Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini


telah memberikan dampak yang begitu besar di berbagai bidang kehidupan.
Terlebih dengan adanya akses internet yang membuat pekerjaan menjadi lebih
efektif dan efisien. Meluasnya penggunaan teknologi berbasis internet juga telah
merambat ke dunia bisnis. Salah satunya adalah perdagangan elektronik atau yang
sering disebut dengan e-commerce. E-commerce secara sederhana diartikan dengan
melakukan bisnis secara elektronik. E-procurement merupakan salah satu bentuk
penerapan e-commerce dalam pengadaan. Menurut Gebauer & Segev (2001)
menyatakan bahwa e-procurement adalah bentuk pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, khususnya internet oleh pemerintah dalam melakukan hubungan
pengadaan dengan pemasok untuk akuisisi barang, pekerjaan, dan layanan
konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan e-procurment sebagai bentuk


realisasi dari Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Reformasi pengadaan yang dilakukan sangat bermanfaat
bagi pemerintahan Indonesia. Terutama di bidang sosial dan ekonomi.
Implementasi e-procurement yang merupakan sistem berbasis elektronik
mengindikasikan adanya usaha pemerintah untuk memberikan pelayanan yang
lebih terpadu dan berkualitas dengan mengikuti perkembangan teknologi

Di Indonesia volume pengadaan dari anggaran pembangunan termasuk


barang, pekerjaan sipil, dan jasa-jasa konsultan sangatlah besar mencapai US$10
Milyar per tahunnya. Oleh karena itu, perbaikan yang sangat sederhana sekalipun
pada sistem pengadaan pemerintah dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap perbaikan keuangan Negara Indonesia (World Bank, 2009). Menurut
Perpres No 16 Tahun 2018, salah satu tujuan pengadaan barang/jasa adalah untuk
menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakakan, diukur
dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.

Sistem e-procurement seharusnya dapat mewujudkan pelayanan pengadaan


barang atau jasa yang baik karena akan meningkatkan efisiensi biaya, efektifitas,
waktu siklus yang lebih cepat, meningkatkan transparansi, menyediakan
monitoring yang lebih baik, meningkatkan persaingan yang sehat, dan
meningkatkan akuntabilitas dari penyelenggara.

Berdasarkan Indonesia Country Procurement Assessment Report (2001),


Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki proses
pengadaan. Dengan terciptanya sistem pengadaan pemerintah yang efektif akan
tercipta pula pemerintahan yang baik sehingga dana pengadaan juga dapat
tersalurkan dengan baik. Sistem pengadaan yang tidak efektif dapat berpeluang
korupsi, menimbulkan banyak protes, dan kecurigaan terhadap integritas proses
pengadaan. Seperti maraknya kasus KKN di Indonesia khususnya di bidang
pengadaan barang dan jasa. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat tahun
2017 ada 84 kasus yang diproses hukum dengan kerugian negara mencapai Rp 1,02
Triliun. Sedangkan Jawa Timur menjadi provisi dengan kasus korupsi terbanyak
pada 2017. Menurut catatan ICW, ada 68 kasus dengan kerugian negara senilai Rp
90,2 miliar.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)


merupakan lembaga yang bertanggungjawab menyangkut kebijakan pengadaan
barang/jasa, termasuk di dalamnya pengembangan dan implementasi e-
procurement. Hingga saat ini terdapat 731 instansi pemerintah yang menggunakan
sistem e-procurement yang disediakan oleh LKPP atau yang sering disebut dengan
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Selain itu, tercatat terhadap 311.534
penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem e-procurment ini (Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2013)
Dengan mempertimbangkan banyaknya organisasi pemerintahan yang telah
menggunakan sistem e-procurement yang telah disediakan oleh LKPP ini serta
banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam proses pengadaan, penulis tertarik
untuk menganalisis faktor-faktor kesuksesan sistem e-procurement yang telah
dikembangkan oleh LKPP. Melalui analisis faktor-faktor kesuksesan sistem e-
procurement, penulis ingin melihat sejauh mana keberhasilan implementasi e-
procurement sehingga sistem ini digunakan oleh pengguna sesuai dengan
aturannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan latar belakang yang telah di sebutkan,


permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah;

1. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan sistem e procurement


yang disediakan oleh LKPP dan keterkaitan antar faktor?
2. Bagaimana melakukan analisis keberhasilan e-procurement dengan
menggunakan teknik (......)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem e-


procurement yang dikembangkan oleh LKPP serta keterhubungan antar
faktor.
2. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu sistem e-procurement di
Kota Surabaya.

1.4 Batasan Masalah

1. Studi kasus yang digunakan adalah e-procurement di lingkungan


pemerintah Kota Surabaya.
2. Target responden dari penelitian ini hanya melibatkan instansi di
Pemerintah Kota Surabaya dan perusahaan/penyedia telah terdaftar dalam
sistem e-procurement
3. Dalam peneitian ini menggunakan tools (......)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi tambahan referensi untuk faktor-faktor penentu kesuksesan


penerapan sistem e-procurement dan keterkaitan antar faktornya.
2. Mendapatkan hasil analisis atas penerapan e-procurement yang telah
berjalan berdasarkan sudut pandang unit kerja di pemerintah Kota Surabaya
3. Sebagai salah satu bahan informasi tambahan bagi pengembangan
penelitian berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai