Anda di halaman 1dari 14

Disusun untuk Memenuhi Tugas Makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang

Diampu Oleh Joko Wasisto, S.Kar

Berjudul

PELAKSANAAN DEMOKRASI PANCASILA SEBUAH


PERSOALAN DI ERA GLOBALISASI

Oleh

ARSIKA ZUHROTUL KHUSNIA

25010115130296

D-2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konsep Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan mekanisme


kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan
menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945
dan implementasinya (pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD
1945. Macam-macam pengertian demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.

 Profesor Dardji Darmo Diharjo: Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, bahwa
pengertian demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.

 GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983: Menurut Gari Besar Haluan Negara Tahun
1978 dan Tahun 1983 yang menetapkan bahwa pembangunan politik diarahkan untuk
lebih memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila. Dalam rangka memantapkan
stabiltias politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme Pancasila, maka diperlukan
pemantapan kehidupan kosntitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.

 Kansil: Pengertian demokrasi Pancasila menurut Kansil adalah kerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, yang
merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti yang tercantum dalam
alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945.

 Prof. Notonegoro: Menurutnya, pengertian demokrasi Pancasila adalah kerakyatan


yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Ensiklopedia Indonesia: Pengertian demokrasi Pancasila bahwa Pancasila meliputi


bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-
masalah nasional yang berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan
untuk mencapai mufakat.

Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila sediki berbeda dengan prinsip
demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.

 Pemerintah berjalan sesuai dengan konstitusi

 Terdapat pemilu secara berkesinambungan

 Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak minoritas

 Merupakan kompetisi dari berbagai ide dan cara dalam menyelesaikan masalah

 Ide yang terbaik akan diterima ketimbang dari suara terbanyak

Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi dalam pelaksanannya terhadap negara


Indonesia. macam-macam fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut..

 Menjamin keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara seperti ikut menyukseskan

pemiluh, pembangunan, duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan

 Menjamin berdirinya negara RI

 Menjamin tetap tegaknya NKRI berdasar sistem konstitusional

 Menjamin tetap tegaknya hukum yang berasal dari Pancasila

 Menjamin adanya hubungan yang sama, serasi dan simbang mengenai lembaga
negara

 Menjamin pemerintahan yang bertanggung jawab

Asas Demokrasi Pancasila


Dalam sistem demokrasi Pancasila, terdapat dua asas antara lain sebagai berikut.
 Asas Kerakyatan: Pengertian asas kerakyatan adalah asas kesadaran untuk cinta
kepada rakyat, manunggal dengan nasip dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa
kerakyatan atau menghayati keasadaran senasib dan secita-cita dengan rakyat.

 Asas Musyawarah: Pengertian asas msyawarah adalah asas yang memperhatikan


aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum
permusyawaratan untuk menyatukan pendapat serta mencapai kesepatakan bersama
atas kasih sayang, pengobaranan untuk kebahagian bersama.

1.2. Konsep Globalisasi

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran


pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan
infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.

Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern,


beberapa pakar lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan
Eropa dan pelayaran ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi
pada milenium ketiga sebelum Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung sangat cepat.

Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih
sering lagi sejak pertengahan 1990-an.Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional
(IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu
pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi
air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada
hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh
bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

1.3. Latar Belakang


Sejak dari masa awal kemerdekaan, Indonesia telah menganut banyak sistem
pemerintahan. Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era
reformasi 1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih
terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa
merdeka dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers
sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak
menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-masing. Demokrasi merupakan salah
satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua
warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik
secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi
Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Oleh karena itu
Negara Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila. Pada dasarnya prinsip demokrasi
adalah rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, seperti juga di Indonesia. Memang
benar secara teori rakyat sebagai pemegang kekuasaan, namun pelaksanaan demokrasi di
Indonesia masih ditemukan berbagai macam masalah. Oleh karena itu penulis ingin
memaparkan permasalahan-permasalahan pada demokrasi Indonesia agar dapat segera
dibenahi.

