Gambar 1.2 definisi perkalian sebuah vektor dengan besaran skalar (c > 0).
1
|cA| = |c||A|.
Hal ini sangat mudah, berdasarkan definisi awal, bahwa perkalian antara
skalar merupakan asosiasi seperti berikut:
(cd)A = c(dA)
Hal ini terkadang sesuai dengan penulisan skalar di kanan vektor, dan
didefinisikan Ac sama artinya dengan vektor cA:
cA = Ac
kita definisikan penjumlahan (A + B) dari dua buah vektor A dan B
sebagai vektor yang memperbesar dari ekor vektor A ke kepala vektor B seperti
digambarkan pada gambar 1.3. definisi ini sama dengan aturan poligon, dan akan
lebih sesuai untuk digunakan.
Berdasarkan definisi dasara yang ditunjukkan Gambar 1.3, kita dapat
mendefinisikan dengan pasti bahwa penjumlahan bersifat komutatif dan asosiatif:
A+B = B+A
(A+B)+C = A+(B+C)
Berdasarkan persamaan di atas, kita mungkin akan menghilangkan tanda
kurung yang tertulis pada penjumlahan. Berdasarkan defini yang ditunjukkan
Gambar 1.2 dan 1.3, kita dapat membuat aturan distribusi:
C(A+B) = cA + cB
(c+d)A = cA + dA
Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan menggambarkan diagram-diagram
representasi sebelah kanan dan kiri bagian dari setiap persamaan sesuai definisi
yang diberikan.
2
Sebuah vektor mungkin direpresentasikan secara aljabar dalam bentuk
komponen-komponennya atau proyeksi terhadap sumbu-sumbu koordinatnya.
Titik tegak lurus yang berasal dari ekor dan kepala vektor terhadap sumbu
koordinat seperti yang ditunjukkan Gambar 1.6. kemudian komponen dari vektor
terhadap sumbbu-sumbunya didefinisikan sebagai panjang dari segmen yang
berputongan dengan sumbu yang tegak lurus terhadapnya. Komponen tersebut
dapat berupa positif atau negatif tergantung kepada proyeksi kepala vektor apakah
terhadap arah positif atau negatif sepanjang sumbu yang berasal dari proyeksi
ekornya. Komponen-komponen sebuah vektor A sepanjang sumbu x, y dan z dapat
dituliskan Ax, Ay dan Az. Notasi (Ax, Ay, Az) terkadang akan digunakan untuk
merepresentasikan vektor
3
Gambar 1.7 diagram pembuktian persamaan A = Ax𝑥̂ + Ay𝑦̂
Sekarang kita mempunyai dua persamaan yang dapat digunakan untuk
mendefinisikan sebuah vektor: secara geometri sebagai sebuah besaran dengan
besar dan arah pada sebuah ruang, atau secara aljabar sebagai suatu sistem dengan
tiga bagian (Ax, Ay, Az), dimana kita sebut sebgai komponen-komponennya.
Operasi penjumlahan dan perkalian dengan sebuah skalar, seperti yang
didefinisikan secara geometri seperti Gambar 1.2 dan 1.3 dengan bentuk panjang
dan arah-arahnya terhadap vektor diperhitungkan, dapat juga di definisikan secara
aljabar sebagai operasi-operasi terhadap komponen-komponen dari vektor
tersebut. sehingga cA adalah sebuah vektor yang komponen-komponennya
merupakan komponen-komponen A, yang masing-masing dikali dengan c:
cA = (cAx, cAy, cAz)
dan A + B adalah vektor yang komponen-komponenya yang diperoleh dengan
menjumlahkan komponen A dan B:
A + B = (Ax,+ Bx, Ay + By, Az + Bz)
Gambar 1.8 Pembuktian kesesuaian antara aljabar dan geometri pada penjumlahan vektor
4
Kesesuaian antara persamaan aljabar terhdap kesatauan dengan geometri
dapat didemonstrasikan dengan menggambarkan diagram-diagramnya. Gambar
1.8 merupakan pembuktian persamaan (A + B) untuk kasus dua dimensi. Panjang
sebuah vektor dapat didefinisikan secara aljabar sebagai berikut:
|A| = (𝑨𝟐𝒙 + 𝑨𝟐𝒚 + 𝑨𝟐𝒛 )1/2
Sebuah perkalian skalar (A.B) dua buah vektor A dan B sebagai perkalian
besar masing-masing vektor dengan cosinus sudut yang terbentuk antara kedua
vektor (Gambar 1.9).
A . B = AB cos 𝜃
Perkalian skalar adalah sebuah skalar atau angka. Hal ini disebut juga perkalian
dot atau perkalian inner, dan dapat juga didefinisikan sebagai perkalian antara
besar nilai masing-masing vektor dikali dengan proyeksi antar keduanya. Sebagai
contoh dapat digunakan untuk menunjukkan usaha yang bekerja ketika sebuah
gaya F bekerja melelui jarak s yang tidak paralel:
W = Fs cos 𝜃 = F. S
Berikut ini adalah akibat lain yang ditimbulkan dari persamaan sebelumnya,
dimana 𝑥̂, 𝑦̂, 𝑧̂ merupakan vektor satuan sepanjang ketiga sumbu koordinat:
𝑥̂. 𝑥̂ = 𝑦̂. 𝑦̂ = 𝑧̂ . 𝑧̂ = 1
𝑥̂. 𝑦̂ = 𝑦̂. 𝑧̂ = 𝑧̂ . 𝑥̂ = 0
A . B = AB, (-AB), ketika A paralel (anti-paralel) terhdap B
A . B = 0, ketika A tegak lurus terhadap B
Perkalian dot dapat juga didefinisikan secara aljabar delam komponen-
komponennya:
A . B = AxBx + AyBy + AzBz
5
Perkalian lainnya yang akan dibahas adalah perkalian vektor, sering juga
disebut dengan cross product atau outer product. Perkalian silang (A x B) dari dua
buah vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah vektor yang tegak lurus
terhdap bidang A dan B dimana besarnya adalah merupakan luas daerah
jajarangenjang antara A dan B. Arah dari (A x B) didefinisikan sebagai arah yang
diperoleh dengan menggunakan kaidah tangan kanan sekrup yang diputar dari A
ke B. Perhatikan Gambar 1.10. Panjang (A x B), dengan membentuk sudut 𝜃 antar
kedua vektor, sebagai berikut:
|A x B| = AB sin 𝜃
Catatan bahwa perkalian skalar dua buah vektor menghasilkan skalar atau angka,
sedangkan perkalian vektor akan menghasilkan vektor yang baru. Perkalian vektor
