Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Natural

Vol.17, No.1, 2017


pISSN 1411-8513
eISSN 2541-4062

ACTIVITY TEST OF Abrus precatorius L. LEAF


EXTRACT AGAINST CLINICAL Streptococcus pneumonia
GROWTH*

Misrahanum1, Cut Intan Annisa Puteri1, Cut Yulvizar2*


1
Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*
E-mail : yunda_mnz@yahoo.com

Abstract. Saga (Abrus precatorius L.) have been used by Indonesian community as a traditional medicine. The
research aims to determine the activity of the methanol extract of saga leaves to inhibit the growth of clinical
Streptococcus pneumoniae growth. Inhibition tests was done with casting cup method. The results showed that the
methanol extract of saga leaves at a concentration of 37,5; 50; 62,5; 75 and 87,5 mg/mL formed growth inhibition
zone of clinical S. pneumoniae with consecutive average of 0,5; 1,75; 2,82; 4,00; and 4,82 mm. Based on the
results of the research can be concluded that the methanol extract of saga leaves had activity in inhibiting the
growth of clinical S. pneumoniae isolates with low category.

Key words: Abrus precatorius L., Clinical Streptococcus pneumoniae, Methanol extract

I PENDAHULUAN Biji, batang dan akar saga juga dapat


dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Namun
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian biji saga memiliki sifat beracun sehingga
bagian bawah. Penyakit ini merupakan infeksi penggunaannya harus dengan hati-hati [7]. Daun
akut jaringan paru yang disebabkan oleh saga mengandung senyawa flavonoid, saponin,
mikroorganisme yang sebagian besar adalah alkaloid dan steroid [8]. Senyawa tersebut
bakteri [1]. Menurut Azwar menyatakan bahwa mempunyai efek farmakologi salah satunya
pneumonia sering disebabkan oleh bakteri gram sebagai antibakteri [9]. Menurut Hariana dan
positif, yang salah satunya merupakan bakteri Dalimartha daun saga juga mengandung
Streptococcus pneumoniae [2]. Hasil survei glycyrrhisic acid yang bersifat manis dan netral
kesehatan rumah tangga Depkes pada tahun 2001 [9,10]. Hasil penelitian Savitri menyatakan bahwa
menyatakan bahwa penyakit infeksi saluran ekstrak etanol daun saga memiliki daya hambat
pernafasan menempati urutan kedua sebagai terhadap pertumbuhan Streptococcus pneumoniae
penyebab kematian di Indonesia. Hal ini terjadi pada konsentrasi 62,5 mg/mL yang ditandai
karena disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan dengan terbentuknya zona hambat di sekitar
obat-obatan dan munculnya masalah resistensi kertas cakram [11]. Andayani juga membuktikan
akibat pemakaian antibiotik yang luas di bahwa ekstrak metanol daun saga juga memiliki
masyarakat [3]. Menurut Agung pengobatan daya hambat maksimum terhadap Streptococcus
tradisional diketahui lebih efektif memberikan mutans dengan membentuk zona hambat sebesar
penyembuhan dibandingkan dengan 17,3 mm [9]. Berdasarkan hasil penelitian yang
menggunakan bahan kimia [4]. Salah satu telah dilaporkan daun saga terbukti mempunyai
tumbuhan yang telah dimanfaatkan secara efek antibakteri namun penelitian efek antibakteri
empiris oleh masyarakat untuk pengobatan adalah terhadap bakteri isolat klinis ternyata masih
tumbuhan saga (Abrus precatorius L.) [5]. Air sangat sedikit dilakukan, maka sangat menarik
rebusan daun saga digunakan untuk mengobati dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas
sariawan, batuk, dan radang tenggorokan [6].
58
*Judul ini telah dipresentasikan pada Seminar Nasional: Indonesian Students Conference on Science and
Mathematics(ISCSM) 11-12 November 2015, Banda Aceh Indonesia
Activity Test of Abrus Precatorius L. Leaf Extract Against Clinical Streptococcus Pneumonia Growth
(Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Cut Yulvizar)

