PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005).
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100
ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat
luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus
luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang
aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan
dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan
komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan
kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas
tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka
bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan
intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang manajemen luka bakar
2. Untuk mengetahui tentang manajemen debridement
.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling
lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajad
satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik yang tidak
dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar derajad satu adalah kulit hanya
tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit.
2) Derajad 2
a) Derajad 2 dangkal (superficial)
Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula
(gelembung), organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih
utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakan epidermis yang ditandai dengan
rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan
pengompresan dengan NaCl.
Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti
kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh,
proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan waktu
yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
3) Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis
mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan bisa
merusak kematian jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak
mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi
jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan
pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
b. Menurut luas luka bakar
Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rules of wallance yaitu :
4. Etiologi
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam
atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat
kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
6. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya
akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang
massif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam
setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan
lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik
atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air
panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower
dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta
dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15
menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-
thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan
fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko
tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan
pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh
rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan
hipermetabolisme. (Musliha, 2010)
7. Pathways
8. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), putih ketika waktu satu
terkena api dengan rasa nyeri ditekan minggu, terjadi
intensitas rendah mereda jika minimal pengelupasan
didinginkan atau tanpa kulit
edema
Derajat Dua Epidermis dan Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(Partial- bagian dermis hiperestesia, dasar luka dalam waktu 2-3
Thickness):tersiram sensitif terhadap berbintik- minggu,
air mendidih, udara yang bintik pembentukan
terbakar oleh nyala dingin merah, parut dan
api epidermis depigmentasi,
retak, infeksi dapat
permukaan mengubahnya
luka basah, menjadi derajat-
terdapat tiga
edema
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
Thickness):terbakar keseluruhan nyeri, syok, bakar eskar, diperlukan
nyala api, terkena dermis dan hematuria berwarna pencangkokan,
cairan mendidih kadang-kadang (adanya darah putih seperti pembentukan
dalam waktu yang jaringan dalam urin) dan bahan kulit parut dan
lama, tersengat subkutan kemungkinan atau gosong, hilangnya kontur
arus listrik pula hemolisis kulit retak serta fungsi kulit,
(destruksi sel dengan hilangnya jari
darah merah), bagian tangan atau
kemungkinan lemak yang ekstremitas dapat
terdapat luka tampak, terjadi
masuk dan terdapat
keluar (pada luka edema
bakar listrik)
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut Padila
(2012) sebagai berikut :
a. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P: <20mm bakar=""
jam="" led.="" luka="" pada="" pasien="" peningkatan="" span="" terjadi="">
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cidera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
10. Komplikasi
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
a. Infeksi luka
1. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema,
edema, nyeri tekan.
2. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
3. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
4. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV
b. Sepsis
c. Syok akibat luka bakar
d. Edema akibat luka bakar
e. Eskarotomi
f. Rabdomiolisis
g. Cidera inhalasi
h. Hipermetabolisme
D. 11. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
a. Resusitasi A,B,C
1) Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
2) Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3) Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
→ hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
b. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
c. Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
1) Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
2) Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
3) Kebutuhan faal :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
d. Monitor urine dan JVP
e. Topikal dan tutup luka :
1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
2) Tulle
3) Silver sulfat diazin tebal
4) Tutup kasa tebal
5) Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor
f. Obat-obatan :
1) Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak kejadian.
2) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
3) Analgetik : kuat (morfin, petidin)
4) Antasida : kalo perlu
B. DEBRIDEMENT
1. Pengertian
Debridemen merupakan suatu tindakan eksisi pada luka bakar yang bertujuan
untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses
penyembuhan luka dan potensial terjadi/berkembangnya infeksi sehingga merupakan
tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.
2. Tujuan
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki
dua tujuan:
a. Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing.
Sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri.
b. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi
graf dan kesembuhan luka.
3. Jenis-Jenis Debridemen
Sesudah terjadi luka bakar derajat dua dan tiga, bakteri yang terdapat pada
antarmuka jaringan yang terbakar dan jaringan viabel yang ada dibawahnya secara
berangsur-angsur akan mencairkan serabut-serabut kolagen yang menahan eskar pada
tempatnya selama minggu pertama atau kedua pasca luka bakar. Semua enzim
proteolitik dan enzim alami lainnya menyebabkan fenomena ini.
a. Debridemen alami.
Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati akan memisahkan diri secara
spontan dari jaringan viabel yang ada dibawahnya. Namun, pemakaian preparat
topical antibakteri cenderung memperlambat proses pemisahan eskar yang alami
ini. Tindakan mempercepat proses ini akan menguntungkan bagi pasien dan dapat
dilakukan dengan cara-cara lain seperti debridemen mekanis atau bedah sehingga
waktu antara terjadinya invasi bakteri dan timbulnya masalah iatrogenik yang lain
dapat dikurangi.
b. Debridemen mekanis
Debridemen mekanis meliputi penggunaan gunting bedah dan forsep untuk
memisahkan dan mengangkat eskar. Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau
perawat yang berpengalaman, dan biasanya debridemen mekanis dikerjakan setiap
hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan luka. Debridemen dengan
cara-cara ini dilaksanakan sampai tempat yang masih terasa sakit dan mengeluarkan
darah. Preparat hemostatik atau balutan tekan dapat digunakan untuk menghentikan
perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil.
Kasa balutan merupakan alat debridemen yang bermanfaat pula. Kasa
beranyaman kasar yang ditaruh pada luka bakar dalam keadaan kering (ditaruh
dalam keadaan basah dan dibiarkan mengering sendiri) akan menimbulkan efek
membersihkan luka (debridemen) secara perlahan-lahan dari eksudat dan eskar
ketika kasa pembalut tersebut dilepas. Preparat debridemen enzimatik topical
seperti sutilains (Travase), yang merupakan enzim proteolitik dari Bacillus
subtilis dan tersedia dengan bahan dasar vaselin, dapat pula membantu
membersihkan luka. Karna preparat ini sendiri tidak bersifat antibakteri,
pemakaiannya harus dikombinasikan dengan terapi antibakteri topical untuk
melindungi pasien terhadap invasi bakteri.
Cara merawat luka bakar
1) Periksa gds sebelum melakukan tindakan
2) Lihat kondisi luka pasien, apakah luka dalam keadaan kotor atau tidak, ada
pus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak
3) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan nacl dan kasa steril
4) Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit
demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi
5) Lihat kedalaman luka, apakah terdapat sinus atau tidak. Bila terdapat sinus,
ada baiknya disemprot ( irigasi) dengan nacl sampai pada kedalaman luka.
6) Keluarkan semua pus yang ada.
7) Setelah bersih, pasang tampon dengan betadine yang sudah diencerkan
dengan nacl 1:1
8) Ditutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.
9) Lakukan setiap hari, jika perlu pagi dan sore
10) Setelah luka bersih lakukan perawatan dengan pemberian salep untuk
penumbuh jaringan
c. Debridemen bedah
Debridemen bedah merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi
primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas
lapisan kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih
viabel dan berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa hari pasca luka bakar
atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan edemanya berkurang.
Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan. Balutan biologik
temporer atau balutan biosintetik dapat digunakan dahulu sebelum graf kulit
dipasang pada pembedahan berikutnya.
(Smeltzer, suzanne C. Bare, brenda G: 2001)
4. Indikasi Operasi
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya
luka bakardeep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai dengna
permukaan yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak
adanya capillary refillataupun sensibilitas kulit.
5. Kontraindikasi Operasi
a. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
b. Gangguan pada proses pembekuan darah
c. Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka (raw surface)
yang timbul.
7. Komplikasi operasi
a. Pembentukan kista.
Hal ini dapat disebabkan oleh sumbatan dari duktus atau kelenjar adneksa.
Kista sebaseus ini dapat muncul sekitar 4 minggu postoperasi dan dapat tumbuh
hingga diameternya 20mm. Biasanya kista ini dapat pecah sendiri, namun pada
kasus yang cukup berat akan membutuhkan tindakan bedah.
b. Stepping pada tepi graft, pada pertemuan graft dan kulit normal. Kedalaman dari
step bervariasi, tergantung dari variasi kedalaman eksisi. Bila perlu dapat dikoreksi
dengan eksisi ulang.
c. Titik-titik kehitaman pada kulit. Hal in terjadi akibat sekresei cairan terus menerus
yang dapat diatasi dengan dibersihkan secara hati-hati.
d. Epithelial bridging. Hal ini terjadi akibat tertahannya folikel rambut.
e. Perdarahan. Perdarahan dapat dicegah dengan menggunakan torniket dan
melakukan elevasi ekstremitas bersangkutan.
f. Infeksi
(Marilynn E. Doenges, 2000)
E.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung
ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Debridemen merupakan suatu tindakan eksisi pada luka bakar yang bertujuan untuk
membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses penyembuhan luka dan
potensial terjadi/berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon
inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat
dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.
B. Saran
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan luka
bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit
ini.
Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 1, EGC, Jakarta.
Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing
Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika
Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II, 1997.
Marilynn E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-NOC.
Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing Yogyakarta: Nuha Medika
Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta: EGC
Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, suzanne C. Bare, brenda G. (2001). Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC