Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Clinical Science Session

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Oleh :
Vinda Meydina B 1840312255

Preseptor :
dr. Fachzi Fitri, Sp THT-KL(K),MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

Clinical Science Session

Otitis Media Supuratif Kronik


Vinda Meydina B, Sahyudi Darma Asepti

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Otitis media supuratif kronik (OMSK) ANATOMI TELINGA TENGAH
adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan Telinga tengah berbentuk kubus dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar batasan:
dari telinga tengah yag terjadi terus menerus, atau - Batas luar : membran
hilang timbul dalam rentang waktu lebih dari 2 timpani (gendang telinga)
bulan. OMSK merupakan penyakit multifaktorial, - Batas depan : tuba eustachius
mencakup faktor lingkungan, bakteri, host dan - Batas bawah : vena jugularis
genetik. (bulbus jugularis)
Negara berkembang memiliki angka - Batas belakang : aditus ad
kejadian OMS yang lebih besar dibandingkan antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
negara maju. Pada negara berkembang OMSK - Batas atas : tegmen timpani
biasanya terjadi pada sosial ekonomi rendah, (meningen)
area pedesaan, dan faktor nutrisi kurang. Batas dalam: kanalis semisirkularis
Prevalensi gangguan pendengaran dan ketulian horizontal, kanalis fasialis, tingkap
di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia lonjong, tingkap bundar, dan
tenggara sekitar 16,8%. promontorium.1
Sumber penyakit OMSK ini masih a. Membran timpani
menjadi perdebatan, tetapi sebagian ahli percaya Membran timpani memisahkan liang
bahwa penyakit ini timbul karena proses efusi telinga luar dengan kavum timpani dan
pada telinga tenngah yang berlangsug lama, baik merupakan membran yang memiliki panjang rata-
efusi yang bersifat purulen,serosa, atau mukoid. rata 9-10 mm, diameter antero-posterior rata-rata
Masalah yang akan timbul akibat OMSK adalah 8-9 mm serta ketebalan rata-rata 0,1 mm. Secara
penyurunan pendengaran, mastoiditis, labirinitis, anatomis membran timpani dibagi menjadi dua,
parrese N VII, sampai meningitis atau dapat yaitu bagian atas yang disebut pars flaksida
terjadi abses intrakranial. (membran Shrapnell) dan bagian bawah yang
OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu disebut pars tensa (membran propria). Bagian
tipe aman dan tipe bahaya yang memiliki luar pars flaksida merupakan lanjutan epitel kulit
kolesteatom. OMSK tipe aan adalah proses liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
peradangan yang terbatas pada mukosa, tidak kubus bersilia. Pars tensa memiliki satu lapisan
mengenai tulang pendengaran dan perforasi di lagi pada bagian tengah yang merupakan lapisan
sentral. OMSK tipe bahaya adalah peradangan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
yang disertai kolesteatom, perforasi di marginal elastin.1,2
atau attik. Membran timpani memiliki dua macam
Prinsip penatalaksanaan OMSK adalah serabut yakni sirkuler dan radier yang
erudikasi infeksi dan menutup perforasi. Kedua menimbulkan refleks cahaya berupa kerucut (
hal tersebut sangat penting dalam cone of light ) baik pada telinga kanan (arah jam
penanggulangan OMSK. Terapi OMSK tidak 5) maupun telinga kiri (arah jam 7) yang bermula
jarang memerlukan waktu yang laa dan harus dari umbo (bayangan penonjolan maleus bagian
berulang ulang. Penanggulangan OMSK juga bawah pada membran timpani).1
ditentukan oleh tipe dan fasenya. Kuadran pada membran timpani dibagi
berdasarkan garis yang ditarik dari prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus pada
garis itu di umbo, sehingga membran timpani
terbagi menjadi 4 kuadran yakni kuadran atas-
depan, atas-belakang, bawah-depan, bawah-
belakang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

berhubungan dengan tuba adalah m. tensor veli


palatini, m. elevator veli palatini, m. tensor
timpani, dan m. salpingofaringeus. Tuba
eustachius berfungsi sebagai ventilasi telinga
yaitu mempertahankankan keseimbangan
tekanan udara didalam kavum timpani dengan
tekanan udara luar, drainase sekret dari kavum
timpani ke nasofaring dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke kavum
timpani.2

