Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FILSAFAT ILMU

REVOLUSI INDUSTRI DI ERA 4.0: PENDIDIKAN SAINS


Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah filsafat ilmu
yang diampu oleh Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU.

OLEH:

Rahmita

18708251014

PRODI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Revolusi
Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains. Makalah yang penulis susun bertujuan
untuk pemenuhan tugas ujian akhir semester mata kuliah Filsafat Ilmu. Penulis
menyusun makalah ini dengan keinginan untuk memberikan berbagai
pengetahuan maupun pemaham tentang Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan
Sains dalam dunia pendidikan bagi mahasiswa.
Makalah ini disusun secara sistematis dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan proses pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini terutama kepada ibu
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat ilmu
serta teman-teman Pascasarjana Sains A UNY.
Harapan yang ditujukan penulis adalah agar penyusunan makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan maupun pemahaman
dalam berbagai hal tentang Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis menerima dan meminta berbagai saran
dari para pembaca dan penulis meminta maaf tentang kekurangan yang dilakukan
penulis.

Yogyakarta, Desember 2018

Rahmita

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………...……………………...……...…. i

DAFTAR ISI…………………………………...…………………………...….... ii

BAB I PENDAHULUAN………………...……………………………….…….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………..…... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….... 2
C. Tujuan………………………………………………………..…………......... 2
BAB II PEMBAHASAN………………….……………………..………..…...... 4
A. Kajian Ontologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains…..…...……. 4
B. Kajian Epistemologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains .……… 6
C. Kajian Aksiologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains …………. 15
D. Tantangan Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains....………...…….. 19
E. Solusi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains ..………………….… 21
BAB III PENUTUP………………...……………………………..…….……... 28
A. Kesimpulan………………..………………………………………….…...... 28
B. Saran………………………...………………………………………….…….30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………...………..... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, sedang memasuki
era industri baru yang ditandai dengan era digitilasisasi di sebagai sektor
kehidupan. Para pakar menyebut ini sebagai era revolusi industri 4.0. Istilah
Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan Hannover
Fair pada tahun 2011. Negara Jerman memiliki kepentingan yang besar terkait hal
ini karena Industri 4.0 menjadi bagian dari kebijakan rencana pembangunannya
yang disebut High-Tech Strategy 2020. Kebijakan tersebut bertujuan untuk
mempertahan-kan Jerman agar selalu menjadi yang terdepan dalam dunia
manufaktur.
Beberapa negara lain juga turut serta dalam mewujudkan konsep Industri
4.0 namun menggunakan istilah yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial
Internet of Things, Smart Industry, atau Advanced Manufacturing. Meski
memiliki penyebutan istilah yang berbeda, semuanya memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk meningkatkan daya saing industri tiap negara dalam menghadapi
pasar global yang sangat dinamis. Kondisi tersebut diakibatkan oleh pesatnya
perkembangan pemanfataan teknologi digital di berbagai bidang.
Revolusi industri 4.0 dalam lima (5) tahun kedepan akan ada 52,6 juta
jenis pekerjaan akan mengalami pergeseran atau hilang dari muka bumi. Hasil
penelitian ini memberikan pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai
eksistensi diri dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang
mempunyai keunggulan persaingan (competitive advantage) dari lainnya. Jalan
utama mempersiapkan skill yang paling mudah ditempuh adalah mempunyai
perilaku yang baik (behavioral attitude), menaikan kompetensi diri dan memiliki
semangat literasi. Bekal persiapan diri tersebut dapat dilalui dengan jalur
pendidikan (long life education) dan konsep diri melalui pengalaman bekerjasama
lintas generasi/ lintas disiplin ilmu (experience is the best teacher).

1
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau
revolusi industri dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis
dalam kehidupan manusia (Kemristekdikti, 2018). Menyiapkan lulusan yang
berkualitas dan mampu bersaing secara global, dan menguasai perkembangan
teknologi merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting bagi masa
depan suatu negara (Kanematsu & Barry, 2016). Dengan demikian, dukungan dan
peran pendidikan tinggi diharapkan untuk meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia di tengah persaingan global pesatnya perkembangan teknologi
informasi.Tidak dapat dipungkiri bahwa didunia pendidikan juga terkena dampak
dari revolusi industri di era 4.0. Makalah ini disusun untuk membahas revolusi
industri 4.0: pendidikan sains dari segi filsafat dimana dunia pendidikan tidak
lepas dari teknologi dan segala yang ada disekitar kita adalah filsafat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apakah kajian ontologi pada Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains?
2. Bagaimanakah kajian epistemologi pada Revolusi Industri di Era 4.0:
Pendidikan Sains?
3. Apakah kajian aksiologi pada Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains?
4. Apa sajakah tantangan yang di hadapi dalam Revolusi Industri di Era 4.0:
Pendidikan Sains?
5. Apa sajakah solusi pada Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi
pembaca secara umum. Sedangkan tujuan khusus dari penulisan makalah ini,
antara lain :
1. Untuk mengetahui dan memahami aspek ontologi pada Revolusi Industri di
Era 4.0: Pendidikan Sains.
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek epistemologi pada Revolusi Industri
di Era 4.0: Pendidikan Sains.

2
3. Untuk mengetahui dan memahami aspek aksiologi pada Revolusi Industri di
Era 4.0: Pendidikan Sains.
4. Untuk memberi dan menambah pengetahuan mengenai tantangan dalam
Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains.
5. Untuk memberi dan menambah informasi terkait solusi Revolusi Industri di
Era 4.0: Pendidikan Sains.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Ontologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains


Definisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap
penelitian dan pengembangan. Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari
keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital
dan internet dengan industri konvensional. Definisi kepada unsur kecepatan dari
ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana seluruh
entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.
Pengertian yang lebih teknis bahwa Industri 4.0 adalah integrasi dari
Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS)
ke dalam proses industri meliputi manufaktur dan logistik serta proses lainnya.
CPS adalah teknologi untuk menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia
maya. Penggabungan ini dapat terwujud melalui integrasi antara proses fisik dan
komputasi (teknologi embedded computers dan jaringan) secara close loop (Lee,
2008). Industri 4.0 adalah istilah untuk menyebut sekumpulan teknologi dan
organisasi rantai nilai berupa smart factory, CPS, IoT dan IoS. Smart factory
adalah pabrik modular dengan teknologi CPS yang memonitor proses fisik
produksi kemudian menampilkannya secara virtual dan melakukan desentralisasi
pengambilan keputusan. Melalui IoT, CPS mampu saling berkomunikasi dan
bekerja sama secara real time termasuk dengan manusia. IoS adalah semua
aplikasi layanan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pemangku kepentingan baik
secara internal maupun antar organisasi. Terdapat enam prinsip desain Industri 4.0
yaitu interoperability, virtualisasi, desentralisasi, kemampuan real time,
berorientasi layanan dan bersifat modular. Berdasarkan beberapa penjelasan di
atas, Industri 4.0 dapat diartikan sebagai era industri di mana seluruh entitas yang
ada di dalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan
berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS guna mencapai tujuan
tercapainya kreasi nilai baru ataupun optimasi nilai yang sudah ada dari setiap
proses di industri.

4
Revolusi industri 4.0 tidak hanya berbicara dibidang industri, perusahaan
dan sejenisnya tetapi dalam dunia pendidikan revolusi industri 4.0 juga
memberikan dampak yakni dimana kurikulum, sekolah, pendidik dan peserta
didik harus mengikuti perkembangan zaman. Dunia pendidikan teknologi
sangatlah berperan penting sehingga menuntut para perancang kurikulum untuk
kembali merevisi kurikulum yang telah ada agar sesuai dengan perkembangan di
dunia, begitupun di lingkup sekolah harus memfasilitasi pembelajaran dengan
teknologi sehingga peserta didik tidak hanya berpusat pada informasi yang
disampaikan oleh pendidik tetapi mampu mengakses informasi yang lebih luas
dan peserta didik mampu beradabtasi dengan perkembangan zaman sehingga
terlahirlah generasi yang berdaya saing tinggi, dan pendidik juga berperan serta
untuk terus mecari tahu apa saja yang terjadi diluar sekolah, perkembangan apa
yang terjadi sehingga dalam proses pembelajaran tidak bersifat monoton dan
memungkinkan siswa berpikir lebih kritis mengenai hal-hal nyata. Hal inipun
berlaku dalam universitas.
Mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus bersiap menghadapi
tantangan besar yang terjadi era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini.
Perubahan pola baru ini membawa dampak terciptanya jabatan dan keterampilan
kerja baru dan hilangnya beberapa jabatan lama karena sudah tidak relevan lagi
dalam dunia kerja. Tantangan itu harus dihadapi sesuai pola kerja baru yang
tercipta dalam revolusi 4.0. Satu faktor yang penting adalah keterampilan dan
kompetensi yang harus tetap secara konsisten ditingkatkan. Revolusi industri 4.0
merupakan integrase pemanfaatan internet dengan lini produksi di dunia industri.
Perubahan pun terjadi dalam dunia industri dewasa ini yang ditandai berubahnya
iklim bisnis dan industri yang semakin kompetitif karena perkembangan teknologi
informasi, bahkan kadang perkembangan saat ini sudah tidak linear lagi dengan
apa yang terjadi dalam satu decade terakhir.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan dan pelatihan Indonesia harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki nilai tambah sesuai kebutuhan pasar
kerja. Lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter,
kompeten, dan inovatif. Generasi masa depan harus menguasai sains dan

5
teknologi untuk itu mereka harus memiliki kreativitas, rasionalitas, keterbukaan,
dan toleransi sebagai karakteristik pola pikir ilmiah. Sains merupakan keperluan
setiap individu dan pola pikir ilmiah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan memiliki
pola pikir ilmiah, generasi muda kita akan memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam menyelesaikan masalah ketika mereka bekerja di berbagai sektor.
Sains dan teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih
maju dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakatnya.
Pada era globalisasi sekarang ini, penguasaan sains dan teknologi merupakan
indikator signifikan dalam percepatan pertumbuhan/pembangunan suatu bangsa.
Di sisi lain, menjadi generasi yang hidup di era industri 4.0 harus mamiliki
daya saing yang tinggi. Selain unggul di bidang akademik, generasi saat ini juga
harus berdaya saing tinggi. Persaingan di luar sana sangat ketat, apalagi sekarang
sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selain itu menjadi
dengan berkah kemajuan teknologi saat ini menjadi entrepreneur dan mandiri
menjadi terbuka luas. Bahkan jalan ini telah banyak dipilih oleh para mahasiswa
dan lulusan perguruan tinggi saat ini.
Hal ini yang harus menjadi dasar untuk para pelaku pendidikan agar
berpikir lebih kritis dan cermat lagi agar kedepannya pendidikan di Indonesia
dapat mengalami perubahan dengan melahirkan generasi yang memiliki daya
saing tinggi.

B. Kajian Epistemologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains


Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European
Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris
pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerja-an manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad
ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk
kegiatan produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi
manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. Saat ini,
perkembangan yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data

6
memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke
dalam berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi
revolusi industri yang berikutnya. Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk
pada revolusi yang ke empat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika
dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0
diumumkan secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih
dalam bentuk gagasan.

Gambar 1. Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0

Industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang


didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan
konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3)
terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan
instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter
dan prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem,
dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk
mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Ada empat desain prinsip industri
4.0. dapat digambarkan sebagai berikut.

7
Gambar 2. Prinsip Industri 4.0
Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Revolusi industri terdiri dari dua (2) kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi
berarti perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah
usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik benang merah maka
pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam
pelaksanaan proses produksi dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu
dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang
diproduksi mempunyai nilai tambah (value added) yang komersial.
Pada konteks revolusi industri dapat diterjemahkan proses yang terjadi
sebenarnya adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara
cepat dan menyangkut dasar kebutuhan pokok (needs) dengan keinginan (wants)
masyarakat. Perjalanan perubahan dalam revolusi yang terjadi dapat direncanakan
atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau
melalui kekerasan.
Dasar perubahan ini sebenarnya adalah pemenuhan hasrat keinginan
pemenuhan kebutuhan manusia secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri
telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi
atau digitalisasi. Inovasi menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri.
Inovasi adalah faktor paling penting yang menentukan daya saing suatu
negara atau perusahaan. Hasil capaian inovasi kedepan ditentukan sejauh mana

