Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI MUNALI FATAH

Nama seniman yang satu ini tak bisa dilepaskan dari sejarah ludruk di Jawa Timur. Munali
Fatah, bahkan telah menciptakan salah satu gaya dalam tari Remo, bagian dari ludruk, sehingga
hingga kini dikenal dengan Remo Gaya Munali Fatah. Pada usianya yang mencapai angka 78 tahun
sekarang ini, toh dia tetap aktif membina para pekerja seni tradisi, melatih ngremo dan karawitan
ludruk serta wayang di rumah sederhana di Banjar Kemantren, Buduran, Sidoarjo yang ditinggali
bersama istri dan beberapa orang putranya.
Pria yang mengaku buta huruf ini, lahir di Sidoarjo 17 Mei 1924, dari pasangan Fatah dan
Sutiah. Perjalanannya dalam dunia ludruk dimulai tahun 1938 di kelompok ludruk Rukun Makno,
kemudian tahun 1945-50 dia bergabung dalam sebuah gerakan pembela kemerdekaan yang
bernama Alap-alap. Dalam kelompok inilah juga terdapat nama Cak Durasim, tokoh ludruk
legendaris itu, dengan menggunakan gongseng (instrumen bunyi di kaki) dan sampur (selendang)
sebagai sarana menjalankan tugasnya. Tahun 1950 lantas mengikuti kelompok ludruk Jelmaan
Baru, tahun 1963 bergabung dengan Ludruk RRI Surabaya dengan modal keahlian ngidung dan
beksa ngremo dan pensiun tahun 1983 sebagai pegawai negeri sipil.
Perjuangannya melestarikan ludruk sudah tak perlu disangsikan lagi. Kemampuannya menari
seolah sudah melekat sejak kecil, ketika dia belajar dengan menggunakan “gamelan” mulut atau
keprak kotak kayu. Waktu itu gamelan hanya dimiliki oleh orang-orang kaya, sehingga tak
memungkinkan Munali menggunakannya. Namun ayahnya yang mendorong kuat untuk tetap tekun
dan giat berlatih meraih cita-cita hidupnya sebagai seniman yang berhasil. Apa yang diajarkan
ayahnya adalah prinsip hidup, bahwa urip dadi apa wae kena, pokoke bener, temen tumemen
(hidup menjadi apa saja boleh, asal dijalani dengan giat, serius dan penuh kesungguhan).
Remo Gaya Munali ini diakui oleh kalangan tari. AM Munardi menyatakan, bahwa gayaMunali
memiliki kepekatan, kekentalan struktur tari yang membentuk gugus polabaku yang mapan dan
mantap. Tari Remo Gaya Munali lantas menjadi materi pelajaran pokok di SMKI, mata kuliah pokok
di STKW Surabaya, setelah sebelumnya dikembangkan di IKIP Negeri Surabaya (kemudian berganti
Unesa) dan sejumlah perguruan tinggi seni di Indonesia. Soenarto AS dari STKW mengakui,
Remo gayaMunali ini memiliki keluwesan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Tari Remo lantas menjadi ukuran kepiawaian seorang penari, sehingga
sempat lahir ungkapan “kalau belum bisa Remo belum bisa menari.”
Hidup tidak pernah punya kepentingan untuk memiliki dan pamrih (Urip gak miliklan
pamrih) adalah motto hidupnya. Kesahajaan dan kerendahan hati yang mewarnai
seluruh gaya hidupnya, juga tutur katanya, menjadikan seorang Munali semakin disegani. Pusat
Lembaga Kabudayan Jawi (PLKJ) di Surakarta pernah memberikan penghargaan khusus pada
Munali dengan hadiah dari Gubernur Jawa Tengah. Penghargaan yang serupa juga diberikan oleh
panitia festival Cak Durasim 2002 belum lama ini.
Apa yang ingin dipesankannya pada pemerintah adalah, “kalau pemerintah memang serius
mempertahankan dan mengembangkan seni tradisional, khususnya ludruk, hendaknya
menyediakan sarana yang memadai.”
