Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN KARDIOVASKULAR REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT

KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT PADA LANSIA

Oleh:
A. St. Zuraidha P. A.
111 2018 2057

Pembimbing Supervisor:
dr. Sumarni,Sp.JP,FIHA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : A. St. Zuraidha P. A.

NIM : 111 2018 2057

Judul Refarat : Ketidakseimbangan Elektrolit pada Lansia

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Makassar, Februari 2019


Mengetahui,
Supervisor Pembimbing

dr. Sumarni,Sp.JP,FIHA

2
BAB I

PENDAHULUAN

Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang

bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan

negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian

besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit

yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.1

Orang tua lansia (lanjut usia) lebih rentan mengalami dehidrasi dan kelainan

elektrolit. Penyebabnya banyak, mulai dari ketidakmampuan fisik sehingga akses intake

cairan yang adekuat menjadi terbatas sampai penyebab iatrogentik termasuk polifarmasi dan

penggunaan diuretic dan obat lainnya yang tidak di monitor.2

Rasa malu terkait inkontinensia dapat menyebabkan lansia membatasi asupan cairan

oral mereka, selanjutnya mereka yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah,

hidup sendirian dengan komorbiditas yang sudah ada sebelumnya, atau pada beberapa obat

lebih rentan terhadap gangguan dehidrasi dan elektrolit, berada pada peningkatan risiko

morbiditas dan mortalitas terkait.2

Lansia juga rentan terhadap retensi air dan kelainan elektrolit terkait. Ini diperparah

pada saat stres fisiologis, seperti pada periode perioperative.1 Perubahan fisiologis yang

terkait dengan penuaan juga membuat lansia lebih rentan terhadap disfungsi organ, termasuk

gagal ginjal akut dan kronik, yang dapat menyebabkan kelainan elektrolit. 3

Hipernatremia dan hiponatremia adalah kelainan elektrolit yang paling umum

ditemukan pada orang tua dan keduanya berhubungan dengan angka kematian yang tinggi.

Dalam kondisi normal, orang tua dapat menjaga keseimbangan air dan elektrolit, tetapi ini

dapat terancam oleh penyakit, penurunan kemampuan kognitif, dan dengan obat-obatan

3
tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai potensi kelainan elektrolit pada lansia

yang dapat timbul dalam berbagai kondisi ini untuk mencegah hasil yang merugikan.11

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup

semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen

cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+ ),

kalium (K+ ), klorida (Cl- ), dan bikarbonat (HCO3 - ). Pemeriksaan keempat elektrolit

mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.1

2.1. Fisiologi Natrium

Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60

mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan

intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang

mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium

bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel

menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.1

Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang

masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui

epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau

saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai

48-144 mEq.1

Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan

untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan

volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-

65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif,

5
sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes

(4%). Sekresi natrium di urine. 1

2.2 Fisiologi Kalium

Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi

kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).

Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan

(3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah

kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang

dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. 1

Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan

keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.

Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir

sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%)

direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan

natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus

gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.1

2.3 Gangguan keseimbangan natrium pada lansia

Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam tubuhnya

turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145 mEq/L) dan

hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal. Hiponatremia

biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan hipernatremia berkaitan dengan

hiperosmolalitas. 1

6
Berkurangnya konsentrasi natrium serum adalah kelainan elektrolit yang agak

sering terjadi pada populasi lansia karena adanya faktor yang berkontribusi terhadap

peningkatan hormon antidiuretik, seringnya resep obat yang berhubungan dengan

hiponatremia dan juga karena mekanisme lain seperti sindrom "teh dan roti panggang".4

Penuaan pada ginjal mecerminkan perubahan struktur dan fungsi ginjal yang

ireversibel pada lansia. Di antaranya, ginjal kehilangan masssanya karena terjadinya

skelorosis pada glomerulus dan menurunnya jumlah glomerular yang berfungsi baik.

Keadaan ini merusak kemampuan ginjal untuk mempertahankan natrium di dalam tubuh. Dan

oleh karena itu, air, sehingga mempengaruhi elektrolit pasien menyebabkan disnatremia dan

hipovolemia. 2

Kecenderungan yang lebih besar dari orang tua (lansia) untuk mengembangkan

hiponatremia terutama berasal dari 1) kapasitas ekskresi air yang terganggu terkait penuaan,

dan 2) seringnya terpapar obat dan penyakit yang berhubungan dengan hiponatremia. Pada

pasien usia lanjut, beberapa faktor biasanya terlibat dalam pengembangan hiponatremia.5

Subjek yang lebih tua lebih rentan terhadap hiponatremia karena gangguan

kapasitas ekskresi air terutama disebabkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR)

yang berkaitan dengan penuaan. Selain itu, penurunan generasi prostaglandin intrarenal yang

terlihat pada usia lanjut juga dapat terlibat dalam gangguan kemampuan individu lansia untuk

mengeluarkan air. Faktor lain yang berkontribusi pada pasien lansia adalah penurunan terkait

usia dalam persentase total kadar air tubuh, yang menyebabkan untuk fluktuasi yang lebih

besar dalam konsentrasi natrium serum, karena: kadar natrium serum = total yang dapat

ditukar (natrium + kalium) / total air tubuh.4

Keadaan hiperosmolar pada lansia menjadi predisposisi disnatraemia, yaitu kelainan elektrolit

paling umum pada usia lanjut, dengan usia menjadi faktor risiko independen penyebab

7
disnatremia. Manifestasi klinis disnatraemia bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya,

kelelahan, kejang dan koma diakui sebagai komplikasi yang dapat muncul pada keadaan

disnatremia. Disnatraemia, khususnya hipernatremia, juga terkait dengan peningkatan angka

kematian hingga 70% pada kasus-kasus berat. Peningkatan resiko mortalitas tujuh kali lipat

juga dilaporkan terjadi pada pasien dengan hipernatremia dibandingkan dengan pasien lansia

yang di rawat inap.8

Hiponatremia, di sisi lain, lebih sering terjadi pada lansia daripada hipernatremia

dan merupakan faktor risiko independen terjadinya patah tulang. Ini, mungkin akibat dari

berkurangnya kepadatan mineral tulang dan peningkatan risiko osteoporosis.9 Proporsi

signifikan dari disnatraemia pada lansia terjadi sebagai akibat dari penyakit bersamaan seperti

Syndrome of Inappropriate ADH secretion (SIADH) dan hiperglikemia.2 Penyebab iatrogenik

dari disnatraemia, seperti penggunaan diuretik serta pemberian cairan hipotonik intravena

yang berlebihan juga harus diperhatikan. Meningkatnnya kadar garam pada makanan olahan

di mana banyak lansia sekarang tergantung olehnya.10

Diuretik merupakan salah satu penyebab paling umum hiponatremia pada manula.6

Diuretik thiazide biasanya dikaitkan dengan hiponatremia, sedangkan loop diuretik hanya

kadang-kadang menginduksi hiponatremia.7 Kejadian hiponatremia yang diinduksi belum

jelas. ditentukan, karena faktor risiko tambahan untuk kadar natrium serum rendah biasanya

ada. Sebuah penelitian melaporkan bahwa ~ 14% pasien rawat jalan yang diobati dengan

thiazide mengalami hiponatremia (konsentrasi natrium serum <135 mmol / L), sedangkan

usia> 70 tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko hiponatremia empat kali lipat.40

Hiponatremia yang terkait dengan thiazide lebih sering terjadi. pada pasien dengan gagal

jantung, penyakit hati atau keganasan, dan pada mereka yang menggunakan tiazid dalam

dosis besar atau beberapa obat, seperti NSAID, SSRI atau antidepresan trisiklik.4

8
Dokter harus meresepkan obat dengan hati-hati pada pasien usia lanjut, terutama

pada mereka yang memiliki faktor risiko untuk mengembangkan SIAD. Menghindari

polifarmasi, terutama dengan obat-obatan yang terlibat dalam pengembangan hiponatremia,

harus menjadi prioritas pada orang tua. Selain itu, penggunaan dosis rendah obat yang

dicurigai atau terapi alternatif mungkin lebih disukai dalam banyak kasus. Misalnya, dosis

rendah diuretik thiazide (setara dengan 12,5 mg hidroklorotiazid) harus diresepkan dalam

jumlah tinggi. pasien berisiko untuk hiponatremia atau pengobatan antihipertensi alternatif

yang tidak terkait dengan hiponatremia (misalnya, calcium channel blocker atau beta-

blocker) harus dipilih.4

2.4 Gangguan keseimbangan kalium pada lansia

Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar

kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat

menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.1 Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L

dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan

henti jantung atau fibrilasi jantung.1

Perubahan ginjal terkait usia membuat lansia rentan terhadap kelainan elektrolit

lainnya, khususnya hiperkalemia, akibatnya dari gangguan kemampuan untuk mengeluarkan

kalium dan mengeluarkan asam, suatu konsekuensi akibat penurunan terkait fungsi tubulus

ginjal distal terkait usia. Hal ini selanjutnya diperburuk oleh respon renin dan aldosteron yang

buruk.2

Telah ditunjukkan bahwa ada pengurangan respons aldosteron terhadap infus

kalium pada orang dewasa tua yang sehat bila dibandingkan dengan pasien kontrol yang lebih

muda. Selanjutnya, terkait respons renin-aldosteron yang buruk pada lansia, peningkatan akut

kalium serum lebih lanjut meningkatkan kerentanan terhadap hiperkalemia. Mekanisme lain

9
juga telah disarankan berkontribusi terhadap hiperkalemia. Gradien konsentrasi kalium

transtubular, indeks aktivitas sekresi kalium di distal tubulus, terbukti lebih rendah pada

lansia sehat daripada pada usia muda. Hal ini menyoroti kebutuhan untuk memantau

hiperkalemia pada lansia ketika meresepkan obat, khususnya pada mereka yang secara

fisiologis tertekan.2

Beberapa obat juga mengganggu termoregulasi dan menyebabkan dehidrasi. Obat-

obatan seperti angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE-I), diuretik hemat kalium dan

obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) juga mengganggu homeostasis kalium. ACE-I

mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga mengurangi sekresi

aldosteron. NSAID menghambat sintesis prostaglandin, terkait dengan penurunan renin dan

aldosteron, sehingga merupakan predisposisi hiperkalemia.2

Tabel 1

Gambaran klinis dan biokimia dari dehidrasi2

Gambaran klinis
 Selaput lendir kering
 Kulit kering
 turgor kulit berkurang
 Berkeringat di daerah aksila berkurang
 Hipotensi ortostatik
 Takikardia dan hipotensi (mengindikasikan syok)
 Gangguan kognitif
 Berkurangnya output urin [<0,5 ml / kg / jam menunjukkan cedera ginjal akut (AKI)]

 Urin pekat dan osmolalitas tinggi.


Perubahan biokimia
 Urea serum meningkat
 Kreatinin meningkat (> 26 mmol / L dalam waktu 48 jam atau> 1,5 batas atas dalam satu minggu
menunjukkan AKI)
 Mengurangi estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR)
 Peningkatan rasio urea: kreatinin (> 80)
 Hipernatremia (kehilangan air lebih besar dari kehilangan garam)
 Meningkatkan serum atau urin osmolalitas
 Meningkatkan berat jenis urin

10
BAB III

KESIMPULAN

Ginjal mengalami perubahan degeneratif dengan penuaan, seperti halnya organ-

organ lain. Perubahan histologis dan fungsional pada ginjal dengan penuaan dapat

memainkan peran dalam kelainan elektrolit yang diamati pada manula. Tingkat keparahan

kelainan ini tergantung pada banyak faktor termasuk kelemahan yang mendasarinya,

kemampuan kognitif, obat-obatan, dan fungsi ginjal. Kesadaran akan kelainan elektrolit ini

pada populasi lansia dan memahami mekanisme yang mendasarinya dapat mencegah

pemberian obat yang tidak perlu atau cairan intravena, dan mengurangi morbiditas dan

mortalitas yang terkait dengan intervensi ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Yaswir, Rismawati. (2012). Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium,

dan Klorida. Jurnal FK Unand. Hal. 80

2. El-Sharkawy, M. (2014). The pathophysiology of fluid and electrolyte balance in the

older adult surgical patient. Elsevier Ltd and Eropean Society for Clinical Nutrition

and Metabolism. Vol. 33. 6-9

3. Schlanger LE, Bailey JL, Sands JM. Electrolytes in the aging. Adv Chronic Kidney

Dis 2010;17:308-19.

4. Fillipatos, Theodosios D. (2017). Hyponatremia in elderly: challenges and solutions.

Access on https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5694198/

5. Prevalence of hyponatremia on geriatric wards compared to other settings over four

decades: a systematic review. Mannesse CK, Vondeling AM, van Marum RJ, van

Solinge WW, Egberts TC, Jansen PA Ageing Res Rev. 2013 Jan; 12(1):165-73.

6. Thiazide-associated hyponatremia in the elderly: what the clinician needs to know.

Liamis G, Filippatos TD, Elisaf MS J Geriatr Cardiol. 2016 Feb; 13(2):175-82.

7. Electrolyte disorders in community subjects: prevalence and risk factors. Liamis G,

Rodenburg EM, Hofman A, Zietse R, Stricker BH, Hoorn EJ Am J Med. 2013 Mar;

126(3):256-63.

8. Alshayeb HM, Showkat A, Babar F, Mangold T, Wall BM. Severe hypernatremia

correction rate and mortality in hospitalized patients. Am J Med Sci 2011;341: 356-

60.

9. Kinsella S, Moran S, Sullivan MO, Molloy MG, Eustace JA. Hyponatremia

independent of osteoporosis is associated with fracture occurrence. Clin J Am Soc

Nephrol 2010;5:275-80.

12
10. Chowdhury AH, Cox EF, Francis ST, Lobo DN. A randomized, controlled, double-

blind crossover study on the effects of 2-L infusions of 0.9% saline and Plasma-

Lyte(R) 148 on renal blood flow velocity and renal cortical tissue perfusion in healthy

volunteers. Ann Surg 2012;256:18-24

11. Schlanger, Lynn E (2010). Electrolytes in Aging. Access on:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2901254/

13

Anda mungkin juga menyukai