TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di
bawah (dorsoinferior).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Letak lintang
merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan
dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya
kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau
tegak lurus dengan sumbu panjang Ibu. Pada letak oblik biasanya hanya bersifat sementara,
sebab hal ini merupakan perpindahan letak janin menjadi letak lintang atau memanjang pada
persalinan.
Pada letak lintang, bahu biasanya berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala
terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain kondisi seperti ini
disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Posisi punggung dapat mengarah ke
posterior, anterior, superior, atau inferior, sehingga letak ini dapat dibedakan menjadi letak
lintang dorso anterior dan dorso posterior
B. Etiologi
Penyebab letak lintang adalah :
Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh kehamilan multivaritas pada ibu
hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil
nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat multipara dapat
menyebabkan uterus berali kedepan. Hal ini mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin
menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi oblik atau melintang.
Janin prematur, pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin sehingga
menyebabkan letak memanjang.
Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya plasenta atau tumor dijalan lahir
maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat
engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
Panggul sempit, bentuk panggul yang sempit mengakibakan bagian presentasi tidak dapat
masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang janin
menjauhi sumbu jalan lahir.
C. Diagnosis
c. Pada pemeriksaan dalam teraba bagian yang bergerigi yaiti tulang rusuk pada dada janin
diatas pintu atas panggul pada awal persalinan. Pada persalinan lebih lanjut teraba
klavikula.posisi aksilla menunjukkan kemana arah bahu janin menghadap tubuh ibu. Bila
persalinan terus berlanjut bahu janin akan masuk rongga panggul dan salah satu lengan
sering menumbun (lahir terlebih dahulu) kedalam vagina dan vulva
D. Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan
pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa,
sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar
kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan
dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah
sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat
ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan
mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4
cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio
sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada primigravida kala
I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka
lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor.
Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin
tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan
versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu
meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada
prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap
kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal
ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi
dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan
pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus.
Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri,
letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih
hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan
metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan
menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan
pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan
serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika
dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk
kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur
uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan
risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PATOLOGI PADA NY.”M”
GESTASI 29 MINGGU DENGAN LETAK LINTANG
No. Register : 28 13 44
Tanggal kunjunagn : 28 April 2012, pukul 09:30 wita
Tanggal pengkajian : 28 April 2012, pukul 11:00 wita
Pengkaji : Sri Wahyuni M
DO :
BAB I
PENDAHULUAN
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan
atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena
besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun
janin.
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak
lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo
selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan
Holland 0,5-0,6 %.
Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik
pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan
pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang terjadi rata-rata pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo Clinic
maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973; Johnson, 1964). Di
Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih
dari 4 tahun. Janin letak lintang seringkali ditemukan dengan pemeriksaan USG pada awal
gestasi. Angka kejadian meningkat jika janinnya prematur.
Beberapa Rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain: RSUP
Dr.Pirngadi, Medan 0,6 %; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo
selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan
Holland 0,5-0,6 %.
Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi sebagai tanaga kesehatan
khususnya bidan haruslah mengetahui seluk beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat
mendeteksi lebih dini jika terjadi kelainan letak lintang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. a. Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin
dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah
(dorsoinferior).
1. b. Etiologi
Penyebab paling sering adalah kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelaianan letak paling
sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung
terjadinya letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beebrapa faktor yang
mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda, polihidramnion, abnormalitas
uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.
1. c. Diagnosis
Letak lintang mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus, terlihat melebar, lebih
menonjol ke salah satu bagian abdomen, engan TFU rendah. Palpasi akan teraba kepala janin
pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang
berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong ditemukan di salah satu bagian fossa
iliaca. USG dapat digunakan untuk memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan
penyebab.
1. d. Proses Persalinan
Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam
panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu
tertahan oleh tepi atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong pada fossa
iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul.
Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi
halangan tersebut. Setelah beberapa saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama
semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak
cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik ibu maupun bayi
dapat meninggal.
Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan
spontan dapat terjadi meskipun kelainan tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala
terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang
paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul
secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicati corpore)
1. e. Komplikasi
Letak lintang merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan
berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah berat jika kasus letak
lintang telambat didiagnosa. Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan
antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian
ibu. Pada janin, dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus
umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .
1. f. Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan menjadi
presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan
teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali.
Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit
lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat
ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan
mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4
cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap
ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada primigravida
kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka
lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila
riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak
seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi
ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu
meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada
prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap
kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal
ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi
dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan
pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus.
Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri,
letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih
hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode
dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik
salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus
janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks
lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan
oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus
janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri.
Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko
perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.
1. g. Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan yang
menyebabkan letak lintang, misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih
tetap dapat menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian
ibu dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan
ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kehamilan,
kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat
diagnosa letak lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi
lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai perbandingan jika diagnosa dibuat pada
UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-
40 minggu, ± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang (4). Di negara dengan sarana-prasarana yang
sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah cukup rendah. Namun,
pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio
sesaria (10).
Angka kematian ibu sekitar 0-2 % ( RS Hasan Sadikin Bandung, 1966). Sedangkan angka
kematian janin sekitar 18,3 % (RS Hasan Sadikin) dan 23,3 % (RS Umum Pusat Prop. Medan).
Angka ini kira-kira sama dengan yang didapatkan oleh Wilson santara tahun 1935-1950. Tetapi
dengan meningkatnya frekuensi seksio sesaria pada letak lintang, pada tahun 1951-1956 Wilson
melaporkan angka kematian janin sangat menurun menjadi 5,6 % .
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2004, rerata angka kematian akibat malposisi dan
malpresentasi janin di negara-negara berkembang, seperti Brazil, Nikaragua, Ekuador dan
Meksiko, sebesar 1,3 % .
BAB III
DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Seorang ibu hamil dengan umur kehamilan 29 minggu mengeluh perut sebelah kiri sering terasa
nyeri seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit menonjol, sedangkan perutnya
sebelah kanan sering terasa ada gerakan janin (ditendang-tendang).
1. Riwayat Obstetri
DATA OBJEKTIF
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,60C
1. BB/TB : 60 kg/158 cm
2. Abdomen
Palpasi Leopold :
Auskultasi DJJ :
ASSESMENT
1. Diagnosa Kebidanan
1. Masalah
Ibu mengatakan ibu mengalami nyeri tekan di perut sebelah kiri dan terasa gerakan janin di
sebelah kanan.
1. Kebutuhan
1. Diagnosa potensial
Ibu berpotensi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan post partum, ruptur
uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu, sedangkan pada janin dapat
menyebabkan prematuritas, BBLR, prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian
janin.
1. Masalah Potensial
Tidak ada
Tidak ada
1. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sarjito untuk pemeriksaan
USG untuk memastikan letak lintang dan mengetahui penyebabnya.
1. Merujuk
Merujuk ke dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sarjito untuk penanganan lebih lanjut.
1. Menjelaskan kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinannya janin ibu
letaknya melintang berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
1. Memberi contoh dan menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut
dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk mengembalikan posisi
bayinya menjadi presentasi kepala.
1. Menjelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa ditimbulkan dari
kelainan letak lintang.
Ibu mengerti tentang komplikasi yang bisa ditimbulkan dari kelainan letak lintang dan akan
berhati-hati.
1. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli kebidanan yang
telah ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan mengetahui penyebab dari
letak lintang.
1. Merujuk ibu ke dr. Hasan Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sardijo untuk penanganan
selanjutnya.
Ibu bersedia dirujuk ke dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sardjito untuk dilakukan
penanganan selanjutnya.
1. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dua minggu lagi atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia datang dua minggu lagi atau jika ada keluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. (Ed.). 2007. Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
LETAK LINTANG
Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu.
Kadang-kadang sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering
bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong
(“unstable lie”)
Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala
berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior
atau dorso-posterior . Angka kejadian 1 : 300 persalinan tunggal (0.3%)
Diagnosis
Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen terlihat
melebar dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus. Tidak ada kutub janin yang teraba dibagian
fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.
Pada dorso-posterior, teraba bagian kecil pada palpasi dinding abdomen. VT pada persalinan dini
dapat meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka dapat teraba skapula
dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu dan lokasi kepala.
Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai prolapsus
lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep – neglected transverse lie.
1. Etiologi
2. Grandemultipara akibat dinding abdomen yang kendor
3. Janin Preterm
4. Plasenta previa
5. Kelainan anatomis uterus
6. Hidramnion
7. Panggul sempit
Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki kemungkinan
mengalami kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara. Kekendoran otot abdomen
yang mengakibatkan perut gantung (“pendulous abdomen”) dapat menyebabkan uterus jatuh
kedepan sehingga sumbu panjang janin menjauh dari sumbu jalan lahir.
Letak plasenta pada Segmen Bawah Rahim dan kesempitan panggul dapat menyebabkan
gangguan akomodasi bagian terendah janin sehinga terjadi letak lintang.
Mekanisme persalinan
Persalinan spontan pervaginam pada janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak mungkin
berlangsung. Setelah selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan menyebabkan
prolapsus lengan.
Kontraksi uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk kedalam SBR dan menyebabkan
regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir dengan ruptura uterus (“neglected transverse lie”)
Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan pervaginam dapat
berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin agar melewati PAP dan
persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.
Penatalaksanaan
Presentasi lintang pada awal persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC. Pada minggu ke 39
sebelum persalinan atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh dapat dilakukan
tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain.
Pada saat melakukan SC, akibat terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi uterus
lebih baik dilakukan secara vertikal.
Terdapat lingkaran muskular (pathological retraction ring-Bandl” ) diatas SBR yang sudah
sangat menipis. Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran retraksi
patologis sehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan pada SBR.
LETAK LINTANG
A. DEFINISI
Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak
lurus dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena itu seringkali bahu
terletak diatas PAP, malposisi ini disebut juga presentasi bahu. Bayi berada
benar-benar melintang terhadap perut ibu atau miring dengan kapala atau
bonb ada di fossa iliaca. Umumnya bokong lebih tinggi dari kepala.
Penunjuknya adalah scapula: tempat kepala menentukan posisinya yaitu kiri
atau kanan, sedangkan punggung menunjukkan kedudukan anterior atau
posterior. Jadi LScP berarti letak lintang, kepala di sebelah kiri ibu dan
punggung janin di belakang. Bagian yang benar-benar ada diatas PAP
mungkin bahu, punggung, perut, dada atau sisi badan janin. (Harry Oxorn
William R. Forte. 2010)
B. INSIDENSI
Insidensi letak lintang adalah sekitar 1:500. Keadaan ini merupakan
malposisi yang gawat dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.( Harry Oxorn
William R. Forte. 2010)
C. ETIOLOGI
Setiap keadaan yang menghalangi masuknya kepala atau bokong dapat
merupakan predisposisi letak lintang. Kelainan ini lebih sering terjadi pada
multipara dibanding primigravida oleh karena kelemahan otot-otot uterus
dan abdomen. Faktor-faktor etiologis lain meliputi plasenta previa, tumor
yang menyebabkan obstruksi, kehamilan ganda, anomal
janin,hydramnion,prematuritas, disproporsi kepala panggung, kelainan-
kelainan uterus sepeti uterus subseptus, uterus arcuatus dan uterus
bicornis, dan panggung sempit. Sering kali tidak dapat ditemukan faktor
etiologisnya dan dianggap malposisi terjadi secara kebetulan. Ketika
persalinan mulai kepala ada diluar segmen bawah rahim dan bahu didorong
masuk panggul.( Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
D. PATOFISOLOGI
· Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang
bayi menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau
melintang.
· Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan
berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka Diagnosis letak
lintang. (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
E. PEMERIKSAAN ABDOMINAL
1. Terlihat abdomen tidak simetris
2. Sumbu memanjang janin melintang terhadap perut ibu
3. Fundus uteri lebih rendah dari yang dihadapkan sesuai dengan umur
kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atasnya dekat pusat dan lebih
lebar dari biasa
4. Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun bokong
5. Kepala dapat diraba di salah satu sisi ibu
6. Bokong teraba disisi lain. (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
F. DENYUT JANTUNG JANIN
Denyut jantung janin terdengar paling jelas dibawah pusat dan tidak
mempunyai arti diagnostik dalam penentuan letak.( Harry Oxorn William R.
