Anda di halaman 1dari 14

TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR TERHADAP PELAKSANAAN

KONTRAK KONSTRUKSI BIDANG PENGADAAN BARANG DAN JASA

(STUDI DI KOTA MATARAM)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

EMA NOVITA

D1A 013 098

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2017
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR TERHADAP PELAKSANAAN


KONTRAK KONSTRUKSI BIDANG PENGADAAN BARANG DAN JASA
(STUDI DI KOTA MATARAM)

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

EMA NOVITA

D1A 013 098

Menyetujui,

Prof.Dr.H.Salim HS.,SH.,MS.
NIP. 196004081986031004
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR TERHADAP PELAKSANAAN
KONTRAK KONSTRUKSI BIDANG PENGADAAN BARANG DAN JASA
(STUDI DI KOTA MATARAM)

EMA NOVITA
D1A 013 098
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur penetapan pihak
penyedia jasa/kontraktor dan untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban
pihak penyedia jasa/kontraktor dalam hal terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan. Manfaat yang diharapkan dapat diberikan adalah manfaat teoritis dan
praktis. Metode yang digunakan yaitu metode empiris. Prosedur penetapan pihak
penyedia jasa konstruksi disini adalah dengan mendaftar secara online,
memenuhi persyaratan administrasi, membuat dokumen penawaran,
melaksanakan pekerjaan yang ditetapkan dan menerima prestasi atas pekerjaan.
Dan untuk pertanggung jawaban pihak penyedia jasa dalam hal terjadi
keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan, bentuk tanggung jawabnya adalah
mengganti rugi dengan membayar denda dan memberikan jaminan pemeliharan
baik terjadi keterlambatan atau tidak jaminan ini tetap diberikan.
Kata kunci : kontraktor, kontrak konstruksi, pengadaan barang jasa.

THE RESPONSIBILITY OF THE CONTRACTOR ON THE


IMPLEMENTATION OF CONSTRUCTION CONTRACT IN THE FIELD OF
PROCUREMENT OF GOODS AND SERVICES

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the determination procedures
of service providers / contractors and to find a form of accountability of service
providers / contractors in the event of delay in completion of the work. The
benefits are expected to be given is the theoretical and practical benefits. The
method used is empirical method. The procedure for delimiting the construction
service provider here is to register online, meet the administrative requirements,
making the bidding documents, carry out their assigned jobs and receive
achievement over the job. And for the liability of service providers in the event
of delay in completion of work, the form of responsibility is indemnified by
paying fines and guarantees the maintenance of good there is a delay or not this
guarantee still be given.
Keywords: contractor, construction contracts, procurement of goods and services.
i

I. PENDAHULUAN

Di Indonesia pada saat ini sedang meningkatkan kegiatan pembangunan.

Kegiatan pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejehteraan rakyat

ataupun sebagai ladang usaha bagi para wirausaha, serta peningkatan sarana dan

prasarana umum yang ada. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan ini

tentunya pemerintah tidak dapat melaksanakan semuanya sendiri, disinilah fungsi

dari penyedia jasa layanana konstruksi atau yang sering dikenal dengan

kontraktor/pemborong.

Sebelum terbentuknya hubungan kerja antara pemerintah dengan

kontraktor/pemborong untuk melaksanakan kegiatan pembangunan, terdapat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Untuk kepentingan masing-masing

pihak dalam pengerjaan pembangunan ini harus dibuatkan suatu perjanjian yang

mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Kontrak yang dimaksud adalah Kontrak Kontruksi, kontrak ini adalah

perjanjian antara pihak penyelenggara proyek dengan pihak yang akan

melaksanakan atau mengerjakan proyek tersebut dilapangan, dimana dalam hal

ini yang mengerjakan proyek tersebut adalah Kontraktor.

Kontraktor dan pemborong adalah pihak eksternal yang tidak terikat

secara permanen dengan pihak pemilik proyek yang hanya terikat dan bekerja

berdasarkan kontrak yang dibuat. Dan ketika kontrak telah diselesaikan maka
ii

berakhir pula ikatan kerja antara kontraktor atau pemborong dengan pemilik

proyek. Prinsip kerja kontraktor dan pemborong adalah sama, yakni sebagai

penyedia jasa bangunan. Namun kedua istilah gelar profesi tersebut belakangan

ini seperti mengalami pembedaan atau keduanya menjadi dibedakan definisinya

didalam persfektif masyarakat/ konsumen pengguna jasa ini. Seolah-olah profesi

kontraktor dan pemborong itu berbeda, "kontraktor" didefinisikan sebagai

perusahaan penyedia jasa bangunan dan "pemborong" didefinisikan sebagai

penyedia jasa bangunan yang sifatnya perorangan saja.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a)Bagaimana prosedur

penetapan pihak penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan kontrak konstruksi?

b)Bagaimana wujud pertanggung jawaban kontraktor terhadap kegagalan

pelaksanaan kontrak konstruksi dalam hal terjadi keterlambatan penyelesaian

pekerjaan?

Tujuan dan manfaat penelitian ini yaitu : a) untuk mengetahui prosedur

penetapan pihak penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan kontrak konstruksi. b)

untuk mengetahui wujud pertanggung jawaban kontraktor terhadap kegagalan

pelaksanaan kontrak konstruksi dalam hal terjadi keterlambatan penyelesaian

pekerjaan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris. Metode

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis. Sumber dan


iiii
i

jenis data yang digunakan adalah : a)Data primer/lapangan. b)Data

sekunder/kepustakaan. Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Mataram, Dinas Kesehatan Kota Mataram, CV. AMORA, PT. ASRI

CIPTA NATHA ALAM dan CV. MAHKOTA INDAH. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan adalah : a)Studi kepustakaan dan dokumen. b)Observasi.

c)Wawanara. Dan dalam menganalisis data menggunakan metode kualitatif.


iv

II. PEMBAHASAN

Prosedur Penetapan Pihak Penyedia Barang/Jasa Dalam Pelaksanaan

Kontrak Konstruksi

Dalam tahap pelelangan atau untuk menentukan pemborong mana yang

akan melaksanakan pekerjaan konstruksi yang diadakan, panitia pelelangan

berpedoman pada beberapa peraturan, antara lain : 1)Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2)Peraturan Pemerintah Nomor 29

Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 3)Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. 4)Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5)Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

6)Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 7)Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor : 61/KPTS/1981 tentang Standar dan Pedomana Pengadaan Jasa


v

Konstruksi. 8)Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik

Indonesia dan Kepala Badan Pengawas Pembangunan Nasional Nomor : S-

42/A/2000.S-2262/D/05/2000 Tanggal 3 Mei 2000, tentang Petunjuk Teknis

Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah. 9)Surat Keputusan Bersama

Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Kepala Badan Pengawas

Pembangunan Nasional Nomor : S-42/A/2000.S-2262/D/05/2000 Tanggal 3

Mei 2000, tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa Instansi

Pemerintah.

Untuk pemilihan penyedia barang/jasa konstruksi ada beberapa metode


yang dapat digunakan, Dalam PERPRES No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 35 ayat 3, metode-metode tersebut adalah :
a)Pelelangan Umum. b)Pelelangan Terbatas. c)Pemilihan Langsung.
d)Penunjukan Langsung. e)Pengadaan Langsung1
Setelah mengetahui metode-metode yang tertuang dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan barang/jasa,

selanjutnya mengenai prosedur pelaksanaan dalam penetapan pihak penyedia

jasa. Bapak Hasbullah menjelaskan mengenai prosedur-prosedur tersebut, yaitu :

1)Tahap Pengumuman, yang di dalamnya memuat tahap pendaftaran dan

pemasukan penawaran, dengan waktu yang diberikan adalah selama 1 minggu.

hal-hal tersebut semua dapat dilihat dengan mengakses lpse.mataramkota.go.id

2)Tahap Pembukaan Penawaran, di dalam tahap ini panitian mulai memilah

penawaran yang masuk. 3)Tahap Evaluasi Penawaran, dalam tahap ini panitia

1
Indonesia, Undang –Undang Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang,Jasa Pemerintah
(Pasal 35 ayat 3)
vi

mulai memeriksa seluruh kelengkapan syarat-syarat. Mengevaluasi harga melalui

yang paling kecil. 4)Tahap Klarifikasi Pemenang, dalam tahap ini sudah

ditetapkan pemenang pekerjaan yang memenuhi syarat-syrat. 5)Tahap

Pembuatan Kontrak, dalam tahap ini diperbolehkan adanya negoisasi mengenai

harga, ataupun hal-hal lainnya apabila kedua belah pihak setuju. 6)Tahap

Pelaksanaan Pekerjaan, dalam tahap ini kontraktor mulai melaksanakan kegiatan

pembangunan. 7)Tahap Pembayaran Prestasi Pekerjaan, dalam tahap ini pihak

kontraktor mendapatkan haknya setelah selesai menyelesaikan kewajibannya

yaitu menyelesaikan pekerjaan yang disepakati dalam kontrak. Pembayaran akhir

untuk pekerjaan ini disebut dengan Final Hand Over atau FHO.

Tanggung Jawab Kontraktor Terhadap Kegagalan Pelaksanaan Kontrak

Konstruksi Dalam Hal Terjadi Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

Dalam suatu pelaksanaan kegiatan konstruksi tidak jarang ditemui risiko-

risko yang dapat menghambat ataupun mengganggu pengerjaan proyek yang

sedang dilaksanakan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat terjadi karena keadaan

internal ataupun karena keadaan eksternal yang ada dalam kegiatan konstruksi

tersebut. Karena itulah diperlukan rencana yang benar-benar baik dan

dipersiapkan dengan teliti untuk mencegah risiko-risiko tersebut datang.