SEJARAH TARI REMO
Tari remo berasal dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Tarian yang merupakan gambaran karakter masyarakat Jawa Timur yang keras dan pemberani ini,
ditilik dari sejarah memang masih belum diketahui bagaimana asal usulnya dan kapan mulai ada.
Namun, dari beberapa budayawan setempat dapat diambil teori bahwa asal usul tari remo sudah
dimulai sejak abad ke 16. Tepatnya di daerah yang kini secara administratif masuk ke dalam wilaya
Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, tari remo lahir dari beberapa orang warga
yang berprofesi sebagai pengamen tari jalanan pada masa itu. Ia kemudian berkembang dan terus
mengalami pembaruan hingga sekarang.
Tari Remo ini awalnya diciptakan oleh para seniman jalanan pada jaman dahulu dengan
mengangkat tema seorang Pangeran yang gagah berani. Tarian ini mulai diperkenalkan ke
masyarakat luas dengan cara mengamen. Seiring dengan perkembangannya tarian ini mulai
diangkat dan dijadikan sebagai tarian pembuka dalam pertunjukan Ludruk. Sejak saat itulah Tari
Remo mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas. Dalam perkembangannya, Tari Remo juga
ditampilkan secara terpisah sebagai tarian selamat datang untuk tamu kehormatan atau tamu
besar yang datang ke Jawa Timur.
Tari Remo ini umumnya dibawakan oleh para penari laki – laki dengan gerakan yang
menggambarkan seorang Pangeran yang gagah berani. Namun seiring dengan perkembangannya,
Tari Remo ini tidak hanya dibawakan oleh penari pria saja namun juga penari wanita. Sehingga
memunculkan Tari Remo dengan jenis lain yang biasa disebut Tari Remo Putri.
Tarian ini diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang
banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan
sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan
secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara
kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah.
Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan
laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh
perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya
perempuan.
Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki.
Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya
menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi
kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.
Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang
digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi
dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan
tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam
festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah
kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga
kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan
memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Sinopsis Tari Remo : Menceritakan perjuangan seorang pangeran dalam medan laga dan ungkapan
patriotis (kepahlawanan) pemuda Jawa Timur
GERAK TARI REMO
gedrug, kipatan sampur, gendewa, ngore rekmo, nebak bumi, tatasan, ceklekan, tranjalan, tepisan,
nglandak, kencak, klepatan, telesik, bumi langit.
GEDRUG
Sebagai symbol manusia mulai mengenal bumi tempat ia dilahirkan dan mengarungi kehidupan.
Gedrug adalah gerakan kaki (terpusat pada hentakan tumit kanan) menghentak bumi, sebagai
pelambang kesadaran manusia atas daya hidup yang ada di bumi, bahwa bumi sebagai sumber
hidup yang perlu dipahami adanya. KIPATAN SAMPUR Merupakan symbol dari perlindungan diri,
sampur sebagai alat untuk menjauhkan diri dari segala pengaruh negative atau pengaruh buruk.
Adapula yang mengartikan bahwa kipatan sampur sebagai symbol membuang hal yang buruk atau
negative.
GENDEWA
Sebagai symbol melajunya anak panah yang sedang dilepaskan dari busur. Digambarkan bahwa
gerak langkah manusia yang secepat anak panah sedang dilepas dari busurnya. Makna lain yang
tersirat dalam ragam gerak gendewa ini adalah bahwa dalam melaksanakan kehidupan ini,
manusia berupaya melepaskan pengalamannya untuk diturunkan kepada orang lain. Adapula yang
mengartikan tentang symbol kewaspadaan seseorang terhadap zat-zat atau berbagai pengaruh
yang ada di sekitarnya.
NGORE REKMO
Ngore adalah mengurai, rekmo adalah rambut. Dalam gerak tari ngore rekmo ini dimaksudkan
sebagai symbol merias diri, terutama gambaran seseorang sedang menata rambut. NEBAK BUMI
Sebagai symbol adanya bumi dan langit yang mengitari kehidupan manusia, keterikatan antara
bumi dan langit dan adanya ruang diantara bumi dan langit yang dijadikan tempat untuk machluk
hidup. Ruang tersebut sebagai sebuah daya yang saling berhubungan, saling mengisi dan saling
mempengaruhi. Bahwa bumi dan langit merupakan dua kondisi alam yang tak dapat dilepaskan
dalam kehidupan semua machluk hidup yang ada diantaranya.
