Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI HEWAN AIR

Oleh :
Nama : Arlina Setyoningtyas
NIM : B1A017150
Rombongan :
Kelompok :
Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pengambilan O2 dari lingkungan ke dalam tubuh hewan dan


pengeluaran CO2 ke lingkungan disebut respirasi. Respirasi pada hewan air (ikan)
meliputi pengambilan O2 dari perairan. Konsumsi O2 per unit waktu menunjukkan
laju metabolisme pada ikan. Intensitas dari pernapasan ikan menurun dengan
peningkatan bobot ikan. Laju konsumsi O2 pada ikan juga menurun dengan
tersedianya kadar O2. Pertumbuhan ambang batas konsentrasi O2 akan lebih tinggi
pada suhu yang tinggi, bertepatan dengan laju konsumsi O2 yang lebih tinggi,
perubahan yang sama dengan ambang peningkatan aktivitas atau laju pemberian
makanan pada ikan. (Yuwono, 2001). Peranan oksigen dalam kehidupan ikan
merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat
makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) sehingga dapat menghasilkan energi
(Affandi & Usman, 2002).
Difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas
fotosintesis dari tumbuhan air dan fitoplankton merupakan sumber dari oksigen.
Difusi oksigen dari atmosfer ke dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi
air diam (stagnan). Difusi juga dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air
akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun. Namun pada hakikatnya, difusi
oksigen dari atmosfer ke perairan berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi
pergolakan massa air. Oleh karena itu, sumber utama oksigen di perairan adalah
fotosintesis (Effendi, 2003).
Hewan ektotermik yang tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu
tubuhnya tergantung atau menyesuaikan diri pada suhu lingkungan sekelilingnya
Ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat
berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap
penyakit. Ikan akan mengalami stress manakala terpapar pada suhu diluar kisaran
yang dapat ditoleransi. Faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan
homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan pada lingkungan
perairan. Perubahan-perubahan faktor tersebut hingga batas tertentu dapat
menyebabkan stress dan timbulnya penyakit (Yuwono, 2001).
1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah mengukur konsumsi oksigen organisme


air secara titrasi (metode Winkler) dan dengan alat DO meter, serta mengukur
respon metabolik hewan air terkait dengan bobot tubuh dan perubahan
lingkungan atau stress.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan mujair besar,
akuades, larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat, larutan Na2S2O3, reagen
amilum, dan larutan MnSO4.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aerator, timbangan
teknikal, gelas ukur besar, respirometer, termometer, botol sampel, tabung
erlenmeyer, buret dan statif.

2.2 Cara Kerja

1. Respirometer difungsikan dengan mengisikan air sampai mendekati penuh


dan disesuaikan dengan tingkat salinitasnya. Kedua tutup tabung dibuka,
pompa resirkulasi dan aerator diaktifkan sehingga sirkulasi berfungsi dengan
baik. Sistem ini dibiarkan aktif selama kurang lebih 15 menit.
2. Tabung I ditutup pada bagian b, sehingga aliran air akan mengalir melalui
lubang tutup a, dan dengan menggunakan selang melengkung sisa gelembung
yang terperangkap pada permukaan dalam tabung I dikeluarkan hingga
tabung I kedap udara.
3. Ikan yang telah diketahui bobot basa dan volumenya dimasukkan ke dalam
tabung I melalui lubang a. Ikan tidak diberi makan 24 jam sebelum dan
selama pengukuran konsumsi oksigen. Tabung I ditutup dibagian a tersebut
tanpa ada gelembung yang terperangkap (kedap udara).
4. Ikan dibiarkan di dalam sistem ini selama kurang lebih satu jam. Selama
tahap ini diusahakan supaya tetap tenang tanpa banyak kegaduhan sehingga
ikan tidak kaget dan melakukan pergerakan-pergerakan yang dapat
memengaruhi konsumsi oksigen ikan.
5. Sampel air pertama diambil sebanyak 250 mL dengan menggunakan botol
sampel dari tabung I melalu saluran 3. Pengambilan dilakukan dengan cara
membuka tutup saluran 3 dan air dibiarkan mengalir keluar, kemudian air
dimasukkan ke dalam erlenmeyer secara hati-hati melalui dinding erlenmeyer
sehingga tidak menimbulkan gelembung udara. Setelah sampel air diambil,
pompa sirkulasi dan aerasi dimatikan.
6. Sampel air diukur kandungan oksigen terlarutnya dengan menggunakan
metode titrasi /Winkler untuk menentukan kadar oksigen terlarut awal,
dengan cara sebagai berikut:
a. Sampel air yang ada dalam botol Winkler ditambahkan 1 mL larutan
MnSO4, kemudian ditambahkan 1 mL larutan KOH-KI, lalu
dihomogenkan sampai terjadi endapan kuning.
b. Larutan yang sudah menjadi endapan kuning ditambahkan larutan H2SO4
pekat 1 mL dan dihomogenkan sampai endapan larut dan warna menjadi
kuning tua.
c. Larutan diambil sebanyak 100 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
d. Larutan dalam erlenmeyer kemudian ditambah dengan larutan amilum
sebanyak 3 tetes hingga larutan berwarna biru tua.
e. Larutan tersebut selanjutnya dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3
hingga warna biru tua tepat hilang atau menjadi jernih.
f. Oksigen terlarut awal dihitung dengan rumus berikut:
1000
𝑂𝑡𝑎 = ×𝑝×𝑞×8
100
Keterangan:
Ota : oksigen terlarut awal (mg/L)
p : larutan Na2S2O3 yang terpakai
q : normalitas Na2S2O3 (0,025)
8 : berat molekul oksigen
7. Setengah jam kemudian sampel air kedua diambil dengan cara yang sama
seperti pengambilan sampel pertama dan dititrasi dengan metode Winkler
untuk menentukan kadar oksigen terlarut akhir (Otak) yang diukur seperti
rumus Ota.
8. Konsentrasi oksigen (mg/g/jam) ikan diukur dengan menggunakan metode
Fidhiany dengan rumus sebagai berikut:
𝑉𝑂2 = (𝑐𝑂2𝑖 − 𝑐𝑂2𝑓 ) × 𝑉 × 𝐻 −1 × 𝑊 −1
Keterangan:
VO2 : konsumsi oksigen (mg/g/jam)
cO2i : oksigen terlarut awal (mg/L)
cO2f : oksigen terlarut akhir (mg/L)
W : berat ikan (g)
V : volume tabung setelah dikurangi volume ikan (L)
H : selang waktu pengukuran oksigen awal dan akhir (jam)
9. Setelah selesai pengamatan, respirometer dibuka kembali, sirkulator dan
aerator dihidupkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan laju konsumsi oksigen pada ikan