1.4. Tujuan
 Untuk mengetahui sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia
 Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada pada demokrasi Indonesia
seiring dengan era globalisasi
 Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab permasalahan demokrasi di
Indonesia dan dapat segera dibenahi.
BAB II

PERMASALAHAN

1. Apakah Saat ini Pemilu sebagai penerapan demokrasi pancasila di Indonesia


masih diwarnai dengan Money politik?
2. Apakah pemerintah di Indonesia sudah berazaskan demokrasi dalam
menjalankan pemerintahan?
3. Apakah Masyarakat sebagai pemilik kekuasaan tertinggi masih tercermin
dalam demokrasi di Indonesia?
BAB III

PEMBAHASAN

1.1. Masalah Money Politik pada Pemilu


Semakin berkembangnya era globalisasi, Semakin banyak pula hal-hal baru yang
dapat mempengaruhi perilaku suatu bangsa, salah satunya adalah Money Politik. Sebab
terjadinya money politik karena adanya kesempatan pada sebuah kondisi yang mebuat
para calon ingin melakukan sebuah jalan pintas untuk mengambil simpati masyarakat.
Dengan melihat kepada perekonomian negara ini yang sedang dalam keterpurukan dan
sedang ingin bangkit dari keterpurukan ini membuat celah yang bagus bagi calon yang
kurang Percaya diri terhadap kemampuan sendiri yang berakibatkepada praktek money
politik. Biasanya sebuah masyarakat yang menjadi tempet praktik sebuah money politik
terjadi karena tingkat kehidupan masyarakat didaerah yang masih relatif rendah dari segi
perekenomian dan buta akan sebuah informasi sehingga buta terhadap isu-isu politik yang
ada. Mindset disini sangat berperan besar dalam masyarakat yang menjadi praktik money
politik. Masyarakat yang perekenomoian rendah biasanya hanya tertanam bahwa tidak
peduli bagaimana kualitas sebuah calon yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan hari
ini dapat terpenuhi. Dengan menggunakan hak pilihnya masyarakat tipe ini biasanya
hanya berdasarkan kepada sebuah hal-hal yang berbau praktis.

