Anda di halaman 1dari 12

Mekanisme Otot Ketika Berlari Hingga Menyebabkan Pegal

Stela Angelia Dj Babua


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida wacana
Jl. Arjuna Utara No.06, Jakarta Barat
Abstrak: Dengan menggerakan komponen-kompenen intrasel tertentu , sel otot dapat
menghasilkan tegangan dan memendek yaitu berkontraksi . Melalui kemampuan berkontraksinya
yang berkembang sempurna , kelompok-kelompok sel otot yang bekerja sama dalam suatu otot
dapat menghasilkan gerakan dan melakukan kerja . Otot membentuk kelompok jaringan terbesar
di tubuh , menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh . Otot rangka saja membentuk sekitar
40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita , dengan otot polos dan otot jantung membentuk
10% lainnya dari berat total . Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda
namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan karakterisitik
umumnya . Pertama, otot dikategorisasikan sebagai lurik atau serat – lintang ( otot rangka dan otot
jantung ) , atau polos (otot polos) , bergantung pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian ,
atau garis-garis jika otot dilihat dibawah mikroskop cahaya . Kedua, otot dapat dikelompokkan
sebagai volunteer dan involunteer dimana volunteer artinya bekerja secara sadar sedangkan
involunteer artinya bekerja secara tidak sadar , volunteer pada otot rangka sedangkan involunteer
pada otot jantung dan otot polos . selain itu otot disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di
bawah kesadaran atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berada di bawah kontrol
kesadaran .

Kata Kunci: otot rangka , kontraksi


Abstract: By moving the component - specific intracellular kompenen , muscle cells can produce
voltages and retracts that contract . Through a growing ability berkontraksinya perfect , muscle
cell groups are working together on a muscle can produce movement and do work . Muscle tissue
forming the largest group in the body , produces about half of the weight of the body . Skeletal
muscles make up only about 40 % of body weight in men and 32 % in women , with smooth muscle
and cardiac muscle forming the other 10 % of the total weight . Although all three types of muscle
are structurally and functionally different, but they can be classified in two different ways based
on the characteristics generally . First , categorized as striated muscle or fiber - latitude ( skeletal
muscle and cardiac muscle ) , or plain ( smooth muscle ) , relies on the existence of alternating
light-dark bands , or lines if muscle seen under a light microscope . Second , the muscle can be
classified as a volunteer and involunteer which means volunteer work while involunteer means
consciously working unconsciously , volunteer in order bibs while involunteer on cardiac muscle
and smooth muscle . besides bibs disarafi by the somatic nervous system and is under conscious
or dsarafi by the autonomic nervous system and not under conscious control .
Keywords: : skeletal muscle , contraction
Pendahuluan

Kelelahan yang disebabkan seseorang ketika berlari sudah menjadi hal yang wajar. Yang juga telah

diktahui bahwa pergerakan yang berlebihan akan menyebabkan kelelahan pada bagian tubuh yang

bergerak, contoh ketika seseorang berlari ia akan mengalami kelelahan dibagian kakinya, karena

pada saat berlari daerah kaki yang melakukan pergerakan. Karena diketahui bahwa otot adalah alat

gerak yang paling signifikan dalam melakukan aktifitas baik kontraksi maupun relaksasi.4 . Maka

dari itu di dalam makalah ini saya akan membahas tentang sebab dan akibat sampai terjadinya rasa

pegal dan kelelahan pada kaki berdasarkan ilmu fisiologi, anatomi, dan biokimia. Dengan begitu

pembaca dapat mengerti mekanisme dari pergerakan otot serta bagaimana dapat terjadinya

kelelahan ketika berlari.

Mikroskopik tulang tungkai bawah dan kaki.