Gambar 1. Membran Timpani


b. Kavum timpani
Kavum timpani berbetuk bikonkaf dengan
diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Dinding
kavum timpani terdiri atas bagian atap, lantai,
dinding lateral, dinding medial, dinding anterior,
dan dinding posterior. Kavum dibagi menjadi 3
bagian yakni epitimpanum, mesotimpanum, dan
hipotimpanum.2 Kavum timpani terdiri dari :
1. Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus,
stapes).
2. Dua otot.
3. Saraf korda timpani. Gambar 3. Anatomi telinga
4. Saraf pleksus timpanikus d. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi
tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap
mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial
adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus
sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah
ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus
ad antrum yang merupakan suatu pintu yang
besar iregular berasal dari epitisssmpanum
posterior menuju rongga antrum yang berisi
udara, sering disebut sebagai aditus ad antrum. 2
Prosesus mastoid penting untuk sistem
pneumatisasi telinga yakni suatu proses
pembentukan atau perkembangan rongga-rongga
udara didalam tulang temporal, dan sel-sel udara
yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian
dari sistem pneumatisasi yang meliputi banyak
bagian dari tulang temporal.
Gambar 2. Kavum timpani
Telinga tengah bersama dengan tuba
c. Tuba Eustachius
eustachius, aditus antrum dan rongga mastoid
Merupakan tuba yang menghubungkan
disebut sebagai potongan telinga tengah (middle
kavum timpani degan nasofaring. Panjang tuba
ear cleft).3
rata-rata pada orang dewasa adalah 36mm dan
pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5mm. Tuba
eustachius terdiri dari 2 bagian yakni tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang terletak pada bagian
belakang dan pendek (1/3 bagian) sedangkan
bagian tulang rawan terletak pada bagian depan
dan panjang (2/3 bagian). Otot-otot yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

2.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS


2.2.1 Definisi
Otitis media supuratif kronis adalah
infeksi kronis di telinga tengah berlangsung lebih
dari 3 bulan ditandai dengan adanya perforasi
pada membran timpani dan keluarnya cairan
secara terus menerus atau hilang timbul dari liang
telinga. Sekret mungkin encer, kental, bening atau
berupa nanah.1,8 Otitis media supuratif kronis
merupakan infeksi yang lama dan menetap pada
Gambar 4. Middle ear cleft middle ear cleft. Karakteristik OMSK adalah
Mastoid terdiri dari korteks tulang dengan keluarnya cairan dan perforasi permanen dari
“honeycomb” rongga udara didalamnya. membran timpani. Pinggir perforasi ditutupi oleh
Berdasarkan perkembangan dari rongga udara, epitel squamous.5
terdapat tiga tipe mastoid: 2.2.2 Epidemiologi
1. Pneumatik, rongga-rongga udara mastoid Insiden OMSK meningkat pada golongan
terbentuk sempurna. sosialekonomi menengah kebawah, gizi kurang
2. Diplotik, terganggu oleh proses infeksi. atau gizi buruk dan rendahnya edukasi
Hanya terdapat beberapa kelompok sel- kesehatan. OMSK terdapat pada laki-laki maupun
sel yang besar. perempuan dan pada semua umur. Di India,
3. Sklerotik, terdapat tulang yang padat prevalensinya lebih tinggi pada daerah rural
pada daerahmastoid karena aktivitas dibandingkan dengan daerah urban. OMSK
osteoblast yang dirangsang oleh infeksi merupakan penyebab penurunan pendengaran
kronik atau berulang.2,3 pada populasi rural 3,5
e. Persarafan Korda Timpani 2.2.3 Klasifikasi
Sebuah cabang nervus Fasialis OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu5,6 :
memasuki telinga tengah melalui kanalikulus 1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe
posterior, dan berjalan di permukaan medial rhinogen.
membran timpani antara lengan malleus and long Penyakit tubotimpani ditandai oleh
prosess inkus, diatas perlekatan dari tendon adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
tensor timpani. Cabang ini membawa rangsangan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan
rasa dari 2/3 anterior lidah dan menyampaikan keparahan penyakit. Secara klinis penyakit
secremotor fiber ke kelenjar submaksila dan tubotimpani terbagi atas:
sublingual.3 1.1. Penyakit aktif
f. Perdarahan Telinga Tengah Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga
Telinga tengah diperdarahi oleh enam arteri. Dua dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi
arteri utama diantaranya: saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau
1. Cabang anterior timpani dari arteri setelah berenang dimana kuman masuk melalui
maksilaris yang memperdarahi membran liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
timpani. sampai mukopurulen.
2. Cabang stylomastoid branch dari arteri 1.2. Penyakit tidak aktif
aurikula posterior yang memperdarahi Pada pemeriksaan telinga dijumpai
telinga tengah dan rongga mastoid. perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
Empat pembuluh darah minor diantaranya: tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa
1. Cabang Petrosal dari arteri meningeal tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai
tengah. seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh
2. Cabang timpani superior dari artei dalam telinga.
meningeal tengah yang menysuri kanal 2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman
ke otot tensor timpani. = tipe tulang
3. Cabang arteri kanal pterigoid. Pada tipe ini ditemukan adanya
4. Cabang timpani dari carotis interna. kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral
Vena mengalir ke pleksus pterigoid dan sinus lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya
petrosal superior.3 dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe


yaitu:
a. Kongenital
b. Akuisital.
Pada umumnya kolesteatom terdapat
pada otitis media kronik dengan perforasi
marginal. Teori itu adalah :
1. Epitel dari liang telinga masuk melalui
perforasi kedalam kavum timpani dan disini
ia membentuk kolesteatom ( migration teori
menurut Hartmann); epitel yang masuk
menjadi nekrotis, terangkat keatas. OMSK merupakan stadium kronis dari
3. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
ini yang akan menjadi kolesteatom. sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret
4. Mukosa dari kavum timpani mengadakan yang terus menerus. Otitis media nekrotikans,
metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia terutama pada masa anak-anak, menimbulkan
teori menurut Wendt). perforasi pada gendang telinga. Selanjutnya,
5. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh
pars plasida ( attic retraction cholesteatom). dengan membran yang atrofi yang kemudian
Letak perforasi terdiri dari tiga bentuk 6: dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi
1. Perforasi sentral gambaran otitis atelektasis. Hipotesis ini
Lokasi pada pars tensa, sedangkan di mengabaikan beberapa kenyataan yang
seluruh tepi perforasi masih ada sisa menimbulkan keraguan antara lain :
membran timpani. 1. Hampir seluruh kasus otitis media akut
2. Perforasi Marginal sembuh dengan perbaikan lengkap
Sebagian tepi perforasi langsung membran timpani. Pembentukan jaringan
berhubungan dengan anulus atau sulkus parut jarang terjadi, biasanya ditandai oleh
timpanikum. penebalan bukan atrofi.
3. Perforasi atik 2. Otitis media nekrotikans sangat jarang
Terjadi pada pars flasida. ditemukan sejak digunakannya
2.2.4 Etiologi antibiotik.
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai 3. Pasien dengan penyakit telinga kronis tidak
dengan otitis media berulang pada anak, jarang mempunyai riwayat otitis akut pada
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya permulaannya, melainkan lebih sering
berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, berlangsung tanpa gejala dan bertambah
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui secara bertahap, sampai diperlukan
tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang pertolongan beberapa tahun
abnormal merupakan faktor predisposisi yang kemudian setelah pasien menyadari
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan adanya masalah.
Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, 2.2.6 Gejala Klinis3
menyebabkan refluk isi nasofaring yang 1. Otorrhoe. Sifatnya non ofensif, mukoid atau
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di mukopurulen, konstan atau intermitten.
Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti Otorrhoe sering muncul saat infeksi saluran
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated napas atas atau ketika secara tidak sengaja
(seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) masuk air ke dalam telinga.
dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.1,6 2. Pendengaran berkurang. Tipenya adalah
Faktor risiko terjadinya OMSK antara lain7: tipe konduktif. Beratnya bervariasi tapi jarang
 Otitis media akut berulang yang melebihi 50 dB. Terkadang, pasien
 Terapi antibiotik yang tidak adekuat mengalami efek paradoks dimana
 Infeksi traktus respiratori atas berulang pendengarannya terasa lebih baik pada
 Nasal Disease telinga yang berisi sekret dariapda telinga
 Hygiene and nutrisi yang kering (sehat). Hal ini terjadi karena
2.2.5 Patofisiologi “round window shielding effect” yang
dihasilkan oleh sekret yang membantu
mempertahankan fase differential. Pada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

telinga yang kering dan memiliki perforasi, Bila sekret telah kering tetapi peforasi
gelombang suara menabrak oval window masih ada stelah di observasi selama 2 bulan,
dan round window secara simultan, sehingga maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
menunda efek keduanya. Pada kasus yang timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
sudah lama, koklea bisa rusak karena menghentikan infeksi secara permanen,
penyerapan toksin dari oval window dan memperbaiki membran timpani yang perforasi,
round window dan penurunan pendengaran mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
berubah menjadi tipe campuran. pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
3. Perforasi. Selalu sentral, bisa terjadi di pendengaran.
anterior, posterior ataupun inferior dari Bila terdapat sumber infeksi yang
lengan malleus. Bisa kecil, sedang maupun menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
besar atau melebar sampai ke annulus infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus
(subtotal). diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
4. Mukosa telinga tengah. Hal ini terlihat ketika melakukan pembedahan, misalnya
perforasinya besar. Normalnya berwarna adenoidektomi dan tonsilektomi.
pink pucat dan lembab, ketika inflamasi Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah
warnanya akan terlihat merah, udem dan pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
bengkak. Terkadang bisa terlihat polip. terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang
tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang3 dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
1. Pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan ini konservatif dengan medikamentosa hanyalah
dierlukan pada setiap kasus yang merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
membutuhkan informasi mengenai adanya pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
jaringan granulasi, pertumbuhan epitel retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
squamous dari pinggir perforasi, status rantai dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.
ossicular, timanosklerosis dan adhesi.
2. Audiogram. Audiogram memberikan 2.2.9 Komplikasi OMSK6
informasi mengenai derajat penurunan Komplikasi pada otitis media supuratif
pendengaran dan tipenya. Biasanya, tipe kronik terbagi dua yaitu komplikasi intratemporal
konduksi namun sensorineural bisa terjadi. (ekstrakranial) dan intrakranial. Komplikasi
3. Kultur dan uji sensitivitas sekret. intratemporal meliputi mastoiditis, petrositis,
Pemeriksaan ini berguna untuk memilih labirintitis, paresis nervus fasialis dan fistula
antibiotik yang sesuai. labirin. Komplikasi intrakranial terdiri dari abses
4. Foto rontgen mastoid/ CT scan tulang atau jaringan granulasi ekstradural, tromboflebitis
temporal. Mastoid biasanya sklerotik tapi sinus sigmoid, abses otak, hidrosefalus otik,
bisa juga pneumotik dengan air cells yang 8,9,10
meningitis dan abses subdural.
keruh. A. Komplikasi di telinga tengah
1. Perforasi membran timpani persisten
2.2.8 Tatalaksana1 2. Erosi tulang pendengaran
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah 3. Paralisis nervus fasialis
konservatif atau dengan medikamentosa. Bila B. Komplikasi di telinga dalam
sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan 1. Fistula labirin
obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% 2. Labirinitis supuratif
selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka 3. Tuli saraf (sensorineural)
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes C. Komplikasi ekstradural
telinga yang mengandung antibiotika dan 1. Abses ekstradural
kortikosteroid. Secara oral diberikan antibiotika 2. Trombosis sinus lateralis
dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila 3. Petrositis
pasien alergi ampisilin), sebelum hasil ts D. Komplikasi ke susunan safar pusat
resistensi penyebabnya telah resisten diterima. 1. Meningitis
Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya 2. Abses otak
telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan 3. Hidrosefalus
ampisilin asam klavulanat. Saat terjadi komplikasi, gejala biasanya
berkembang dengan cepat. Demam menandakan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