ekstrak metanol dari daun saga terhadap bakteri Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif untuk
S. Pneumoniae isolat klinis. mengetahui senyawa-senyawa aktif yang
terkandung dalam daun saga. Analisa dilakukan
II METODOLOGI berdasarkan metode [16]. Senyawa yang
diidentifikasi adalah alkaloid, saponin dan
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, flavonoid. Uji alkaloid. Ekstrak daun saga
kertas saring, erlenmayer, rotary evaporator, sebanyak 3 g ditambah 1 mL ammonia dan 10
tabung, aluminium foil, bejana maserasi, jarum mL kloroform. Selanjutnya ditambah asam sulfat
ose, pinset, pipet eppendrof, jangka sorong, pekat 2 N sebanyak 10 mL, dikocok, kemudian
lampu spiritus, kaca objek, kaca penutup, larutan didiamkan sampai terpisah antara asam
autoklaf, inkubator, lemari pendingin, dan sulfat dan kloroform. Lapisan asam sulfat dibagi
mikroskop cahaya. Bahan uji yang digunakan dalam 3 tabung lalu diberi 3 pereaksi. Untuk
adalah daun saga segar yang diperoleh dari mengetahui adanya alkaloid maka tabung
Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie. Isolat pertama ditambahkan dengan pereaksi Mayer,
Streptococcus pneumoniae diperoleh dari bila terjadi endapan putih maka positif alkaloid.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Bagian tabung kedua ditambahkan dengan
media Mueller Hinton Agar (MHA), media pereaksi Wagner, bila terjadi endapan berwarna
Manitol Salt Agar (MSA), media cair Tryptone coklat maka positif terdapat alkaloid. Bagian
Soya Broth (TSB), pelarut metanol, NaCl 0,9%, tabung ketiga ditambahkan dengan pereaksi
akuades steril, cakram kertas kosong, cakram Dragendroff, bila terjadi endapan berwarna
antibiotik ampisilin, kapas, cutton bud, alkohol kemerahan maka positif alkaloid [16]. Uji
96%, larutan lugol, larutan iodin, kristal violet, saponin. Ekstrak sebanyak 2 g dilarutkan dalam
minyak emersi, dan reagen untuk uji fitokimia. 10 mL akuades, kemudian dikocok kuat-kuat
beberapa saat. Adanya saponin ditandai dengan
Tahap pembuatan simplisianya, daun saga yang terbentuknya busa yang stabil selama 10 menit
diambil adalah daun yang berwarna hijau muda dengan ketinggian 1-3 cm. Pada penambahan 1
maupun hijau tua. Selanjutnya daun saga tetes HCl 2 N, busa tidak hilang [17].
sebanyak 2 kg dibersihkan dengan air bersih
yang mengalir untuk menghilangkan pengotor Uji flavonoid dilakkan dengan cara: Ekstrak
yang melekat pada daun saga. Kemudian pekat daun saga sebanyak 1 mL ditambahkan
dikeringanginkan selama 1 bulan pada suhu dengan larutan 1 mL NaOH encer.Adanya
kamar agar tidak terkena sinar matahari langsung senyawa flavonoid ditandai dengan terjadinya
karena bagian tumbuhan yang mengandung perubahan warna yang menjadi kuning [18]. Uji
flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid serta Antibakteri dilakukan dengan pengujian daya
beberapa alkaloid dapat berubah bila terpapar hambat ekstrak metanol daun saga. Pengujian
sinar matahari secara langsung [12]. Selanjutnya dengan menggunakan teknik agar tuang (pour
simplisia dihaluskan dengan menggunakan plate) yaitu suspensi bakteri diambil
blender dan diayak menggunakan ayakan nomor menggunakan pipet mikro dan dicampurkan
40 untuk mendapatkan serbuk kasar dan kedalam media MHA yang masih cair [22].
kemudian ditimbang [13]. Pembuatan ekstraksi Cawan petri yang sudah berisi MHA dan bakteri
dengan cara maserasi, serbuk kasar simplisia tersebut dibagi menjadi 5 bagian yang masing-
sebanyak 270 g dimaserasi dengan menggunakan masing diletakkan kertas cakram yang
2 L pelarut metanol, ditutup dan dibiarkan mengandung ekstrak metanol daun saga dengan
selama 5 hari sambil diaduk berulang-ulang dan konsentrasi 37,5; 50; 62,5; 75; dan 87,5 mg/mL.
disaring [14]. Ampas hasil penyaringan Kemudian pada bagian permukaan media MHA
dimaserasi kembali dan dibiarkan selama 2 hari lainnya dibagi dua bagian yang diletakkan kertas
sambil diaduk berulang-ulang kemudian cakram yang mengandung ampisilin sebagai
disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan kontrol positif (antibiotik) dan kertas cakram
dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC, yang mengandung pelarut metanol sebagai
sehingga diperoleh ekstrak pekat dan terpisah kontrol negatif. Uji ini dilakukan dengan 3 kali
dari pelarutnya [15]. Ekstrak pekat daun saga pengulangan. Kemudian media MHA tersebut
selanjutnya diencerkan dengan pelarut metanol diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam dalam
sehingga diperoleh konsentrasi 37,5; 50; 62,5; posisi cawan terbalik dan diamati zona hambat
75; dan 87,5 mg/mL pertumbuhan bakteri pada setiap kelompok
dengan mengukur diameter zona bening yang

59
Activity Test of Abrus Precatorius L. Leaf Extract Against Clinical Streptococcus Pneumonia Growth
(Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Cut Yulvizar)

terbentuk dengan menggunakan jangka sorong. perbedaan iklim, ketinggian, jenis tanah serta
Cakram yang berisi ekstrak metanol daun saga pengaruh biologis dari cacing, serangga maupun
berbagai konsentrasi dibuat dengan cara bakteri terhadap tumbuhan [10]. Uji daya hambat
mengambil ekstrak sebanyak 0,1 mL pada dilakukan untuk mengetahui aktivitas dari
masing-masing konsentrasi menggunakan pipet ekstrak metanol daun saga (Abrus precatorius
mikro dan diteteskan pada kertas cakram kosong L.) sebagai antibakteri dalam menghambat
yang steril. pertumbuhan S. pneumoniae. Adanya daya
hambat tersebut dapat diketahui dengan
III HASIL DAN PEMBAHASAN terbentuknya zona hambat disekeliling kertas
cakram yang dihitung dengan menggunakan
Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun saga jangka sorong dalam satuan mm [25]. Zona
pada penelitian ini menunjukkan adanya hambat merupakan zona yang terbentuk karena
kandungan metabolit sekunder alkaloid, adanya daya antibakteri dari ekstrak yang
flavonoid, dan saponin, (Tabel 1). Hal ini sesuai digunakan [26]. Diameter zona hambat yang
dengan pernyataan Kekuda et al yakni ekstrak terbentuk dapat dilihat pada Gambar 1.
metanol daun saga menunjukkan hasil yang
positif terhadap senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin dan steroid [8].

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun saga

No Uji Senyawa Pereaksi Hasil

Mayer +
1. Alkaloid Dragendroff +
Wagner -
2. Flavonoid NaOH +
3. Saponin Akuades +
Keterangan: + (positif), - (negatif)
Gambar 1 Diameter zona hambat S. pneumoniae
Menurut Andayani daun saga mengadung
setelah pemberian ekstrak metanol daun saga
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan steroid (Abrus precatorius L.) pada konsentrasi 37,5
[9]. Adanya kandungan senyawa alkaloid mg/mL (Ps-1), 50 mg/mL (Ps-2), 62,5
ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna mg/mL (Ps-3), 75 mg/mL (Ps-4), 87,5
putih dengan pereaksi Mayer dan terbentuknya mg/mL (Ps-5), pelarut metanol (Ps-0) dan
endapan kemerahan dengan pereaksi antibiotik ampisilin (Ps-6).
Dragendroff namun dengan pereaksi Wagner
tidak membentuk endapan coklat. Meskipun Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
dengan pereaksi Wagner menunjukkan hasil konsentrasi 50 mg/mL sampai dengan
negatif, daun saga tetap dikatakan positif konsentrasi 87,5 mg/mL ekstrak metanol daun
mengandung alkaloid. Menurut Ditjen POM saga dapat menghambat pertumbuhan S.
untuk memastikan adanya kandungan alkaloid pneumoniae. Menurut klasifikasi zona hambat
dari suatu tumbuhan diperlukan 2 dari 3 pereaksi Morales et al, diameter zona hambat yang
yang hasilnya positif [23]. Flavonoid ditandai terbentuk dari ekstrak metanol daun saga pada
dengan terbentuknya warna kuning dengan konsentrasi 50; 62,5; 75; dan 87,5 mg/mL secara
pereaksi NaOH encer [18]. Sedangkan saponin berturut-turut: 1,75; 2,82; 4,00 dan 4,82 mm
ditandai dengan terbentuknya busa permanen tergolong dalam kategori lemah (<6 mm) [27].
±15 menit dan tidak hilang dengan penambahan Namun pada konsentrasi 37,5 mg/mL rata-rata
satu tetes asam klorida [16]. Menurut Lathifah, diameter zona hambat yang terbentuk termasuk
saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang dalam kategori tidak ada daya hambat dengan
stabil selama 10 menit dengan ketinggian 1-3 rata-rata diameter zona bening 0,5 mm. Hal ini
cm. Pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, busa sesuai dengan pernyataan Brooks et al bahwa
tidak hilang [17]. Perbedaan hasil kandungan efektifitas suatu zat antimikroba dipengaruhi
senyawa metabolit sekunder dari suatu tumbuhan oleh konsentrasi zat yang diberikan [20].
diduga disebabkan oleh banyak faktor seperti Menurut Hamdiyati dan Suprianto, peningkatan