Faktor yang menjadi penyebab terjadinya money politik dalam pemilu yang menjadi
penyebab terjadinya money politik dalam pemilu seperti sebuah pengaruh-pengaruh
tokoh masyarakat kepada pengikut- pengikutnya yang setia. Dalam pendekatan money
politik ini para calon biasanya mendekati para tokoh masyarakat tersebut dengan
mengharapkan akan mendapatkan suara-suara dari para pengikut tokoh masyarakat
tersebut. Tentu saja tidak hanya pendekatan yang berdasarkan sebuah silaturahmi, tetapi
kepada bagaimana member sesuatu yang bersifat non materi tapi lebih bersifat kepada
fisik, seperti pendirian-pendirian bangunan guna kepentingan tokoh masyarakat tersebut.
Politisi dan selebritis mempunyai hubungan antara politisi dengan media atau wartawan.
Fungsi dari selebritis sendiri sebagai penggalang massa dalam kampanye calon di tempat
terbuka atau peblik properti. Dengan menggunakan berbagai cara dalam menarik massa,
entah itu bernyanyi atau sekedar berdiri diatas panggung.
Memakai konsep hubungan antar media dan selebritis, parpol juga menggunakan konsep
tersebut. Pencitraan seorang selebritis dibangun melalui media, tentu saja parpol atau
calon-calon akan terbangun citranya bersama selebritis yang bersangkutan.Menggunakan
public figure sebagai penarik simpati masyarakat. Menggunakan pesona seorang public
figure dalam mendapatkan simpatisan adalah menjadi trendterbaru belakangan ini.
Praktek politik pragmatis ini adalah sebagai salah satu carayang lazim tetapi tidak
memenuhi dari kriteria-kriteria standar minimal menjadiseorang pemegang jabatan,
tentunya dalam jabatan instansi pemerintah yangseharusnya di isi oleh orang-orang yang
mempunyai kemampuan dalam memangku jabatan, bukan hanya dari kemampuan
profesionalitas saja, tetapi jugakepada kemampuan hubungan spiritual atau moral-moral
baik yang harus dicontohkan sebagai pembelajaran publik. Perlunya sebuah kesadaran
berbangsa yang baik berasaskan sebuah pancasila sebagai dasar-dasar dalam penerapan
kehidupan bernegara.Tidak hanya di publik yang bisa menjadi praktek dari money politik,
tetapi dari lembaga yang mengurusi sebuah pemilihan atau pesta demokrasi pun bisa
menjadi sebuah praktek money politik. Terdapat praktek-praktek di suatu daerah yang
tidak bisa menggunakan hak pilihnya karena sebuah alasan administrasi kependudukan
yang tidak tertib, sehingga untuk menggunakan hak pilihnya terabaikan karena proses
sulitnya untuk mendapat kartu pemilih. Mungkin surat suara yang belum sempat
dicontreng oleh pemilih aslinya akan disalah gunakan dengan mencoblos salah satu calon.
Tentu ini terjadi lagi-lagi kepada sebuah pesta demokrasi yang dijalankan hanya
berdasarkan uang semata tanpa kemampuan individu dalam menampuk sebuah jabatan
yang seharusnya hanya berdasarkankepada kemampuan dalam memimpin, mengatur
sebuah kebijakan, dan memberi contoh yang baik sebagai pemimpin. Bukan sebagai
pemimpin yang bernilai kandan berkapasitas dari kemampuan materi belaka, tanpa
adanya kemampuan dalam menjalankan sebuah tampuk kepemimpinan yang demokratis
yang mempunyai moralitas tinggi sebagai karakter yang dibentuk sejak dini mungkin.

Contoh Kasus Money Politic di Indonesia


 Pada tanggal 13 April 2015, Seorang calon anggota Legislatif di daerah Pagaralam,
Sumatera dilaporkan ke panwaslu karena membagikan uang sebesar Rp200.000,- per
kepala keluarga.
 Pelanggaran terbanyak dalam pelaksanaan Pemilihan Umum khususnya Pemilihan
Legislatif (Pileg) 2014 didominasi oleh praktik money politics (politik uang). Hampir
52 persen pelanggaran ini disorot media massa dengan 1.716 ekpos pemberitaan
(detik.com)
 Menurut Humas Mabes Polri kasus politik uang yang masuk terbanyak dari Sulawesi
Tengah (10 kasus), Bengkulu (8 kasus), NTT (7 kasus ), Gorontalo (6 kasus),
JawaTengah (5 kasus), Sulsel (5 kasus), Sultra (4 kasus), Jatim (4 kasus), Sulut (3
kasus), Maluku (3 kasus), dan Bali (2 kasus). Sementara Maluku Utara, Papua,
Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Banten, DIY rata-rata satu kasus.
1.2. Masalah Pemerintahan yang berazaskan demokrasi
Kehidupan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat telah diatur dalam
pasal 28 UUD 1945. Namun, dalam pelaksanaannya, masih banyak ketakutan yang
terdapat dalam tubuh masyarakat terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pemikiran yang ada dalam masyarakat bahwa rakyat adalah sosok yang lemah
dibandingkan dengan orang-orang yang berada dalam tubuh pemerintahan. Ketimpangan
sosial ini yang menyebabkan masih banyak ketidakpuasan masyarakat terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah. Seharusnya, apabila pelksanaan demokrasi Pancasila
yang menekankan mufakat dan kekeluargaan dalam prinsip sistemnya, pemerintah tidak
akan selalu mendapatkan keluhan dan kitik dari rakyatnya karena seharusnya masyarakat
sudah dalam keadaan mufakat.
Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat juga belum menuai hasil yang terbaik karena dalam
pelaksanaannya kepentingan politik partai yang membuat mereka duduk di kursi
parlemenlah yang lebih diutamakan. Hal ini disebabkan tidak adanya komunikasi
langsung antara rakyat dengan Dewan yang menjadi wakilnya. Sorotan dan kabar dari
media yang menjadi dasar pengambilan kebijakan mereka. Selain itu, terjadi
penyimpangan kembali dalam tubuh demokrasi Pancasila dengan adanya dwi partai
(oposisi dan koalisi) yang ada dalam sistem pemerintahan.

Kurang optimalnya pelaksanaan demokrasi Pancasila akan mengakibatkan beberapa


dampak yang kurang baik bagi tubuh pemerintahan. Seperti,
 Terjadi banyak penyelewengan kekuasaan. Kurang terbukanya pemerintahan terhadap
rakyat, menyebabkan banyak sekali kasus-kasus politik seperti korupsi,
penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya yang akan merugikan negara dan
rakyatnya.

 Masyarakat semakin jauh dari hak dan kesempatannya sebagai pemilik kekuasaan
tertinggi. Hal ini akan mengakibatkan munculnya penguasa dalam sistem
pemerintahan dan pemimpin rakyat akan jauh dari tanggung jawabnya sebagai
pengayom masyarakat. Sehingga banyak bermunculan anggapan bahwa menjadi
anggota parlemen adalah untuk mendapatkan uang sebagai balik modal atas usaha
kampanyenya.

 Mulai memudarnya kepercayaan terhadap pemerintah. Hal ini terjadi sebagai dampak
kasus-kasus politik yag terjadi dalam tubuh pemerintahan. Sebagai contoh pajak yang
diselewengkan akan membuat masyarakat ragu untuk membayar pajak. Padahal pajak
adalah komponen utama dalam pelaksanaan pembangunan, dengan keraguan
masyarakat akan membayar pajak, pembangunan negara akan macet dan program
kerja pemerintahan tidak akan erlakana dengan baik.

 Banyak terjadi kasus yang berbau SARA. Demokrasi Pancasila banyak mengatur
tentang persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Berbagai
ras, suku, dan agama akan hidup secara damai jika pelaksanaan demokrai Pancasila,
jika tidak, akan terjadi ketimpangan antar masyarakat seperti adanya suatu kaum yang
selalu dikhususkan dalam menentukan kebijakan. Hal ini akan menimbulkan
kecemburuan sosial yang menyebabkan konflik-konflik yang berbau SARA.

Contoh Kasus :

 Korupsi, Dalam kurun 2004-2015, KPK memenjarakan 23 menteri dan kepala


lembaga, 15 gubernur, 49 bupati/wali kota, 87 legislator, serta 120 pejabat eselon
I, II, dan III.
 Kiai Hasyim Muzadi. Dia bercerita, "Pada masa Orde Lama, korupsi dilakukan di
bawah meja. Tapi, pada masa Orde Baru, korupsi mulai terang-terangan dilakukan
di atas meja. Justru pada masa Reformasi sekarang ini, bukan hanya uangnya yang
dikorupsi, mejanya pun ikut dibawa lari." Analogi Kiai Hasyim tersebut mewakili
kegelisahan umum yang berkembang belakangan ini, bahwa demokrasi yang
dilahirkan rezim Reformasi justru memproduksi korupsi yang tiada henti

1.3. Masalah Masyarakat semakin jauh dari hak dan kesempatannya sebagai
pemilik kekuasaan tertinggi

Pelaksanaan demokrasi khususnya di Indonesia, tidak berjalan sesuai dengan teori


yang ada. Demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia belum mampu mewujudkan
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Partisipasi warga negara dalam bidang politik
pun belum terlaksana sepenuhnya. Untuk memaparkan lebih lanjut, permasalahan
demokrasi yang ada perlu dikelompokkan lagi menjadi tiga hal, yaitu dari segi teknis atau
prosedur, etika politik, serta sistem demokrasi secara keseluruhan.

Dari segi teknis atau prosedur, demokrasi di Indonesia sesungguhnya sudah


terlaksana. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya pemilu pada tahun 1955, 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 untuk pemilihan calon legislatif
(Pileg) dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres). Bahkan, pemilu
Indonesia tahun 1999 mendapat apresiasi dari dunia internasional sebagai Pemilu pertama
di era Reformasi yang telah berlangsung secara aman, tertib, jujur, adil, dan dipandang
memenuhi standar demokrasi global dengan tingkat partisipasi politik ketika itu adalah
92,7%. Namun sesungguhnya pemilu 1999 yang dipandang baik ini mengalami
penurunan partisipasi politik dari pemilu sebelumnya yaitu tahun 1997 yang mencapai
96,6 %.Tingkat partisipasi politik di tahun berikutnya pun mengalami penurunan, dimana
pada pemilu tahun 2004, tingkat partisipasi politik mencapai 84,1 % untuk pemilu
Legislatif, dan 78,2 % untuk Pilpres. Kemudian pada pemilu 2009, tingkat partisipasi
politik mencapai 10,9 % untuk pemilu Legislatif dan 71,7 % untuk Pilpres.

Menurunnya angka partisipasi politik di Indonesia dalam pelaksanaan pemilu ini


berbanding terbalik dengan angka golput (golongan putih) yang semakin meningkat.
Tingginya angka golput ini menunjukkan apatisme dari masyarakat di tengah pesta
demokrasi, karena sesungguhnya pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk
menggunakan hak pilihnya dalam memilih orang-orang yang dianggap layak untuk
mewakili masyarakat, baik yang akan duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), maupun Presiden dan Wakil Presiden.

Hak untuk memilih atau mengemukakan pendapat tergolong sebagai Hak Asasi
Manusia yang pelaksanaannya dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3). Tingginya
angka golput mungkin berasal dari pandangan masyarakat yang memandang bahwa hak
asai manusia merupakan suatu kebebasan, yang dalam hal ini adalah kebebasan untuk
menggunakan hak pilihnya ataupun tidak. Memang tidak ada aturan atau hukum yang
menjerat bagi orang-orang yang tidak turut serta berpartisipasi politik dalam pemilu,
namun apabila terus dibiarkan angka golput terus meningkat. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran terhadap demokrasi Indonesia yang akan semakin tidak berkualitas akibat
rendahnya partisipasi dari para warganya.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Indonesia merupakan Negara yang
menganut demokrasi pancasila, Namun pelaksanaan demokrasi pancasila Indonesia di era
globalisasi sudah mulai menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi pancasila. Contoh
kasusnya adalah masalah money politik yang semakin marak, masalah pemerintahan dan
aspirasi rakyat. Masalah-masalah tersebut timbul karena perkembangan zaman dan
perilaku manusia di era globalisasi.

4.2. Saran
Harapannya Demokrasi pancasila dapat diwujudkan secara nyata dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia bukan hanya sekadar teori saja namun perlunya perwujudan
nyata.

DAFTAR PUSTAKA

https://agustindiankartikasari.wordpress.com/2014/12/14/tugas-pendidikan-
kewarganegaraan-makalah-permasalahan-demokrasi-di-indonesia/.(Online) diakses
tanggal 10 Januari 2016

https://www.academia.edu/8311878/Budaya_Money_Politik_dalam_Kancah_Perpolitika

n_Nasional. (Online). Diakses tanggal 10 Januari 2016

http://news.detik.com/berita/2579488/money-politics-pelanggaran-paling-banyak-
di-pileg-2014. (Online). Diakses tanggal 10 Januari 2016
http://ilmumedia.blogspot.co.id/2014/04/analisis-kasus-politik-uang-
dalam.html. (Online). Diakses tanggal 10 Januari 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila. (Online). Diakses tanggal 10 Januari


2016

Anda mungkin juga menyukai