Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
telah memberikan dampak yang begitu besar di berbagai bidang kehidupan. Terlebih dengan adanya akses internet yang membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Meluasnya penggunaan teknologi berbasis internet juga telah merambat ke dunia bisnis. Salah satunya adalah perdagangan elektronik atau yang sering disebut dengan e-commerce. E-commerce secara sederhana diartikan dengan melakukan bisnis secara elektronik. E-procurement merupakan salah satu bentuk penerapan e-commerce dalam pengadaan. Menurut Gebauer & Segev (2001) menyatakan bahwa e-procurement adalah bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet oleh pemerintah dalam melakukan hubungan pengadaan dengan pemasok untuk akuisisi barang, pekerjaan, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan e-procurment sebagai bentuk
realisasi dari Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Reformasi pengadaan yang dilakukan sangat bermanfaat bagi pemerintahan Indonesia. Terutama di bidang sosial dan ekonomi. Implementasi e-procurement yang merupakan sistem berbasis elektronik mengindikasikan adanya usaha pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih terpadu dan berkualitas dengan mengikuti perkembangan teknologi
Di Indonesia volume pengadaan dari anggaran pembangunan termasuk
barang, pekerjaan sipil, dan jasa-jasa konsultan sangatlah besar mencapai US$10 Milyar per tahunnya. Oleh karena itu, perbaikan yang sangat sederhana sekalipun pada sistem pengadaan pemerintah dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perbaikan keuangan Negara Indonesia (World Bank, 2009). Menurut Perpres No 16 Tahun 2018, salah satu tujuan pengadaan barang/jasa adalah untuk menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.
Sistem e-procurement seharusnya dapat mewujudkan pelayanan pengadaan
barang atau jasa yang baik karena akan meningkatkan efisiensi biaya, efektifitas, waktu siklus yang lebih cepat, meningkatkan transparansi, menyediakan monitoring yang lebih baik, meningkatkan persaingan yang sehat, dan meningkatkan akuntabilitas dari penyelenggara.
Berdasarkan Indonesia Country Procurement Assessment Report (2001),
Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki proses pengadaan. Dengan terciptanya sistem pengadaan pemerintah yang efektif akan tercipta pula pemerintahan yang baik sehingga dana pengadaan juga dapat tersalurkan dengan baik. Sistem pengadaan yang tidak efektif dapat berpeluang korupsi, menimbulkan banyak protes, dan kecurigaan terhadap integritas proses pengadaan. Seperti maraknya kasus KKN di Indonesia khususnya di bidang pengadaan barang dan jasa. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat tahun 2017 ada 84 kasus yang diproses hukum dengan kerugian negara mencapai Rp 1,02 Triliun. Sedangkan Jawa Timur menjadi provisi dengan kasus korupsi terbanyak pada 2017. Menurut catatan ICW, ada 68 kasus dengan kerugian negara senilai Rp 90,2 miliar.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
merupakan lembaga yang bertanggungjawab menyangkut kebijakan pengadaan barang/jasa, termasuk di dalamnya pengembangan dan implementasi e- procurement. Hingga saat ini terdapat 731 instansi pemerintah yang menggunakan sistem e-procurement yang disediakan oleh LKPP atau yang sering disebut dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Selain itu, tercatat terhadap 311.534 penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem e-procurment ini (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2013) Dengan mempertimbangkan banyaknya organisasi pemerintahan yang telah menggunakan sistem e-procurement yang telah disediakan oleh LKPP ini serta banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam proses pengadaan, penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor kesuksesan sistem e-procurement yang telah dikembangkan oleh LKPP. Melalui analisis faktor-faktor kesuksesan sistem e- procurement, penulis ingin melihat sejauh mana keberhasilan implementasi e- procurement sehingga sistem ini digunakan oleh pengguna sesuai dengan aturannya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah dan latar belakang yang telah di sebutkan,
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah;
1. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan sistem e procurement
yang disediakan oleh LKPP dan keterkaitan antar faktor? 2. Bagaimana melakukan analisis keberhasilan e-procurement dengan menggunakan teknik (......)?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem e-
procurement yang dikembangkan oleh LKPP serta keterhubungan antar faktor. 2. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu sistem e-procurement di Kota Surabaya.
1.4 Batasan Masalah
1. Studi kasus yang digunakan adalah e-procurement di lingkungan
pemerintah Kota Surabaya. 2. Target responden dari penelitian ini hanya melibatkan instansi di Pemerintah Kota Surabaya dan perusahaan/penyedia telah terdaftar dalam sistem e-procurement 3. Dalam peneitian ini menggunakan tools (......)
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi tambahan referensi untuk faktor-faktor penentu kesuksesan
penerapan sistem e-procurement dan keterkaitan antar faktornya. 2. Mendapatkan hasil analisis atas penerapan e-procurement yang telah berjalan berdasarkan sudut pandang unit kerja di pemerintah Kota Surabaya 3. Sebagai salah satu bahan informasi tambahan bagi pengembangan penelitian berikutnya.