mengikuti aturan aljabar seperti yang ditunjukkan berikut ini:
A x B = 0 jika A dan B sejajar atau tidak sejajar
|A x B| = AB, ketika A tegak lurus terhadap B
A x A = 0 untuk sembarang A
𝑥̂ × 𝑥 = 𝑦̂ × 𝑦̂ = 𝑧̂ × 𝑧̂ = 0
𝑥̂ × 𝑦̂ = 𝑧̂ , 𝑦̂ × 𝑧̂ = 𝑥̂, 𝑧̂ × 𝑥̂ = 𝑦̂
6
Gambar 1.10 Definisi perkalian vektor
Sebagai contoh yang menggunakan perkalian silang, aturan untuk sebuah
gaya yang bekerja pada sebuah medan magnet terhadap induksi B terhadap sebuah
muatan listrik q yang bergerak dapat ditunjukkan sebagai berikut:
𝑞
𝐹 = 𝑐 𝒗 × 𝑩,
7
dapat ditemukan dengan menggunakan aturan cosinus dan sinus. Gambar 1.11,
F1, F2, dan 𝜃 ditentukan, dan besar nilai dan arah dari penjumlahan F dapat
dihitung dari,
𝐹 2 = 𝐹12 + 𝐹22 − 2𝐹1 𝐹2 cos 𝜃
𝐹1 𝐹2 𝐹
= =
sin 𝛽 sin ∝ sin 𝜃
𝐹2 𝐹
F1 𝑭 sin𝜽 = F1 𝑭2 sin𝜽, atau =
sin∝ sin 𝜃
8
Jika sebuah vektor F berada pada bidang xy bekerja pada sebuah partikel
pada titik P, kia definisikan torsi, atau momen dari gaya F terhadap titik asal O
(Gambar 1.13) sebagai perkalian antara jarak ̅̅̅̅
𝑂𝑃 dan komponen F yang tegak
lurus r:
No = rF sin ∝
9
F = 𝑭|| + F
Dimana
̂ (𝒏
𝑭|| = 𝒏 ̂ . F)
F = F - 𝑭||
sekarang kita defenisikan momen F terhadap sumbu AB sebagai momen, gaya F
, pada bidanng melalui titik P yang tegak lurus terhadap AB, mengenai titik O
pada setiap sumbu AB melewati bidang:
NAB = ±𝑟 F sin ∝ = ±|𝒓 × F |
= 𝒏̂ ∙ (𝒓 × 𝑭|| ) + 𝒏̂ ∙ (𝒓 × F )
= 𝒏̂ ∙ (𝒓 × F )
= ±|𝒓 × F |
Sehingga dapat didefinisikan lebih baik dengan,
NAB = 𝒏̂ ∙ (𝒓 × 𝑭)
Persamaan tersebut berpengaruh terhadap definisi vektor torsi atau momen vektor
terhadap sebuah titik O, sebuah gaya F bekerja pada titik P, sebgai berikut:
No = r × 𝑭,
dimana r adalah vektor dari O ke P.
10
v(t). Kita dapat definisikan turunan dari sebuah vektor A dengan pengaruh t
dengan analogi dengan definisi secara umum terhadap turunan sebuah fungsi
skalar (Gambar 1.14):
𝑑𝑨 𝑨(𝑡 + ∆𝑡) − 𝑨(𝑡)
= lim .
𝑑𝑡 ∆𝑡→0 ∆𝑡
Bagian ∆𝑡 disini memiliki arti perkalian dengan 1/∆𝑡. Kita mungkin akan
medefinisikan turunan vektor secara aljabar dengan istilah komponen-
komponennya:
11
𝑑 𝑑
[ (𝑓𝑨)] = (𝑓𝑨)𝑥
𝑑𝑡 𝑥 𝑑𝑡
𝑑
= 𝑑𝑡 (𝑓𝑨𝒙 )
𝑑𝑓 𝑑𝐴𝑥
= (𝑨𝒙 ) + 𝑓 ) aturan
𝑑𝑡 𝑑𝑡
standar
kalkulus
ordinary
𝑑𝑓 𝑑𝑨
= (𝑨𝒙 ) + 𝑓 ( ))
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑥
𝑑𝑓 𝑑𝑨
= ( 𝑑𝑡 𝑨) + (𝑓 𝒅𝒕 )
𝑥 𝑥
𝑑𝑓 𝑑𝑨
=( 𝑨+𝑓 )
𝑑𝑡 𝒅𝒕 𝑥
Sebagai contoh lain, untuk membuktikan Persamaan. (1.56) dari definisi (1.52),
kita lanjutkan seperti dalam bukti teorema yang sesuai untuk produk dari fungsi
skalar biasa. Kami akan menggunakan simbol L1 untuk berdiri untuk peningkatan
dalam nilai-nilai fungsi apapun
antara t dan t + L1t; yang L1A kenaikan dari vektor A didefinisikan pada Gambar.
1.15. menggunakan definisi ini terhadap ∆, dan aturan aljabar vektor memberikan
bagian sebelumnya, sehingga
Ketika ∆𝑡 → 0, sisi kiri persamaan. (1.58) mendekati sisi kiri Persamaan. (1.56),
dan pertama dua istilah di sisi ofeq kanan. (1.58) mendekati dua istilah di sebelah
12
kanan Persamaan. (1.56), sedangkan musim lalu di sebelah kanan persamaan.
(1.58) lenyap. yang ketat pembenaran dari proses batas ini adalah persis sama
dengan pembenaran diperlukan untuk
proses yang sesuai dalam kalkulus biasa. Dalam mengobati gerakan dalam ruang
tiga-dimensi, kita sering bertemu skalar dan jumlah vektor yang memiliki nilai
yang pasti di setiap titik dalam ruang. jumlah tersebut adalah fungsi dari koordinat
ruang, umumnya x, y, dan z. Mereka juga mungkin dianggap sebagai fungsi dari r
vektor posisi dari titik asal ke titik x, y, z (Gambar. 1.15). Dengan demikian kita
membedakan fungsi titik skala
u(r) = u(x, y, z)
dan fungsi vektor titik,
A(r) = A(x, y, z) = [Ax(x, y, z), Ay(x, y, z), Az(x, y, z)]
∫ 𝑨 ∙ 𝑑𝒓
𝐶
13
membentuk produk A ∙ dr, di mana A adalah nilai fungsi vektor pada posisi
segmen tersebut. Garis terpisahkan atas didefinisikan sebagai batas jumlah dari
produk A ∙ dr sebagai jumlah segmen meningkatkan tanpa batas, sedangkan
panjang |dr| setiap segmen mendekati nol. Sebagai contoh, pekerjaan yang
dilakukan oleh gaya F, yang mungkin berbeda dari titik ke titik, pada partikel
yang bergerak sepanjang kurva C adalah
𝑾 = ∫𝐶 𝑭 ∙ 𝑑𝒓
yang merupakan generalisasi, untuk kasus kekuatan yang bervariasi dan kurva
sewenang-wenang C, formulanya,
W=F∙𝒔
ntuk gaya konstan bekerja pada sebuah benda yang bergerak sepanjang ruas garis
s lurus. Itu
Alasan untuk menggunakan dr simbol untuk mewakili segmen kurva adalah
bahwa jika r adalah vektor posisi dari titik asal ke titik pada kurva, maka dr
adalah kenaikan dalam r (lihat Gambar. 1.14) dari satu ujung ke ujung dari
segmen yang sesuai. Jika kita menulis r dalam bentuk
̂𝑥 + 𝒚
r=𝒙 ̂𝑦 + 𝒛̂𝑧
kemudian
̂𝑑𝑥 + 𝒚
dr = 𝒙 ̂𝑑𝑦 + 𝒛̂𝑑𝑧
dimana dx, dy dan dz adalah pembeda pada koordinat antara dua buah segmen
jika s merupakan besaran jarak sepanjang kurva dari beberapa titik, maka dapat
ditentukan integral garis sebagai ordinary integral yang melewati koordinat s:
∫ 𝑨 ∙ 𝑑𝒓 = ∫ 𝐴 cos 𝜃 𝑑𝑠
𝐶
Dimana 𝜃 merupakan sudut antara A dan tangensial terhadap kurva untuk setiap
titik (lihat Gambar 1.16). persamaan ini mungkin dapat digunakan untuk
megevaluasi integral yang diketahuai sebagai A dan cos 𝜃 sebagai fungsi s.
Sehingga dapat dituliskan integralnya,
∫𝐶 𝑨 ∙ 𝑑𝒓 = ∫𝐶 (𝐴𝑥 𝑑𝑥 + 𝐴𝑦 𝑑𝑦 + 𝐴𝑧 𝑑𝑧).
14
Gambar 1.16 Elemen yang termasuk integral garis
Salah satu cara yang paling sesuai untuk mewakili kurva dalam ruang adalah
untuk memberikan tiga koordinat (x, y, z) atau, sama, vektor posisi r, sebagai
fungsi dari parameter s yang memiliki nilai yang pasti ditugaskan untuk setiap
titik dari kurva. Parameter s sering, meskipun tidak selalu, jarak diukur sepanjang
kurva dari beberapa titik referensi, seperti pada Gambar. 1.16 dan dalam
Persamaan di atas. Parameter s mungkin juga menjadi waktu di mana partikel
bergerak tiba pada suatu titik tertentu pada kurva. Jika kita tahu A(r) dan r(s),
maka integral garis dapat dievaluasi dari rumus,
𝒅𝒓
∫ 𝑨 ∙ 𝑑𝒓 = ∫ (𝑨 ∙ ) 𝑑𝑠
𝐶 𝑑𝑠
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
= ∫ (𝐴𝑥 + 𝐴𝑦 + 𝐴𝑧 ) 𝑑𝑠
𝑑𝑠 𝑑𝑠 𝑑𝑠
Anggota kanan dari persamaan ini adalah integral biasa selama s variabel. Sebagai
contoh perhitungan garis integral, mari kita hitung pekerjaan dilakukan pada
partikel yang bergerak dalam setengah lingkaran dengan jari-jari tentang asal di
xy, oleh kekuatan menarik partikel menuju titik (x = a, y = 0) dan sebanding
dengan jarak dari partikel dari titik (a, 0). Menggunakan notasi ditunjukkan pada
Gambar. 1.18, kita dapat menuliskan hubungan berikut:
1 𝜋 1
𝛽 = 2 (𝜋−∝), 𝜃 = 2−𝛽 =2∝
∝
𝐷2 = 2𝑎2 (1 − 𝑐𝑜𝑠 ∝), 𝐷 = 2𝑎 sin 2
∝
𝑭 = −𝒌𝑫, 𝐹 = 𝑘𝐷 = 2𝑘𝑎 sin
2
𝑠 = 𝑎(𝜋−∝)
15
Gambar 1.18
Menggunakan hubungan ini, kita dapat mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan,
dengan menggunakan Persamaan. (1.61):
𝑾 = ∫ 𝑭 ∙ 𝒅𝒓
𝑪
𝜋𝑎
= ∫𝑠=0 𝐹𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝑠
0 ∝ ∝
= − ∫∝=𝜋 2𝑘𝑎2 𝑠𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑠 𝑑 ∝
2 2
2
= 2𝑘𝑎
Dalam rangka untuk menghitung integral yang sama dari Persamaan. (1.63), kita
mengungkapkan r dan F bersama kurva sebagai fungsi dari parameter ∝:
𝑥 = 𝑎 𝑐𝑜𝑠 ∝ 𝑦 = 𝑎 𝑠𝑖𝑛 ∝
∝
𝐹𝑥 = 𝑘𝐷 𝑐𝑜𝑠𝛽 = 2𝑘𝑎𝑠𝑖𝑛2 = 𝑘𝑎(1 − 𝑐𝑜𝑠 ∝)
2
∝ ∝
𝐹𝑦 = −𝑘𝐷 𝑠𝑖𝑛𝛽 = −2𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑠 = −𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑛 ∝
2 2
Sehingga usaha adalah,
𝑾 = ∫ 𝑭 ∙ 𝒅𝒓
𝑪
0
𝑑𝑥 𝑑𝑦
=∫ (𝐹𝑥 + 𝐹𝑦 )𝑑 ∝
∝=𝜋 𝑑∝ 𝑑∝
0
= ∫ [−𝑘𝑎2 (1 − 𝑐𝑜𝑠 ∝)𝑠𝑖𝑛 ∝ −𝑘𝑎2 𝑠𝑖𝑛 ∝ 𝑐𝑜𝑠 ∝]𝑑 ∝
𝜋
𝜋
= 𝑘𝑎2 ∫ 𝑠𝑖𝑛 ∝ 𝑑 ∝
0
= 2𝑘𝑎2
16
1.3 Kinematika pada Bidang
Kinematika adalah ilmu yang menggambarkan gerakan kemungkinan
mekanik sistem tanpa memperhatikan hukum dinamis yang menentukan gerakan
benar-benar terjadi. Dalam mempelajari kinematika dari sebuah partikel dalam
pesawat, kita akan berkaitan dengan metode untuk menggambarkan posisi sebuah
partikel, dan jalan diikuti oleh partikel, dan dengan metode untuk menemukan
berbagai komponen kecepatan dan percepatan.
Gambar 1.18 Posisi vektor dan koordinat persegi panjang terhadap titik P pada
bidang.
17
hubungan antara x dan y, Bentuk (1.64) dan (1.65), namun, tidak nyaman dalam
banyak kasus, misalnya ketika kurva ganda kembali pada dirinya sendiri. Kami
juga dapat menentukan kurva dengan memberikan hubungan antara x dan y,
f(x,y) = 0
sehingga kurva terdiri dari titik-titik yang koordinat memenuhi hubungan ini.
Contohnya adalah persamaan lingkaran:
x2+y2- a2 = 0
salah satu yang paling sesuai untuk merepresentasikan kurva dengan istilah
parameter s
x = x(s), y = y(s)
atau
r = r(s)
Parameter memiliki nilai yang unik pada setiap titik dari kurva. Sebagai s
bervariasi, titik [X (s), y (s)] jejak keluar kurva. Parameter s mungkin, misalnya,
menjadi jarak diukur sepanjang th kurva dari beberapa titik tetap. Persamaan
lingkaran dapat dinyatakan dalam parameter FJ dalam bentuk
𝑥 = 𝑎 cos 𝜃
𝑦 = 𝑎 𝑠𝑖𝑛 𝜃
Dimana 𝜃 adalah sudut antara sumbu x dan jari-jari untuk titik (x, y) pada
lingkaran. Dalam hal jarak s diukur di sekitar lingkaran,
𝑠
𝑥 = 𝑎 cos
𝑎
𝑠
𝑦 = 𝑎 𝑠𝑖𝑛
𝑎
Dalam masalah mekanika, parameter biasanya waktu, dalam hal ini Pers.
(1.67) menentukan tidak hanya jalur partikel, tetapi juga tingkat di mana partikel
melintasi jalan. Jika sebuah partikel bergerak dengan kecepatan konstan v sekitar
lingkaran, posisinya setiap saat t dapat diberikan oleh
𝑣𝑡
𝑥 = 𝑎 cos
𝑎
𝑣𝑡
𝑦 = 𝑎 sin
𝑎
18
Jika partikel bergerak sepanjang jalan yang diberikan oleh Persamaan. (1.67), kita
dapat menentukan gerakannya dengan me mberikan s(t), atau dengan menentukan
secara langsung
𝒙 = 𝒙(𝒕), 𝒚 = 𝒚(𝒕)
Atau
𝒓 = 𝒓(𝒕)
Kecepatan dan percepatan dan komponen-komponennya, diberikan sebagai
𝑑𝑟 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑣= = 𝑥̂ + 𝑦̂ 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑣𝑥 = , 𝑣𝑦 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑣 𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑥 2
𝑎= = = 𝑥̂ 𝑑𝑡 2 + 𝑦̂𝑑𝑑𝑡2𝑦,
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
2
𝑑 𝑥 𝑑2𝑦
𝑎𝑥 = 2 , 𝑎𝑦 = 2
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Gambar 1.19 Bidang polar koordinat Gambar 1.20 kenaikan vektor 𝑟̂ dan 𝜃̂
koordinat polar, ditunjukkan pada Gambar. 1.20, yang nyaman dalam banyak
masalah.
Koordinat r, 𝜃terkait dengan x, y dengan persamaan berikut:
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃, 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃
Dan
𝑟 = (𝑥 2 + 𝑦 2 )1/2
𝑦 𝑦 𝑥
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑠𝑖𝑛−1 2 = 𝑐𝑜𝑠 −1
𝑥 (𝑥 + 𝑦 2 )1/2 (𝑥 2 + 𝑦 2 )1/2
19
̂ dalam arah peningkatan rand FJ, masing-
Kami mendefinisikan vektor satuan r, 𝜽
̂ adalah fungsi dari sudut 𝜃, dan yang
masing, sebagai ditampilkan. Vektor r, 𝜽
berhubungan dengan 𝑥̂, 𝑦̂oleh persamaan
𝒓̂ = 𝒙
̂ 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑦̂ sin 𝜃,
xˆ sin ŷ cos
Persamaan tersebut mengikuti aturan dari Gambar 1.19. diferensiasi, kita peroleh
persamaan yang sangat penting,
drˆ dˆ
ˆ, rˆ
d d
Persamaan tersebut dapat diperoleh dengan mempelajari Gambar 1.20. posisi
vektor r sangat sederhana dengan istilah koordinat polar:
r rrˆ ( )
Kita dapat menjelaskan gerak suatu partikel pada koordinat polar dengan
spesifikasi r(t), (t ) kemudian menentukan posisi vektor r(t). Vektor
kecepatannya adalah,
dr dr drˆ d dˆ d
v rˆ rˆ rˆˆˆ rˆˆ rˆ
dt dt d dt d dt
(r r )rˆ (r 2r )
2 ˆ
Bentuk r v 0 / r disebut jugga dengan percepatan sentripetal berasal dari gerak
2
terhadap arah .
20
Setiap persamaan mewakili permukaan. Lintasan adalah persimpangan dua
permukaan.
Sebuah lintasan juga diwakili secara parameter:
x x( s), y y(s), z z(s)
Kecepatan dan percepatan ditentutukan dengan
dr
v xˆvx yˆ v y zˆvz ,
dt
dx dy dz
vx , vy , vz
dt dt dt
Dan
dv
a xˆax yˆv y zˆvz ,
dt
d 2x d2y d 2z
ax 2 , vy 2 , vz
dt dt dt 2
Banyak sistem koordinat selain Cartesian yang berguna untuk masalah-masalah
khusus. Mungkin yang paling banyak digunakan adalah koordinat polar bola dan
silinder koordinat polar. koordinat polar silinder ( , , z) didefinisikan seperti
pada Gambar. 1.21, atau dengan persamaan
x cos , y sin , zz
Dan, berkebalikan,
( x 2 y 2 )1 / 2 ,
y y x
tan 1 sin 1 2 cos 1 2
x (x y )
2 1/ 2
( x y 2 )1 / 2
zz
Sebuah sistem vektor satuan ˆ , ˆ, ẑ pada arah naiknya , , z, secara serentak.
21
Ditunjukkan seperti pada Gambar 1.21. ẑ konstan, tetapi dan ˆ merupakan
fungsi , hanya pada bidang koordinat polar:
ˆ xˆ cos ŷ sin , ˆ -xsin ŷ cos
Dan, sama seperti,
dˆ dˆ
, ˆ
d d
Posisi vektor r dapat ditentukan dengan koordinat silinder dengan bentuk
r ˆ zzˆ
Diferensiasi, akan diperoleh untuk kecepatan dan percepatan menggunakan
persamaan sebelumnya:
dr
v ˆ ˆ z ẑ,
dt
dv
a ( 2 ) 2 ( 2 )ˆ zzˆ
dt
Ketika ˆ , ˆ, ẑ berbentuk beberapa vektor unit yang saling tegak lurus, beberapa
vektor A dapat ditentukan dengan istilah terhadap komponen-komponennya
sepanjang ˆ , ˆ, ẑ :
A A ˆ A ˆ A zˆ
z
22
Sebuah persamaan dA/dt akan sangat berguna untuk kasus seperti
koordinat polar pada dua dimensi.
Koordinat polar Spherical (r , , ) didefinisikan seperti pada Gambar 1.22 atau
dengan persamaan:
x r sin cos , y r sin sin , z r cos
Tampilan untuk x dan y diikuti jika sin , maka diperoleh,
r ( x 2 y 2 z 2 )1 / 2 ,
( x 2 y 2 )1 / 2
tan 1
z
y
tan 1
x
Vektor satuan (rˆ, ˆ, ˆ) sesuai dengan koordinat spherical maka mengindikasikan
seperti Gambar 3.22, dimana adalahvektor yang sama dengan koordinat
silinder. Vektor satuan ̂ selalu berguna untuk memperoleh r̂ , ̂ . Sehingg akan
diperoleh:
rˆ zˆ cos ˆ sin zˆ cos xˆ sin cos yˆ sin cos yˆ sin sin
23
dr
v rrˆ rˆ (r sin )ˆ,
dt
dv
a (r r 2 r 2 sin 2 )rˆ (r 2r r 2 sin cos )ˆ (r sin 2r sin 2r cos )
dt
lagi, (rˆ, ˆ, ˆ) bentuk beberapa vektor unit yang tegak lurus, dan beberapa vektor
A yang direpresentasikan dalam istilah komponen spherical:
A Ar rˆ A ˆ Aˆ
Berikut ini adalah komponen-komponennya bergantung tidak hanya dari A saja
tetapi juga letaknya. Jika A dan letaknya dinyatakan dalam fungsi terhdap t, maka
dA dAr d d dA d d ˆ
A A sin rˆ Ar A cos
dt dt dt dt dt dt dt
dA d d ˆ
Ar sin A cos
dt dt dt
24
Dimana ϴ adalah sudut antara dr dan grad u. Jadi pada jarak kecil tetap |𝑑𝑟| dari
titik r, perubahan u maksimum ketika dr 'adalah dalam arah yang sama sebagai u
grad, dan kemudian:
𝑑𝑢
|𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑢| =
|𝑑𝑟|
Ini menegaskan deskripsi geometris grad u diberikan di atas. Sebuah alternatif
definisi geometris u lulusan adalah bahwa hal itu adalah vektor sehingga
perubahan u, untuk
perubahan kecil yang sewenang-wenang dari posisi dr, diberikan oleh Persamaan.