terjadinya proses infeksi intrakranial atau selulitis


ekstrakranial. Edema dan kemerahan di belakang
telinga menandakan terjadinya mastoiditis yang
berhubungan dengan abses subperiosteal. Nyeri
retroorbita berhubungan dengan petrositis.
Vertigo dan nistagmus mengindikasikan
terjadinya labirintitis atau fistula labirin. Paresis
nervus fasialis perifer biasanya ipsilateral dengan
telinga yang terinfeksi yang disebabkan oleh
OMSK dengan kolesteatom. Papil edema terjadi
akibat adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Sakit kepala dan letargi biasanya juga menyertai
komplikasi intrakranial. Meningismus berkaitan
dengan meningitis dan kejang biasanya
diakibatkan oleh abses otak.9,10
DAFTAR PUSTAKA
1. Djafaar ZA, Kelainan telinga tengah. Buku Ajar
Ilmu Kedokteran Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi 7. Jakarta: FK UI 2002. Hlm
62-67
2. World Health organization. Deafness and Hearing
Loss. Switzerland. WHO; 2017.
3. Rye MS, Blackwell JM, Jamiesen SE. Genetic
Susceptibility to otitis media and childhood
laryngoscope. 2012; 127. 665-675.
4. Li JO, Hermansyah A, Ryan AF, Baralokz LO,
Brown SD, Choesemen MR, John SK, Jung TT,
Lim DJ, Danel A : Resient Audience in otitis media
in molecular biology, biochemistry, genetics and
animal models. Otolaryngology head and neck
surgery. 2013;148:552-563.
5. Maniedieba, Adnan, Insanulian, Sharafat,
Pehman, Hussaint. Frequency of Complication in
Chronic Supurative otitis Media. Journal of Saidu
Medical College. 243; 3(2) : 328-330.
6. Oktarina D, Nasution SO. Laki – laki 28 Tahun
dengan Otitis Media Supuratif Kronik Maligna dan
parese Nervus Fasial dan perifer. Fakultas
kedokteran Universitas Lampung. Unila. 2012: 66-
70.
7. Burrows HL, Guidelines for clinical case
ambulatory : otitis media. UMHS : otitis media
guideline 2012.
8. Ahmed Z, Khan TZ, Rahim DU. Otogenic
complications of otitis media : experience at
tertiary care hospital. Pak J Surg. 2016;32(1):49–
53.
9. Sharma N, Ashok A. Complications of Chronic
Suppurative Otitis Media and Their Management :
A Single Institution 12 Years Experience. Indian J
Otolaryngol Head Neck Surg. 2015;67(4):353–60.
10. Arts A, Adam M. Intratemporal and intracranial
complication of otitis media. In: Jonas J, Rosen C,
editors. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology. fifth. Lippincott Williams & Wlkins;
2014. p. 2399–408.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.

Anda mungkin juga menyukai