Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Etiopatogenesis

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir
(shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang disebabkan oleh kegagalan tulang menahan
tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

 Trauma Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan lagsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan.

 Trauma Tidak Langsung


Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkat atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Fraktur terjadi apabila ada sesuatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur
ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kekuatan), intrinsic meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energy trauma, kelenturan,
kekuatan adanya densitas tulang-tulang yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang
bermacam-macam, antara lain trauma langsung dan tidak langsung, akibat keadaan patologi
serta secara spontan.
2.2 Gejala Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan


ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna:11,12,13
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang
normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan
normal serta fragmendistal dalam posisi eksorotasi dan aduksi.
4. Krepitasi (derik tulang) yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera.
6. Nyeri hebat di tempat fraktur.
7. Rotasi luar dari kaki lebih pendek.
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, pemeriksaan sinar-x pada pasien.5

2.3 Pemeriksaan radiologi

Pada pemeriksaan radiologi fraktur femur perlu diperhatikan beberapa hal:

Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x proksimal femur posisi
AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur collum femur. Dua hal yang harus
diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah terjadi pergeseran. Pergeseran dinilai dari
bentuk yang abnormal dari outline tulang dan derajat ketidaksesuaian antara garis trabekula
di kaput femur, collum femur, dan supra-asetabulum dari pelvis. Penilaian ini penting
karena fraktur terimpaksi atau fraktur yang tidak bergeser akan mengalami perbaikan
setelah fiksasi internal, sementara fraktur dengan pergeseran memiliki angka nekrosis
avaskular dan malunion yang tinggi.3,4
Magnetic resonance imaging (MRI) saat ini merupakan pilihan pencitraan untuk
fraktur tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak nampak di radiografi biasa. Bone scan atau
CT scan dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi MRI.3,4
2.4 Penatalaksanaan
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis13,14
• Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manipulasi dan traksi manual.
• Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
• Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam yang
dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah
fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna
dapat digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.8
Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan reduksi dan
imobilisasi.5

2.5 Komplikasi

Komplikasi dari fraktur femur cukup beragam tergantung lokasi dan tingkat keparahan
fraktur. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain6,7,8 :

1. Infeksi
Pada kasus fraktur terbuka, dimana tulang merobek jaringan kulit, ada
kemungkinan resiko infeksi. Resiko infeksi ini dapat berkurang dengan pemberian
antibiotik.
2. Permasalahan dalam penyembuhan tulang
Jika pada proses penyembuhan angulasi tulang tidak baik serta timbul iritasi pada
bagian tulang yang patah akibat terjadinya infeksi, proses penyembuhan tulang dapat
terhambat bahkan membutuhkan terapi operatif lebih lanjut.
Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan
tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak
menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.
Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis
pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus
diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

3. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf paska fraktur femur terbilang jarang, namun kerusakan saraf pada
fraktur femur dapat menyebabkan mati rasa serta kelemahan yang persisten.
4. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen jarang terjadi pada fraktur femur, namun ini dapat terjadi
sehingga resiko terjadinya sindrom kompartemen harus selalu diantisipasi. Sindrom
kompartemen terjadi akibat kompresi nervus, pembuluh darah, dan otot di dalam spatium
tertutup atau kompartemen di dalam tubuh. Sindrom kompartemen terjadi pada tungkai
yang mengalami inflamasi dan perdarahan selama trauma yang sering diasosiasikan
dengan fraktur. Jika sindrom kompartemen terjadi, maka dibutuhkan tindakan bedah
segera.
Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan untuk identifikasi dini terjadinya
sindrom kompartemen:
a. Sindroma kompartemen dapat timbul perlahan dan berakibat berat
b. Dapat timbul pada ekstremitas karena kompresi atau remuk dan tanpa cedera luar
atau fraktur yang jelas
c. Reevaluasi yang sering sangat penting
d. Penderita dengan hipotensi atau tidak sadar meningkatkan resiko terjadinya
kejadian sindrom kompartemen
e. Nyeri merupakan tanda awal dimulainya iskemia kompartemen, terutama nyeri
pada tarikan otot pasif
f. Hilangnya pulsasi dan tanda iskemia lain merupakan gejala lanjut, setelah
kerusakan yang menetap terjadi.10,11
2.6 Prognosis
Prognosis dari kasus fraktur femur tergantung tipe dan tingkat keparahan fraktur.
Semakin kompleks fraktur yang terjadi, semakin jelek prognosisnya. Pada umumnya terapi
yang sesuai akan memberikan hasil yang baik pada pasien.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila
lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang
penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan,selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangatesensial
dalam penyembuhan fraktur.5

Anda mungkin juga menyukai