Berjudul
Oleh
25010115130296
D-2015
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Profesor Dardji Darmo Diharjo: Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, bahwa
pengertian demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.
GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983: Menurut Gari Besar Haluan Negara Tahun
1978 dan Tahun 1983 yang menetapkan bahwa pembangunan politik diarahkan untuk
lebih memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila. Dalam rangka memantapkan
stabiltias politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme Pancasila, maka diperlukan
pemantapan kehidupan kosntitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.
Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila sediki berbeda dengan prinsip
demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.
Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak minoritas
Merupakan kompetisi dari berbagai ide dan cara dalam menyelesaikan masalah
Menjamin adanya hubungan yang sama, serasi dan simbang mengenai lembaga
negara
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih
sering lagi sejak pertengahan 1990-an.Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional
(IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu
pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi
air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada
hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh
bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.
1.4. Tujuan
Untuk mengetahui sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia
Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada pada demokrasi Indonesia
seiring dengan era globalisasi
Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab permasalahan demokrasi di
Indonesia dan dapat segera dibenahi.
BAB II
PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya money politik dalam pemilu yang menjadi
penyebab terjadinya money politik dalam pemilu seperti sebuah pengaruh-pengaruh
tokoh masyarakat kepada pengikut- pengikutnya yang setia. Dalam pendekatan money
politik ini para calon biasanya mendekati para tokoh masyarakat tersebut dengan
mengharapkan akan mendapatkan suara-suara dari para pengikut tokoh masyarakat
tersebut. Tentu saja tidak hanya pendekatan yang berdasarkan sebuah silaturahmi, tetapi
kepada bagaimana member sesuatu yang bersifat non materi tapi lebih bersifat kepada
fisik, seperti pendirian-pendirian bangunan guna kepentingan tokoh masyarakat tersebut.
Politisi dan selebritis mempunyai hubungan antara politisi dengan media atau wartawan.
Fungsi dari selebritis sendiri sebagai penggalang massa dalam kampanye calon di tempat
terbuka atau peblik properti. Dengan menggunakan berbagai cara dalam menarik massa,
entah itu bernyanyi atau sekedar berdiri diatas panggung.
Memakai konsep hubungan antar media dan selebritis, parpol juga menggunakan konsep
tersebut. Pencitraan seorang selebritis dibangun melalui media, tentu saja parpol atau
calon-calon akan terbangun citranya bersama selebritis yang bersangkutan.Menggunakan
public figure sebagai penarik simpati masyarakat. Menggunakan pesona seorang public
figure dalam mendapatkan simpatisan adalah menjadi trendterbaru belakangan ini.
Praktek politik pragmatis ini adalah sebagai salah satu carayang lazim tetapi tidak
memenuhi dari kriteria-kriteria standar minimal menjadiseorang pemegang jabatan,
tentunya dalam jabatan instansi pemerintah yangseharusnya di isi oleh orang-orang yang
mempunyai kemampuan dalam memangku jabatan, bukan hanya dari kemampuan
profesionalitas saja, tetapi jugakepada kemampuan hubungan spiritual atau moral-moral
baik yang harus dicontohkan sebagai pembelajaran publik. Perlunya sebuah kesadaran
berbangsa yang baik berasaskan sebuah pancasila sebagai dasar-dasar dalam penerapan
kehidupan bernegara.Tidak hanya di publik yang bisa menjadi praktek dari money politik,
tetapi dari lembaga yang mengurusi sebuah pemilihan atau pesta demokrasi pun bisa
menjadi sebuah praktek money politik. Terdapat praktek-praktek di suatu daerah yang
tidak bisa menggunakan hak pilihnya karena sebuah alasan administrasi kependudukan
yang tidak tertib, sehingga untuk menggunakan hak pilihnya terabaikan karena proses
sulitnya untuk mendapat kartu pemilih. Mungkin surat suara yang belum sempat
dicontreng oleh pemilih aslinya akan disalah gunakan dengan mencoblos salah satu calon.
