Anda di halaman 1dari 12

DEPARTEMEN IKM / IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA:


HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA
DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

Disusun Oleh :
Reinaldo Mukti (C014182027)
Ichlas Adhi Putra (C014182028)
Ni’matul Munawwarah (C014182039)
Dwi Yuliani (C014182040)

Pembimbing :
dr. Muh. Rum. Rahim, M.Sc

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN IKM / IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2020
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA: HIPERTENSI PADA PASIEN
LANSIA DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

1* 1* 1* 1*
Reinaldo Mukti , Ichlas Adhi Putra , Ni’matul Munawwarah , Dwi Yuliani ,
1*
Muh. Rum. Rahim

1) Bagian Kedokteran Keluarga


*Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Abstrak: Studi kasus ini memberikan pengetahuan terhadap pengelolaan hipertensi


pada pasien lansia dengan pendekatan kedokteran keluarga secara komprehensif dan
holistik. Intervensi dilakukan pada berbagai pihak (mis. anggota keluarga, komunitas
sekitar dan tenaga medis) dan berbagai aspek (seperti gaya hidup, medikasi dan
control terhadap penyakit lainnya). Dengan perbaikan persepsi dari penyakit dan full-
support dari keluarga serta komunitas sekitar, pasien dapat meningkatkan upaya
menjalani hidup sehat agar dapat mencapai target pengelolaan yang ideal.
Kata kunci: hipertensi, kedokteran keluarga, lansia

FAMILY MEDICINE CASE REPORT: MANAGEMENT OF DIABETES MELLITUS ON


AN ELDERLY PATIENT USING FAMILY MEDICINE APPROACH

Reinaldo Mukti1*, Ichlas Adhi Putra1*, Ni’matul Munawwarah1*, Dwi


Yuliani1*, Muh. Rum. Rahim 1*

1) Department of Community Medicine,


*Faculty of Medicine University of Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Abstract: This case study presents knowledge in the management of hypertension on


an elderly patient using a comprehensive and holistic family medicine approach.
Interventions are applied on the patient, the family members and the surrounding
community, and on multiple aspects (lifestyle, medications and control of disease). With
a shift upon perception on the disease, and with the full-support obtained from the
family and the community, the patient would be able to increase the endeavors in
executing an improved healthy way of living. Thus achieving the ideal management
targets.
Keyword: hypertension, family medicine, elderly patient
PENGANTAR
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab utama mortilitas
dan morbiditas di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi apabila didapatkan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada
pemeriksaan yang berulang (PERKI, 2015).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report
On Non-Communicable Disease, prevalensi hipertensi tahun 2014 pada orang dewasa
berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga bertanggung jawab atas 40%
kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke (Ansar dkk, 2019).
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang
hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan
mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak
menyadari diri sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk
menderita hipertensi yang lebih berat (Tarigan dkk, 2018).
Data Dinas Kesehatan Kota Makassar menyatakan hipertensi merupakan urutan
ke 2 dari 10 penyakit terbanyak. Prevalensi hipertensi di Kota makassar pada tahun
2016 mencapai 27,61% sedangkan angka mortalitasnya mencapai 18,6% (Dinas
Kesehatan Kota Makassar, 2016).
Mengingat pentingnya wawasan akan penyakit hipertensi, penulisan laporan kasus
ini bertujuan untuk membahas penerapan pelayanan dokter keluarga dengan asas
patient-centered dan family approach berdasarkan evidence-based medicine. Faktor
risiko, masalah klinis serta penatalaksanaan penyakit pada pasien dievaluasi
menggunakan Mandala of health.
Ilustrasi Kasus
Bapak ND, umur 71 tahun, diwawancara melalui telepon oleh petugas kesehatan
Puskesmas Maradekaya dan diketahui memiliki hipertensi sejak 6 bulan yang lalu.
Diagnosa ditegakkan ketika pasien diperiksa anaknya yang merupakan perawat
kemudian dibawa ke puskesmas dan dicek kembali dan didapatkan hipertensi.
Sekarang pasien mengeluh terkadang penglihatan ada asap/berawan, tetapi selain itu
tidak ada keluhan lain yang signifikan. (mau ditanya)
Saat ini pasien rutin konsumsi obat oral antihipertensi amlodipine besilate
1x10mg setiap malam. Setiap bulan pasien melakukan kontrol di Puskesmas
Maradekaya untuk memeriksakan tensinya sekaligus menebus obat yang beliau
konsumsi. Tetapi, selama pandemi covid-19 berlangsung, pasien tidak pergi ke
puskesmas seperti biasanya dikarenakan kekhawatiran untuk keluar rumah dan ke
puskesmas. Pasien tidak memiliki alat pengukur tensi sendiri di rumahnya. Riwayat
minum beralkohol tidak ada. Riwayat merokok ada, sejak usia sekolah yakni SMP
hingga berhenti pada tahun 2017. Pasien menyangkal adanya penyakit pada dirinya
sekarang. Pasien kurang mengetahui tentang adanya riwayat penyakit serupa di
keluarga, tetapi diketahui bahwa ayah pasien meninggal karena penyakit jantung.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,
terdapat sakit ringan. Status generalis dalam batas normal. Status gizi pasien cukup
dengan berat badan 57 kg dan tinggi badan 156 cm (BMI normal: 19). Status lokalis
dalam batas normal.

