PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam
pada The Joint Comission Internasional (JCI) for Hospital Accreditation. Hal ini
dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan
pelayanan gizi.(Kemenkes,2013)
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, serta status
rumah sakit adalah pelayanan gizi rawat inap. Pelayanan gizi rawat inap
dan pemeriksaan lainnya sampai pada perencanaan terapi gizi atau diet serta
Masalah gizi klinis adalah masalah yang ditinjau secara individu mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh seseorang yang seharusnya ditanggulangi secara
nutrition related desease pada semua kelompok yang rentan dan ibu hamil, bayi,
anak, remaja, dewasa dan usia lanjut semakin dirasakan perlunya penanganan
1
mempertahankan status gizi optimal sehingga tidak terjadi kurang gizi untuk
Decompensasi Cordis atau Gagal Jantung. Pada anak– anak yang menderita gagal
jantung sering terjadi gangguan tumbuh kembang dan berat badannya tidak mau
naik. Keadaan ini dapat disebabkan karena serangan sesak , gangguan absropsi
makanan karena penurunan perfusi darah ke usus dan infeksi yang menyertai
gagal jantung kongestif. (Widoyoko, 2011) Hal ini jika dibiarkan akan berdampak
pada status gizi pasien, sehingga perlu dilakukannya proses asuhan gizi terhadap
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengkaji studi kasus dengan
Decompensasi Cordis di Ruang Rawat IPA Kelas III RSUP DR. M. Djamil
B. Rumusan Masalah
Bagimanakah penatalaksanaan asuhan gizi terstandar pada pasien rawat inap
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui, memahami dan mampu melaksanakan kegiatan
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan anamnesa gizi pasien
b. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa gizi pasien
2
d. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan zat gizi pasien
e. Mahasiswa mampu mempreskripsikan diet yang dijalankan pasien
f. Mahasiswa mampu memonitoring dan menilai perkembangan asupan
gizi pasien, status gizi pasien, pemeriksaan fisik dan klinis serta hasil
laboratorium pasien
D. Manfaat
1. Bagi Instalasi Gizi
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai penatalaksanaan diet
dapat menerapkan diet dengan baik di dalam maupun di luar rumah sakit
wawasan dalam melakukan studi kasus dan dapat menerapkan ilmu yang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang mana jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Pada stadium awal gagal jantung, berbagai
normal atau cadangan jantung. Ketika mekanisme ini menjadi tidak efektif,
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
dan bendungan di sistem vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif
untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
kemampuan kerja fisis atau effort intolerance, retensi cairan, dan memendeknya
4
umur hidup atau reduced longevity. Termasuk di dalam kedua batasan tersebut
adalah suatu spektrum fisiologi klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya
daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau
terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif (misalnya
pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau volume overload
dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi,
tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal aliran balik vena
meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel.
Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah
pengisian dan ejeksi ventrikel atau perikarditis konstriktif dan temponade jantung.
Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada
5
setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di
dalam sarkomer atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Jaya, 2013)
aldosteron
3. Hipertrofi ventrikel.
dari saraf saraf adrenergik jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi
volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah
metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat
6
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian
peristiwa :
angiotensin I
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
yang mengakibatkan gagal jantung, sarkomer dapat bertambah secara paralel atau
serial. Respon miokardium terhadap beban volume, seperti pada regurgitasi aorta,
D. Manifestasi Klinis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sistem vena atau sistem
1. Lelah
2. Angina
3. Cemas
4. Oliguri
5. Penurunan aktifitas GI
6. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara
lain :
1. Dyppnea
2. Batuk
3. Orthopea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1. Edema perifer
7
2. Distensi vena leher
3. Hati membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)
E. Komplikasi
Komplikasi dari Decompensasi cordis adalah: (Jaya, 2013)
1. Syok kardiogenik
2. Episode tromboemboli.
3. Efusi dan tamporiade pericardium
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut
pembesaran jantung
4. Esho-cardiogram, gated pool imaging, dan katerisasi arteri polmonal utuk
dan dapat merusak fungsi jantung. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan
keras.