Volume cO2i cO2f VO2
No. Ikan Berat (g)
(L) (mg/L) (mg/L) (mg/L/jam)
Nilem
1. 5,44 13 18,7 17 1,255
kecil
Mujair
2. 5,41 43 17 15 0,498
kecil
Nilem
3. 9,08 86 20,8 15,8 0,9
besar
Mujair
4. 8,97 95 26,4 23 0,67
besar

Perhitungan :
1. Oksigen terlarut akhir
p = 11,5 mL
1000
𝑂𝑡𝑎𝑘 (𝑐𝑂2𝑓 ) = ×𝑝×𝑞×8
100
1000
= × 11,5 × 0,025 × 8
100

= 23 𝑚𝑔/𝐿
2. Kosentrasi oksigen
cO2i = 26,4 mg/L
cO2f = 23 mg/L
V = Vrespirometer – Vikan
= 9175 – 100
= 9075 = 9,075 L
H = 0,5 jam
W = 92 g
𝑉𝑂2 = (𝑐𝑂2𝑖 − 𝑐𝑂2𝑓 ) × 𝑉 × 𝐻 −1 × 𝑊 −1
1
= (26,4 − 23) × 9,075 × 2 ×
92
= 0,67 mg/g/jam
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan terhadap oksigen terlarut,


ikan mujair besar memiliki nilai oksigen terlarut awal sebesar 26 mg/L ketika aerator
masih menyala, tetapi ketika aerator dimatikan nilai oksigen terlarut akhir turun
menjadi 23 mg/L. Hal tersebut menunjukkan penurunan oksigen terlarut sama seperti
data pada ikan-ikan yang lain. Hal ini sesuai dengan referensi yang dikatakan Fujaya
(2004) bahwa ikan dengan aktivitas rendah akan mengonsumsi oksigen lebih sedikit
dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan terhadap konsentrasi oksigen,
ikan mujair besar memiliki nilai yang lebih besar yaitu 0,67 mg/g/jam daripada ikan
mujair kecil yaitu 0,498 mg/g/jam. Sedangkan data pada ikan nilem berkebalikan,
nilai konsentrasi oksigen ikan nilem kecil lebih besar daripada ikan nilem besar.
Untuk data kosentrasi oksigen pada ikan nilem sudah sesuai dengan pustaka yang
mengatakan konsumsi oksigen dipengaruhi oleh besar ukuran tubuh (bobot dan
volume). Semakin berat dan besar volume ikan, maka konsumsi oksigennya semakin
kecil, dan sebaliknya (Fujaya, 2004). Tetapi untuk data konsentrasi oksigen pada
ikan mujair tidak sesuai dengan pustaka, ketidaksesuaian hasil yang diperoleh ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kurang tepatnya dalam penentuan nilai titrasi
2. Adanya faktor yang menyebabkan VO2 ikan meningkat misal disebabkan
adanya perlakuan yang menyebabkan ikan banyak bergerak.
3. Kebocoran tabung pada penggunaan metode Winkler yang menyebabkan
oksigen luar berdifusi masuk, sehingga nilai VO2 meningkat.
Oksigen terlarut sangat diperlukan untuk respirasi dan metabolisme serta
kelangsungan hidup organisme (Mulyani, 2014). Ikan adalah hewan air yang
mengonsumsi oksigen terlarut dalam air. Pengambilan oksigen pada ikan dilakukan
oleh organ respirasi utama yaitu insang. Besarnya pengambilan oksigen melalui
insang dapat diukur dengan metode air statis atau air mengalir. Parameter konsumsi
oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan, sebab sebagian besar
sumber energi ikan berasal dari metabolisme aerobik. Ikan perlu mengonsumsi
oksigen untuk melakukan metabolisme aerobik, oleh karena itu perubahan konsumsi
oksigen ikan dapat digunakan untuk menilai perubahan laju metabolisme.
Metabolisme hewan polikioterm dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
Ketika suhu rendah, metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu
lingkungan yang meningkat (Sudibyo, 1999).
Menurut Richard & Gordan (1989) ada tiga macam metode untuk mengukur
metabolisme yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung selisih antara nilai energi dari semua makanan yang masuk kedalam
tubuh hewan dan semua ekskresi terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat
digunakan bila tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.
2. Menghitung produksi panas total pada organisme, metode ini sangat akurat dalam
memberikan informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organisme yang
diukur dimasukkan dalam kalorimeter.
3. Menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organisme untuk proses
oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen, cara ini paling banyak digunakan dan
mudah dilaksanakan tetapi tentu saja tidak bisa digunakan untuk organisme
anaerob meskipun konsumsi oksigen nol bukan berarti tidak ada metabolisme
dalam tubuh organisme tersebut.
Alasan penggunaan ikan nila dalam praktikum merupakan komoditas penting
pada budidaya ikan air tawar. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas
ikan nila adalah memiliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan, memiliki
kemampuan yang efesien dalam membentuk protein dari bahan organik, limbah
domestik dan pertanian, memiliki kemampuan tumbuh yang baik serta mudah
tumbuh dalam sistem budidaya intensif (Sucipto, 2007).
Langkah-langkah metode titrasi dengan cara Winkler adalah sebagai
berikut (Alaerts, 1987):
1. Air sampel dimasukkan ke dalam botol Winkler 125 mL (pada waktu
praktikum, air yang digunakan sebanyak satu botol, kira-kira 100 mL) dengan
syarat pada pengambilan sampel tidak ada udara yang masuk.
2. Air dalam botol Winkler ditambah larutan MnSO4 sebanyak 0,5 mL (pada
waktu praktikum, fungsi dari larutan MnSO4 adalah mengikat oksigen,
larutan MnSO4 yang digunakan sebanyak 1 mL atau 21 tetes), dan larutan
KOH-KI juga sebanyak 0,5 mL (pada waktu praktikum, fungsi dari larutan
KOH-KI adalah untuk mengikat gas-gas lain selain oksigen, larutan KOH-KI
yang digunakan sebanyak 1 mL atau 21 tetes). Larutan dihomogenkan
kemudian dibiarkan sehingga terbentuk lapisan heterogen yaitu dibagian atas
bening dan dibagian bawah berupa endapan berwarna coklat (apabila tidak
mengandung oksigen endapan berwarna putih).
3. Air dalam botol Winkler direaksikan dengan H2SO4 sebanyak 0,5 mL (pada
waktu praktikum, fungsi dari larutan H2SO4 adalah sebagai penyeimbang atau
penetral suatu zat, larutan KOH-KI yang digunakan sebanyak 1 mL atau 21
tetes), kemudian dikocok sehingga endapan di dalamnya menjadi larut dan
terbentuk cairan kekuningan dan dibiarkan 10 menit.
4. Air dalam botol diambil 100 mL ditampung pada tabung erlenmeyer dan
ditambah amilum, sebagai indikator warna sebanyak 11 tetes lalu dititrasi
dengan Na2S2O3 0,025 N sehingga warna kuning yang berasal dari campuran
awal menjadi bening.
5. Metode Winkler dilakukan dua kali untuk mendapatkan nilai rata-ratanya.
6. Rumus kandungan O2 terlarut:
1000
𝑂𝑡𝑎 = ×𝑝×𝑞×8
100
Keterangan:
Ota : oksigen terlarut awal (mg/L)
p : larutan Na2S2O3 yang terpakai
q : normalitas Na2S2O3 (0,025)
8 : berat molekul oksigen

Anda mungkin juga menyukai