Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem tubuh termasuk sistem muskuloskeletal. Salah satu
golongan penyakit yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan
gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (2002), artritis reumatoid merupakan
penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya
multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi
tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat
pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Artritis kronik
yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan
artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul
berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering
terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang
merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini terjadi bukan pada
sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya dinamakan reumatoid
ektraarikuler. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan
suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan
sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik
dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan dan kelemahan, serta adanya tiga

1
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan
gerak. (Soenarto, 2000). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak
– kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut.
Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit
ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Pengetahuan
tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal mengenai reumatoid artritis
sangat dibutuhkan mahasiswa keperawatan ataupun seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara kompherensif. Oleh Karena itu kami
akan membahas lebih lanjut tentang asuhan keperawatan reumatoid artritis.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar reumatoid
artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan reumatoid artritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
reumatoid artritis.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan reumatoid artritis.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan reumatoid artritis.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan reumatoid artritis.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan reumatoid artritis.
C. Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami
konsep dasar reumatoid artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
reumatoid artritis

2
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode Web
search yaitu pengambilan sumber dari internet mengenai materi tentang
reumatoid artritis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur
sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa.
Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi
sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami
hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut
menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal
menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus
dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

Gambar 2.1 Reumatoid Artritis

4
B. Klasifikasi Artritis Reumatoid
a. Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe :
1. Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

5
C. Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal
dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Menurut Smith dan Haynes
(2002), ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang
menderita rheumatoid arthritis yaitu :
a. Faktor genetik
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya
rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan puluh
persen orang kulit putih yang menderita rheumatoid arthritis
mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 pada MHC yang terdapat di
permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan antigen HLA-DR4 3,5
kali lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis.
b. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Reumatoid
c. Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita
daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini
diasumsikan karena pengaruh dari hormon. Wanita memiliki hormon
estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset rheumatoid arthritis
terjadi pada usia sekitar 50 tahun.
d. Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial memicu
rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV, borellia
burgdorferi.
e. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial),
mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik (Suratun,
Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

6
D. Manifestasi Klinik
1. Pada Tahap Awal Klien Dengan Rheumatoid Arthritis Akan
Menunjukan Tanda Dan Gejala Seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Reumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemi
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

2. Pada Tahap Yang Lanjut Akan Ditemukan Tanda Dan Gejala Seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
3. Gejala Extra artikular :
a. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion
(gangguan katub), Pericarditis, Myocarditis
b. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
c. Pada lympa : Lhymphadenopathy
d. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan pada penderita
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada

7
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis
yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi
sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere adalah beberapa
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki
terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah sendi siku
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
E. Patofisiologi Artritis Reumatoid
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya

8
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun
pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long,
1996).

9
Pathway Reumatoid Artritis

Gambar 2.2 Pathway Reumatoid Artritis


F. Komplikasi Reumatoid Artritis
Secara umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak dapat
disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara bertahap
menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat membaik. Bagaimanapun,
jika terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta terjadi perubahan bentuk,
efeknya akan menjadi permanen. Kecacatan dan nyeri sendi dalam
kehidupan sehari-hari adalah hal yang umum.Rheumatoid arthritis adalah
penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain
sendi. Efek ini meliputi :
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Sistem Muskuloskeletal : Pada otot dapat terjadi myosis karena proses
granulasi jaringan otot dan Osteoporosis

10
3. Sistem Pembulu Darah : Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
4. Splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa
membesar kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.
5. Sistem Pencernaan : Pada sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
6. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
7. Infeksi : Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk infeksi.
Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
8. Penyakit Paru-Paru : Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi
peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis RA,
namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok.
9. Sindrom Felty : Kondisi ini ditandai dengan splenomegali, leukopenia
dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin merupakan respon disease-
modifying antirheumatic drugs (DMARDs).
10. Limfoma dan kanker lainnya : RA terkait perubahan sistem kekebalan
tubuh. (Shiel, 2011)
G. Diagnosis Rheumatoid arthritis
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid
Arnett F, 1998
Kriteria Definisi
a. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
b. Artritis Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) Dalam kriteria

11
ini terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria
yaitu PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan. Sekurang-kurangnya
terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti
yang tertera diatas.
c. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP,
MCP atau MTP bilateral dapat diterima walaupun
tidak mutlak bersifat simetris.
d.Nodul RA Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
e.Faktor Serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
f.Perubahan Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
gambaran bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi
H. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan
diagnosis :
1. Pemeriksaan cairan sinovial
a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.