8
dapat merumuskan body of knowledge terkait manajemen inovasi, technology
transfer and business incubation, science and Technopark.
Masalah utama dan pertama maju dan tidaknya suatu bangsa adalah
persoalan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia Indonesia
nampaknya kebanyakan masih berada pada level yang cukup rendah. Sebagian
kecil masyarakat Indonesia yang dapat menikmati pendidikan tinggi. Faktor
kekayaan alam menjadi sumber utama kurang produktifnya masyarakat Indonesia.
Beberapa pakar secara subtansial mengutarakan bahwa revolusi mental adalah
bagian dari perubahan kebudayaan. Pada konteks ini revolusi mental Beberapa
pakar mengutarakan bahwa revolusi mental adalah bagian dari perubahan
kebudayaan. Pada konteks ini revolusi mental merupakan perubahan sistem nilai
yang berlaku pada masyarakat yang menjadi panutan berperilaku.
Oleh karena itu, perubahan mentalitas masyarakat akan sangat dibutuhkan
untuk memajukan bangsa Indonesia ditengah kompetisi global yang semakin
kompetitif. Merubah pola pikir (mindset) dan mentalitas yang kuat bukan hal yang
mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena ini adalah persoalan
kebiasaan yang telah menjelma menjadi budaya, maka perlu perubahan secara
cepat dan bersifat menyeluruh dilakukannya revolusi mental.
Struktur mental manusia terbangun atas tiga hal. Pertama, cara berpikir
(mindset); kedua cara meyakini (transendental value); ketiga cara bersikap
(behavioral approach). Dari tiga tahapan inilah tersebut sebenarnya juga selalu
diperdengarkan pada bangsa ini melalui lagu Indonesia Raya dalam baitnya
“..bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”
1. Pendidikan Sebagai Lokomotif Perubahan Diri
Hakikatnya dunia sekarang sudah tidak mempunyai batas ruang dan
waktu. Apa yang terjadi hari ini dimanapun dapat disaksikan oleh siapapun. Era
ini lebih disebut era globalisasi/ dunia dalam genggaman yang penuh dengan
harapan dan tantangan pada masa sekarang dan mendatang. Lembaga pendidikan
harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan merubah arah dan orientasi
pendidikan untuk menghgasilkan manusia yang unggul.

9
Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II Pasal
(3) disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencer-daskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari tujuan itu
bahwa dikatakan manusia sebagai manusia berjati diri bangsa Indonesia.
Pada prespektif ini pranata pendidikan nasional harus melibatkan diri
dalam pergumulan sosial, budaya, politik dan ekonomi secara umum. Kohesifitas
tersebut dilakukan supaya dunia pendidikan tidak tumpul dan gamang dalam
mengantisipasi/menyikapi era globalisasi berwatak revolusi industri 4.0 yang
mendera seluruh aspek kehidupan manusia dewasa ini di semua lini kehidupan.
Kajian empiris menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pendidikan di
Indonesia masih banyak menggunakan cara konvensional dan lebih menekankan
pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian
kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal kreativitas di samping
bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan
perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Dari sudut pandang sosiologi, pendidikan selain berperan menyiapkan
manusia untuk memasuki masa depan, juga memiliki hubungan dengan
transformasi sosial, begitu juga sebaliknya. Berbagai pola sistem pendidikan
menggambarkan corak, tradisi, budaya sosial masyarakat yang ada. Maka yang
penting diperhatikan adalah bahwa suatu sistem pendidikan dibangun guna
menyiapakan peserta didik sebagai pribadi yang siap pakai pada posisi tertentu.
Keniscayaan ini mengharuskan adanya strategi kependidikan melalui
pranata yang dikandungnya mampu mengakomodasi perubahan-perubahan
peradaban global. Arah perubahan ini mengacu kepada hal-hal yang bersifat
imperatif maupun empirik.
Menurut pakar pendidikan secara imperatif berarti pranata sosial
pendidikan dan pelatihan (diklat), khususnya sekolah dan perguruan tinggi, tidak

10
hanya bertugas memelihara dan meneruskan tradisi yang berlaku di masyarakat.
Sebab mengelola pendidikan pada hakikatnya adalah mengelola masa depan.
Diakui atau tidak, dunia pendidikan masih mempresentasikan dengan pola
pendidikan dan pelatihan yang belum mampu menjawab perubahan global secara
cepat. Padahal secara empirik era globalisasi telah menjadi sebuah realitas yang
harus dihadapi. Perubahan-perubahan yang berlangsung dan terasa dampaknya.
Sehingga, pembentukan atau pengembangan karakter adalah suatu proses
perubahan yang berkelanjutan (change and suistanable) dan ini tidak terlepas dari
sistem pendidikan yang berlaku. Karena pendidikan adalah alat ukur relevansi
pendidikan kharakter itu sendiri dimana manusia terdidik adalah manusia yang
bertanggungjawab terhadap keberlangsungan kehidupan dirinya dan
keberlangsungan bangsanya.
2. Menghadirkan Literasi Baru
Menghadapi era revolusi industri 4.0 yaitu era dimana dunia industri
digital telah menjadi suatu paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan saat ini.
Era revolusi industri 4.0 hadir bersamaan dengan era disrupsi.
Dunia hari ini sedang ramai menghadapi fenomena disrupsi (disruption),
situasi dimana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear.
Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan
lama untuk menciptakan tatanan baru (M. Nur Rizal 2017). Disrupsi menginisiasi
lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan disruptif. Cakupan
perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial
masyarakat, hingga pendidikan. Era ini akan menuntut untuk berubah atau punah.
Fenomena tersebut merupakan suatu yang tidak dihindarkan, namun
menjadi peluang baru sehingga Indonesia perlu mempersiapkan diri. Basis dari
era ini adalah dgitalisasi dengan menggunakan analisa data menyeluruh sehingga
diperlukan literasi baru selain literasi lama.
Literasi lama mencakup kompetensi calistung atau lebih dikenal dengan
sistem membaca, menulis dan berhitung, sedangkan literasi baru mencakup
literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Literasi data terkait dengan
kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berdasarkan

11
data dan informasi (big data) yg diperoleh. Literasi teknologi terkait dengan
kemampuan memahami cara kerja mesin. Aplikasi teknologi dan bekerja berbasis
produk teknologi untuk mendapatkan hadil maksimal. Literasi manusia terkait
dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Oleh karenanya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama bagi setiap
diri khususnya lembaga pendidikan secara simultan mengokohkan pada penguatan
literasi yang menyatu dalam penguatan kompetensi bidang keilmuan dan keahlian
atau profesi. Agar dunia pendidikan tetap memiliki daya relevansi yang tinggi
dalam era revolusi industri 4.0 atau era disrupsi, maka para pendidik (guru dan
dosen) dalam proses pembelajaran perlu mengintegrasi capaian pembelajaran tiga
bidang secara simultan dan terpadu yaitu capaian bidang literasi lama, literasi baru
dan literasi keilmuan. Apabila tidak dihadirkan secara simultan tiga literasi
tersebut tidak menutup kemungkinan lulusannya akan mengalami literasi.
Meminjam perkataan bijak bahwa keadaanya sama dengan ketiadaanya.
Berkait dengan kelima literasi informasi tersebut, dijabarkan menjadi 10
indikator literasi dalam penelitian ini, yaitu: (1) mengenali sumber-sumber
informasi; (2) mengenali tipe informasi; (3) memilih cara mengakses informasi
melalui internet; (4) menemukan kembali informasi secara online; (5) menetapkan
kriteria untuk menilai suatu informasi dari internet; (6) menetapkan kriteria untuk
menilai suatu informasi dari buku; (7) menggunakan informasi baru untuk
merencanakan dan menciptakan hasil; (8) mengomunikasikan hasil atau kinerja
secara tertulis; (9) memahami ragam isu etika, hukum dan social ekonomi di
seputar informasi dan teknologi informasi; dan (10) mengakui penggunaan
sumber-sumber informasi yang digunakan.
Berkait dengan konteks Amanat dari Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2015–2019) yang
menyatakan bahwa peranan iptek diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata
terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, peningkatan kualitas
pembelajaran sains merupakan salah satu tantangan bagi para dosen di program
Studi Pendidikan Sains. Sejalan dengan alasan tersebut dinyatakan bahwa dosen
dihadapkan pada tantangan bagaimana menyiapkan calon-calon guru biologi