(3,107).
Dengan cara murni simbolik, anggota kanan persamaan. (3,105) dapat dianggap
sebagai "produk" dari "vektor":
𝜗 𝜗 𝜗 𝜗𝑢 𝜗𝑢 𝜗𝑢
∇= ( , , ) = 𝑥̂ + 𝑦̂ + 𝑧̂
𝜗𝑥 𝜗𝑦 𝜗𝑧 𝜗𝑥 𝜗𝑦 𝜗𝑧
dengan skalar fungsi u:
𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑢 = ∇𝑢
Simbol V diucapkan "del." V sendiri bukanlah vektor dalam arti geometris,
tapi operasi pada u fungsi yang memberikan VUE vektor Namun, aljabar,
V memiliki sifat yang hampir identik dengan orang-orang dari vektor. Alasannya
𝜗 𝜗 𝜗
adalah bahwa simbol diferensiasi , , memiliki sifat aljabar seperti yang
𝜗𝑥 𝜗𝑦 𝜗𝑧
nomor biasa kecuali ketika mereka bertindak atas produk dari fungsi:
𝜗 𝜗𝑢 𝜗𝑣 𝜗 𝜗 𝜗 𝜗
(𝑢 + 𝑣) = + , 𝑢= 𝑢
𝜗𝑥 𝜗𝑥 𝜗𝑥 𝜗𝑥 𝜗𝑦 𝜗𝑦 𝜗𝑥
Dan
𝜗 𝜗𝑢
(𝑎𝑢) = 𝑎
𝜗𝑥 𝜗𝑥
disediakan adalah konstan. Namun,
𝜗 𝜗𝑢 𝜗𝑣
(𝑎𝑣) = 𝑣+𝑢
𝜗𝑥 𝜗𝑥 𝜗𝑥
25
Dalam satu hal ini operator diferensiasi berbeda aljabar dari biasa angka. Jika 8 /
8x sejumlah, 8,18x (uv) akan sama baik u (8 / 8x) v atau v (8 / 8x) u. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa 8 / 8x berperilaku aljabar sebagai angka
kecuali bahwa ketika beroperasi pada suatu produk, hasilnya dalah jumlah dari
istilah di mana masing-masing faktor adalah diferensiasi tiated secara terpisah,
seperti dalam Persamaan. (3,113). Sebuah pernyataan yang sama berlaku untuk
simbol V. Ini berperilaku aljabar sebagai vektor, kecuali bahwa ketika beroperasi
pada produk itun harus diperlakukan juga sebagai operasi diferensiasi. Aturan ini
memungkinkan kita untuk menulis
bawah sejumlah besar identitas melibatkan simbol V, berdasarkan identitas
vektor.
Kami akan membutuhkan sangat sedikit ini dalam teks ini, dan tidak akan daftar
di sini. *
Kita dapat membentuk produk skalar dari V dengan fungsi Titik vektor (x, y, z).
Hal ini disebut divergensi A:
𝜗𝐴𝑥 𝜗𝐴𝑦 𝜗𝐴𝑧
𝑑𝑖𝑣 𝐴 = ∇. 𝐴 = + +
𝜗𝑥 𝜗𝑦 𝜗𝑧
Arti geometris div A diberikan oleh teorema berikut, yang disebut
teorema divergensi, atau teorema Gauss ':
∫ ∫ ∫ ∇. 𝐴 𝑑𝑉 = ∫ ∫ 𝑛̂. 𝐴 𝑑𝑆
𝑆
26
melalui permukaan S. "Jika v merupakan kecepatan dari fluida bergerak pada
setiap titik
di ruang angkasa, maka
∫ ∫n̂ . 𝑣 𝑑𝑆
𝑆
∫ ∫ n̂ . 𝑣 𝑑𝑉
𝑉
27
Gambar 1.24 Permukaan S yang dibatasi oleh kurva C
Istilah komponennya sepanjang r̂ , ˆ, ˆ . Kita beri tanda jika u u,
u u u
du d d dz,
z
Dan, dari persamaan sebelumnya,
dr ˆd ˆd zˆdz
Sebuah hasil yang secara signifikan geometri dari Gambar 3.21. dengan demikian,
jika kita tulis
ˆ
ˆ zˆ
z
Maka diperoleh apabila r̂ , ˆ, ˆ digunakan sebagai bagian yang tegak luru dari
vekto satuan
du dr u
as required by the geometrical definition of u gradu . A formula for
could have been worked out also for the case of polar coordinates in two
dimensions and would have been exactly analogous to Eq. (3.120) except that the
term in z would be missing. In applying the symbol to expressions involving
vectors expressed in cylindrical coordinates, it must be remembered that the unit
occur after .
Kita dapat definisikan sebuah vektor dengan koordinat spherical
dengan catatn bahwa
28
u u u
du dr d d ,
dr
dan
dr rˆdr ˆrd ˆr sin d
dengan demikian,
ˆ ˆ
r̂ ,
r r r sin
A ˆ A ˆ A
A rˆ
r r r sin
A r 1 A 1 A
Ar Ar sin A sin
r r r sin
1 2 1 1 A
2 (r Ar ) (sin A )
r r r sin r sin
Hukum kedua newton membimbing kepada dua atau tiga dimensi terhdap
persamaan vektor
d 2r
m F
dt 2
Pada dua dimensi persamaan ini sama dengan dua komponen persamaan, dalam
tiga dimensi ketiganya, dapat berada koordinat kartesian
d 2x d2y d 2z
m 2 Fx , m 2 Fy , m 2 Fz
dt dt dt
Momentum linear vektor p suatu partikel dapat didefinisikan sebagai
berikut:
p mv
Persamaan hukum 2 Newton dapat dituliskan
d dp
(mv) F
dt dt
Atau dalambentuk komponennya,
29
dp x dp y dp z
Fx , Fy , Fz
dt dt dt
Jika kita kalikan dengan dt, dan integral dari t1 ke t2, akan diperoleh momentum
antar keduanya:
t2
p 2 p1 mv2 mv1 F dt
t1
Integral disebelah kanan merupakan impuls, dengan gaya, dan merupakan sebuah
vektor yang komponennya berkaitan secara integral dengan komponen F. dengan
bentuk komponen:
t2
p x2 p x1 Fx dt
t1
t2
p y2 p y1 Fy dt
t1
t2
p z2 p z1 Fz dt
t1
Sehingga v dt= dr, jika F diberikan dengan fungsi r, maka dapat dituliskan bagian
yang sebelah kanan sebagai garis integral:
30
r2
T2 T1 F dr
r1
Dimana integralnya berada pada lintasan mengikuti partikel pada rentang r1 dan
r2 .