TATASAN
Diibaratkan sebagai kemampuan seseorang dalam menangkap sesuatu yang sedang
membahayakan dirinya.
CEKLEKAN
Diibaratkan sebagai ranting-ranting pohon yang patah. Gerak ceklekan ini terpusat pada kesan
patah-patah pada siku.
TRANJALAN
Ada yang menyebutnya dengan nama gobesan. Nama gobesan biasa digunakan dalam wayang
topeng malangan. Isi geraknya tidak jauh dari penggamabaran tentang solah busana, adapula yang
menyebutnya dengan istilah ngudisarira. Tranjalan mempunyai makna bahwa manusia hidup selalu
berupaya memelihara diri sendiri, membersihkan dirinya dari segala kotoran, yaitu kotoran yang
berbentuk debu (zat mati) ataupun kotoran yang berupa zat hidup yang negative yang
mempengaruhi sifat maupun prilaku manusia.
TEPISAN
Merupakan symbol dari gerakan kecekatan tangan dalam melindungi tubuh dari unsure negative.
Munali Fatah mengisinya dengan motif gerak tumpangtali yang tehnik geraknya bersumber dari
tumpangtalinya pada tarian klana bagus dan sejenisnya (gaya tari Surakarta). Tepisan ini
merupakan symbol menyaturkan daya linuwih (kekuatan lain) yang diberikan alam kepada diri
manusia yang dapat terujudkan melalui gesekan kedua telapak tangan. Gerakan ini dilakukan
didepan perut, karena dalam perut tersebut pusat lumbung udara yang didapatkan dari pertemuan
antara udara yang dihirup dari luar dan udara yang ada dalam tubuh manusia.
NGLANDAK
Merupakan symbol gerak yang menirukan prilaku binatang landak. KENCAK Merupakan symbol
gerak yang menirukan prilaku binatang kuda, hal ini mirip dengan kuda kencak, mengapa disebut
dengan kuda kencak, karena kuda tersebut dapat menari-nari, gerakannya antara lain diseputar
junjungan kaki yang depan dan gerakan bergeser kearah samping (nyelereg). Depakan-depakan
kaki kuda yang bergerak kearah samping inilah kemungkinan besar mengilhami gerak kencak pada
tari ngremo. Gerakan semacam ini sudah ada pada gerak tariannya ludruk besut atau yang dikenal
pula dengan nama seniti. Motif gerakan serupa juga terdapat pada tari jaranan yang berkembang
subur di daerah Kediri – Tulungagung – Trenggalek.
KLEPATAN
Diibaratkan sebagai upaya manusia untuk menghindar dari segala bahaya yang mengenai dirinya,
untuk itu ia perlu mengetahui dan waspada terhadap segala sesuatu yang berada disekitarnya yang
berusaha mendepat pada dirinya. Dijelaskan bahwa segala sesuatu itu bias berupa ujud fisik yang
Nampak secara nyata, adapula ujud abstrak yang mengenai dirinya dengan tidak dapat Nampak
oleh penglihatan tetapi dapat dirasakan adanya.
TELESIK (TELESIKAN)
Diibaratkan seperti pergeserran benda-benda kecil (pasir, dedaunan, ranting) yang terdorong
angin. Dalam hal ini mengisyaratkan bahwa disekitar manusia ini terdapat suatu daya yang mampu
membawa perubahan diri manusia. Udara merupakan unsure yang perlu dipahami sebagai sesuatu
yang mampu membentuk dan mengubah kehidupan.
BUMI LANGIT
Gerak bumi langit ini mengandung makna kesadaran terhadap daya hidup yang ditimbulkan oleh
bumi dan langit. Diantara bumi dan langit itu manusia berada untuk melaksanakan kehidupannya
atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
KETER
Keter, adalah gerak dagu yang ditekan kearah kiri dan kearah kanan secara bergantian, kepala
bagian atas seolah-olah menjadi poros yang hampir tidak ada tekanan gerak. Gerak keter ini
umumnya digunakan sebagai gerak transisi dari satu rangkaian ragam gerak akan menuju
rangkaian ragam gerak yang lain.
