Di susun oleh :
432051440116017
BANDUNG
2019
A.Definisi Delirium
Delirium juga dikenal sebagai status konfusi akut,enselofati akut, dan perubahan
status mental, delirium bukanlah penyakit tetapi suatu gejala dari masalah yang mendasari.
Gejala ini dapat terjadi karena infeksi, ketidakseimbangan glukosa darah,nyeri,atau cedera
kepala,setelah prosedur pembedahan,anestesi,atau perubahan mendadak pada lingkungan
sekitar,atau akibat interaksi obat atau putus obat
Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari),
perjalanan yang singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab
diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi masing-masing ciri karakteristik tersebut
dapat bervariasi pada pasien individual.Delirium dapat terjadi pada berbagai tingkat
usia namuntersering pada usia diatas 60 tahun. Menggigau merupakan gejala sementara
dan dapat berfluktuasi intensitasnya, kebanyakan kasus dapat sembuh dalam waktu 4
minggu atau kurang. Akan tetapi jika delirium dengan fluktuasi yang menetap lebih
dari 6 bulan sangat jarang dan dapat menjadi progresif kearah dementia.
B.Faktor Resiko
1. Efek Langsung
2.Inflamasi
Delirium dapat terjadi akibat gangguan primer dari luar otak, seperti penyakit
infl amasi, trauma, atau prosedur bedah. Padabeberapa kasus, respons infl amasi
sistemik menyebabkan peningkatan produksi sitokin, yang dapat mengaktivasi
mikroglia untuk memproduksi reaksi inflamasi pada otak. Sejalan dengan efeknya
yang merusak neuron, sitokin juga mengganggu pembentukan dan pelepasan
neurotransmiter. Proses infl amasiberperan menyebabkan delirium pada pasien dengan
penyakit utama di otak (terutama penyakit neurodegeneratif ).
3.Stres
Faktor stres menginduksi sistem saraf simpatis untuk melepaskan lebih banyak
noradrenalin, dan aksis hipotalamuspituitari-adrenokortikal untuk melepaskan lebih
banyak glukokortikoid, yang juga dapat mengaktivasi glia dan menyebab kan kerusakan
neuron.
C.Etiologi
•Usia
•Kerusakan otak
•Riwayat delirium
•Ketergantungan alcohol
•Diabetes
•Kanker
•Malnutrisi
•Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan rendahnya kadar
oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah
•Stroke
D.Tanda Dan Gejala
Gejala delirium dapat menyerupai gejala depresi dan psikosis, seperti penurunan
rentang perhatian, penurunan kewaspadaan, dan perubahan pola tidur (namun delirium
mempunyai awitan mendadak sebaliknya depresi dan psikosis ditandai dengan awitan yang
lebih lambat). Gejala yang mudah diamati namun justru terlewatkan adalah bila terdapat
komunikasi yang tidak relevan, atau autonamnesis yang sulit dipahami; kadang-kadang
pasien terlihat seperti mengomel terus atu terdapat ide-ide pembicaraan yang melompat-
lompat.
E.Dampak
a. Individu
b. Keluarga :
F. Pengkajian Fisik
1. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat (menurut klien
dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
3. Faktor predisposisi
Gangguan kongnitif pada umumnya disebabkan oleh karena gangguan fungsi biologis dan
system saraf pusat. System saraf pusat memerlukan nutrisi untuk dapat berfungsi dan setiap
adanya gangguan pengiriman nutrisi dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi ini.
1) Artheroschelerotic vascular
3) Pendarahan otak
g. Malnutrisi
h. Abnormalitas genetic
i. Penyakit HIV
4. Faktor presipitasi
Selain kelainan atau gangguan pada otak dapat menjadi factor presipitasi pada gangguan
kognitif. Kelainan tersebut antara lain ;
a. Hipoksia
Ketika mengalami gangguan kognitif, individu yang menggunankan berbagai macam koping
untuk mengatasinya individu yang telah mempunai pengalaman menggunakan koping yang
kontruktif pada masa lalu akan lebh mampu mengatasi masalah tersebut daripada individu
yang sebelumnya telah memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan
mengatasi masalah tersebut daripada individu yang sebelumnya telah memiliki kesulitan
dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan mengatasi masalah tersebut secara
konstruktif merupakan penyebab utama perilaku patologis.