Os Femur

Femur merupakan tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh manusia. Ujung atas tulang ini
mempunyai kepala (Caput femoris) yang akan berartikulasi dengan os coxae. Bagian leher pada
femur (Columna Femoris) membentuk 2 tonjolan yaitu trochanter mayor dan minor. Ujung bawah
femur sangat melebar sehingga merupakan tempat paling luas untuk transmisi berat badan ke
tibia.1

Gambar 2. Struktur Os Femur.3


Os Patella

Patella merupakan tulang sesamoid terbesar, merupakan tulang yang dibentuk di dalam
tendon otot untuk tujuan mekanik. Patella dibentuk dalam tendon musculus quadriceps femoris.
Tulang ini meluncur di atas permukaan sendi di bagian depan ujung bawah femur, bertindak
sebagai sumbu yang dapat bergerak dan memperbaiki kinerja musculus quadriceps untuk menarik.
Patella dapat mengalami fraktur akibat benturan langsung. Fraktur tersebut sulit sembuh dan
bahkan bila sembuh, dapat terjadi sedikit gangguan pada artikulasi femur. Pengangkatan secara
bedah kadang-kadang dilakukan; hilangnya patella tidak menyebabkan banyak kerugian mekanik.2

Gambar 3. Patella Tampak dari Depan.3

4. 0s Tibia dan Os Fibula

Tibia dan Fibula merupakan tulang tungkai di bawah lutut. Tibia berada di bagian medial
dan menopang berat badan. Terdiri dari ujung atas, corpus, dan ujung bawah. Sementara itu fibula
adalah tulang panjang kurus pada aspek lateral tungkai. Tulang ini memiliki ujung atas yang
berartikulasi dengan condylus lateralis tibia, corpus, ujung bawah yang memiliki: malleolus
lateralis pergelangan kaki, permukaan sendi unutuk ujung bawah tibia dan permukaan snedi untuk
talus. Tibia dan fibula bergabung menjadi satu di atas dan di bawah dengan sendi yang tidak dapat
bergerak. Membrane iterossea melekat pada corpus kedua tulang dan mengisi ruang di antaranya;
merupakan tempat perekatan otot.2
Gambar 4. Bagian Os Tibia dan Os Fibula.4

5. Os Pedis

Tulang-tulang tarsal terdiri dari 7 tulang yang membentuk bagian posterior kaki. Talus
merupakan penghubung utama kaki dan tungkai bawah dan membentuk sendi pergelangan kaki.
Kalkaneus merupakan tulang tarsal yang paling besar dan kuat. Tulang ini menonjol kebelakang
untuk membentuk tumit dan berfungsi sebagai tuas bagi otot-otot betis yang beinsersi pada
permukaan posteriornya. Tulang navikulare terletak antara talus dan ketiga tulang kuneiformis.
Ketiga tulang kuneiformis berbentuk baji dan berartikulasi dengan tulang navikulare dan tulang
metatarsal I, II dan III. Tulang kudoid terletak diantara kalkaneus dan tulang metatarsal IV dan V.
Tulang metatarsal terdiri dari 5 tulang panjang yang berukuran kecil. Basis tulang ini berartikulasi
dengan tulang kuneiformis dan kuboid. Kepalanya (bagian caput) berartikulasi dengan pedis. Pedis
memiliki jumlah dan susunan yang sama dengan falang yaitu 2 pada ibu jari dan 3 pada jari-jari
yang lain.1,2

Gambar 5. Struktur Os Pedis.2


Makroskopik otot tungkai bawah
Berikut ini adalah gambar dari otot tungkai bawah manusia beserta tabel untuk membantu memahami otot
apa saja yang terdapat di tungkai bawah.

Gambar 1. Sudut Anterior Dan Posterior Otot Kaki Tungkai Bawah.5

Gambar 2. Otot di Telapak Kaki Lapisan Pertama dan Kedua.6

Otot – Otot Fascia Anterior Tungkai Bawah1,2


Tabel 1. Otot-otot fascia anterior tungkai bawah1,2

Nama otot Origo Insertio Fungsi


M. tibialis anterior Facies lateralis corpus Cuneiforme mediale Ekstensi kaki pada sendi
tibia dan membrana dan basis os pergelangan kaki, inversi kaki
interossea metatarsale 1 pada articulatio subtalaris dan
articulatio tarsotransversus
mempertahankan arcus
longitudilais medialis kaki
M. extensor digitorum Facies anterior corpus Expansi extensor Ekstensi jari – jari kaki
longus fibula keempat jari kaki ekstensi kaki pada sendi
yang lateral pergelangan kaki
M. peroneus tertius Facies anterior corpus Basis metatarsale 5 Ekstensi jari kaki pada sendi
fibula pergelangan kaki eversi kaki
pada articulatio subtalaris dan
articulatio tarso transversus
M. extensor hallucis longus Facies anterior corpus Basis phalanges Ekstensi ibu jari kai
fibula distal ibbu jari kaki
M. ekstensor digitorum calcaneum Oleh empat tendo Ekstensi jari
brevis ke phalanx proximal
ibu jari kaki dan
tendo – tendo
extensor panjang
jari kaki 2,3 dan 4

Otot – Otot Fascia Lateral Tungkai Bawah1,2

Tabel 2. Otot-otot Fascia Lateral Tungkai Bawah1,2

Nama otot Origo Insertio Fungsi

M. peroneus lo- Facies lateralis Basis ossis meta- Plantar fleksi kaki pada articulatio
ngus corpus fibulae tarsal I dan cu- talocruralis dan eversi kaki pada articulatio
neiforme me diate subtalaris dan articulatio tarso transversus;
menyokong arcus longitudinalis lateralis
dan arcus transversus kaki
M. peroneus bre- Facies lateralis Basis ossis meta- Plantar fleksi kaki pada articulatio
vis corpus fibulae tarsal V talocruralis dan eversi kaki pada articulatio
subtalaris dan articulatio tarso transversus;
menyokong arcus longitudinalis lateralis

Otot – Otot Fascia Posterior Tungkai Bawah1,2


Tabel 3. Otot-otot Fascia Posterior Tungkai Bawah1,2

Nama otot Origo Insertio Fungsi


Kelompok Superficial
M: gastrocnemius. Caput laterale Melalui tendo cal- Plantar fleksi kaki pa- da sendi
dari condylus caneus ke facies pergelang- an kaki dan fleksi articulatio
latera- lis femoris posterior calca- genus
dan caput medial neus
dari proximal
condy- lus
medialis
M. Plantaris Crista supracon- Facies posterior Plantar fleksi kaki pa- da sendi pergelang
dylars femoris calcaneus an kaki dan fleksi - articulatio genus
lateralis
M. Soleus Corpus tibiae dan Melalui tendo cal- Secara bersama-sama dengan m. gastroc-
fibulae caneus ke facies nemius dan m. plan- taris berfungsi
posterior calca- sebagai plantar fleksor yang kuat sendi
neus pergelangan kaki; memberikan tenaga
untuk gerak maju pada waktu berjalan
dan berlari
Kelompok Profunda
M. Popliteus Facies lateralis Facies posterior Fleksi tungkai pada articulatio genus;
condylus late- ralis corpus tibiae di membuka articulatio genus dengan rotasi
femoris atas linea mus- culi lateral femur pada tibia dan mengendur
solei kan ligamenta sendi -
M. flexor Facies posterior Basis phalanges Fleksi phalanges dis- tal empat jari kaki
digitorum longus corpus tibiae distal empat jari lateral (II s/d V); plantar fleksi kaki• pada
kaki lateral sendi perge- langan kaki; menyo- kong
arcus longitu- dinalis medialis dan
lateralis kaki
M. Flexor hallucis Facies posterior Basis phalanges Fleksi phalanges dis- tal ibu jari; plantar
longus corpus fibulae distal ibujari kaki fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki;
menyokong arcus longitudinalis medialis
kaki
M. tibialis Facies posterior Tuberositas ossis Plantar fleksi kaki pa- da sendi
posterior cor- pus tibiae dan naviculare dan . pergelang- an kaki; inversio kaki pada
articulatio subtalaris dan arti- culatio
fi- bulae dan mem- tulang-tulang di tarso trans- versus; menyokong arc--
brana interossea dekatnya longitudinalis medialis kaki.