Gambar 1. Ibu SS penderita Gambar 2. Obat yang


hipertensi di Kec. Mamajang dikonsumsi

Pasien berusia 71 tahun, merupakan anak keempat dari 11 bersaudara. Pasien


menikah denga Ibu XX yang sekarang berusia 65 tahun dan memiliki 8 anak. Saat ini tinggal
bersama istrinya (Hj. M), di rumah layak huni. Alamat rumah berada di Jl. Veteran no.
66. Rumah berukuran 9m x 20m terdiri dari satu lantai. Sinar matahari dapat masuk ke
dalam rumah. Rumah tidak terasa lembab. Terdapat dua kamar mandi dengan jamban
tertutup dan sumber air PDAM. Fasilitas dapur ada di ruangan yang menyerupai
gudang. Kebersihan rumah baik, lantai bersih, dan cukup rapi. (Gambar 3 dan 4)

Gambar 3. Kondisi Gambar 4. Wawancara dengan


rumah yang cukup baik pasien

Karena pasien tidak bekerja, kegiatan sehari-hari diri selain makan, tidur dan
mandi, terkadang pasien mengikuti kegiatan membaca Qur’an pada setiap malam jumat
dan juga arisan. Setiap bulannya, pasien rutin menjenguk saudaranya yang bermukim di
Sidrap & Samarinda.
Pasien memiliki jaminan kesehatan BPJS kelas 2. Selama ini pasien dan
keluarganya hanya berobat ke puskesmas dan mengaku tidak pernah berobat ke faskes
lainnya karena tidak memiliki keluhan yang berat.
Dalam upaya mengevaluasi status kesehatan pasien secara komprehensif,
digunakan konsep Mandala of Health. Genogram keluarga Ibu SS tertanggal 27
Februari 2020 menunjukan Ibu SS (penderita Hipertensi) yang tinggal serumah dengan
kakaknya dan anaknya. Terdapat adanya riwayat penyakit dengan keluhan serupa di
keluarga.(Gambar5)
Keluarga Ibu SS
Pada tanggal 25 Februari 2020

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki, meninggal Perempuan, meninggal Ibu SS, 65 tahun, HT