F rˆFr ˆF
Kemudian koordinat bidang polar untuk persamaan gerak, menjadi
mar mr mr 2 Fr ,
ma mr 2mr F
31
dL
2mrr mr 2
dt
kemudian kali dengan r , maka diperoleh
dL d
(mr 2) rF N
dt dt
Besaran rF merupakan torsi yang dikerjakan oleh gaya F terhadap titik O.
integrasikan persamaan di atas, diperoleh bentuk integrasi teorema momentum
angular untuk gerak pada bidang:
r2
L2 L1 mr222 mr121 rF dt
r1
32
r (mv)
dL d
dt dt
d dr
r (mv) (mv)
dt dt
d
r (mv) v (mv)
dt
dv
r m
dt
L2 L1 N dt
t1
33
persegi panjang dari dimensi 2Ax x 2Ay x 2Az tentang asal. Jika frekuensi angular
x , y , z yang sepadan, yaitu, jika untuk beberapa himpunan bilangan bulat (nx,
ny, nz),
x y z
nx ny nz
Kemudian lintasan massa m dalam ruang adalah tertutup, dan bergerak secara
periodik. Jika (nx, ny, nz) dipilih sehingga tidak memiliki faktor integral, maka
periode gerak menjadi
2n x 2n y 2n z
x y z
Selama satu periode, koordinat x membuat nx osilasi, koordinat y membuat ny
osilasi, dan koordinat z membuat osilasi nz, sehingga partikel kembali pada akhir
periode untuk posisi dan kecepatan awal. Dalam kasus dua dimensi, jika jalur
partikel berosilasi diplot untuk berbagai kombinasi frekuensi x dan y , dan
berbagai tahapan x dan y , banyak pola yang menarik dan indah diperoleh. Pola
seperti ini disebut angka Lissajous (Gbr. 1.27), dan dapat diproduksi secara
mekanis dengan mekanisme yang dirancang untuk memindahkan pensil atau
perangkat menulis lainnya sesuai dengan Pers. (3,151). pola serupa dapat
diperoleh elektrik pada osiloskop sinar katoda dengan menyapu horizontal dan
34
vertikal dengan tegangan berosilasi sesuai. Jika frekuensi x , y , z dapat
35
1.9 PROYEKTIL
Sebuah masalah penting dalam sejarah ilmu pengetahuan mekanika adalah
menentukan gerak proyektil. Proyektil bergerak di bawah gerak gravitasi dekat
pergerakan permukaan bumi, jika hambatan udara diabaikan, menurut persamaan
nya:
𝑑2 𝑟
𝑚 𝑑𝑡 2 = −𝑚𝑔𝑧̂ (3.154)
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣𝑥0 𝑡 (3.158)
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣𝑦0 𝑡 (3.159)
1
𝑧 = 𝑧0 + 𝑣𝑧0 𝑡 − 2 𝑔𝑡 2 (3.160)
36
Persamaan ini memberikan gambaran lengkap dari gerak proyektil. Pemecahan
persamaan pertama untuk t dan mensubstitusi pada yang ketiga, kita dapatkan
persamaan untuk jalan di xz:
𝑣𝑧 1 𝑔
𝑧 = 𝑣 0 𝑥 − 2 𝑣2 𝑥 2 (3.165)
𝑥0 𝑥0
Ini adalah sebuah parabola, cekung ke bawah, yang ketinggian maksimum terjadi
pada
𝑣𝑧20
𝑧𝑚 = (3.167)
2𝑔
Hal itu harus menunjukkan bahwa sebenarnya hambatan dari udara berlawanan
terhadap pergerakan proyektil yang merupakan fungsi rumit dari kecepatan,
sehingga solusi yang kita memperoleh akan hanya dapat diperkirakan, meskipun
mereka menunjukkan sifat umum dari gerakan. Jika proyektil dimulai dari asal di
t = 0, solusi dari persamaan (3.170) yaitu
𝑏𝑡
𝑣𝑥 = 𝑣𝑥0 𝑒 − 𝑚 (3.171)
𝑚𝑣𝑥0 𝑏𝑡
𝑥= (1 − 𝑒 − 𝑚 ) (3.172)
𝑏
𝑏𝑡
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑣𝑧 = ( + 𝑣𝑧0 ) 𝑒 − 𝑚 − (3.173)
𝑏 𝑏
37
𝑏𝑡
𝑚2 𝑔 𝑚𝑣𝑧0 𝑚𝑔
𝑧 = (𝑏𝑣 + ) (1 − 𝑒 − 𝑚 ) − 𝑡 (3.174)
𝑥0 𝑏 𝑏
Pemecahan Pers. (3,172) untuk t dan mensubstitusi pada Pers (3,174) kita peroleh
sebuah persamaan untuk lintasan:
𝑚𝑔 𝑣𝑧 𝑚2 𝑔 𝑚𝑣𝑥0
𝑧 = (𝑏𝑣 + 𝑣 0 ) 𝑥 ln ( ) (3.175)
𝑥0 𝑥0 𝑏2 𝑚𝑣𝑥0 −𝑏𝑥
Sehingga lintasan mulai keluar sebagai parabola, tetapi untuk nilai yang
lebih besar dari x (ambil 𝑣𝑧0 jadi positif), z jatuh lebih cepat daripada parabola.
Faktanya bahwa dua istilah-istilah yang pertama sesuai dengan Pers. (3.165) dan
istilah yang ketiga jelas memiliki tanda yang tepat yang merupakan pemeriksaan
yang cukup bagus pada aljabar yang mengarah ke Pers. (3,176); pengembangan
dalam serangkaian di parameter kecil adalah cara yang sederhana dan berguna
untuk memeriksa hasilnya, dan di samping itu sering memberikan rumus
perkiraan sederhana yang mudah untuk ditafsirkan.
Menurut Pers. (3,175), dimana x mendekati nilai (𝑚𝑣𝑥0 )/𝑏, z mendekati minus
tak terhingga, yaitu, lintasan berakhir sebagai vertikal penurunan pada x =
(𝑚𝑣𝑥0 )/𝑏. Dari pers. (3,173), kita melihat bahwa vertical jatuh pada akhir
lintasan berlangsung di kecepatan terminal -mg / b.
Jika kita menetapkan z = 0 di Pers. (3,176), memiliki, selain solusi yang
jelas x = 0, solusi untuk jarak xm , yang dapat kita temukan dengan
perkiraan/pendekatan. Pertama kita tulis ulang persamaan dengan cara berikut:
2𝑣𝑥0 𝑣𝑧0 2 𝑏 2
𝑥𝑚 = − 3 𝑣 𝑥𝑚 −⋯ (3.177)
𝑔 𝑥0
Jika kita mengabaikan syarat kedua, kita dapatkan sebagai pendekatan pertama
2𝑣𝑥0 𝑣𝑧0
𝑥𝑚 = ,
𝑔
yang sesuai dengan Pers. (3,168). Mari kita ganti solusi ini dalam pendekatan
kedua pada Pers. (3,177), untuk mendapatkan pendekatan kedua
2𝑣𝑥0 𝑣𝑧0 8 𝑏𝑣𝑧20 𝑣𝑥0
𝑥𝑚 = −3 (3.178)
𝑔 𝑚𝑔2
38
Kedua istilah ini memberikan koreksi orde pertama untuk jarak dikarenakan
hambatan udara, dan dua istilah pertama akan memberikan pendekatan yang baik
ketika efek hambatan udara kecil. istilah tingkat tinggi dapat dihitung dengan
mengulangi kembali solusi proses substitusi perkiraan pada Pers. (3,177). Dengan
demikian kita mendapatkan hal berturut untuk xm sebagai serangkaian di b. Kasus
ekstrim sebaliknya, ketika hambatan udara yang dominan dalam menentukan
jarak (Fig.3.29), terjadi ketika penurunan vertikal di x = (mvxo) / b dimulai dari
garis horizontal z = 0. Jarak kemudian, diperkirakan,
𝑚𝑣𝑥0 𝑏𝑣𝑧
𝑥𝑚 = , ( 𝑚𝑔0 ≫ 1) (3.179)
𝑏
Di mana h adalah tinggi (katakanlah sekitar lima mil) di mana hambatan udara
jatuh ke 1/e dari nilai di permukaan bumi. dalam bentuk komponen
𝑚𝑥̈ = −𝑏𝑥̇ 𝑒 −𝑧/ℎ , 𝑚𝑦̈ = −𝑏𝑦̇ 𝑒 −𝑧/ℎ , 𝑚𝑧̈ = −𝑚𝑔 − 𝑏𝑧̇ 𝑒 −𝑧/ℎ
(3.182)
Persamaan ini jauh lebih sulit untuk dipecahkan. sejak z muncul di persamaan x
dan y, pertama kita harus memecahkan persamaan z untuk z(t) dan mengganti
39
dalam dua persamaan lainnya. Persamaan z bukan salah satu jenis sederhana yang
dibahas dalam bab 2. Pentingnya masalah ini dibawa keluar selama Perang Dunia
Pertama, ketika ditemukan secara tidak sengaja agar sebuah meriam ditujukan
pada ketinggian yang jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya yang telah
dipercaya untuk memberikan jangkauan maksimum yang mengakibatkan
peningkatan besar dalam jangkauan kerangkanya. Alasanya adalah bahwa
pengurangan hambatan udara, di ketinggian beberapa mil, lebih dari untuk
membuat hilangnya komponen kecepatan horizontal di mulut senjata yang
dihasilkan dari pistol yang ditujukan lebih tinggi.