Mikroskopik otot

Jenis – jenis otot

Berdasarkan sel-sel penyusunnya otot dibagi menjadi 3 jenis yaitu


Otot polos tidak memiliki garis-garis melintang sehingga penampangnya polos karena filament
otot polos tidak membentuk myofibril dan tidak tersusun dalam sarkomer. Otot polos tisak
menempel pada tulang tetapi dijumpai pada organ-organ dalam seperti usus, lambung, dan
pembuluh-pembuluh darah. Sel-sel otot polos berbentuk seperti gelondong dengan 1 inti di tengah.
Sel otot polos berkontraksi dengan lambat, tetapi tidak cepat lelah. Otot polos bekerja secara
involunter.6,7
Otot lurik sering disebut otot rangka, karena biasanya melekat pada tulang rangka. Otot lurik
merupakan alat gerak utama. Perlekatan otot pada tulang ada yang disebut origo dan insersio.
Origo adalah perlekatan otot pada tulang yang tidak bergerak, sedangkan insersio adalah
perlekatan otot yang berupa tendon pada tulang yang bergerak. Otot lurik melekat pada tulang
sebagai daging. Sel-sel otot berbentuk silinder memanjang dengan banyak inti yang terletak
dibagian tepinya. Jika dilihat dengan mikroskop, otot ini tampak berlurik karna adanya merah dan
terang hal ini dikarenakan filamennya membentuk myofibril dalam sarkomer sehingga terlihat pita
dan serat melintang. Otot lurik berkontraksi dengan cepat dan kuat, tetapi cepat mengalami
kelelahan. Otot lurik bekerja secara volunteer.6,7
Otot jantung sesuai dengan namanya otot jantung hanya bisa ditemukan dijantung. Bentuk otot
ini mirip dengan otot lurik tetapi banyak memiliki percabangan dan saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Setiap sel berinti satu atau dua yang terletak di bagian tengah otot. Kontraksi
otot cepat, kuat dan tidak mudah lelah. Otot jantung bekerja secara involunter.6,7
Reaksi Aerob

Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbetuk melalui glikolisis anaerob mengalir
ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat untuk oksidasi. Jika ada
oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbon dioksida, air dan energy (ATP). Reaksi
aerob berlangsung lambat tetapi efisen dan menghasilkan energy sampai 36 mol ATP per mol
glukosa.4

Reaksi Anaerob

Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP
yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob dalam respirasi selular. Kemudian glikolisis
berlangsung dalam sarkoplasma, tanpa oksigen dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa
menjadi dua molekul asam piruvat. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien
karena hanya menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi
kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persediaan oksigen tidak
mencukupi.4

Mekanisme Kontraksi Otot

Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen ( Sliding Filamen
) yang pertama kalinya ditemukan pada tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge serta
oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama proses kontraksi otot terjadi, maka tidak terjadi
perubahan panjang, baik pada filamen tebal (pita A) maupun filamen tipis (pita I) , kemudian
daerah H ( h-zone ) memendek dan hampir tidak terlihat dikarenakan filamen tipis masuk ke daerah
filamen tebal.8
Proses kontraksi otot dimulai pada saat asetilkolin ( AcH ) bertemu dengan sarkomer di
dalam sel otot kemudian ketika sarkomer dirangsang oleh asetilkolin maka akan mengeluarkan
kalsium ( Ca2+ ) dari retikulum sarkoplasma ( sarcoplasmic reticulum ). Kemudian kalsium ini
akan masuk ke dalam otot, mengangkut tropomiosin dan troponin menuju ke aktin. Aktin tersebut
akan tertarik mendekati kepala miosin sehingga aktin dan miosin bertemu dan menempel
membentuk aktomiosin.5
Akibat dari menempelnya aktin ke kepala miosin maka benang sel menjadi pendek. Proses
kontraksi otot membutuhkan energi, oleh sebab itu terjadilah penguraian ATP menjadi ADP + P
+ energi. Dan inilah proses terjadinya kontraksi otot.5
Aktin merupakan filamen tipis yang berbentuk globuler pada monomernya kemudian
berpolimerisasi menjadi fibrous atau serat, berbentuk heliks. Tropomyosin merupakan filamen
tipis yang tidak mempunyai monomer dan berbentuk serat atau fibrous yang memiliki dua rantai.
Troponin adalah filament tipis yang memliliki tiga protein globuler yaitu troponin I ( inhibitor )
troponin C ( yang mengikat kalsium ), troponin T yang berinteraksi dengan tropomiosin ). Miosin
merupakan filamen tebal yang pada ujung kepalanya berbentuk globuler dan di bawahnya
berbentuk fibrous/serat (dua spiral yang saling melilit). Miosin dicerna oleh tripsin yang akan
menghasilkan 2 fragmen yaitu Light Meromyosin ( LMM ) yang tidak mempunyai aktivitas ATP
ase dan Heavy Meromyosin ( HMM ) yang memiliki aktivitas ATP ase.5