Tentu ini terjadi lagi-lagi kepada sebuah pesta demokrasi yang dijalankan hanya
berdasarkan uang semata tanpa kemampuan individu dalam menampuk sebuah jabatan
yang seharusnya hanya berdasarkankepada kemampuan dalam memimpin, mengatur
sebuah kebijakan, dan memberi contoh yang baik sebagai pemimpin. Bukan sebagai
pemimpin yang bernilai kandan berkapasitas dari kemampuan materi belaka, tanpa
adanya kemampuan dalam menjalankan sebuah tampuk kepemimpinan yang demokratis
yang mempunyai moralitas tinggi sebagai karakter yang dibentuk sejak dini mungkin.
Masyarakat semakin jauh dari hak dan kesempatannya sebagai pemilik kekuasaan
tertinggi. Hal ini akan mengakibatkan munculnya penguasa dalam sistem
pemerintahan dan pemimpin rakyat akan jauh dari tanggung jawabnya sebagai
pengayom masyarakat. Sehingga banyak bermunculan anggapan bahwa menjadi
anggota parlemen adalah untuk mendapatkan uang sebagai balik modal atas usaha
kampanyenya.
Mulai memudarnya kepercayaan terhadap pemerintah. Hal ini terjadi sebagai dampak
kasus-kasus politik yag terjadi dalam tubuh pemerintahan. Sebagai contoh pajak yang
diselewengkan akan membuat masyarakat ragu untuk membayar pajak. Padahal pajak
adalah komponen utama dalam pelaksanaan pembangunan, dengan keraguan
masyarakat akan membayar pajak, pembangunan negara akan macet dan program
kerja pemerintahan tidak akan erlakana dengan baik.
Banyak terjadi kasus yang berbau SARA. Demokrasi Pancasila banyak mengatur
tentang persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Berbagai
ras, suku, dan agama akan hidup secara damai jika pelaksanaan demokrai Pancasila,
jika tidak, akan terjadi ketimpangan antar masyarakat seperti adanya suatu kaum yang
selalu dikhususkan dalam menentukan kebijakan. Hal ini akan menimbulkan
kecemburuan sosial yang menyebabkan konflik-konflik yang berbau SARA.
Contoh Kasus :
1.3. Masalah Masyarakat semakin jauh dari hak dan kesempatannya sebagai
pemilik kekuasaan tertinggi
Hak untuk memilih atau mengemukakan pendapat tergolong sebagai Hak Asasi
Manusia yang pelaksanaannya dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3). Tingginya
angka golput mungkin berasal dari pandangan masyarakat yang memandang bahwa hak
asai manusia merupakan suatu kebebasan, yang dalam hal ini adalah kebebasan untuk
menggunakan hak pilihnya ataupun tidak. Memang tidak ada aturan atau hukum yang
menjerat bagi orang-orang yang tidak turut serta berpartisipasi politik dalam pemilu,
namun apabila terus dibiarkan angka golput terus meningkat. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran terhadap demokrasi Indonesia yang akan semakin tidak berkualitas akibat
rendahnya partisipasi dari para warganya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Indonesia merupakan Negara yang
menganut demokrasi pancasila, Namun pelaksanaan demokrasi pancasila Indonesia di era
globalisasi sudah mulai menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi pancasila. Contoh
kasusnya adalah masalah money politik yang semakin marak, masalah pemerintahan dan
aspirasi rakyat. Masalah-masalah tersebut timbul karena perkembangan zaman dan
perilaku manusia di era globalisasi.
4.2. Saran
Harapannya Demokrasi pancasila dapat diwujudkan secara nyata dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia bukan hanya sekadar teori saja namun perlunya perwujudan
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
https://agustindiankartikasari.wordpress.com/2014/12/14/tugas-pendidikan-
kewarganegaraan-makalah-permasalahan-demokrasi-di-indonesia/.(Online) diakses
tanggal 10 Januari 2016
https://www.academia.edu/8311878/Budaya_Money_Politik_dalam_Kancah_Perpolitika
http://news.detik.com/berita/2579488/money-politics-pelanggaran-paling-banyak-
di-pileg-2014. (Online). Diakses tanggal 10 Januari 2016
http://ilmumedia.blogspot.co.id/2014/04/analisis-kasus-politik-uang-
dalam.html. (Online). Diakses tanggal 10 Januari 2016