MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini telah maju sangat pesat di berbagai bidang, salah satunya Sistem Pengadaan Elektronik (e-procurement) di Indonesia. E-procurement adalah proses pengadaan barang/jasa yang pelelangannya melalui teknologi informasi berbasis web dan internet. E-procurement ini dibentuk untuk mengurangi tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKNI) yang terjadi pada sistem konvensional. Dengan adanya sistem e-procurement ini, maka intensitas pertemuan antara panitia pengadaan dengan penyedia jasa dapat diminimalisir, sehingga praktik-praktik kotor yang sering terjadi pada proses pengadaan diharapkan dapat dicegah atau dihindari.
Di Indonesia, e-procurement mulai diterapkan pada Keputusan Presiden
No.80 Tahun 2003. Setelah melakukan beberapa kali perubahan keputusan, terbitlah peraturan terbaru yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa yaitu Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 dengan harapan dapat meuwujudkan sistem secara transparan, adil, efisien, terbuka, akuntabel dan efektif.
Sistem e-procurement telah mejadi terobosan penting dalam pengadaan
barang dan jasa. Namun pada pelaksanaannya e-procurement tidaklah mudah, banyak kendala dilapangan yang terjadi. Contohnya kendala pada sumber daya manusia yang tidak siap dan minim pengetahuan dengan sistem tersebut, kurangnya dukungan finansial, pengadaan tidak sesuai kebutuhan dan banyak tindakan lainnya yang tidak dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu sistem website disaat menjelang deadline tender terjadi macet atau down server. Hal ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya aplikasi yang masuk dikarenakan peserta lelang menunggu hingga menjelang batas akhir waktu penawaran dalam memasukkan aplikasi karena takut penawarannya dibocorkan ke pihak lain (Wijaya, 2011). Jumlah anggaran yang besar dan intensitas pengadaan yang sering berdampak pada rawannya kegiatan pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai tujuan yang telah ditetapkan oleh instansi masing-masing. Sehingga para penyelenggara yang berhubungan dengan barang dan jasa perlu memhami tentang manajemen risiko pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Di dalam melakukan manejemen risiko pengadaan barang dan jasa
diperlukan mengidentifikasi risiko-risiko dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa, melakukan analisis terhadap risiko-risiko yang telah teridentifikasi, melakukan pemetaan terhadap level risiko dan memberikan masukan penanganan risiko yang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan yang akan
diteliti adalah
1. Risiko apa saja yang terjadi pada sistem e-procurement di Indonesia ?
2. Apa penyebab utama risiko pada sistem e-procurement di Indonesia? 3. Bagaimana penanganan risiko pada sistem e-procurement di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui risiko apa saja yang terjadi pada sistem e-procurement
2. Mengetahui sumber penyebab risiko pada sistem e-procurement 3. Memberikan penanganan apabila risiko tersebut terjadi pada sistem e- procurement
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui risiko e-
procurement dalam pelaksanaannya. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memberikan kontribusi kepada sistem e-procurement untuk melakukan perbaikan dari risiko tersebut. 3. Sebagai salah satu bahan informasi tambahan bagi pengembangan penelitian berikutnya.
1.5 Batasan Masalah
1. Studi kasus dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pengadaaan
menggunakan sistem e-procurement. 2. Penelitian ini meninjau dari segi penyelenggara dan penyedia jasa.