2. Hipertensi
Yaitu meningkatnya tekanan darah sistolik karena pembuluh darah tidak
8
Yaitu mengendapnya kolesterol dalam pembuluh darah jantung koroner
6. Ketegangan jiwa/stres
Stres terjadi bias meningkatkan aliran darah dan penyempitan pada
jantung
9
2) Mengurangi retensi garam/air bila ada edema dan menurunkan
hipokalemia
7) Cairan (bersifat individual) berdasarkan derajat kelainan jantung,
10
memantau balans cairan (masukkan dan keluaran) dan memeriksa
diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila
hari.
2) Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk Makanan Lunak dan Biasa.
pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertau
rendah garam. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat
lain.
4) Diet Jantung IV
11
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet
diberikan sebagi perpindahan dari diet jantung III atau kepada
pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung IV rendah garam.
Diet ini cukup energi dan zat lain kecuali kalsium. (Instalasi Gizi
Perjan RSCM, 2013)
12
Lemak dan minyak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarin, mentega kelapa sawit, santan kental
dalam jumlah terbatas dan
tidak untuk menggoreng
tetapi untuk menumis,
kelapa atau santan encer
dalam jumlah terbatas
Minuman Teh encer, coklat dan sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda
Bumbu Semua bumbu selain bumbu Cabe rawit dan bumbu lain
tajam dalam jumlah terbatas yang tajam
Sumber : Instalasi Gizi Perjan RSCM, 2013
tertentu, atau perwujudan dari keadaan gizi dalam bentuk variabel tertentu. Dalam
menentukan status gizi perlu dilakukan penilaian status gizi. Penilaian status gizi
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa, 2001)
b. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
(Supariasa, 2001)
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
(Supariasa, 2001)
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsusmi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
(Supariasa, 2001)
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
2001)
c. Faktor Ekologi
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
14
Dalam penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan grafik
pertumbuhan, grafik yang digunakan ialah grafik WHO 2006 dan grafik Center
for Disease Control (CDC) 2000. Dalam penentuan status gizi dilakukan
berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan
(TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006
untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5
tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai
2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk
grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik
BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan smoothing NCHS 1981. (IDAI,
2011)
Tabel 2.2
Kriteria Status Gizi dengan Grafik CDC 2000 Menurut Waterlow
Kriteria Nilai
Obesitas > 120%
Overweight 110 – 120%
Gizi Baik 90 – 110%
Gizi Kurang 70 – 90%
Buruk < 70%
Sumber : Rati, 2012
(Rumapea,2014)
1. Tentukan terlebih dahlu umur anak dalam bulan, jika umur anak > 16 hari
15
3. Pada grafik CDC 2000, lihat sumbu vertikal atas panjang/tinggi badan,
tanda titik.
4. Dari tanda titik pada garis persentil 50 grafik panjang/tinggi lanjutkan
kiri menuju sumbu vertikal bawah berat badan dan beri tanda silang.
6. Baca sekala berat badan seharusnya pada sumbu vertikal bawah berat
badan.
7. Tentukan median berat badan/tinggi badan dalam persentil dengan rumus:
16
BAB III
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama :Z
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Minang
Alamat : Payakumbuh
B. Data Subjektif
1. Riwayat Gizi
a. Riwayat Gizi Dahulu
Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Pasien jarang makan pagi di
rumah, karena itu ibu pasien sering membuatkan Energene rasa kacang
sekitar rumah.