Forte. 2010)
G. PEMERIKSAAN VAGINAL
Yang paling penting adalah hasil negatif, tidak teraba kepala maupun
bokong. Bagian terendah janin tinggi diatas PAP. Kadang-kadang dapat
diraba bahu, tangan, iga atau punggung anak. Oleh karena bagian terendah
tidak dengan baik menutup panggul mungkin ketuban menonjol kedalam
vagina.( Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
H. PEMERIKSAAN SINAR-X
Pemeriksaan sinar-X berguna untuk memasukkan diagnosis dan untuk
mengetahui adanya kelainan janin atau panggul ibu. (Harry Oxorn William R.
Forte. 2010)
I. PENGARUH LETAK LINTANG PADA PERSALINAN
· Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan memiliki resiko
tinggi bagi ibu dan janin karena dapat menyebabkan persalinan macet.
· Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam keadaan letak
lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Keadaan ini disebut
versio spontanea. Hal ini mungkin terjadi bila ketuban masih utuh.
· Letak lintang menyebabkan persalinan macet dan untuk kejadian ini tidak
ada mekanisme persalinannya.
J. KOMPLIKASI
1. Pada maternal
a. Ruptur uteri dan traumatik uteri
b. Infeksi
c. Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie)
Yang berpotensi meningkatkan kematian pernatal, diketahui dengan :
· Adanya ruptur uteri mengancam
· Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan
panggul
· Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
Meningkatnya kematian maternal karena :
· Letak lintang selalu disertai plasenta previa
· Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
· Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari Sepsis setelah ketuban
pecah atau lengan menumbung melalui vagina.
2. Pada janin
Kematian janin akibat :
· Prolaps funikuli
· Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental
· Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005 & Cuningham,1995)
K. TANDA DAN GEJALA
a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri
membentang sedikit diatas umbilikus.
b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
L. PENATALAKSANAAN
1. Pada kehamilan
a. Deteksi dini oleh bidan
· Konfirmasi umur kehamilan
· Pemeriksaan luar
· Mengenali faktor resiko
· Diagnosis
· Konseling
· Rujukan (MNH,2002 )
b. Penanganan pada kehamilan dilakukan oleh ginekolog
· Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada usia kehamilan
setelah 39 minggu karena tingginya perubahan spontan ke letak logitudinal .
untuk menghindari perubahan ke posisi awal dilakukan pemasangan korset
untuk fiksasi (Hanifa,1992)`
· Pemanatauan letak dan keadaan janin melalui ANC.
· Memasuki persalinan dianjurkan untuk masuk rumah sakit lebih dini agar
dapat ditentukan diagnosa dan panatalaksanaan
2. Pada Persalinan
a. Deteksi dini oleh bidan
b. Konfirmasi umur kehamilan
· Pemeriksaan luar
· Mengenali faktor resiko
· Melakukan pemeriksaan dalam
· Diagnosis
· Konseling
c. Rujukan Persiapan persalinan
· Pemantau persalinan dengan partograf
· Pemantauan kondisi kelainan janin
· Pemberian cairan infus dan pemeriksaan laboratorium
· Pemantau DJJ dan his secara elektronis
· Dukungan mental pada ibu
· Persiapan tenaga dan alat untuk mengantisifasi terjadi kegawatdaruratan
d. Persalinan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi dan kegawat
daruratan neonatal, dilakukan oleh ginekolog kolaborasi dengan pediatrik
e. Versi luar masih mungkin dilakukan pada pasien inpartu , dengan syarat :
· Pembukaan < 4 cm
· Ketuban masih utuh
f. Pada primigravida apabila versi luar tidak berhasil pertimbangkan untuk
segera dilakukan SC :
· Bahu tidak dapat melakuan dilatasi pada servik dengan baik, sehingga pada
primigravida kala 1 menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap
· Tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterin sewaktu
his maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan sempurna
dan dapat mengekibatkan prolaps funikuli
· Pada primi versi ekstraksi sukar dilakukan
g. Pada janin kecil dan sudah mati adan menjadi lembek persalinan dapat
terjadi spontan, dengan cara :
· Cara Denman
Bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun diringga panggul dan
lahir kemudian disusul dengan bagian badan atas dan kepala.
· Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan
kaki sehingga bahu,bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya
kepala
h. Pada multiparitas, pertolongan persalinan letak lintang tergantung dari
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik baik dapat ditunggu hingga
pembukaan lengkap, kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri
persalinan dengan SC.
i. Persalinan dengan sc pada letak lintang di indikasikan , untuk menghindari
resiko perinatal (cuningham,1995 & hanifa 1992, Mochtar,1995)