Hampir sama dengan kegagalan bangunan, dalam keadaan keterlambatan

penyelesaian pekerjaan yang disebabkan dengan berbagai macam hal sehingga


vii

menyebabkan terjadinya wanprestasi. Wanprestasi ini sendiri adalah keadaan

dimana salah satu pihak tidak memenuhi hal-hal yang telah diperjanjikan

berdasarkan kontrak kerja konstruksi yang telah disepakati oleh masing-masing

pihak didalamnya. Pertanggung jawaban dalam hal keterlambatan yang

menyebabkan terjadinya wanprestasi ini adalah dengan dikenakan denda dan

ganti rugi yang merupakan sanksi finansial.

Dalam pelaksanaan kontrak konstruksi bidang pengadaan barang/jasa,

Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya dengan bentuk pekerjaan

berupa penambahan ruangan dan rehab puskesmas Tanjung Karang yang

berlokasi di Jl. Sultan Salahudin Tanjung Karang, Kota Mataram, antara Dinas

Kesehatan Kota Mataram dengan pihak penyedia jasa konstruksi PT. Asri Cipta

Natha Alam.

Kontrak konstruksi antara kedua belah pihak tersebut mulai berlaku sejak

2 September – 30 Desember 2016. Untuk masa pemeliharannya diberikan waktu

selama 180 hari (seratus delapan puluh hari) kalender.

Melalui studi dokumen kontrak kerja sama dan juga observasi lapangan

yang langsung dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Tanjung Karang untuk

melihat sejauh mana proyek tersebut sudah terlaksanakan diketahui terjadi

keterlambatan dalam penyelesaian pembangunan bangunan fisik, pihak


viii

kontraktor sampai dengan tanggal jatuh tempo kontrak tersebut belum bisa

menyelesaikan pekerjaan tersebut dan hanya terselesaikan 70%-80% bagian saja.

Dalam kontrak tersebut sudah dijelaskan mengenai denda apabila terjadi

keterlambatan untuk setiap hari keterlambatan adalah : 1)1/1000 (satu per seribu)

dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan

yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi; 2)1/1000( satu per seribu) dari harga

kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi.

Mengenai bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya diberikan oleh

kontrator, bentuk tanggung jawabnya dapat berupa sanksi mengganti kerugian

yang dapat ditimbulkan oleh risiko tersebut, hal itulah yang dimaksud dengan

pembayaran denda.

Selain membayar denda sebagai bentuk ganti rugi, pihak kontraktor juga

sudah mengantisipasi apabila terjadi risiko yang tidak diinginkan dengan

memberikan jaminan pemeliharan. Jaminan pemeliharaan ini dapat berupa

retensi atau uang jaminan sebesar 5% dari nilai kontrak yang telah disetujui.

Selain retensi, jaminan pemeliharaan ini juga dapat diberikan dengan

memberikan jaminan berupa waktu atau masa pemeliharaan selama waktu yang

disepakati oleh para pihak dalam kontrak konstruksi.


ix

III. PENUTUP

Kesimpulan

1. Prosedur penetapan pihak penyedia jasa/kontraktor dalam beberapa metode

yang disebutkan dalam pembahasan diatas secara umum sama. Secara garis

besarnya yaitu dengan melengkapi syarat administrasi,mendaftar secara online

melalui website pengadaan lelang pekerjaan, membuat dokumen penawaran,

melaksanakan pekerjaan, menerima prestasi dari apa yang dikerjakan ; 2.

Pertanggungjawaban pihak kontraktor dalam keterlambatan penyelesaian

pekerjaan, diselesaikan dengan pembayaran denda dan jaminan pemeliharaan.

Untuk kasus keterlambatan yang terjadi pada proyek pembangunan

Puskesmas di Tanjung Karang, selain denda yang dikenakan, pihak kontraktor

diberikan waktu selama 50 hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut. Denda tersebut langsung diberikan ke kas daerah


x

Saran

Setelah meneliti dan membahas serta memahami permasalahan dan jawaban atas

permasalahan yang terjadi, maka penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Dalam proses pemilihan penyedia jasa konstruksi perlu ditingkatkan mengenai

keterbukaan informasi dan ketransparanan dalam prosedurnya, karena

pemilihan dilakukan secara online maka pihak panitia pengadaan harus

mampu menjelaskan dengan baik alasan terpilihnya dan alasan tidak

terpilihnya suatu pihak penyedia jasa; 2. Mengenai keterlambatan pekerjaan,

untuk menyelesaikan permasalahannya akan lebih baik lagi apabila dilakukan

tindakan pencegahan agar tidak terjadi risiko tersebut. Seperti masalah di

puskesmas Tanjung Karang, alasan keterlambatan adalah karena kekurangan

tenaga kerja, seharusnya saat aanwijzing atau tahap penjelasan disana

dijelaskan apa-apa yang menjadi kendala sehingga dapat mencegah risiko

tersebut. Dan pihak pemilik proyek dapat memfasilitasinya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang

Indonesia, Undang –Undang Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang,Jasa


Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai