behaviour).


Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Susilowati, R. S. E. & Amin, M. (2001). Tingkah laku Hewan. Malang: Jurusan


Pendidikan Biologi FMIPA UM

15
16

Anda mungkin juga menyukai