60
Activity Test of Abrus Precatorius L. Leaf Extract Against Clinical Streptococcus Pneumonia Growth
(Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Cut Yulvizar)

konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin besar dan lisis sehingga bakteri akan mati [32,33].
jumlah senyawa antimikroba yang berdifusi ke Selain flavonoid dan alkaloid, saponin juga
dalam media agar sehingga zona hambat yang memiliki peran dalam menghambat pertumbuhan
terbentuk akan meningkat [28,29]. S. pneumoniae melalui permeabilitas membran
sel bakteri. Saponin bekerja dengan cara
Tabel 2 Diameter zona hambat pertumbuhan S. berikatan dengan protein dan lipid yang terdapat
pneumoniae klinis yang terbentuk pada pada membran sel dan menimbulkan lisis pada
setiap kelompok perlakuan sel. Kerusakan membran sel menyebabkan
Diameter Zona terganggunya transport nutrisi (senyawa dan ion)
Kelompok Hambat Pada Tiap
Perlakuan Pengulangan (mm)
Klasifikasi melalui membran sel sehingga sel bakteri
Dmean
A B C mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan
P-0 kontrol bagi pertumbuhannya [34]. Pada kontrol negatif
negatif
- - - - Tidak ada yang diberikan pelarut metanol tidak
(metanol 0,1 terbentuknya zona hambat, hal ini menunjukkan
mL)
P-1 (37,5
bahwa pelarut metanol tidak berpengaruh
0,7 0,7 0,1 0,5 Tidak ada terhadap pertumbuhan bakteri yang digunakan.
mg/mL)
P-2 (50 Sedangkan penggunaan cakram antibiotik
1,75 1,75 1,75 1,75 Lemah
mg/mL) ampisilin sebagai kontrol positif memberikan
P-3(62,5 diameter zona hambat rata-rata sebesar 26,2 mm
2,5 2,25 3,7 2,82 Lemah
mg/mL)
P-4 (75
yang termasuk kedalam klasifikasi zona hambat
3,9 3,85 4,25 4,00 Lemah dengan kategori sangat kuat (>21-30 mm).
mg/mL)
P-5 (87,5 Ampisilin merupakan turunan penisilin yang
5,7 4,1 4,65 4,82 Lemah
mg/mL) merupakan kelompok antibiotik β–laktam yang
P-6 kontrol memiliki spektrum antimikroba yang luas dan
positif Sangat
(ampisilin 30
19 26,2 18,2 21,1
Kuat bekerja dengan cara menghambat sintesis
μg ) dinding sel bakteri. Ampisilin efektif terhadap
mikroba Gram positif dan Gram
Selain faktor konsentrasi, jenis tanaman yang negatif.Ampisilin sesuai digunakan untuk
digunakan sebagai antibakteri dan perbedaan pengobatan pneumonia karena spektrum
struktur dinding sel suatu bakteri juga dapat kerjanya yang luas [35].
menentukan kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri [30]. Meningkatnya Ekstrak metanol daun saga mempunyai efek
konsentrasi ekstrak mengakibatkan tingginya antibakteri yang aktif dalam melawan patogen
kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai pada manusia. Hal ini serupa dengan hasil Savitri
antibakteri sehingga mempunyai kemampuan bahwa ekstrak etanol daun saga memiliki
untuk menghambat pertumbuhan bakteri juga aktivitas dalam menghambat pertumbuhan S.
semakin besar. Kemampuan senyawa antibakteri pneumonia standar [11]. Hasil penelitian
seperti flavonoid sangat dipengaruhi oleh Andayani juga menunjukkan hasil yang serupa
keaktifan biologis senyawa flavonoid untuk terhadap ekstrak metanol daun saga dalam
merusak dinding sel bakteri. Penyusun dinding menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans
sel bakteri yang terdiri dari peptidoglikan, lipid [9]. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun
dan asam amino yang akan bereaksi dengan saga dalam penelitian ini menghasilkan zona
gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga hambat pada setiap perlakuan. Walaupun
dinding sel rusak akibat terjadinya kerusakan dikatagorikan dalam klasifikasi lemah, esktrak
struktur DNA bakteri yang pada akhirnya sel daun saga memiliki aktivitas dalam menghambat
bakteri mengalami lisis dan bakteri akan mati pertumbuhan S. pneumoniae isolat klinis pada
[31,32]. Senyawa alkaloid sebagai antibakteri konsentrasi: 50; 62,5; 75 dan 87,5 mg/mL.
bekerja dengan cara memanfaatkan sifat reaktif
gugus basa pada senyawa alkaloid yang KESIMPULAN
mengandung nitrogen. Gugus basa ini apabila
berkontak dengan penyusun dinding sel bakteri Ekstrak metanol daun saga pada konsentrasi 50
mengakibatkan perubahan keseimbangan pada mg/mL sampai dengan 87,5 mg/mL memiliki
penyusun dinding sel bakteri terutama DNA daya hambat terhadap S. pneumoniae yang
yang merupakan penyusun utama inti sel. dikategorikan lemah.
Akibatnya inti sel bakteri mengalami kerusakan