17
Saat di rumah, setiap makan, pasien biasanya dapat menghabiskan nasi
potong lauk nabati dan satu sendok makan (10-15 gram) sayur. Pasien
kurang suka makan sayur. Ibu pasien sering membuatkan lauk hewani
berupa daging ayam, ikan nila dan ikan teri yang diolah dengan cara
tidak mau makan jika tidak ada cabe pada makanannya. Pasien makan
buah 2 kali dalam seminggu. Buah yang sering dikonsumsi pasien adalah
jeruk manis. Untuk konsumsi cairan pasien di rumah cukup baik. Pasien
baik karena pasien tidak menghabiskan makanan dari rumah sakit dan
hanya dapat menghabiskan 50% nasi, 20% lauk hewani, 50% lauk nabati
dan 10% sayuran serta 1 porsi buah dari makanan yang diberikan. Hal ini
selain itu kebiasaan makan pasien di rumah yang selalu tersedianya cabe
makanan cair 4x250 cc dari rumah sakit yang terdiri dari 20 gram susu
skim dan 20 gram gula pasir untuk setiap 250 cc. Dari makanan cair yang
diberikan, pasien hanya mampu menghabiskan 2-3 x 250 cc saja. Hal ini
18
dikarenakan kurangnya informasi kepada keluarga pasien dan pasien
ingin saja. Konsumsi cairan pasien di rumah sakit sudah baik. Biasanya
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Payakumbuh.
dipengaruhi oleh aktifitas, sesak napas bertambah sejak 1 bulan yang lalu
bertambah sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan
timbul. Pasien tampak pucat sejak ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti yang diderita
19
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Pasien telah
mendapat imunisasi dasar lengkap saat ia balita. Saat ini pasien seorang
Rp1.500.000,-/bulan.
C. Data Objektif
1. Antropometri
Umur : 10 tahun 5 bulan
Berat Badan : 24 kg
Tinggi Badan: 137 cm
Berat Ideal : 31 kg
BB/U : 24/33 x 100% = 72,7 %
TB/U : 137/140,5 x 100% = 97,5 %
BB/TB : 24/31 x 100% = 77,42 %
Tabel 3.1
Penilaian Pemeriksaan Klinis
Tabel 3.2
20
Penilaian Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium Khusus
D. Diagnosa
1. Diagnosa Medis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, klinik dan laboratorium pasien
di diagnosa mengalami Dekompensasi Cordis Fungsional Kelas III ec
Penyakit Jantung Rematik.
2. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake
NI 2.1 Asupan energi, protein dan karbohidrat tidak adekuat
berkaitan dengan pola makan yang tidak baik ditandai dengan asupan
21
makan pasien sebelum masuk rumah sakit yaitu energi 77,4%, protein
makan kurang dan pola makan kurang baik ditandai dengan BB/TB
masuk rumah sakit yaitu energi 77,4%, protein 69,6% , lemak 122%
kerja jantung
b. Menaikkan berat badan pasien guna mencapai status gizi normal
c. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait makanan dan
22
5) Makanan yang diberikan tidak menggunakan cabe dan bumbu yang
merangsang
6) Makanan diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak
= 1.550 kkal
= 232,5 kkal : 4
= 58,125 gram
= 310 kkal : 9
= 34,4 gram
= 1.007,5 kkal :4
= 251,875 gram
23
5. Perencanaan Menu
Perencanaan menu untuk pasien direncanakan dengan pemberian 3 kali
makanan utama terdiri dari makan pagi, makan siang dan makan sore serta
3 kali makanan cair 3x200 cc pada pukul 10.00, 15.00, dan 21.00. Untuk
makan pagi terdiri dari 150 gram nasi, 40 gram ikan/penukar lauk hewani,
50 gram sayuran dan 110 gram pepaya/penukar buah. Pada pukul 10.00
pasien mendapatkan makanan cair 200 cc berupa susu yang terdiri dari
susu bubuk fullcream 20 gram dan gula pasir 25 gram. Pada makan siang
terdiri dari 150 gram nasi, 40 gram ikan/penukar lauk hewani, 25 gram
buah. Pada pukul 15.00 pasien mendapat makanan cair 200 cc kembali
berupa susu dengan komposisi yang sama dengan pemberian pada pukul
10.00. Makan sore terdiri dari 150 gram nasi, 40 gram ikan/penukar lauk
makanan cair 200 cc kembali berupa susu dengan komposisi yang sama
Gizi pada hari pengolahan. Menu yang disusun sesuai dengan prinsip dan
syarat diet penyakit jantung. Perencanaan menu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.3
Perencanaan Menu
Waktu Menu
Pagi Nasi Putih
07.30 wib Sup Daging
Tumis Wortel
Pepaya
24
10.00 wib Susu Fullcream
Siang Nasi Putih
12.00 wib Ayam Panggang Bumbu Kecap
Pepes Tahu
Bening Bayam
Pisang Ambon
15.00 wib Susu Fullcream
Sore Nasi Putih
16.30 wib Ikan Gulai Masin
Tempe Kukus
Tumis toge
Jeruk Manis
21.00 wib Susu Fullcream
Konseling dilakukan pada hari kedua studi kasus yaitu tanggal 4 Maret
Metode : Konseling
Media : Leaflet
Materi :
syarat diet
- Menjelaskan penggunaan bahan makanan penukar
Waktu : ± 45 menit
25
7. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 3.4
Indikator Monitoring dan Evaluasi
untuk melihat daya terima dan kepatuhan pasien terhadap diet yang
diberikan.
b. Status Gizi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengukuran berat badan
dilakukan dari awal studi kasus hingga akhir studi kasus untuk melihat
akhir pengamatan.
26
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Anamnesa Gizi
1. Asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Anamnesa asupan pasien sebelum masuk rumah sakit dilakukan melalui
wawancara food recall 1x24 jam. Berdasarkan hasil wawancara tersebut
didapatkan gambaran asupan pasien pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Penilaian Asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Hasil Food % Pemenuhan
Asupan Kebutuhan
Recall Kebutuhan
Energi 1.285,02 kkal 1.659,21 kkal 77,4%
Protein 42,7 gram 62,22 gram 69,6%
Lemak 45 gram 36,87 gram 122%
hanya dua kali sehari dan hanya dapat menghabiskan nasi sebanyak 3
sendok nasi dengan 1 potong lauk hewani, ½ potong lauk nabati dan satu
sendok makan (10-15 gram) sayur setiap satu kali makan. Sedangkan
digoreng.
Pengukuran berat badan pada pasien dilakukan pada awal pengamatan dan
akhir pengamatan yang berguna untuk menentukan status gizi pasien. Untuk
pengukuran berat badan menggunakan bad room scale dengan ketelitian 1 kg.
28
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengukuran berat badan diawal
hasil kedua pengukuran tersebut untuk melihat perubahan berat badan pasien.
Tabel 4.2
Penilaian Perkembangan Status Gizi Pasien
Berat Badan Tinggi %
Pengamatan (kg) Badan BB/TB
(cm)
Awal Pengamatan 24 137 77,4%
(2 Maret 2016)
Akhir Studi kasus 24 137 77,4%
(5 Maret 2016)
Akhir 24 137 77,4%
Pengamatan
(9 Maret 2016)
berat badan pasien selama studi kasus, hal ini dikarenakan akibat kondisi
Tabel 4.3
Penilaian Perkembangan Klinis
Pengamatan
Awal 3 Maret 4 Maret 5 Maret
Pengkajian 206 2016 2016
Pemeriksaan
Kesadaran Sadar Sadar Sadar Sadar
Suhu Tubuh 36,5°C 36,90C 36,20C 36,60C
Nadi 120 kali 93 94 92
/menit kali/menit kali/menit kali/menit
Pernapasan 34 kali / 19 21 22
menit kali/menit kali/menit kali/menit
Tekanan Darah 100/60 90/60 90/60 100/60
29
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan dan
120/80 mmHg.
