I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku Bangsa : Makassar/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Wijaya Kusuma II/9
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl. Pemeriksaan : 28 Mei 2012
Rumah Sakit : BKMM
Rekam Medik : 039969
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata merah sebelah kanan
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak kemarin setelah pasien berenang. Pada awalnya pasien merasa ada
sesuatu yang memasuki matanya sehingga pasien berusaha mengeluarkan benda
tersebut dengan menggunakan air sehingga mata pasien tampak merah. Saat pasien
hendak tidur pasien merasa di mata kanannya seperti ada yang mengganjal, terasa perih
dan terdapat air mata yang berlebih disertai penglihatan kabur, kotoran mata berlebih
(-), rasa mengganjal (+), silau (+), gatal (-) riwayat keluar cairan seperti gel (-).
Riwayat menggunakan tetes mata rohto. Riwayat menggunakan kacamata -1,00 saat
berumur 17 tahun selama 6 tahun dan kemudian dilepas karena pasien merasa sering
pusing. Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal. Riwayat alergi (-)
1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
No Pemeriksaan OD OS
2
B. PALPASI
No Pemeriksaan OD OS
1. Tensi Okuler Tn Tn
2. Nyeri Tekan (+) (-)
3. Massa Tumor (-) (-)
4. Glandula periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
H. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
3
I. Diafanoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
K. Slit Lamp
- SLOD : konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio perikorneal (+),
kornea terdapat infiltrate bentuk pungtata tersebar di permukaan kornea dan difus di
sentral Fluorescein (+), iris coklat, kripte (+), pupil bulat,sentral, lensa jernih.
- SLOS : Palpebra udem (-), sekret (-), konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, Refleks cahaya (+), lensa jernih.
Fluorescein (+)
M. Resume
Seorang laki-laki, 41 tahun datang ke poliklinik mata BKMM dengan keluhan mata
merah sebelah kanan yang dialami sejak kemarin. Pada awalnya pasien merasa ada
sesuatu yang memasuki matanya sehingga pasien berusaha mengeluarkan benda
tersebut dengan menggunakan air sehingga mata pasien tampak merah. Saat pasien
hendak tidur pasien merasa mengeluhkan rasa mengganjal, nyeri, lakrimasi,
penglihatan kabur, fotofobia.
Dari pemeriksaan oftalmologi mata kanan ditemukan palpebra udem, lakrimasi (+),
sekret (-), konjungtiva hiperemis (+), kornea terdapat keruh bentuk pungtata di
permukaan, iris coklat kripte (+), pupil bulat sentral, dan lensa jernih. Pada palpasi
ditemukan nyeri tekan (+). Pemeriksaan oftalmologi pada mata kiri normal. VOD =
20/70, VOS = 20/80 (tidak dilakukan koreksi karena mata pasien merah). Pada
pemeriksaan slit lamp pada mata kanan ditemukan konjungtiva hiperemis, injeksi
konjungtiva (+), injeksi perikorneal (+), terdapat infiltrate bentuk pungtata tersebar di
4
permukaan kornea dan difus di sentral, iris coklat kripte (+), pupil bulat sentral, dan
lensa jernih. fluorescein (+). Pada pemeriksaan slit lamp pada mata kiri kesan normal.
N. Diagnosis
OD Keratitis Pungtata Superfisial + Abrasi Kornea
O. Penatalaksanaan
- Topikal :
LFX EDMD 4x1 gtt OD
C. Reepitel 4x1 gtt OD
- Sistemik :
Vitamin C 3 x 1 tablet
- Bebat
P. Anjuran
- Kultur dan Sensitivitas Bakteri
- KOH
DISKUSI
Pasien ini didiagnosis dengan keratitis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien datang dengan keluhan mata kanan merah,
nyeri (+), air mata berlebih (+), penglihatan kabur (+), silau (+), dan rasa
berpasir/mengganjal (+)
Pada pemeriksaan fisis mata kanan ditemukan palpebra udem, lakrimasi, konjungtiva
hiperemis, kornea terdapat infiltrate pada permukaan. Pemeriksaan fisis pada mata kiri
normal. Pada pemeriksaan visus ditemukan, visus mata kanan = 20/70 dan visus mata kiri =
20/80.