6. Prilaku
Pada klien dengan delirium perlikau yang mungkin muncul adalah gelisah,hiperaktifitas,
tremor, depresi dan perliku merusak diri ( Townsend, 1993 )
a. Kesadaran berkabut
Pasien tidak waspada seperti biasanya dan Nampak bingung. Klien dapat terjadi
penurunan kesadaran ( bertahap sampai stupor ) atau hiper-alerp ( aspada berlebihan )
b. Atensi kurang
Biasanya pasien mudah teralih perhatiannya dan tidak dapat memusatkan perhatian
dengan baik atau cukup lama untuk mengikuti rangkaian piker atau mengerti apa yang
sedsng terjadi disekitarnya.
c. Gangguan persepsi
Pasien biasanya salah interprestasi terhadap suatu kejadian atau mengalami ilusi (
missal ada bayangan pohon pisang yang melambai”, klien yakin ada hantu atau orang
yang mengganggunya ). Ia bisa atau mungkin tidak menyadari kesalahan persepsinya.
d. Perubahan pola tidur-bangun
Insomnia hamper selalu ada ( semua gejala biasanya memburuk diwaktu malam hari
pada keadaan gelap ) dan kantuk berat juga dapat terjadi.
e. Dis orientasi
f. Ganguan memori
g. Inkoherens
7. Pemeriksaan fisik
8. Psikososial
b. Konsep diri
c. Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses
patologik penyakit.
e. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas
perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.
f. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada.
g.Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
dirinya rendah karena kegagalannya.
9. Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting
dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan
internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien
cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri
yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial,
hubungan dangkal dan tergantung.
10. Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,
sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi.
h. Proses berpikir
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang
dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis,
delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga
tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan
neologisme.
i. Tingkat kesadaran
a) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12,5 gr%
LED : 45 mg/L
b) Pemeriksaan Widal
S. Thyphi O : Negative
S. Thyphi H : Negative
S. Para A : Negative
S. Para B : Negative
H. Analisa Data
NO DATA MASALAH
1 Data Subyektif : Perilaku Kekerasan
- Keluarga mengatakan bahwa klien kadang
mendengar suara yang membisikan dirinya disetiap ada
rangsangan (berupa suara atau bunyian yang keras) .
- Keluarga kadang-kadang memegangi klien dikala
sedang gelisah dan tidak enak duduk dan tidur serta
berkeinginan untuk melepaskan jarum infus yang
terpasang ditangan kirinya.
- Klien minta agar tali pengikatnya dilepas .
Data Obyektif :
- Klien ketika didekati perawat mengatakan bahwa di
tempat terpasangnya infus ada 4 pasang sapi yang sedang
berkejar-kejaran (berbunyi tak-tuk-tak-tuk)
- Terdapat luka lecet pada daerah dahi (daerah tengah
antara dua lais) dan pelipis bekas garukan.
- Klien nampak gelisah , berontak, ngomel-ngomel,
tidak enak duduk dan tidak enak tidur, mata merah.
Data Obyektif :
- Klien nampak Kurang percaya pada orang lain, sukar
berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak
realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu
menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
- Klien bila diajak kenalan dengan klien liannya seperti
(sdr. JS dan Sdr. S) masih belum bersahabat dan masih
salah dalam mengulang nama yang baru saja dikenalkan
- Klien terlihat Kesadarannya berkabut, Psikomotor
meningkat, bentuk pikir non realistik, arus (asosiasi
longgar) dan isi (pemikiran tak memadai), Afek emosi
yang dangkal
I. Diagnosa
1. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/84f792be708bd93a0e18dde1c592c
a79.pdf (diakses pada tanggal 18 Maret pukul 19.55)