Selain itu nadi pasien sudah normal, dilihat dari tabel di atas adanya
kali/menit. Dari segi kesadaran, pasien selama studi kasus selalu dalam
ditanyakan.
untuk melihat perkembangan penyakit dari awal masuk atau sampai akhir
Untuk nilai hemoglobin dan hematokrit pasien masih rendah dari nilai
30
rujukan. Trombosit pasien selama pengamatan mengalami penurunan dari
nilai leukosit pasien mulai menurun menuju nilai rujukan walaupun masih
dinyatakan tinggi, hal ini menandakan infeksi yang diderita pasien sudah
mulai berkurang.
2 hari menu yang diolah oleh Instalasi Gizi dan 1 hari menu yang diolah
oleh Instalasi Gizi yang digarnish oleh mahasiswa supaya dapat menarik
daya terima dan kepatuhan pasien terhadap diet yang diberikan. Hasil
Tabel 4.5
Persentase Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Kebutuhan Energi Protein Lemak Karbohidrat
1.550 58 34 251,8
% % % %
Pengamatan Kkal gram gram gram
Ke-1 (3 Maret 2016) 1.697,05 109,5 45,3 78 36 106 297,75 118
Ke-2 (4 Maret 2016) 1.626,75 105 60,95 105 36,95 108,6 277,85 110
Ke-3 (5 Maret 2016) 1.607,15 104 57,05 98,4 37,77 110 277,85 110
Total 4.930,95 - 163,3 - 110,72 - 853,45 -
Rata-rata 1.643,65 106 54,4 94 35,9 108,5 284,48 112,7
pertama lebih tinggi dari hari kedua dan ketiga dikarenakan pada hari
gemplang yang dibeli oleh ibu pasien. Asupan protein hari kedua melebihi
31
kebutuhan dikarenakan pada hari tersebut, pasien mendapat makanan
selain yang didapatkan di rumah sakit seperti ikan nila goreng dan kerupuk
bawang. Pada hari ketiga pasien tidak mendapat lauk hewani selain dari
membahas mengenai asupan makanan pasien, porsi makan yang harus dihabiskan
oleh pasien, makanan yang tidak dianjurkan dan dianjurkan terkait penyakit yang
Konsultasi gizi dilakukan pada hari kedua kegiatan studi kasus. Kegiatan
konsultasi gizi dilakukan dengan pasien dan keluarga pasien. Kegiatan konsultasi
yang dilakukan antara lain menjelaskan tujuan diet yang diberikan, kebutuhan
pasien, makanan yang dianjurkan atau tidak dianjurkan untuk diberikan kepada
pasien terkait dengan kondisi patologisnya. Pasien dan keluarga memiliki minat
dan keingintahuan terkait informasi gizi yang diberikan. Hal ini dapat dilihat
melalui beberpa pertanyaan yang diajukan pasien dan keluarga pasien mengenai
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab IV maka dapat ditarik
sakit yaitu energi 77,4%, protein 69,6%, lemak 122% dan karbohidrat 67,32%
2. Berdasarkan pengukuran status gizi dengan menggunakan grafik CDC 2000,
pasien mengalami status gizi kurang karena nilai BB/TB = 77,4% dan BB/U
= 72,7%
3. Berdasarkan hasil pengkajian data pasien, didapatkan diagnose gizi sebagai
berikut:
a. Asupan oral pasien in adekuat berkaitan dengan pola makan yang tidak
baik ditandai dengan asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit
kurang dan pola makan kurang baik ditandai dengan BB/TB 77,4% dan
BB/U 72,7%,
c. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien terkait makanan dan
yang tentang gizi ditandai dengan asupan makan pasien sebelum masuk
rumah sakit yaitu energi 77,4%, protein 69,6%, lemak 122% dan
karbohidrat 67,32%
4. Kebutuhan asupan pasien di rumah sakit yaitu energi 1.550 kkal, protein 58
Jantung 1.000 kkal dengan frekuensi pemberian 3 kali makanan utama biasa
33
pada pagi, siang dan sore hari serta 3 kali makanan cair 200 cc pada pukul
34