12
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
3. Pemeriksaan kadar sero-imunologi
a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.
4. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
5. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
I. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid
1. Tujuan Utama Terapi Adalah :
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
c. Mencegah atau memperbaiki deformitas
2. Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
a. Istirahat
b. Latihan fisik
c. Pengobatan : Aspirin dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml.

13
Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat dan Obat anti malaria (hidroksiklorokuin,
klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari mengatasi keluhan sendi,
memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan
steroid yang diperlukan.
d. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
e. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1) Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya
kembali inflamasi.
2) Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3) Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan
pergelangan tangan.
4) Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali
dataran pada persendian.

14
BAB III
ASKEP REUMATOID ARTRITIS

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler
Gejala Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas Ego
Gejala Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (
situasi ketidakmampuan ). Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan.

15
5. Makanan/ Cairan
Gejala Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/cairan adekuat: mual,
anoreksia, kesulitan untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
6. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam
menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang
lain; perubahan peran; isolasi.

10. Pengkajian 11 Pola Gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

16
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan
yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan
protein)
2) Riwayat gangguan metabolik
c. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
3) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Aktifitas yang dilakukan sebelum tidur
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan
1) Apakah agama klien ?
2) Adakah gangguan beribadah?

17
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada
Tuhan ?
B. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi,
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi.
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan rasa NOC : NIC : Pain Management
nyaman nyeri a. Pain Level a. Lakukan pengkajian
akut/ kronis b. pain control nyeri secara
berhubungan c. comfort level komprehensif termasuk
dengan distensi, Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
proses inflamasi, tindakan durasi, frekuensi, kualitas
destruksi sendi. keperawatan selama …. dan faktor presipitasi
Pasien tidak mengalami b. Observasi reaksi
nyeri, dengan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol c. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat mempengaruhi
b. Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang dengan d. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri

18
manajemen nyeri e. Kaji tipe dan sumber
c. Mampu mengenali nyeri nyeri untuk
(skala, intensitas, menentukan intervensi
frekuensi dan tanda nyeri) f. Ajarkan tentang teknik
d. Menyatakan rasa non farmakologi:
nyaman setelah nyeri napas dala, relaksasi,
berkurang distraksi, kompres
e. Tanda vital dalam hangat/ dingin
rentang normal g. Berikan analgetik untuk
f. Tidak mengalami mengurangi nyeri
gangguan tidur h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
2 Gangguan NOC : NIC : Exercise therapy :
mobilitas fisik a. Joint Movement : Ambulation
berhubungan Active
dengan b. Mobility Level a. Monitoring vital sign
deformitas c. Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan
skeletal, nyeri, d. Transfer dan lihat respon pasien
penurunan, Performance saat latihan
kekuatan otot. Setelah dilakukan b. Konsultasikan dengan
tindakan keperawatan terapi fisik tentang rencana
selama…. gangguan ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: c. Bantu klien untuk
a. Klien meningkat menggunakan

19
dalam aktivitas fisi tongkat saat berjalan dan
b. Memperagakan cegah terhadap cedera
penggunaan alat d. Ajarkan pasien atau
Bantu untuk tenaga kesehatan lain
mobilisasi tentang teknik ambulasi
(walker) e. Kaji kemampuan pasien
dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhankebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan klien.

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

3 Gangguan Citra NOC : NIC : Body image


Tubuh / a. Body image enhancement
Perubahan b. Self esteem
Penampilan a. Kaji secara verbal dan
Peran Setelah dilakukan nonverbal respon klien
berhubungan tindakan keperawatan terhadap tubuhnya.
dengan selama …. gangguan b.Monitor frekuensi
perubahan body image mengkritik dirinya
kemampuan pasien teratasi dengan c. Jelaskan tentang
untuk kriteria hasil: pengobatan,

20
melaksanakan a. Body image positif perawatan, kemajuan dan
tugas-tugas b. Mampu prognosis
umum, mengidentifikasi penyakit
peningkatan kekuatan personal d. Dorong klien
penggunaan c. Mendiskripsikan mengungkapkan
energi, secara faktual perasaannya
ketidakseimban perubahan fungsi e. Identifikasi arti
gan mobilitas. tubuh pengurangan melalui
d. Mempertahankan pemakaian alat bantu
interaksi sosial f. Fasilitasi kontak dengan
individu lain
dalam kelompok kecil
Rencana keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervsi


Keperawatan

4 Defisit perawatan NOC : NIC : Self Care assistane :


diri berhubungan Self care : Activity of ADLs
dengan kerusakan Daily Living (ADLs) a. Monitor kemempuan
musculoskeletal, klien untuk perawatan diri
penurunan Setelah dilakukan yang mandiri.
kekuatan, daya tindakan b. Monitor kebutuhan klien
tahan, nyeri pada keperawatan selama …. bantu untuk kebersihan
waktu bergerak, Defisit perawatan diri diri,
depresi. teratas dengan kriteria berpakaian, berhias,
hasil: toileting dan makan.
a. Klien terbebas c. Sediakan bantuan
dari bau badan sampai klien mampu secara

21
b. Menyatakan utuh untuk melakukan self-
kenyamanan care.
terhadap d. Dorong klien untuk
kemampuan melakukan aktivitas sehari-
untuk melakukan hari yang normal sesuai
ADLs kemampuan yang dimiliki.
c. Dapat melakukan e. Ajarkan klien/ keluarga
ADL secara untuk mendorong
mandiri. kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
f. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai kemampuan.

C. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan rematoid artritis adalah dengan
tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan
ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan
yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat
menjadi mandiri.
D. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.

22
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah
penyakit degeneratif jangka panjang.
6. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal
dan faktor sistem reproduksi. Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan
pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran klinis yang sangat bervariasi. Nyeri,persendian Bengkak
(Reumatoid nodule), Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur
pada pagi hari, Terbatasnya pergerakan Sendi-sendi.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah di berikan, dan
dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam
praktik, khususnya pada klien yang menagalami gangguan sistem
muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Rheumatoid Arthritis

24
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta:
Media hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai

  • Counjuction
    Counjuction
    Dokumen10 halaman
    Counjuction
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Agama Soal Klasifikasi
    Agama Soal Klasifikasi
    Dokumen5 halaman
    Agama Soal Klasifikasi
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Askeb Ruang Rawat Ank Rita
    Askeb Ruang Rawat Ank Rita
    Dokumen73 halaman
    Askeb Ruang Rawat Ank Rita
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv RZ
    Bab Iv RZ
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv RZ
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Akontabilitas
    Akontabilitas
    Dokumen23 halaman
    Akontabilitas
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Ferdian Hadi Chriztianto
    Belum ada peringkat
  • Filariasis
    Filariasis
    Dokumen9 halaman
    Filariasis
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Fatimah
    Fatimah
    Dokumen8 halaman
    Fatimah
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Askeb Uyunnnnnnnnnnnnn
    Askeb Uyunnnnnnnnnnnnn
    Dokumen14 halaman
    Askeb Uyunnnnnnnnnnnnn
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • 7
    7
    Dokumen5 halaman
    7
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Askep Gastritis
    Askep Gastritis
    Dokumen20 halaman
    Askep Gastritis
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Bronco Peumonia
    Bronco Peumonia
    Dokumen15 halaman
    Bronco Peumonia
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Askeb Ruang Rawat Ibu
    Askeb Ruang Rawat Ibu
    Dokumen35 halaman
    Askeb Ruang Rawat Ibu
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • A. Pengkajian
    A. Pengkajian
    Dokumen23 halaman
    A. Pengkajian
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Agama Soal Klasifikasi
    Agama Soal Klasifikasi
    Dokumen5 halaman
    Agama Soal Klasifikasi
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • 7
    7
    Dokumen5 halaman
    7
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Roleplay Pendkes Risna
    Roleplay Pendkes Risna
    Dokumen3 halaman
    Roleplay Pendkes Risna
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi Ilmiah
    Naskah Publikasi Ilmiah
    Dokumen15 halaman
    Naskah Publikasi Ilmiah
    AndiSetiawan
    Belum ada peringkat
  • JKHGFD
    JKHGFD
    Dokumen8 halaman
    JKHGFD
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Anak
    Pengertian Anak
    Dokumen10 halaman
    Pengertian Anak
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Syok
    Jurnal Syok
    Dokumen18 halaman
    Jurnal Syok
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen10 halaman
    Asfiksia
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen16 halaman
    Asfiksia
    A1 Styc14
    Belum ada peringkat
  • JJHGVGKJNKMLKL
    JJHGVGKJNKMLKL
    Dokumen11 halaman
    JJHGVGKJNKMLKL
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • MKLB Dan Debridement
    MKLB Dan Debridement
    Dokumen20 halaman
    MKLB Dan Debridement
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • MKLB Dan Debridement
    MKLB Dan Debridement
    Dokumen20 halaman
    MKLB Dan Debridement
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen16 halaman
    Asfiksia
    A1 Styc14
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen10 halaman
    Asfiksia
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat
  • JHHFJKKJ
    JHHFJKKJ
    Dokumen7 halaman
    JHHFJKKJ
    maiza masyitah
    Belum ada peringkat