Tinggal satu rumah

Gambar 5. Genogram Keluarga Ibu SS

Secara subjektif, fungsionalitas kelurga pasien dievaluasi menggunakan Family


APGAR. Dimana pasien mendapatkan dukungan penuh dalam aspek adaptasi,
kemitraan, pertumbuhan, kasih sayang dan kebersamaan dalam menangani
penyakitnya. Maka hasilnya adalah 10 dari total 10 yang mengindikasikan fungsi
keluarga yang baik (highly functional family). (Tabel 1)
Tabel 1. Fungsionalitas keluarga berdasarkan Family APGAR
Sering Kadang- Jarang/
No Pernyataan /selalu kadang tidak
(2) (1) (0)
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada

keluarga saya, bila saya menghadapi masalah
2 Saya puas dengan cara2 keluarga saya
membahas serta membagi masalah dengan saya √

3 Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan


mendukung keinginan saya melaksanakan √
kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara2 keluarga saya
4 menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi √
emosi
5 Saya puas dengan cara2 keluarga saya membagi

waktu bersama
Adapun diagnostik holistik yang ditegakkan pada pasien adalah sebagai berikut.
Pada aspek 1, Pasien ingin mengetahui keadaan penyakit hipertensinya dengan
harapan penyakitnya dapat terkontrol dengan baik. Pasien tidak mengetahui penyebab
dirinya mengalami hipertensi dan merasa pola hidupnya biasa saja selama ini. Namun
setelah pasien mengetahui dirinya menderita hipertensi, maka pasien dan keluarganya
berusaha untuk mengontrol asupan makanannya serta rutin berobat.
Pada aspek 2, berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang,
terdapat diagnosa klinis Hipertensi (I-10).
Aspek 3 ditemukan adanya bukti hubungan genetik karena terdapat anggota
keluarga yang menderita hal serupa yaitu adik pasien serta kedua orang tuanya
menderita hipertensi dan meninggal tiba-tiba. Namun dari segi kondisi biologis pasien,
selama ini pasien merasa sehta-sehat saja dan jarang sakit. Semnentara dari segi
kebiasaan, sebelum pasien mengetahui dirinya mengalami hipertensi tidak diketahui
konsumsi garam pasien karena barulah dibatasi ketika pasien didiagnosis hipertensi.
sedangkan kondisi psikologis pasien dapat dikatakan sangat baik karena pasien sama
sekali tidak khawatir terhadap kondisinya, dibuktikan dengan masih aktifnya pasien
mengikuti kegiatan arisan bahkan hampir tiap pekan mengadakan pengajian di
rumahnya.
Pada aspek 4, pasien selama ini hanya mengurusi urusan rumah tangga dan
tidak bekerja namun dari segi finansial pasien dibantu oleh kakaknya yang merupaka
pensiunan dosen serta anak-anaknya. Sehingga pasien tidak memikirkan faktor
ekonomi untuk pengobatan karena semua obat yang pasien konsumsi, ditanggung oleh
BPJS; lingkungan sosial pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik.
Aspek 5 menunjukan pasien tidak terpengaruh buruk oleh kondisi penyakitnya
(skala fungsional derajat 1). (Gambar 6)
Family focus Badan Patient Center
Edukasi penyakit hipertensi, faktor, risiko, Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)
Non Farmakologi
pencegahan Konseling mengenai Hipertensi
65 tahun Konseling untuk melakukan kontrol rutin dan mengambil obat di Puskesmas/
Konseling mengenai jadwal pemeriksaan tekanan darah
Diet rendah garam
Edukasi mengenaiHipertensi
gaya hidup sehat dan fungsi ventilasi rumah

Keluarga mengawasi kontrol tekanan darah Riwayat keluarga yang menderita


Ventilasi,
Dukungan terkadang penyakit pasien penyakit
pencahayaan dan kepadatan Yang cukup yang sama
Deteksi dini hipertensi pada Belum menikah
kelurga pasien Kurangnya pengetahuan mengenai hipertensi Keluarga yang
suportif

Keadaan Jarak ke faskes


ekonomi yang yang cukup
cukup dekat

Keterangan:
Family focus
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai hipertensi
: Pencegahan Primer
Penyuluhan dan pengobatan posyandu kepada masyarakat yang hipertensi
Penyuluhan pentingnya lifestyle yang sehat pada masyarakat
: Pencegahan Sekunder

: Pencegahan Tersier

Gambar 6. Mandala of Health

Intervensi holistik dan komprehensif mencakup tindakan terhadap pasien,


keluarga dan lingkungannya. Edukasi mengenai penyakit yang dialami dan gaya hidup
yang sejalan dengan hipertensi yaitu meningkatkan aktivitas sehari-hari juga patuh akan
diet yang selektif (konsumsi rendah natrium, lemak dan gula) dan bergizi; pasien juga
diberikan semangat dan perasaan optimis agar terkontrol tekanan darahnya. Selain
penderita, anggota keluarga diharapkan untuk mendukung pasien dalam keseharian
terutama support secara psikologis dan sebagai pemantau atau pengawas minum obat;
saran diberikan agar ada penyajian makanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita,
sembari mengajak pasien untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang ringan.
Pembahasan
Kasus hipertensi didapat pada penderita Ibu SS usia 65 tahun yang mengecek
tensinya setiap bulan. Diagnosa Hipertensi ditegakan karena pengecekan hipertensi 2
kali di rumah dan di puskesmas, dimana seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah sistolik ≥90 mmHg tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015).
Pasien dapat mengontrol pola makanan dengan baik. Contohnya, jarang makan
yang asin dan daging. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia. Diet rendah garam juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat
≥2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari (PERKI, 2015).
Pasien memiliki aktivitas fisik minimal. Berdasarkan literatur, olah raga yang
dilakukan secara teratur sebanyak 30–60 menit/hari, minimal 3 hari/minggu, dapat
menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat
kerjanya (PERKI, 2015).
Obat oral yang dikonsumsi adalah Amlodipin yang tergolong dalam Calcium
Channel Blockers. Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2.
Adapun prinsip pemberian obat pada usia 55-88 tahun perlu memperhatikan komorbid
(PERKI, 2015).
Adapun target pencapaian pengelolaan Hipertensi, didasarkan dari hasil
pemeriksaan tekanan darah, Sasaran pengendalian hipertensi mencakup: IMT normal
(18,5 -22.9), tekanan darah <140/90 mmHg, glukosa darah preprandial kapiler normal
(80-130 mg/dL), glukosa darah 1-2 jam PP kapiler normal (<180mg/dL), HbA1C<7%,
kolestrol LDL <100mg/dL, kolestrol HDL >40 (laki-laki) atau >50 (perempuan),
trigliserida
<150mg/dL (PERKI, 2015).
Kesimpulan
Kasus Hipertensi pada pasien Ibu SS (65 tahun) ini diberikan intervensi
berdasarkan literatur, menggunakan edukasi sebagai peranan yang paling penting agar
persepsi terhadap penyakitnya dipahami secara komprehensif. Tidak hanya pasien
sendiri, edukasi melibatkan seluruh anggota keluarga juga orang-orang di lingkungan
sekitar dalam upaya meningkatkan pengelolaan Hipertensi dari berbagai aspek, dimulai
dari gaya hidup yang aktif dengan melibatkan pasien di kegiatan sehari-hari keluarga
bila memungkinkan, sampai dengan penyediaan makanan yang mendukung diet
Hipertensi serta pengawasan konsumsi obat oral. Dorongan kepada pasien untuk rutin
memeriksakan tekanan darah dan pemeriksaan organ lainnya sangat penting karena
monitoring yang rutin dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yang
berkelanjutan dan menghindari komplikasi dengan morbiditas serta mortalitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Ansar J, Indra D, Apriani M. 2019. Determinan Kejadian Hipertensi pada Pengunjung


Posbindu di Wilayah Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. 1(3); p28-35.
Dinkes Kota Makassar. 2016. Profil Kesehatan Kota Makassar.
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler edisi
pertama. p1-5.
Tarigan RA, Zulhaida L, Syarifah. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun
2016. Jurnal Kesehatan. 11(1); p9-17.

Anda mungkin juga menyukai