Pada pemeriksaan slit lamp pada mata kanan ditemukan konjungtiva hiperemis,
injeksi konjungtiva, injeksi perikorneal, terdapat infiltrate bentuk pungtata tersebar di
permukaan kornea dan difus di sentral, iris coklat kripte (+), pupil bulat sentral, dan lensa
jernih. Pada pemeriksaan slit lamp pada mata kiri kesan normal. Pada pemeriksaan
fluorescein ditemukan hasil positif .
5
Pada pasien adanya keluhan nyeri dikarenakan pada kornea terdapat banyak serabut
saraf nyeri sehingga setiap lesi pada kornea baik superfisial maupun dalam akan memberikan
rasa sakit, dan rasa sakit ini akan diperberat oleh adanya gesekan palpebra pada kornea.
Fotofobia yang terjadi adalah akibat gangguan pembiasan cahaya pada retina tidak pada satu
titik dikarenakan adanya kekeruhan pada kornea sebagai media refrakta, hal ini juga
menyebabkan terjadinya penglihatan kabur pada pasien disebabkan oleh karena adanya defek
pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke media refrakta, terutama
jika letaknya di sentral. Pada pasien ini terjadi lakrimasi karena yang mempersarafi sama
dengan yang mempersarafi kornea yaitu N.Trigeminus cabang I sehingga apabila terjadi
inflamasi di kornea maka berpengaruh pada apparatus lakirimalis. Injeksi perikorneal yang
merupakan pelebaran pembuluh darah perikorneal atau a.siliaris anterior serta injeksi
konjungtiva yang merupakan pelebaran a. konjungtiva posterior yang terjadi akibat adanya
infeksi.
Etiologi keratitis yaitu bakteri, virus, jamur, atau akantamuba. Penyebab keratitis pada
kasus ini belum diketahui karena belum dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
kultur dan sensivitas serta KOH.
6
pertimbangan tersebut pasien diberikan Metil Prednisolon. Vitamin C diberikan dengan
tujuan mempercepat epitelisasi kornea.
Selain terapi medikamentosa sebaiknya diberikan pula edukasi pada pasien dengan
Keratitis pungtata superficial. Pasien diberikan pengertian bahwa penyakit ini dapat
berlangsung kronik dan juga dapat terjadi kekambuhan. Pada Keratitis Pungtata Superfisial
dengan etiologi bakteri, virus, maupun jamur sebaiknya kita menyarankan pasien untuk
mencegah transmisi penyakitnya dengan menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan,
membersihkan lap atau handuk, sapu tangan, dan tissue.
Prognosis dari keratitis pungtata superfisial pada pasien ini adalah baik karena tidak
terdapat jaringan parut ataupun vaskularisasi dari kornea. Sesuai dengan metode penanganan
yang dilaksanakan, prognosis dalam hal visus pada pasien ini sangat baik. Parut ringan pada
kornea dapat timbul pada kasus-kasus dengan keratitis pungtata superfisial yang berlangsung
lama.
Komplikasi yang mungkin terjadi descematokel, ulkus kornea, iridosiklitis, perforasi
kornea, endoftalmitis, panoftalmitis.
Kultur, tes sensitivitas dan KOH merupakan anjuran pada penderita keratitis
dilakukan untuk menegakkan diagnosis mikroorganisme penyebab dari keratitis yaitu bakteri,
jamur, ataupun virus, serta untuk mengetahui resistensi obat-obat yang diberikan. Sehingga
pengobatan yang diberikan tepat yang nantinya akan memberikan hasil yang baik untuk
penyembuhan pasien.