12
(sains) yang profesional, yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Adaptif
dalam arti dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan mendukung kesuksesan akademis, profesional dan pribadi.
Melatihkan literasi informasi dalam pembelajaran dan mengembangkan
keterampilan riset secara mandiri diperlukan bagi profesional dalam pemasaran.
Bertolak dari paparan tersebut, urgensi penguasaan akan perkembangan dan
kemajuan teknologi yang relatif dan aktivitas riset merupakan bagian penting dari
kebutuhan dasar bagi setiap orang dan mendukung kesuksesan dalam menjalani
kehidupan melalui kegiatan riset.
Riset merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Komponen riset terdiri dari: latar belakang, prosedur, pelaksanaan, hasil riset dan
pembahasan serta publikasi hasil riset. Seluruh komponen tersebut memberikan
makna penting yang dapat dilihat cara memformulasi dan menyelesaikan
permasalahan serta kemampuan dalam mengomunikasikan manfaat hasil
penelitian. Merujuk pada pandangan Staron menyatakan “Life-based learning
proposes that learning for work is not restricted to learning at work”. Namun
demikian, ungkapan Staron ini pun tidak cukup untuk kondisi Indonesia. Bagi
masyarakat Indonesia belajar untuk bekerja merupakan sebagian saja dari
kebutuhan hidup. Masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi seperti
kebutuhan bersosialisasi, beribadah sesuai agama, memelihara lingkungan
(hamemayu ayuning bhawana), menjaga tradisi kearifan lokal, bermasyarakat-
berbangsa, bernegara. Penekanan dari life-based learning ialah pengembangan
ilmu pengetahuan untuk berkontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan
masyarakat secara seimbang dan harmonis, sehingga menjadi sumber daya
manusia yang andal. Ungkapan ini sejalan dengan pandangan yang
mengungkapkan bahwa upaya menghadapi era persaingan global, Indonesia pun
perlu menyiapkan sumber daya manusia yang andal dalam disiplin-disiplin STEM
secara kualitas dan mencukupi secara kuantitas.
Pendidikan STEM memiliki banyak manfaat potensial bagi individu dan
bangsa secara keseluruhan. Sejalan dengan uraian tersebut, tujuan dari pendidikan

13
STEM, agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi tampak dari
membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains sehingga apabila mereka
kelak terjun di masyarakat, mereka akan mampu mengembangkan kompetensi
yang telah dimilikinya untuk diterapkan dalam menghadapi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait bidang ilmu STEM. Pengembangan kapabilitas
siswa dan mahasiswa sangat penting karena di masa depan, mereka diharapkan
dapat menciptakan lapangan kerja mereka sendiri, dan memecahkan permasalahan
kehidupannya.
Kapabilitas itu adalah suatu karakter menyeluruh yang lebih mudah
dikenali daripada didefinisikan. Kapabilitas yang dimaksudkan dalam konteks ini
meliputi keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang akan dibawa seseorang ke
dunia kerja. Kapabilitas ini meliputi keahlian teknis, bisnis, personal, dan
profesional, yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran formal dan informal,
pengamatan, pengarahan (mentoring), pemberian petunjuk (coaching), pemberian
masukan, pengalaman sepanjang hayat dan refleksi diri. Orang yang kapabel itu
tahu bagaimana cara belajarnya, kreatif, memiliki self efficacy tingkat tinggi,
percaya diri dalam menerapkan kompetensinya, dan bekerja sama dengan baik
dalam situasi yang sudah dikenal maupun situasi baru.
Konseptualisasi kapabilitas bagi calon guru SAINS” adalah suatu
kepercayaan individu (self efficacy) dalam menerapkan konsep teoretis bidang
keilmuan sains, teori pedagogi, karakteristik perkembangan peserta didik, dan
membangun kemampuan kinerja (berpikir kritis, penyelesaian masalah,
komunikasi, kolaborasi, dan penguasaan teknologi digital) melalui pengalaman
empiris, serta sikap (tanggung jawab) yang memperhatikan dan menerapkan
budaya baik bangsa Indonesia (gotong royong, bhineka tunggal ika, sopan santun)
dalam situasi yang sudah dikenal maupun situasi baru. Seturut dengan pandangan
tersebut, paradigm baru pembelajaran pun mengalami pergeseran dari proses
menyerap pengetahuan dengan cara mengikuti perintah-perintah guru atau dosen,
fokus hanya pada tes dan penilaian kognitif dengan peluang sangat terbatas, dan
waktu pembelajaran terpola transaksi ke pembelajaran baru sebagai proses
aktualisasi diri, self directing, self determine membangun perilaku menghargai

14
diri sendiri dengan fokus pada belajar mandiri, belajar bagaimana belajar dengan
baik, belajar dari berbagai sumber yang tidak terbatas isi, ruang, tempat, dan
waktu melalui jaringan komputer.
Hal ini sejalan dengan kecenderungan perubahan dunia saat ini yang telah
memasuki era revolusi industri 4.0 saat ini. Perubahan dunia kini tengah
memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat di mana
teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal
menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data
yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet
dan teknologi digital yang massif sebagai tulang punggung pergerakan dan
konektivitas manusia dan mesin. Seturut dengan pandangan tersebut Generasi di
era industri 4.0 memegang komitmen peningkatan fleksibilitas di bidang
manufaktur, secara massal, dengan kualitas dan produktivitas yang lebih baik.
Imbasnya, Perubahan pesat yang dialami masyarakat karena pesatnya
perkembangan teknologi informasi membawa banyak dampak pada kehidupan
manusia, secara umum bersifat positif dan negatif.
Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan “Revolusi industri
4.0 meliputi adanya persiapan untuk sistem pembelajaran yang lebih inovatif pada
perguruan tinggi, atau menyesuaikan dengan kurikulum yang ada terkait
perkembangan teknologi yang begitu pesat, sehingga, persiapan pada sistem
jaringan harus dikembangkan secara terus-menerus,”. Berdasarkan uraian dapat
diketahui bahwa strategi mengembangkan literasi informasi melalui belajar
berbasis kehidupan terintegrasi STEM dapat menyiapkan calon guru sains dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0.