61
Activity Test of Abrus Precatorius L. Leaf Extract Against Clinical Streptococcus Pneumonia Growth
(Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Cut Yulvizar)

DAFTAR PUSTAKA 15. BPOM 2010. Pedoman Pelaksanaan Uji


Klinik Obat Tradisional. Departemen
1. Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Kesehatan Republik Indonesia, BPOM,
Terjemahan dari Handbook of Direktorat Pengawasan Obat Tradisional,
Pathophysiology, oleh Brahm, EGC, Jakarta. Jakarta.
2. Azwar, A. 2002. Pengantar Epidemologi. 16. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia
Binaputra Aksara, Jakarta Barat. Penuntun Cara Modern Menganalisis
3. Zampini, I.C., Cuello, S, Alberto, M.R,. Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
2009. Antimicrobial Activity of Selected 17. Lathifah, Q. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak
Plant Species from The Argentine Puna Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah
Against Sensitive and Multiresistant Bacteria. Belimbing Wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
Journal of Ethnopharmacology,124:499-505. Dengan Pereaksi Pelarut. Skripsi.Jurusan
4. Agung dan Tinton. 2008. Buku Pintar Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Tanaman Obat: 431 jenis tanaman Universitas Islam Negeri (UIN), Malang.
penggempur aneka penyakit.Agromedia 18. Gothandam, K. M., Aishwarya, S.,
Pustaka, Jakarta. Karthikeyan. 2010. Screening of
5. Anand, R,A., Kishore, V,O., Rajkumar, V. Antimicrobial Properties of Few Medicinal
Abrus Precatorius Linnaeus: A Plants. Journal of Phytology 2.(1):06.
phytopharmacological review. J Pharm Res. 19. Dwi, W. C., Nai, L. K., dan Manggarwati, N.
2010; 3(11):2585-2587. T. 2011. Bakteriologi Streptococcus
6. Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. pneumoniae. https://www.scribd.com/do
Salemba Medika, Jakarta. /8529254 /Klasifikasi- Bakteri-Streptococcus-
7. Hariana, A. 2011. Tumbuhan obat dan Pneumoniae. Tanggal akses 30 November
khasiatnya seri 3. Penebar Swadaya, Jakarta. 2014.
8. Kekuda, T. R. P., Vinayaka, K. S., Soumya, 20. Brooks, G. F., Butel, J. S., and Morse, S. A.
K. V., Ashwini, S. K., and Kiran, R. 2010. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Antibacterial and Antifungal Activity of Melnick dan Adelberg.Terjemahan dari
Methanolic Extract of Abrus precatorius Huriawati H. Edisi ke-23. EGC, Jakarta.
pulchellus and Abrus precatorius Linn- A 21. Wande, I. N. 2011. Masalah Resistensi
Comparative Study. International Journal if Antibiotika. http://www.slideshare.Net
Toxological and Pharmacological Research /andreei/rkk22. Tanggal akses 30 November
2(1): 26-29. 2014.
9. Andayani, R., Basri, A,G., Wury, H. 2012.Uji 22. Yusuf, A. 2011. Tingkat Komunikasi
Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Saga Escherichia coli Pada Susu Segar Di
(Abrus precatorius Linn) Terhadap Kawasan Gunung Perak, Kabupaten Sinjai.
Pertumbuhan Streptococcus Skripsi. Program Studi Produksi Ternak
mutans.Cakradonya Dental, Vol 4, 427.2085- Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
456x Makassar.
10. Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan 23. Ditjen POM. 1995. Materia Medika
Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda, Jakarta. Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan
11. Savitri, R. 1994. Uji Daya Antibakteri RI, Jakarta.
Ekstrak Etanol dan Infus Daun Saga terhadap 24. Dewi, F. K. 2010. Aktivtas Antibakteri
Kuman Staphylococcus aureus ATCC 52938, Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
Streptococcus beta hemoliticus standar strain citrifolia, Linnaeus) terhadap Bakteri
WHO dan Streptococcus pneumonia standar. Pembusuk Daging Segar.Skripsi.Jurusan
Abstrak. JF FMIPA UI, Jakarta. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
12. Departemen Kesehatan RI. 1995. Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Farmakologi Indonesia. Ed ke-4. Departemen Maret, Sukarta.
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 25. Junanto, T., Sutarno, dan Supriyadi. 2008.
13. Direktorat Obat Asli Indonesia. 2013. Aktifitas Antimikroba Ekstrak Angsana
Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan (Pterocarpus indicus) terhadap Bacillus
Berbasis Ekstrak. BPOM, Jakarta. subtilis dan Klebsiella pneumoniae. Jurnal
14. Ditjen POM, 1979. Farmakope Edisi 3. Bioteknologi 5 (2): 63-69.
Penerbit Depkes RI, Jakarta. 26. Melki, E. P., Ayu, W., dan Kurniati. 2011.
Uji Antibakteri Ekstrak Rumput Laut

62
Activity Test of Abrus Precatorius L. Leaf Extract Against Clinical Streptococcus Pneumonia Growth
(Misrahanum, Cut Intan Annisa Puteri, Cut Yulvizar)

(Gracilaria sp.) Terhadap Bakteri 31. Cowan, M. M. 1999. Plant Products as


Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology
Tesis. Universitas Sriwijaya, Indralaya- Review. 12 (4): 564-582.
Indonesia. 32. Gunawan, I. W. A. 2009. Potensi Buah Pare
27. Morales, G., Sierra, P., Manolla, A., Paredes, (Momordica charantia L.) Sebagai
A., Loyolla, L. A., Gallardo, O and Poorquez, Antibakteri Salmonella typhimurium.
J. 2003. Secondary Metabolites from Four Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Medicinal Plants from Northern Chile: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Antimicrobial Activity and Biotoxicity Mahasaraswati Denpasar.
Against Artemia Salina. Journal of the 33. Fauzia, L. A. 2008. Uji Efek Air dari Daun
Chilean Chemical Society 48 (2) : 1-2. Avokad (Persea gratissima) terhadap
28. Hamdiyati, Y., Kusnadi., dan Rahadian, I. Streptococcus mutans dari Saliva dengan
2008. Aktivitas Antibakteri Daun Patikan Kromatografi Lapisan Tipis (TLC) dan
Kebo (Euphorbia hirta) terhadap konsentrasi Hambat Minimum (MIC).
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Majalah Kedokteran Nusantara.41 (3): 173-
epidermis. Jurnal Pengajaran MIPA. 12 (2): 178.
1-10. 34. Nursal., Wulandari, S., Juwita, W. S. 2006.
29. Suprianto. 2008. Potensi Ekstrak Sereh Bioaktvitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan
Anti Streptococcus mutans.Program Studi Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu subtilis. Jurnal Biogenesis. 2 (2) : 64-66.
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. 35. Tjay, T. H dan Rahardja, K. 2007.Obat-Obat
30. Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Penting. PT Elex Media Komputino, Jakarta
typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium
guajava L. Bioscientiae 1 (1) : 31-38.

63

Anda mungkin juga menyukai