ADEG
Adeg, dimaksudkan sebagai ukuran memposisikan tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Posisi kepala dan punggung tegak, kedua lutut menghadap kesamping membentuk siku kurang
lebih 65 derajat. Ada beberapa posisi telapak kaki yang digunakan oleh para penari ngremo tradisi,
antara lain, telapak kaki sejajar sehingga arah hadap tubuh Nampak tajam kedepan, telapak kaki
kiri agak bergeser sedikit kebelakang sehingga arah hadap tubuh tajam menyudut kekanan depan.
SIKU
Siku, dimaksudkan sebagai cara mengatur posisi pergelangan tasngan maupun siku sesuai dengan
ukuran setiap gerak yang diperlukan. Solah (gerak) yang diku dimaksudkan suatu bentuk gerak
yang tajam yang dihasilkan dari kemampuan memposisikan lengan atauipun kaki secara tepat dan
tegas. Dengan penerapan siku yang baik, tata sikiap lengan tubuh dan kaki yang membentuk sudut-
sudut terukur , penari akan mewujudkan suatu bentuk sikap tari yang baik.
SABET
Sabet, dimaksudkan sebagai cara melakukan gerak tari, keserasian antarta gerakan tangan dan
kaki, merupakan kemamp[uan penari dalam mengatur irama adan tempo gerak, sehingga
meskipun irama lambat, tetapi mengalirnya gerak tetap mempunyai tempo yang pendek-pendek.
PACAK
Pacak, dimaksudkan sebagai kondisi tubuh saat melakukan gerak tari yang sudah tidak lagi seperti
subyek (personal) yang sedang melakukan gerak, tetapi benar-benar sebagai subyek (personal)
yang sedang menari, meninggalkan indifidunya dan ia memasuki sebuah ruang baru yaitu ruang
tari ngremo, dalam hal ini dicontohkan seperti gaya, penampilan, pembawaan telah berubahnya
sosok seseorang menjadi sosok lain dalam tari ngremo.
POLATAN
Polatan, arah hadap pandangan sesuai dengan gerak kepala yang diterapkan pada setiap gerak tari.
Arah hadap dengan pandangan bola mata harus satu arah mengikujti arah gerak sesuai dengan
kebutuhan kesan yang diujudkan.
NGLARAS
Nglaras, dimaksudkan sebagai keselarasan antara perjalanan gerak tari sesuai dengan irama music
iringannya. Dalam upaya ini seorang penari perlu kemampuan merasakan jalannya irama gereak
dan irama musiksesuai yang diperlukan oleh setiap ragam gerak tari. Nglaras dapat hidup dalam
perjalanan gerak tari apabila seorang penari memahami pola ritmis dari setiap gerakan.
NGAYATI
Ngayati, dimaksudkan sebagai kemampuan penari dalam upaya mengalirkan jiwanya keseluruh
tubuh, mengalirnya sebuah getaran atau magnit keseluruah tubuh, bukan tubuh yang bergetar,
tetapi kekuatan internal yang terlahirkan, sehingga berbagai gerak tari yang ia lakukan memiliki
daya hidup. Memiliki daya hidup dimaknai sebagai gerak yang mampu memtransformasikan rasa
gerak tari kepada orang lain yang melihatnya, orang lain tersebut seolah-olah ikut hanyut dalam
tarian tersebut.

Mlaku = Tindak Kencak


Kaki Kuda-Kuda = Adeg/Tanjak
Tangan Ok = Tangan Nyemprit/Awal
= Seblak Sampur
Singget = Iket
= Kepat Sampur
= Iket Sabetan
Gerakan Kedua = Lawung
= Tebakan
= Seblak Kepat Sampur
= Ulap-Ulap
= Keter (Pacak Gulu)
= Selut Tumpang Tali
Terahir = Tebak Bumi
= Ayam Alas
= Bumi Langit
= Gedruk Lombo (Lambat)
= Gedruk Rangkep (Cepat)
= Sembahan

Anda mungkin juga menyukai