C. Kajian Aksiologi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains


Secara obyektif tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi industri terkini
menyimpan beragam keuntungan dan tantangan besar yang harus dihadapi bagi
setiap entitas diri yang terlibat didalamnya. Khususnya soal ekonomi bagi suatu
bangsa dan negara. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah menemukan
peluang baru namun juga diikuti oleh tantangan baru. Disisi lain, keadaan tersebut

15
memunculkan kompetisi yang makin ketat baik antar sesama individu/ perusahaan
dalam negeri maupun dengan perusahaan asing. Kompetisi ini justru semakin
meningkatkan kualitas internal maupun ekternal setiap individu/perusahaan.
Revolusi industri juga memunculkan ekonomi berbasis teknologi atau
yang lebih dikenal dengan ekonomi digital. Pada era ini potensi Indonesia lebih
besar kepada dunia. Indonesia merupakan empat negara besar dengan jumlah
penduduk sekitar 260 juta penduduk yang terdiri dari multikultural dan terbagi
pada daerah kepulauan yang terpisah jarak, ruang dan waktu. Jumlah penduduk
yang besar ini dan mayoritas penduduknya ada pada rentang usia 15-64 tahun,
dimana usia tersbut disebut usia produktif.
Berdasarkan data Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah lebih 85 juta
penduduk Indonesia menggunakan jaringan internet. Teknologi digital akan
menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru dalam 7 tahun mendatang dan mayoritas
bergerak pada sektor jasa. Tantangannya adalah peningkatan keahlian diri (skill)
yang harus ditingkatkan dengan cara yang tepat pula dan kemauan untuk
melakukan inovasi secara berkelanjutan (suistanable).
Industri kreatif kini telah menjelma menjadi kekuatan baru menjadi sektor
gemilang dalam penopang perekonomian Indonesia. Pelaku usaha ini mengerti
cara memahami dengan selalu inovatif dan adaptif terhadap permintaan minat,
perubahan selesara pasar. Sehingga mampu menciptakan peluang kerja secara
massal ditengah ancaman putus hubungan kerja secara massal pula.
Salah satu dampak positif dari revolusi industry 4.0 dalam dunia
pendidikan yakni proses pembelajaran tidak harus lagi berada diruang kelas,
dimana pendidik dan peserta didik harus mampu mengusai teknologi sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan secara online, dimana salah satu
keuntungannya bagi peserta didik yakni jarak dan biaya pendidikan. Hal inipun
berlaku pada pendidikan sains yang tidak akan pernah terlepas dari teknologi
sehingga dengan adanya revolusi industry 4.0 akan membawa perubahan dalam
dunia pendidikan yang dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing tinggi. Jadi
setiap orang akan terus mengasah kemampuannya dan terus belajar agar dapat
mengikuti perkembangan zaman dan tidak mengalami ketertinggalan.

16
Jalan kemaslahatan revolusi industri 4.0 dapat dilakukan dengan
mengambil sikap teguh mengukuhkan revolusi mental dengan peran sebagai
berikut:
1. Peran Directing
Pentingnya redefinsi bahwa kepentingan revolusi industri adalah sebagai
kepentingan mempermudah keinginan (wants) manusia dalam memenuhi
kebutuhannya (needs). Sehingga makna tesebut dapat digerakkan oleh aturan dan
petunjuk pelaksanaan (rule driven) dan dapat menyentuh permasalahan
masyarakat yang bervariasi pada tingkat akar rumput (grass root). Hadirnya
industriaslisi bukan memarginalisasi manusia sebagai pengggerak kegiatan
produksi, tapi justru mengedepankan peran manusia sebagai subyek yang mampu
memberikan jalan kemudahan / keterjangkaun dari hasil industri tersebut.
2. Peran Transferring
Perubahan sistem masyarakat menjadi masyarakat terbuka serta
berubahnya tatanan dunia baru menuju era globalisasi menyebabkan berubahnya
paradigma pembangunan pada negara. Terjadi pergeseran fungsi birokrasi
(reinventing the government) dimana pemerintah yang tadinya menjadi pelaku
utama pembangunan (provider) berubah fungsinya menjadi fasilitator
pembangunan (enabler) atau yang disebut dengan pemerintahan katalis.
Perubahan ini merupakan transfer peluang dalam menumbuhkan inisiatif
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan dengan
pemberdayaan komunitas (community development) adalah sebuah alternatif
pembangunan yang merubah proses pembangunan yang sentralistik menjadi
partisipatif. Melalui pendekatan ini pengelolaan sumber daya produktif tidak
dirancang dan dikelola secara terpusat melainkan oleh warga setempat sesuai
dengan masalah, kebutuhan, dan kondisi daerahnya.
Prinsip dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan harus dipegang oleh
mereka yang akan menanggung akibat tindakan tersebut. Pemberdayaan
komunitas lebih berorientasi jangka panjang dan
menekankan segi proses dari pada tercapainya target output yang sifatnya
sementara. Hal tersebut tidak mungkin tercapai dengan menggunakan ‘blue print’

17
yang sudah jadi tetapi merupakan sebuah ‘social learning process’ yang
berkelanjutan. Peran transfering ini bertujuan untuk menstimulasi nalar (cognitive
compentencies).
3. Peran Transforming
Pelaksanaan peran transformasi didasarkan pada asumsi bahwa setiap
revolusi diasumsikan mempunyai muatan nilai positif yang bermanfaat bagi
kehidupan bersama baik pada konteks pemeritahan (goverment) atau masyarakat
(civil society). Revolusi industtri yang bertransformsi pada tata nilai kehandalan
hidup akan membawa pada perilaku peduli terhadap lingkungan fisik dan sosial.
Revolusi ini akan disambut sebagai kemajuan dan kemauan untuk
berdayasaing. Pada konteks revolusi mental adalah pembangunan karakter sikap
sebagai modal untuk membangun dan memajukan bangsa. Peran transforming ini
bertujuan untuk menstimulasi perasaan (affective compentencies).
4. Peran Transcending
Peran ini dapat terwujud manakala terdapat keyaninan terhadap kebenaran
hakiki. Pada konteks ini kebenaran hakiki terhadap suatu realitas tidak bersifat
absolut, tapi ditujukan untuk membentuk suatau pemahaman aksiologis yakni
mempertimbangkan sistem tata nilai perkembangan ilmu pengetahuan dan
religius. Fase revolusi industri 4.0 apabila tidak disandarkan pada konteks ke-
Tuhan-an justru akan menjadikan nilainya bersifat robotik dan mekanik, dimana
kemanfaatan bagi sesama akan nihil. Memberi nilai transendental pada nilai
perubahan akan mampu membawa kemanfaatan secara seksama untuk keadaban
dunia.
Kunci keberhasilan memasuki revolusi industri 4.0 adalah revolusi mental
demi perbaikan karakter bangsa. Revolusi mental adalah gerakan bersama
menyadarkan diri betapa pentingnya meningkatkan kompetensi diri melalui
pendidikan dan meningkatkan potensi diri melalui pelatihan. Pendidikan dan
pelatihan terhadap setiap disiplin ilmu menjadi dapat mengantarkan bangsa
Indonesia sukses memasuki era strategis.

18
D. Tantangan Dalam Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains
Industri 4.0 memang menawarkan banyak manfaat, namun juga memiliki
tantangan yang harus dihadapi. Relevansi pendidikan dan pekerjaan, perlu
disesuaikan dengan perkembangan era dan IPTEK dengan tetap memberikan
perhatian kepada aspek humanities. Pasar kerja membutuhkan kombinasi berbagai
skills yang berbeda dengan yang selama ini diberikan oleh sistem pendidikan
tinggi.

Gambar 3. Keterkaitan Pendidikan, Era 4.0 dan Pekerjaan


Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya
Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis,
& matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat. Pada Era
Revolusi Industri 4.0, terdapat 10 (sepuluh) kompetensi yang sangat dibutuhkan
yaitu: Sense-making, Social intelligence, Novel & adaptive thinking, Cross-
cultural competency, Computational thinking, New-media literacy,
transdisciplinarity, Design mindset, Cognitive load management, Virtual
collaboration.
Untuk mendapatkan kesempatan menjadi SDM yang kompetitif di sepuluh
bidang di atas, maka pendidikan tinggi harus membekali mahasiswa dan
lulusannya dengan Lifelong Education berupa Literasi baru yaitu:
1. Literasi Data
Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big
Data) di dunia digital.
2. Literasi Teknologi

19
Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial
Intelligence, & Engineering Principles).
3. Literasi Manusia
Humanities, Komunikasi, & Desain.
Universitas perlu mencari metoda untuk mengembangkan kapasitas
kognitif mahasiswa: higher order mental skills, berpikir kritis & sistemik: amat
penting untuk bertahan di era revolusi industri 4.0.
1. Keterampilan:
a. Kepemimpinan (leadership)
b. Bekerja dalam tim (team work)
2. Kelincahan dan kematangan budaya (Cultural Agility):
Mahasiswa dengan berbagai latar belakang mampu bekerja dalam
lingkungan yang berbeda (dalam/luar negeri).
3. Entrepreneurship (termasuk social entrepreneurship):
Harus merupakan kapasitas dasar yang dimiliki oleh semua mahasiswa.
Proses belajar mengajar dapat menggunakan studi tematik berbagai
disiplin, hubungkan dengan dunia nyata, project based-learning. Melalui General
Education, Ekstra-kurikuler. Magang/kerja praktek/co-op program (al. higher
order skills, leadership, team work).
Mahasiswa harus dibekali dengan kesimbangan HARD SKILL dan SOFT
SKILL. Indonesia harus bekerja keras dalam memenuhi kompetensi abad 21,
yakni SDM dengan kompetensi yang adaptif, fleksibel, kreatif, innovatif,
menguasai IT, menguasai Bahasa Internasional, Komunikatif, punya sikap
leadership yang tinggi, kritis dan punya kemampuan high order thinking.
Untuk mencapai generasi yang berwawasan internasional, kompetitif dan
berdaya saing global maka harus dikembangkan strategi pembelajaran inovatif
karena muncul model bisnis baru, maksimalkan dan manfaat digital inklusivitas
untuk perluasan akses layanan yang lebih terjangkau dan lakukan EFISIENSI agar
Layanan yang lebih cepat dan murah.
Tantangan yang dihadapi oleh suatu negara ketika menerapkan Industri 4.0
adalah munculnya resistansi terhadap perubahan demografi dan aspek sosial,

20
ketidakstabilan kondisi politik, keterbatasan sumber daya, risiko bencana alam
dan tuntutan penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Terdapat kesenjangan
yang cukup lebar dari sisi teknologi antara kondisi dunia industri saat ini dengan
kondisi yang diharapkan dari Industri 4.0. Penelitian yang dilakukan oleh
Balasingham (2016) juga menunjukkan adanya faktor keengganan perusahaan
dalam menerapkan Industri 4.0 karena kuatir terhadap ketidakpastian manfaatnya.
Berdasar beberapa penjelasan tersebut maka secara umum ada lima
tantangan besar yang akan dihadapi yaitu aspek pengetahuan, teknologi, ekonomi,
social, dan politik. Guna menjawab tantangan tersebut, diperlukan usaha yang
besar, terencana dan strategis baik dari sisi regulator (pemerintah), kalangan
akademisi maupun praktisi. Diperlukan keterlibatan akademisi dalam bentuk
penelitian dan pengembangan untuk mewujudkan Industri 4.0. Menurut Jian Qin
dkk (2016) roadmap pengembangan teknologi untuk mewujudkan Industri 4.0
masih belum terarah. Hal ini terjadi karena Industri 4.0 masih berupa gagasan
yang wujud nyata dari keseluruhan aspeknya belum jelas sehingga dapat
memunculkan berbagai kemungkinan arah pengembangan.
Tantangan industri 4.0 yaitu; (1) kesiapan industri; (2) tenaga kerja
terpercaya; (3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan
penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem;
(2) basis industri yang kompetitif; (3) investasi pada teknologi; dan (4) integrasi
Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Pemetaan tantangan dan peluang industri 4.0 untuk mencegah berbagai
dampak dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah permasalahan
pengangguran. Salah satu tantangan nyata yang dihadapi saat ini yakni masuknya
pekerja asing yang menggantikan pekerja asal Indonesia dikarenakan factor
kemampuan dan ini berlaku dalam dunia pendidikan dan tidak menutup
kemungkinan dalam pendidikan sains.

E. Solusi Pada Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains


Dari tantangan revolusi industry di era 4.0 terdapat beberapa solusi yakni
revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter,

21
2) bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3)
kewirausahaan, 4) penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1)
unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang belajar lainnya, 3) rehabilitasi
ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6) manajemen dan kultur
sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa dan 2)
pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi,
1) penyediaan, 2) distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan
kesejahteraan, dan 7) penghargaan dan perlindungan.
Penguatan empat elemen yang ada dalam sistem pendidikan membutuhkan
gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0. Salah satu gerakan yang
dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru sebagai penguat bahkan
menggeser gerakan literasi lama. Gerakan literasi baru yang dimaksudkan
terfokus pada tiga literasi utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan
3) literasi manusia. Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang
sangat dibutuhkan di masa depan atau di era industri 4.0.
Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca,
menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data), literasi
teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan
aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain. Literasi baru yang diberikan
diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan
gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca,
menulis, dan matematika.
Adaptasi gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan melakukan
penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era
industri 4.0. Respon pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk pendidikan
sains adalah pembelajaran abad 21.

22
Gambar 4. Pembelajaran Abad 21
Forum ekonomi dunia melansir, struktur keterampilan abad 21 akan
mengalami perubahan. Pada tahun 2015, struktur keterampilan sebagai berikut; 1)
pemecahan masalah yang kompleks; 2) kerjasama dengan orang lain; 3)
manajemen orang; 4) berpikir kritis; 5) negosiasi; 6) kontrol kualitas; 7) orientasi
layanan; 8) penilaian dan pengambilan keputusan; 9) mendengarkan secara aktif;
dan 10); kreativitas. Pada tahun 2020 struktur kerja berubah menjadi; 1)
pemecahan masalah yang kompleks; 2) berpikir kritis; 3) kreativitas; 4)
manajemen orang; 5) kerjasama dengan orang lain 6) kecerdasan emosional; 7)
penilaian dan pengambilan keputusan; 8) orientasi layanan; 9) negosiasi; dan 10)
fleksibilitas kognitif.
Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan era industri
4.0 yang dibutuhkan harus diintegrasikan ke dalam elemen pendidikan sains.
Mulai dari sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, hingga ke
pendidik dan tenaga kependidikan.
Pengembangan pendidikan sains harus melibatkan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam sistem untuk menjawab tantangan
industri 4.0. Brofenbrener (1989) menawarkan suatu model yang disebut sebagai
A Bioecological Model of Human Development.

23
Gambar 5. A Bioecological Model Human Development (Broffenbrenner, 1989)
Pada Gambar 5, terlihat bahwa seluruh bagian dari sistem, individu, mikro
sistem, meso sistem, ekso sistem seperti industri, media massa, layanan sosial, dan
politik lokal, serta makro sistem harus mampu berkolaborasi untuk membentuk
sistem yang utuh yaitu chronosystem. Elemen itu harus terlibat dalam sistem
pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan peran masing-masing.
Muatan pembelajaran abad 21 harus selalu menyesuaikan dengan
perubahan termasuk di era industri 4.0. Muatan pembelajaran diharapkan mampu
memenuhi keterampilan abad 21 (21st century skills); 1) pembelajaran dan
keterampilan inovasi meliputi penguasan pengetahuan dan keterampilan yang
beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian
masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi, 2) keterampilan
literasi digital meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT, 3) karir
dan kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi
sosial dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan dan
tanggung jawab.

24
Gambar 6. Core Subject 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009)
Elemen yang berinteraksi dalam chronosystem harus mengintegrasikan
fokus dari era industri 4.0 yaitu, fisikal, digital, dan biologikal. Elemen yang ada
dalam pendidikan sains sebagai bagian dari chronosystem harus menguatkan
gerakan literasi baru (literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia).
Penguatan itu dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan daya saing lulusan
pendidikan sains di era industri 4.0.
Beberapa kompetensi yang dibutuhkan mempersiapkan era industry 4.0
diantaranya adala kemampuan memecahkan masalah (problem solving),
beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership,
dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation). Guru seyogyanya dapat
menyiapkan siswanya menghadapi revolusi industri 4.0. Mereka perlu membekali
siswa dengan penguatan pendidikan karakter, literasi dan kompetensi Critical
Thinking Skill, Creativity, Communication, Collaboration and Computational
Thinking,"
Menanggapi perkembangan zaman yang memasuki Revolusi Industri 4.0
yang bertumpu pada cyber-physical system, para pelaku pendidikan dan
kebudayaan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.
Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, dan profesionalisme guru, kurikulum
yang dinamis, sarana dan prasarana yang andal, serta teknologi pembelajaran yang
mutakhir menjadi keniscayaan pendidikan kita. Artinya masih banyak pekerjaan

25
rumah yang harus dikejar oleh pemerintah dan kita sebagai rakyat Indonesia
dalam menjalani RI 4.0 ini.
Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan.
Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang
lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu
sendiri. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang
harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru
yang berkualitas yang juga dikenal dengan kompetensi abad 21. Pasalnya, di era
revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif.
Revolusi keempat ini, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di
bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin
bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih
penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut
dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media
elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus
batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.
Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih
berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi keempat ini, pendidikan mulai
difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar dan ajaran
selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber
dan saluran atau media/sumber belajar.
Pada tahap keempat ini fungsi guru bukan lagi sebagai sentral dalam
pembelajaran atau teacher-centered, namun berubah menjadi students-centered
dimana guru menjadi fasilitator bagi penyediaan kebutuhan belajar peserta didik
dalam upayanya melaksanakan “bagaimana belajar” dengan menyiapkan sumber
dan media pembelajaran, yang diperuntukan bukan saja bagi peserta didik di
sekitarnya melainkan juga yang jarak keberadaannya jauh secara fisik.
Terkait dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai
disiplin ilmu dan teknologi, Robert Reiser (professor di bidang Instructional
system and learning technologies) dalam Yazid (2018), menunjukkan terdapat 10
trend yang akan mempengaruhi bidang teknologi pendidikan dan sekaligus

26
menjadi tantangan bagi para teknologi pendidikan. Salah satunya adalah
berkembangnya konsep dan teknologi yang memungkinkan pembelajaran
dilakukan secara mobile (Mobile Learning) atau dapat juga dikenal dengan
pembelajaran elektronik (Electronic Learning).
Berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
canggih, seperti smartphone, computer tablet, ipods, dan lain-lain, saat ini dapat
dimanfaatkan untuk mendukung proses belajar yang dilakukan secara “bergerak”
atau mobile. Model pembelajaran seperti ini telah banyak dikembangkan. Hal ini
tidak lain, karena model pembelajaran ini memiliki banyak keuntungan
diantaranya adalah biaya teknologi yang relatif murah, mengurangi kesenjangan
digital, penggunaan kelas fisik yang mudah, fasilitas yang portabel “belajar
dimana saja dan kapan saja”, kedekatan antara siswa dan guru.
Tenaga pendidik di era revolusi industri harus meningkatkan pemahaman
dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media, memahami informasi yang
akan dibagikan kepada para peserta didik serta menemukan analisis untuk
menyelesaikan permasalahan akademisi literasi digital. Harapannya, semua pihak
harus meningkatkan kolaborasi dalam orientasi pendidikan mendatang serta
mengubah kinerja sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas pola
pikir pelajar dan penguatan digitalisasi pendidikan yang berbasis aplikasi.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa point
penting, antara lain :
1. Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan
aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet
dengan industri konvensional. Revolusi industri 4.0 tidak hanya berbicara
dibidang industri, perusahaan dan sejenisnya tetapi dalam dunia pendidikan
revolusi industri 4.0 juga memberikan dampak yakni dimana kurikulum,
sekolah, pendidik dan peserta didik harus mengikuti perkembangan zaman.
Mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus bersiap menghadapi tantangan
besar yang terjadi era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini. Sains dan
teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakatnya. Pada era
globalisasi sekarang ini, penguasaan sains dan teknologi merupakan indikator
signifikan dalam percepatan pertumbuhan/pembangunan suatu bangsa.
2. Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary
Research Service, revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri
pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan
mekanisasi mulai menggantikan pekerja-an manusia. Revolusi yang kedua
terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai
oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. Penggunaan
teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi
tanda revolusi industri ketiga. Saat ini, perkembangan yang pesat dari
teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk
mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang
industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi revolusi industri yang
berikutnya. Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada revolusi yang
ke empat. Industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur.

28
“Revolusi industri 4.0 meliputi adanya persiapan untuk sistem pembelajaran
yang lebih inovatif pada perguruan tinggi, atau menyesuaikan dengan
kurikulum yang ada terkait perkembangan teknologi yang begitu pesat,
sehingga, persiapan pada sistem jaringan harus dikembangkan secara terus-
menerus,”. Dapat diketahui bahwa strategi mengembangkan literasi informasi
melalui belajar berbasis kehidupan terintegrasi STEM dapat menyiapkan calon
guru sains dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
3. Salah satu dampak positif dari revolusi industry 4.0 dalam dunia pendidikan
yakni proses pembelajaran tidak harus lagi berada diruang kelas, dimana
pendidik dan peserta didik harus mampu mengusai teknologi sehingga proses
pembelajaran dapat dilakukan secara online, dimana salah satu keuntungannya
bagi peserta didik yakni jarak dan biaya pendidikan. Hal inipun berlaku pada
pendidikan sains yang tidak akan pernah terlepas dari teknologi sehingga
dengan adanya revolusi industry 4.0 akan membawa perubahan dalam dunia
pendidikan yang dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing tinggi. Jalan
kemaslahatan revolusi industri 4.0 dapat dilakukan dengan mengambil sikap
teguh mengukuhkan revolusi mental dengan peran sebagai berikut: Peran
Directing, Peran Transferring, Peran Transforming, Peran Transcending.
4. Industri 4.0 memang menawarkan banyak manfaat, namun juga memiliki
tantangan yang harus dihadapi. Relevansi pendidikan dan pekerjaan, perlu
disesuaikan dengan perkembangan era dan IPTEK dengan tetap memberikan
perhatian kepada aspek humanities. Pasar kerja membutuhkan kombinasi
berbagai skills yang berbeda dengan yang selama ini diberikan oleh sistem
pendidikan tinggi. Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi
baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi
Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk
berkiprah di masyarakat. Pada Era Revolusi Industri 4.0, terdapat 10
(sepuluh) kompetensi yang sangat dibutuhkan yaitu: Sense-making, Social
intelligence, Novel & adaptive thinking, Cross-cultural competency,
Computational thinking, New-media literacy, transdisciplinarity, Design
mindset, Cognitive load management, Virtual collaboration.

29
5. Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan
karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi,
3) kewirausahaan, 4) penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan
meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang belajar lainnya,
3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6)
manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian
beasiswa dan 2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi, 1) penyediaan, 2) distribusi, 3) kualifikasi, 4)
sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan kesejahteraan, dan 7) penghargaan dan
perlindungan. Penguatan empat elemen yang ada dalam sistem pendidikan
membutuhkan gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0. yakni
gerakan literasi baru yang dimaksudkan terfokus pada tiga literasi utama yaitu,
1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia (Aoun, 2017).
Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan
di masa depan atau di era industri 4.0.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yakni diantaranya:
1. Untuk menghadapi Revolusi Industri di Era 4.0: Pendidikan Sains, banyak hal
yang menjadi aspek yang harus ditingkatkan. Untuk menghasilkan SDM yang
mamiliki daya saing tinggi maka harus ditunjang sejak awal dengan
pembelajaran yang mendukung dan tidak hanya berpusat pada pengetahuan
akademik namun penguasaan teknologi pada abad 21 merupakan factor utama
seseorang untuk bersaing dikemudian hari. Baik pendidik maupun peserta
didik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan harus sadar akan
perkembangan yang terjadi didunia.
2. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah khazanah pengetahuan khususnya terkait Revolusi Industri di Era
4.0: Pendidikan Sains dari segi filsafatnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Intan. 2018. Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi Industri
4.0. Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Prasetyo, Hoedi & Sutopo, Wahyudi. 2017. Industri 4.0: Telaah Klarifikasi Aspek
dan Arah Perkembangan Riset. Jurnal Teknik Industri. Vol. 13, No. 1,
Januari 2018.

Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng. 2018. Era Industri 4.0:
Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Suwardana, Hendra. 2017. Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. JATI
UNIK. Vol.1, No.2, Hal. 102-110. ISSN : 2597-6257 (Print). ISSN : 2597-
7946 (Online).

Subekti, Hasan., Taufiq, Mohammad., Susilo, Herawati., Ibrohim., & Suwono,


Hadi. 2018. Mengembangkan Literasi Informasi Melalui Belajar Berbasis
Kehidupan Terintegrasi STEM untuk Menyiapkan Calon Guru Sains
dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Riview Literature.
Education and Human Development Journal. Vol. 3, No. 1, April 2018.

Unilak Magazine. 2018. Facing The Industrial Revolution 4.0: Edisi 4.


Universitas Lancang Kuning.

31

Anda mungkin juga menyukai