7
OD KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
PENDAHULUAN
Mata bagian luar adaiah bagian paling krusial dalam tubuh yang terpapar dengan
dunia luar. Struktur dan fungsi yang normal dari mata yang sehat terkait dengan homeostasis
dari keseluruhan tubuh sebagai proteksi terhadap lingkungan yang dapat merugikan. Segmen
anterior dari bola mata memberikan jalur masuk yang jemih dan terlindungi sehingga cahaya
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata dibagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan
2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu :2
1. Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal an memberikan bentuk pada mata.
Merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang berifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata,
2. Jaringan uvea yang merupakan jaringan vascular. Jaringan ini terdiri atas irirs, badan
3. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan 10 lapis, yang merupakan
lapis membrafte neirosensoris yang akan mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
Kornea merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
yang menutup bola mata sebelah depan yang terdiri atas 5 lapis yaitu epitel, membrane
Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti
keratitis superficial dan intertisial atau profimda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai
8
sebagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi
topical, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata
merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Pengobatan yang dapat diberikan antibiotic, air mata
buatan, dan sikloplegik. Pengobatan dapat diberikan dengan antibiotika, air mata buatan, dan
sikloplegik.2
Kornea adaiah bagian mata yang paling depan, transparan yang ukuran dan struktumya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea tidak ada pembuluh darah dan
jaringan yang stuktumya seragam. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus,
lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa mempunyai
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dan anterior ke posterior, kornea mempunyai
9
Kornea mempunyai kekuatan dioptri yang besar berfungsi untuk membiaskan atau
kelengkungannya raja akan berdampak /efek yang besar pula untuk merubah jatuhnya sinar
1. Epitel, tebalnya 50 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal,dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin
maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erta dengan sel basal di
sampingnya dan sel polygonal di depannya memaluli desmosom dan macula olduden,
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel
basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan
2. Lapisan Bowman, terletak di bawah membrane basal epiel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3. Stroma, terdiri atas laurel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali sert kolagen memakan waktu yang lama
yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stuma kornea yang
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
10
- Bersifat sangat elastic dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 401.tm.
Endotel- melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan sonula akiuden.
Gangguan transparansi kornea pada dasamya disebabkan oleh gangguan pada tiga hal
diantaranya:2
2. Gangguan pada integritas struktur jaringan kornea. Misalnya oleh adanya kelainan
11
Persarafan. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari nervus
siliar longus, nervus nasosiliar, nervus ke V saraf siliar longus beijalan suprakoroid, masuk ke
Seluruh lapis epitel di persarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.
Terdapat beberapa kondisi yang dapat sebagai predisposisi terjadinya inflamasi pada
kornea seperti blefaritis, pembahan pada barrier epitel kornea (dry eyes), penggunaan lensa
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengarah lingkungan, oleh
Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi antimikroba film air mats
(lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel
dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma yang avaskuler dan lapisan
Bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksi dengan organisme yang bervariasi,
termasuk bakteri, amoeba dan jamur. Streptococcus pneumoniae adaiah merupakan patogen
kornea bakterial; patogenpatogen yang lain membutuhkan inokulasi yang berat atau pada host
Ketika patogen telah menginvasi jaringan melalui lesi kornea superficial, beberapa
12
- Antibodi akan menginfiltrasi lokasi invasi patogen
- Hasilnya, akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi patogen akan
- Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang akan
- Hasilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat pada membrana Descement yang
relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele, yang di mana hanya membrana
- Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari membarana Descement terjadi dan
humor aquous akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea perforata dan merupakan indikasi
bagi intervensi bedah secepatnya. Pasien akan menunjukkan gejala penurunan virus
GAMBARAN KLINIS
penggunaan keratitis pungtata digunakan pada setiap kondisi di kornea yang di mana .lesinya
terdiri dari titik-titik opak yang melibatkan epitel, membrana Bowrman, atau lapisan-lapisan
superfisial dari substansia propria. Gambaran klinis dari keratitis pungtata dapat timbul dari
berbagai kondisi patologis, dan dapat pula timbul tanpa adanya penyebab yang jelas.
dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata disebabkan oleh hal yang
tidak spesifik dan dapat teijadi pada moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes zoster,
herpes simpleks, blefaritis, keratitis neuroparalitik, infeksi virus, dry eyes, vaksinia, trakoma
dan trauma radiasi, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan
13
Kelainan-kelainan pada keratitis ini dapat berupa :
2. Pada konjungtivitis vernal dan konjungtivitis atopik ditemukan bersama papil raksasa.
3. Pada trakoma, pemfigoid, sindrom Stevens Johnson dan pasca pengobatan radiasi dapat
Keratitis pungtata adaiah penyakit bilateral rekuren menahun yang jarang ditemukan.
Penyakit ini beijalan kronis, tidak terlihat adanya gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda
radang akut dan biasanya teijadi pada dewasa muda. Keratitis ini ditandai dengan adanya
infiltrat berbentuk bercak-bercak halus yang terkumpul di daerah antara epitel dan membrana
bowman1’2,4
Pasien dengan keratitis pungtata biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan,
adanya sensasi bends asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau (fotofobia)
. Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi
biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis epitelial sekunder
terhadap blefaro konjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari keratitis pungtata karena
mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan
karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara
keratitis yang mengenai kornea bagian superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan
berdasarkan riwayatnya.1,2,5
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut
nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah dalam
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan
dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan
media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan
14
Fotofobia yang teijadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adaiah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada
ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak disertai
dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang purulen.
KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan
kabur.2
yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan
sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan
kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan
dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada
kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yang
ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap
pengobatan. 1,5,6
dataran depan kornea yang dapat teijadi pada penyakit seperti herpes simpleks.
Keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epithelial dan stromal. Pada
epithelial kerusakan teijadi akibat pembiakan virus intra epithelial, mengakibatkan kerusakan
sel epitel dan membentuk tukak kornea superficial. Sedangkan pada yang stromal teijadi
reaksi immunologik tubuh terhadap virus terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen
antibody yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak virus, akan tetapi juga akan merusak jaringan stroma disekitamya.
Injeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis akut disertai
15
blefaritis vasikuler yang ulseratif serta pembengkakan kelenjar limfa yang regional.
Gambaran yang khas pada kornea adaiah bentuk dendrite, akan tetapi dapat pula bentuk lain.
Keratitis HSV stroma dalam bentuk infiltrasi dan edema fokal sering disertai
vaskularisasi, agaknya terutama disebabkan oleh replikasi virus. Penipisan, nekrosis, dan
Fedorasi kornea dapat terjadi dengan cepat, terutama pada penggunaar. kortikosteroid topikal.
Jika terdapat penyakit stroma! yang menyertai ulkus epithelial penyakit herpes mungkin akan
sulit dibedakan dari superinfeksi bakteri, atau jamur. Pada penyakit epitelial harus diteliti
benar adanya tanda-tanda khas herpes, tetapi unsur bakteri atau jamur mungkin saja ada dan
pasien harus ditangani dengan tepat. Nekrosis stromal dapat pula disebabkan oleh reaksi
imun akut, yang sekali lagi akan menyulitkan diagnosis penyakit virus aktif. Mungkin
terdapat hipopion dengan nekrosis, selain infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.4
Lesi perifer kornea dapat pula ditimbulkan oleh HSV. Lesi-lesi ini umumnya linear
dan terdapat kehilangan epitel kornea sebelum stroma di bawahnya mengalami infiltrasi. (Hal
ini berlawanan dengan ulkus marginal pada hipersensitivitas bakteri, misalnya terhadap S.
aureus pada blefaritis stafilokok-infiltrat mendahului hilangnya epitel di atasnya). Uji sensasi
kornea tidak dapat diandaikan pada penyakit herpes perifer. Pasien cenderung sangat kurang
Gejala-Gejala pertama infeksi HSV biasanya adaiah iritasi, fotofobia, dan berair-mata.