Gambar 6. Teori pergeseran filamen5

Gambar 7. Mekanisme Kontraksi Otot.1

Mekanisme Relaksasi Otot


Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu
proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila
pemberian rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi pada
sel otot mirip dengan proses repolariasi pada sel saraf. Saat stimuli saraf berhenti dan ion kalsium
tidak lagi dilepas. Ion kalsium ditransfer kembali ke reticulum sarkoplasma dengan pompa kalsium
dalam membran reticulum sarkoplasma.9
Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin
telah habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan
pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion kalsium kembali
ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi berikatan dengan troponin
dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah, otot kembali
memanjang, terjadilah relaksasi.7

Kelelahan Otot
Otot dapat menjadi lelah karena beberapa faktor. Di antaranya karena kontraksi atau tonus
yang terus menerus atau berlangsung dalam waktu yang lama, waktu istirahat otot yang kurang
dan penumpukan asam laktat atau asam kelelahan. Waktu istirahat otot yang terlalu sedikit padahal
kontraksi otot berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dapat mengakibatkan otot kehabisan
energi ( ATP ).
Apabila otot tidak memiliki waktu yang cukup untuk memproduksi ATP atau energi yang
baru, maka produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob ( tidak membutuhkan O2 ). Produksi
ATP atau energi dengan cara ini akan mengakibatkan penimbunan atau penumpukan asam laktat
semakin banyak. Asam laktat merupakan hasil sampingan dari proses pemecahan glikogen yang
mengakibatkan pegal linu atau kelelahan pada otot yang biasanya ditandai dengan lemas atau lelah
pada tubuh.9
Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang ada di
hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% saja. Cara lain untuk mengurangi penumpukan asam laktat
adalah dengan menambah pasokan oksigen ( O2 ) ke dalam darah. Kebutuhan oksigen ( O2 ) yang
tinggi dapat menyebabkan nafas seseorang menjadi terengah-engah.9
Kesimpulan
Dalam scenario 1, seorang anak SD mengalami pegal pada kakinya. Pegal adalah keadaan apabila
otot kaki tidak mampu melakukan relaksasi dengan baik setelah melakukan kontraksi. Pegal
berlaku karena otot tidak mendapat ATP yang cukup untuk melakukan kontraksi terus menerus.
Oleh kerana itu otot bekerja secara antagonis, maka otot yang berikatan perlu mengalami kontraksi
supaya otot itu tidak berada dalam keadaan kontraksi terlalu lama. Secara struktur anatomi, otot
yang flexor selalu bergerak antagonis dengan otot extensor. Maka, otot yang berada dalam keadaan
kontraksi yang terlalu lama inilah yang akan mengalami pegal.
Daftar Pustaka
1. Paulsen F, Waschke J, Bockers. Sobotta buku ajar anatomi. 1st Bahasa Indonesia and
Latin Edition. Singapore: Elsevier Singapore; 2018.p
2. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray basic anatomy. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012. P
3. Sherwood L.Fisiologi Manusia.Ed 16.Jakarta:EGC;2011.h.280-88
4. Elizabeth J, Corwin. Buku Saku Patofisiologi.Ed 3. Jakarta:EGC;2009
5. Pendit Bu. Biokimia harper. Diterjemahkan dari Murray R , Granner DK , Rodwell
VW, Harper’s illustrated biochemistry.Ed 27.Jakarta:EGC;2009
6. Salim D. Myologi.Jakarta;2013.h.30-40
7. 8. Cowin JE. Buku saku patofisiologi. Ed 3 (rev). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.h.320-1.
8. 9 . Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC;
2008.h.74-81.
9. Anthony LM. Junquiera’s basic histology text & atlas. 12th edition. Singapore: Mc
Graw Hill; 2010.

Anda mungkin juga menyukai