Disusun Oleh
Maria I. E. Ndiwa, S. Ked
(1408010060)
Pembimbing :
dr. I Ketut Agus Sunatha, Sp.OG (K) FER
Laporan kasus ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
PembimbingKlinik
Ditetapkan di : Kupang
Waktu : Maret 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus dengan judul “Mioma Uteri dengan Infertil” sebagai salah satu
tugas di SMF / Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana, RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada dr. I Ketut Agus Sunatha, SpOG (K) FER selaku
pembimbing klinik dan teman-teman yang telah membantu memberikan
masukkan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan
ini. Besar harapan penulis agar Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
PENDAHULUAN
atau lebih melakukan hubungan seksual minimal 2-3 kali seminggu secara teratur
global memperkirakan adanya kasus infertil pada 48.5 juta pasangan.. Sedangkan
diperkirakan ada3,5 Juta pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut
pasangan diIndonesia.
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi yang
menyebabkan infertilitas dari faktor istri 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-lain
dan tidak diketahui 15%. Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok, yaitu gangguan ovulasi, gangguan tuba dan pelvis dan
terjadi pada wanita infertil adalah masalah pada uterus. Miome uteri menempati
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 3 jenis antara lain, mioma
1
submukosa, mioma intramural dan mioma subserosa. Pengaruh Mioma pada
bertambah, serta kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak subrosum, menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma
yang letaknya di serviks, inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma
yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma dan
intramural.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dalam kepustakaan dikenal
juga istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid.(1) Mioma uteri berbatas tegas,
tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri
lunak jika otot rahimnya yang dominan.(2) Matthew Baille adalah orang pertama
yang mendeskripsikan mioma pada 1793. Mioma terutama terdiri dari sel otot
kaya akan serat kolagen, serat saraf, dan pembuluh darah. Kadang-kadang,
pembentukan bidang atau jarak yang jelas antara mioma dan pseudokapsul, dan
3
lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian
2.1.2. Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif,
tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti.(3) Mioma uteri belum pernah
kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan
juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat
40% pada usia lebih dari 35 tahun.(4) Insidensinya 3-9 kali lebih banyak dari ras
kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama 5 dekade terakhir,
ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. (3)
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan pada usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi
penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik
yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor
ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri
4
2.1.3. Klasifikasi
berdasarkan lokasinya.
polip, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi serta nekrosis sehingga resiko
mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada
mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
histerektomi.
Mioma yang terdapat pada dinding uterus diantara serabut miometrium. Sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Apabila masih kecil, tidak merubah
bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang – kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
5
rahim dapat besar (jaringan ikat dominan), dapat lunak (jaringan otot rahim
dominan).
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu masa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
berkisar sekitar 1% banyak mioma kecil tidak dikenal. Dalam banyak kasus
kombinasi mioma uteri dan kehamilan tidak mempunyai arti apa-apa. Dipihak lain
kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar artinya. Hal itu
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu
mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.
(11)
Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan . Pada usia
6
sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi,
serta akan turun pada usia menopause.(12). Pada wanita menopause mioma uteri
b. Riwayat Keluarga
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
d. Paritas
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil
atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.(14)
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
7
mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi resiko
2.1.5. Etiologi
uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon
uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat
juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu
juga jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama
banyak sekali mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor,
proliferasi.
8
dari mioma uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada
Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara otot polos miometrium. Sel-
sitogenik yang utama termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14, trisomi
mioma:
a. Estrogen
9
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri
akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri
b. Progesteron
c. Hormon Pertumbuhan
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan
estrogen.(10)
2.1.6. Patogenesis
Terjadinya Mioma uteri diduga karena adanya sel – sel yang belum matang
10
terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginan lama dan
banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginan lama dan banyak akan terjadi
resiko kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada
Perempuan nulipara memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya mioma uteri
mioma uteri. Pukka dan kawan- kawan melaporkan bahwa jaringan mioma uteri
bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini berkaitan
dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron. Meyer dan De Snoo
mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest atau genitoblas.
Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil penelitian Miller dan Lipschutz yang
mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantung pada sel-sel otot imatur
yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen.(1)
11
2.1.7. Gambaran Klinis
Gejala klinis hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir sebagian
tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan
bagian bawah.
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka
sulit untuk dikoreksi dengan suplemen zat besi. Perdarahan pada mioma
tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau
trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan
kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea
miometrium.
12
c. Nyeri
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proes
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya
sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
d. Efek Penekanan
tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum.
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri
13
dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan
massa tumor. Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma
dilakukan miomektomi.(16)
2.1.8. Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa
menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya
riwayat pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan
perdarahan kontak.(7)
b. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa
c. Pemeriksaan penunjang
1. Temuan Laboratorium
14
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
2. Imaging
Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
pembesaran uterus.
memberitahukan lokasi akurat mioma submukosa dan batas yang jelas dari
mioma bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat melihat distorsi
jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI,
mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
15
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
2.1.9. Tatalaksana
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
b. Medikamentosa
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
c. Operatif
arteri uterus.
16
- Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat
2.1.10. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Torsi
tangkai mioma biasanya terjadi pada Mioma uteri subserosa dan Mioma uteri
submukosa
17
c. Pengaruh timbal balik mioma dan kahamilan:
prematuritas dan kelainan letak , Inersia uteri, Gangguan jalan partum, perdarahan
post partum, dan Retensi plasenta. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri:
2.1.11. Prognosis
18
2.3. Infertilitas
2.3.1. Definisi
tanpa kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer (18). Infertilitas
meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil normal.
2.3.2. Prevalensi
infertilitas mencapai 48,5 juta pasangan, 21,5 juta diantaranya merupakan kasus
primer terjadi pada 5.5-5.9% wanita yang sudah menikah dengan umur lebih dari
40 tahun. Angka ini menjadi lebih tinggi pada wanita yang sudah menikah pada
19
2.3.3. Etiologi
Faktor perempuan,
kelompok, yaitu:
ini .
o Gangguan tuba dan pelvis, kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi
infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa. Dari studi yang telah
20
endometriosis dapat mengganggu pelepasan oosit dari ovarium serta
Faktor laki-laki
o Kelainan endokrin
o Kelainan genetik
o Faktor imunologi
lain(20):
21
terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan
pestisida.
2.3.5. Diagnosis
Anamnesis
pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau minum,
minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau salah satunya
Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid
yang normal jika berada dalam kisaran antara 21-35 hari. Sebagian besar
perempuan dengan siklus haid yang normal akan menunjukkan siklus haid yang
berovulasi untuk mendapatkan rerata siklus haid perlu diperoleh informasi haid
dalam kurun 3-4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah keluhan
nyeri haid setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas
fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri saat
haid terjadi. Perlu dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang
dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat ovulasi secara tepat, maka
22
dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan senggama secara teratur dengan
Pemeriksaan Fisik
dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).
Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25kg/m2 termasuk dalam
kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sindrom
penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis
seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker, atau masalah kesehatan jiwa seperti
abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki
yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan ovulasi :
ovulasi
23
Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami
direkomendasikan
kehamilan.
24
o Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
sensitif
25
o Penilaian lendir serviks pasca senggama
dibawah 3 tahun.
kehamilan.
laparaskopi.
26
menggambarkan adhesi
pelvis
terbukti
Memungkinkan dilakukan
terapi sekaligus
keputusan klinik. National Institute for Health and Clinical Excellence in the UK
pemeriksaan yang penting sebagai berikut : analisis semen, penilaian ovulasi dan
pada kecurigaan adanya endometriosis berat, perlekatan organ pelvis atau kondisi
o Histeroskopi
27
HSG sama akuratnya dengan histeroskopi dalam hal diagnosis. Peran
bahwa uterus dan endometrium perlu dinilai sejak awal pada pasien
o Laparoskopi
28
tuba. Tindakan laparoskopi diagnostik pada pasien infertilitas idiopatik
tidak dianjurkan bila tidak dijumpai faktor risiko patologi pelvis yang
2.3.6. Tatalaksana
WHO kelas I
Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan
Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada kelompok ini adalah
WHO kelas II
Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara
pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen sitrat), tindakan
rasa tidak nyaman di perut, serta kehamilan ganda. Pada pasien SOPK dengan
IMT > 25, kasus resisten klomifen sitrat dapat dikombinasi dengan metformin
29
drilling ovarium per-laparaskopi dengan tujuan menurunkan kadar LH dan
androgen adalah suatu tindakan bedah untuk memicu ovulasi perempuan SOPK
Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium
(WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap
pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada
pasangan yang menderita gangguan ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan
WHO kelas IV
teratasi.
peningkatan laju kehamilan pada tindakan hidrotubasi pasca operasi (OR 1.12;
95% CI 0.57 to 2.21), hidrotubasi dengan steroid (OR 1.10; 95% CI 0.74 to 1.64),
atau hidrotubasi dengan antibiotik (OR 0.67; 95% CI 0.30 to 1.47). Tindakan
bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba derajat ringan dapat
2.3.6.3.Tatalaksana Endometriosis
nyeri namun belum ada data yang menyebutkan bahwa pengobatan dapat
30
meningkatkan fertilitas. Beberapa penelitian acak melaporkan bahwa penggunaan
endometriosis derajat ringan sampai sedang. Penelitian acak yang dilakukan pada
dalam 1-2 tahun sama dengan laju kehamilan bila diberikan agonis GnRH selama
6 bulan. Review sistematik dan meta analisis 16 penelitian acak yang dilakukan
pengobatan (OR 0.74; 95% CI 0.48 to 1.15) atau dengan danazol (OR 1.3; 95% CI
0.97 to 1.76).
a) Manajemen Ekspektatif
31
b) Klomifen Sitrat
pada hari ke-2-6 siklus haid. Pemantauan folikel dengan USG transvaginal
terjadwal dari hari ke-12 siklus haid. Pada kejadian di mana dicurigai
dijadikan dasar dalam pertimbangan risiko dan manfaat. Studi RCT yang
bahwa kelahiran hidup pada kedua grup tidak jauh berbeda (OR 0.79, 95%
CI 0.45 dan 1.38). Hal ini menunjukkan tidak ada manfaat yang diperoleh
32
ovulasi juga tidak menunjukkan adanya manfaat (OR 1.55, 95% CI 0.58 to
4.60).
c) Inseminasi Intrauterin
motil dalam uterus dan menempatkan sperma dalam jarak yang dekat
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama
dikatakan sebagai infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk
33
Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor non organik maupun faktor organik.
masalah pada uterus, apabila terdapat kelainan pada serviks, kavum uteri, maupun
Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus yang berasal dari peningkatan
fertilitas kemungkinan terkait dengan sumbatan pada tuba, sumbatan pada kanalis
34
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. CA
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Alamat : Penfui
No. RM : 508424
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah yang dirasakan terutama saat
datang bulan. gejala sudah dirasakan sejak lama namun pasien merasa keluhan ini
pada ovarium kiri dan kanan serta perlengktan dengan omentum dan usus besar
35
sehingga operasi dilanjutkan dengan laparatomi kistektomi bilateral, miomektomi
Prof. Dr. W.Z. Johannes selama 4 hari. Selama masa perawatan post-op, tidak
keluhan istimewa yang dikeluhkan pasien. Pasien hanya mengeluh nyeri pada
Pasien juga di diagnosa dengan infertil primer karena setelah menikah dengan
suami selama 4 tahun, pasien belum pernah memiliki anak walaupun pasien tidak
Ukuran 10cm x10 cm, kista ovarium Sinistra dengan uk 10 cmx5cm dan kista
ovarium dextra dengan uk 10cmx10 cm, perlengketan dengan omentum dan usus
besar
Riwayat mioma uteri pada saudara/I kandung (-), riwayat infertil pada saudara/I
kandung (-)
Riwayat Obstetri:
Menarche : usia 13 tahun, Siklus haid: teratur, selama 28 hari, Keluhan saat
haid: Nyeri perut bagian bawah, haid berlangsung selama 4-5 hari
36
Menikah sebanyak 1 kali, menikah sejak usia 32 tahun (4 tahun lalu).
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
BB : 48 kg
TB : 157 cm
Suhu : 36,50C
Abdomen :
37
3.4 Pemeriksaan penunjang
3.5 Diagnosis
38
BAB 4
PEMBAHASAN
Kupang. Pasien sudah menikah 4 tahun dan belum memiliki anak. Pasien datang
mengeluh nyeri perut bawah yang dirasakan terutama saat datang bulan, mual (-),
dengan ukuran 10 x 10cm, kita ovari bilateral dengan uk ±10x10 cm serta terdapat
perlengketan dengan omentum dan usus besar. Pasien dirawat selama 4 hari
setelah post-op. Gejala yang dikeluhkan selama perawatan post-op ialah nyeri
Gejala klinis hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Berbagai keluhan
penderita dapat berupa benjolan di perut bagian bawah, pada 30% penderita yang
bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila
berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi
dengan suplemen zat besi, nyeri terkait dengan proes degenerasi akibat oklusi
pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya
untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri, penekanan organ sekitar,
39
gejala klinis saja karena gejala klinis yang dimiliki oleh mioma uteri juga dimiliki
oleh penyakit lain. Histeroskopi merupakan gold standard untuk mioma uteri.
jelas dari mioma bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat melihat distorsi
visualisasi langsung, tindakan terapi yang terus menerus dan komplikasi minimal.
(Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri uterina dengan butiran
polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke
ganas, Torsi tangkai mioma, dan efek terhadap kehamilan yaitu Infertilitas,
Abortus, Persalinan prematuritas dan kelainan letak , Inersia uteri, Gangguan jalan
partum, perdarahan post partum, dan Retensi plasenta. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya
40
BAB 5
KESIMPULAN
keluhan pasien nyeri perut bawah serta rencana op laparaksopi diagnostik .Pasien
sudah menikah 4 tahun menikah dan tidak memiliki anak, dilakukan anamnesis,
41
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo
ginekologi.Jakarta.Hipokrates
Prawirohardjo
Medika. Jakarta.
7. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid kedua .
Sarwono Prawirohardjo.
42
12. Ganong, Williams F (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteranedisi 2. Jakarta
: EGC.
13. Joedosapoetro, MS. (2005) Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan
15. Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric
16. Uterine fibroids. Stewart EA. Lancet. 2001.Center for Uterine Fibroids,
17. DeCherney AH, Nathan L. Goodwin TM, Laufer N. Current .Diagnosis and
18. Datta J, Palmer MJ, Tanton C, Gibson LJ, Jones KG, Macdowall W, et al.
Prevalence of Infertility and Help seeking among 15 000 women and men.
2016;31(9):2108–18.
2013;3(4):95–106
Jakarta; 2015
43