Bila kornea bagian sentral terkena, juga teijadi sedikit gangguan penglihatan. Karena anestesi
kornea umumnya timbul pada awai infeksi, gejalanya mungkin minimal dan pasien rhungkin
tidak datang berobat. Sering ada riwayat lepuh-lepuh demam atau infeksi herpes lain, tetapi
ulkus kornea terkadang merupakan satu-satunya gejala pada infeksi herpes rekurens.4
Lesi-lesi paling khas adaiah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea. memiliki
pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan memiliki bulbus- bulbus terminalis
pada ujungnya. Pemulasan fluorescein membuat dendrit mudah dilihat, sayangnya, keratitis
16
herpes dapat juga menyerupai banyak infeksi kornea lain dan harus dimasukkan dalam
diagnosis diferensial pada banyak lesi kornea. Ulserasi geografik adaiah bentuk penyakit
dendritik kronik dengan lesi dendritik halus yang bentuknya lebih lebar. Tepian ulkus tidak
terlalu kabur. Sensasi kornea, seperti halnya penyakit dendritik, menurun, dokter harus selalu
mencari adanya tanda ini. Lesi epitelial kornea lain yang dapat ditimbulkan oleh HSV adaiah
keratitis epitelial bebercak, keratitis aphelia stellata, dan keratitif elamentosa. Namun, semua
ini umumnya hanya sementara dan sering menjadi dendritik yang khas dalam sate atau dua
hari.4
epitel karena virus berlokasi di dalam epitel dan debridement jugs mengurangi beban
antigenik virus pada stroma kornea. Epitel sehat melekat erat pada kornea, tetapi epitel
khusus. Yodium atau eter topikal bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi.
kemudian dibalut tekan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti balutannya sampai
2. Terapi obat. Agen antiviral topikal yang dipakai pada keratitis herpes adaiah idoxuridine,
trifluridine, vidarabine, dan acvclovir. Untuk penyakit stromal, trifluridine dan acyclovir
jauh lebih efektif dibandingkan yang lain. Idoxuridine dan trifluridine sering
menimbulkan reaksi toksik. Acyclovir oral bermanfaat untuk pengobatan penyakit herpes
mata berat, khususnya pada individu atopik yang rentan terhadap penyakit herpes mata
dan herpes kulit yang agresif (eczema herpeticum), Dosis untuk penyakit aktif adaiah 400
mg lima kali per hari pada pasien yang tidak luluh imun (nonimmunocompromised) dan
17
800 mg lima kali per hari pada pasien atopik atau imun lemah.
peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus
tipe 8. Biasanya unilateral, penyakit ini dapat timbul sebagai suatu epidemi. Umumnya pasien
demam, merasa seperti ada benda asing, kadang- kadang disertai nyeri periorbita. Akibat
keratitis penglihatan akan menurun. Ditemukan edema kelopak dan folikel konjungtiva,
pseudomembran pada konjungtivatarsal yang dapat membentuk jaringan parut. Pada kornea
terdapat keratitis pungtata yang pada mmggu pertama terlihat difus di permukaan kornea.
Pada hari ke 7 terdapat lesi epitel setempat dan pada hari ke 11-15 terdapat kekeruhan sub
epitel di bawah lesi epitel tersebut. Kelenjar preureikel membesar. Kekeruhan subepitel, bani
menghilang sesudah 2 bulan sampai tiga tahun atau lebih. Pengobatan pada keadaan akut
sebaiknya diberikan kompres dingin dan pengobatan penunjar.g lainnya. Lebih baik diobati
secara konservatif. Bila terdapat kekeruhan pada kornea yang menyebabkan penurunan visus
yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali sehari. IDU (lodo 2 dioxyuridine) tidak
18
Gambar 4. Jenis-jenis utama keratitis epithelial (sesuai derajat keseringan) 4
19
PENATALAKSANAAN
dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir. Untuk
bakteri gram positif pilihan pertama adaiah cafazolin, penisilin G atau vancom.isin dan
bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian
antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi
campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu ; natamisin, arafoterisin atau
fluconazol. Selain itu obat yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. 1,3,7
Namun selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis pungtata ini sebaiknya juga
diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-
keluhan pasien. Pasien dapat diberi air mata buatan, sikioplegik dan kortikosteroid.
Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai
dengan lingkungan luar. Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan dan mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga
menghilangkan keluhan subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada pemeberian
steroid dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang infeksi
dari virus jika memang etiologi dari KPS tersebut adalah virus.9,10
Selain terapi medikamentosa sebaiknya diberikan pula edukasi pada pasien dengan
KPS. Pasien diberikan pengertian bahwa penyakit ini dapat berlangsung kronik dan juga
dapat terjadi kekambuhan, Pasien juga sebaiknya dianjurkan agar tidak terlaru sering terpapar
sinar matahari ataupun debu karena KPS ini dapat juga terjadi pada konjungtivitis vernal
yang biasanya tercetus karena paparan sinar matahari, udara panas, dan debu, terutama jika
pasien tersebut memang telah memiliki riwayat atopi sebelumnya. Pasien pun harus dilarang
mengucek matanya karena dapat memperberat lesi Keratitis Pungtata yang telah ada.
20
Pada Keratitis Pungtata dengan etiologi bakteri, virus, maupun jamur sebaiknya kita
menyarankan pasien untuk mencegah transmisi penyakitnya dengan menjaga kebersihan diri
dengan mencuci tangan, membersihkan lap atau handuk, sapu tangan, dan tissue.2
DIAGNOSA BANDING
ulkus kornea. Pada konjungtivitis terdapat gejala berupa mata merah, bengkak, sakit, panas,
gatal serta ada sekret, perbedaannya adaiah pada konjungtivitis tidak terdapat infiltrat seperti
pada keratitis.2
Ulkus kornea juga dapat di diagnosis banding dengan keratitis pungtata yaitu dengan
tes fluoresens. Dimana akan memberikan hasil positif pada ulkus kornea dengan adanya
defek pada semua lapisan kornea. Iridosiklitis merupakan peradangan iris dan badan siliar
Pada iridosiklitis mata merah, virus juga berkurang, iris keruh, wama kabur.
PROGNOSIS
Prognosis biasanya baik jika tidak teijadi jaringan parut atau vaskularisasi pada
kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala
sisa.9
Meskipun sebagian besar Kreratitis Pungtata memberikan hasil akhir yang baik
namun pada beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada
Keratitis Pungtata tersebut telah melebihi dari epitel dan membran, bowman. Hal ini biasanya
terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya kurang adekuat, kurangnya kepatuhan
pasien dalam menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang
dapat menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun, dapat
21
juga karena mats pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar,
22
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea. Sac Fransisco 2008-
2009 : 8-12,179-189.
2. Ilyas, S. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak. Dalam : Penuntun Ilmu
Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. H. 147-53
3. Ilyas, S .Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata.Untuk dokter umuni dan mahasiswa
kedokteran. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. H. 113- 131
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Dalam Ofthamoiogi Umum. Edisi 17. Jakarta : Widya
5. Hasyim Abdillah. 2010 [cited 2011 March 20] Available from : URL :http://www.about-
eye.com/cornea.html
8. Keratitis. From wikipedia the free encyclopedia 2010 [cited on 2011 march 20] Available
9. Kumiawan Lilik. Keratitis Pungtata. 2010 [cited 2011 march 20] Available from URL:
http:// www.Belibisl7.tk
10. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-l. Jakarta: Media Aeculapius
FKUI.Hal : 56.
23