1.10 ENERGI POTENSIAL
Jika F gaya yang bekerja pada sebuah partikel merupakan fungsi dari yang
posisi r = (x, y, z), maka Usaha yang dilakukan oleh gaya ketika partikel bergerak
dari r1 ke r2 diberikan oleh integral garis
𝑟
2
∫𝑟 𝐹. 𝑑𝑟.
1
Hal ini disarankan bahwa kita mencoba untuk menentukan energi potensial V (r)
= V (x, y, z) padaanalogi dengan pers. (2.41) untuk gerak satu dimensi, sebagai
usaha yang dilakukan oleh gaya pada partikel ketika bergerak dari r beberapa
pilihan titik standart rs :
𝑟
𝑉(𝑟) = − ∫𝑟 𝐹(𝑟). 𝑑𝑟. (3.183)
𝑥
40
Bandingkan pers. (3.184) dengan definisi geometris [pers (3,107)] dari gradien,
kita lihat bahwa
−𝐹 = 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑉
𝐹 = −∇𝑉. (3.185)
Persamaan (3.185) dapat dianggap sebagai solusi dari pers. (3,183) untuk F dalam
istilah V. Dalam bentuk komponen,
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝐹𝑥 = − 𝜕𝑥 , 𝐹𝑦 = − 𝜕𝑦 , 𝐹𝑧 = − 𝜕𝑧 , (3.186)
Dalam mencari suatu kondisi yang harus dipenuhi oleh fungsi F(r) agar di tegral
di Pers. (3,183) menjadi tergantung dari jalur, kami mencatat bahwa, sejak Pers
(3.28) dapat dibuktikan dari definisi aljabar produk silang, harus berpegang juga
untuk simbol vektor ∇:
∇𝑥∇= 0 (3.187)
Menerapkan (∇𝑥∇) dengan fungsi V, kita memiliki
∇𝑥∇V = 𝑐𝑢𝑟𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑉) = 0 (3.188)
Persamaan (3,188) dapat dengan mudah diverifikasi dengan perhitungan
langsung. Dari Pers. (3,188) dan (3,185), kita memiliki
∇𝑥𝐹 = 𝑐𝑢𝑟𝑙 𝐹 = 0 (3.189)
Sejak pers. (3,189) telah dikhususkan pada asumsi bahwa fungsi potensial ada, itu
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh fungsi gaya F (x, y, z)
sebelum fungsi potensial dapat didefinisikan. Kita dapat menunjukkan bahwa
pers. (3,189) juga merupakan kondisi yang cukup untuk keberadaan dari potensial
dengan memanfaatkan teorema Stokes [Pers. (3,117)]. Dengan teorema Stokes,
jika kita mempertimbangkan lintasan C tertutup di ruang angkasa, usaha yang
dilakukan oleh gaya F(r) ketika partikel bergerak di sekitar lintasan ini
∫𝑐 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫𝑆 ∫ 𝑛̂. (∇𝑥𝐹)𝑑𝑆, (3.190)
41
di mana S adalah permukaan dalam ruang yang dibatasi oleh kurva tertutup C.
Jika sekarang Pers (3,189) diasumsikan untuk memegang, integral di sebelah
kanan adalah nol, dan kita memiliki, untuk setiap lintasan tertutup C
∫𝑐𝐹. 𝑑𝑟 = 0 (3.191)
Tetapi jika usaha yang dilakukan oleh gaya F disekitar lintasan yang ditutup
adalah nol, maka usaha yang dilakukan di beranjak dari r1 ke r2 akan bergantung
dari lintasan yang diikuti. Pertimbangkan dua lintasan antara r1 dan r2, dan biarkan
lintasan C tertutup dibentuk dari r1 menuju r2 oleh satu lintasan dan kembali ke r1
oleh lainnya (Gambar 3.30). Karena usaha yang dilakukan sekitar C adalah nol,
usaha yang terjadi dari r1 menuju r2 harus sama dan berlawanan untuk arah
kembalinya, maka usaha yang terjadi dari r1 menuju r2 adalah sama. Penerapan
argumen ini dengan integral di sebelah kanan dalam Pers (3,183), kita lihat bahwa
hasilnya adalah bergantung dari lintasan integrasi dari r1 menuju r, dan karena
integral merupakan fungsi V(r) dari batas atas saja, ketika batas bawah rs itu tetap.
Jadi Pers. (3,189) adalah penting dan cukup untuk eksistensi dari fungsi potensial
V (r) ketika gaya diberikan sebagai fungsi dari posisi F (r)
Ketika lengkungn F adalah nol, dapat kita nyatakan usaha yang dilakukan
oleh gaya ketika partikel bergerak dari r1 menuju r2 sebagai perbedaan antara nilai
dari energi potensial di titik-titik ini:
𝑟
2 2 𝑟 2 𝑟
∫𝑟 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫𝑟 𝐹. 𝑑𝑟 + ∫𝑟 𝐹. 𝑑𝑟
1 1 1
Sebuah gaya yang merupakan fungsi dari posisi saja, dan yang melengkung
dihilangkan, dikatakan konservatif, karena itu mengarah ke teorema konservatif
energi kinetik ditambah energi potensial [Pers. (3,194)
42
Dalam beberapa kasus, gaya mungkin fungsi dari kedua posisi dan waktu F (r, t).
Jika sewaktu-waktu t lengkungan dari F(r, t) dihilangkan, maka fungsi energi
potensial V(r, t) dapat didefinisikan sebagai
𝑟 𝐹(𝑟, 𝑡)
𝑉(𝑟, 𝑡) = − ∫𝑟 (3.195)
𝑠 . 𝑑𝑟
dan kita akan akan dapatkan, untuk waktu t sehingga ∇𝑥𝐹 (𝑟, 𝑡) = 0
𝐹(𝑟, 𝑡) = −∇𝑉 (𝑟, 𝑡) (3.196)
Namun, hukum kekekalan energi tidak bisa lagi dibuktikan, untuk Pers
(3,192) tidak lagi memegang. Hal ini tidak lagi benar bahwa perubahan energi
potensial sama dengan negatif dari usaha yang bekerja pada partikel, untuk
integral yang mendefinisikan energi potensial pada waktu t dihitung dari fungsi
yang berlaku pada saat itu, sedangkan integral yang mendefinisikan usaha
dihitung dengan menggunakan setiap titik fungsi usaha yang berlaku pada saat
partikel melewati titik itu. Akibatnya, energi T + V tidak konstan ketika F dan V
adalah fungsi dari waktu, dan tenaga seperti itu tidak disebut kekuatan
konservatif.
Ketika gaya yang bekerja pada partikel yang konservatif, Pers.(3,194)
memungkinkan kita untuk menghitung kecepatan sebagai fungsi dari posisinya.
Energi E ditetapkan oleh kondisi awal gerak. Persamaan (3,194), seperti
Persamaan. (2.44), tidak memberikan informasi mengenai arah gerakan.
Kurangnya pengetahuan tentang arah jauh lebih serius dalam dua dan tiga
dimensi, di mana ada yang tak terbatas kemungkinan arah, daripada di satu
dimensi, di mana hanya ada dua arah yang berlawanan di mana partikel dapat
bergerak. Dalam satu dimensi, hanya ada satu lintasan sepanjang partikel yang
dapat bergerak. Dalam dua atau tiga dimensi, ada banyak lintasan, dan kecuali kita
tahu lintasan partikel, Pers. (3,194) saja memungkinkan kita untuk mengatakan
sedikit tentang gerak kecuali bahwa itu dapat terjadi hanya di daerah di mana V
(x, y, z) < E. Sebagai contoh, energi potensial elektron dalam medan listrik yang
menarik dari dua proton (terionisasi hidrogen molekul 𝐻2+ ) adalah
𝑒2 𝑒2
𝑉 = − 𝑟 − 𝑟 , (𝑒𝑠𝑢) (3.197)
1 2
Dimana r1, r2 adalah jarak elektron dari dua proton. Fungsi V (x, y)
(untuk gerak di bidang xy saja) digambarkan pada Gambar. 3.31 sebagai peta
43
kontur, di mana dua proton 2 A terpisah pada titik-titik y = 0, x ± 1 A, dan tokoh-
tokoh pada kontur energi potensial konstan yang sesuai energi potensial dalam
satuan 10- 12 erg. Selama E < -46 X 10- 12 erg, elektron terbatas pada daerah
sekitar satu proton atau yang lain, dan kita berharap bahwa gerak akan berosilasi
melalui pusat yang menarik atau orbit di sekitarnya, tergantung pada kondisi awal.
(komentar ini gerak yang diharapkan membutuhkan beberapa wawasan fisika atau
pengalaman selain apa yang bisa kita katakan dari energi terpisahkan saja) Untuk
0> E> - 46x 10-12 erg, elektron terbatas pada wilayah yang meliputi kedua proton,
dan berbagai gerakan yang mungkin. Untuk E>0, elektron tidak terbatas pada
setiap wilayah yang terbatas di dalam
44
pusat biaya 2e, sebagai garis equipotensial yang jauh dari pusat ketertarikan yang
sangat mendekati lingkaran.
45
untuk menghitung integral dalam Pers. (3,183) adalah salah satu yang mengikuti
garis sejajar dengan sumbu koordinat, misalnya seperti yang ditunjukkan di
Gambar.1.32
(𝑥0 ,𝑦0, 𝑧0 )
𝑉(𝑥0 , 𝑦0, 𝑧0 ) = − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟.
(0,0,0) 𝐶1 𝐶2 𝐶3
𝑦 = 𝑧 = 0, 𝐹𝑥 = 𝐹𝑦 = 𝐹𝑧 = 0 , 𝑑𝑟 = 𝑥̂𝑑𝑟
Demikian
𝑥0
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝐹𝑥 𝑑𝑥 = 0
𝐶1 0
Seiring C2,
𝑥 = 𝑥0 , 𝑧=0
𝐹𝑥 = 𝑎𝑦 3 , 𝐹𝑦 = 3𝑎𝑥0 𝑦 2 , 𝐹𝑧 = 0
dr=𝑦̂ 𝑑𝑦
Demikian
𝑦0
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝐹𝑦 𝑑𝑦 = 𝑎𝑥0 𝑦0 2
𝐶2 0
Seiring C 3,
𝑥 = 𝑥0 , 𝑦 = 𝑦0
𝐹𝑥 = 𝑎𝑦0 ( 𝑦02 − 3𝑧 2 , 𝐹𝑦 = 3𝑎𝑥0 (𝑦02 − 𝑧 2 , 𝐹𝑧 = −6𝑎𝑥0 𝑦0 𝑧
Demikian
𝑧0
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝐹𝑧 𝑑𝑧 = −3𝑎𝑥0 𝑦0 𝑧02
𝐶3 0
Jadi energi potensial, jika tulisan dibawah garis nol dijatuhkan, adalah
𝑉(𝑥, 𝑦, 𝑧) = −𝑎𝑥𝑦 3 + 3𝑎𝑞𝑥𝑦𝑧 2
Hal ini mudah diverifikasi bahwa gradien dari fungsi ini adalah gaya yang
diberikan oleh (b) di atas. Bahkan, salah satu cara untuk menemukan energi
potensial, yang sering lebih cepat dari prosedur di atas, hanya untuk mencoba
menebak fungsi yang gradien akan memberikan gaya yang dibutuhkan.
46
Kasus penting dari gaya konservatif adalah gaya pusat, gaya diarahkan
selalu menuju atau menjauh dari pusat tetap 0, dan yang besarnya merupakan
fungsi hanya dari jarak dari 0. Dalam koordinat bola, dengan 0 sebagai asal,
𝐹 = 𝑟̂ 𝐹 (𝑟) (3.198)
Komponen Cartesian dari kekuatan sentral (karena 𝑟̂ = 𝑟/𝑟 )
𝑥
𝐶 = 𝐹(𝑟),
𝑟
1
𝑦
𝐹𝑦 = 𝑟 𝐹(𝑟), [𝑟 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 )2 ] (3.199)
𝑧
𝐹𝑧 = 𝐹(𝑟),
𝑟
47
lingkaran (C2)
dari radius r0 tentang asal ke titik (𝑟0 , 𝜃0 , 𝜑0 ) . Seiring C1,
𝑑𝑟 = 𝑟̂ 𝑑𝑟
𝑟0
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝐹(𝑟)𝑑𝑟
𝐶1 𝑟𝑠
Seiring C2,
̂ 𝑑𝜃 + 𝜑𝑟
𝑑𝑟 = 𝜃𝑟 ̂ sin 𝜃𝜑,
∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = 0
𝐶2
Demikian
𝑟0
𝑉(𝑟0 ) = − ∫ 𝐹𝑑𝑟 = − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟
𝑟𝑠 𝐶1 𝐶2
𝑟0
= − ∫ 𝐹(𝑟)𝑑𝑟
𝑟𝑠
48
struktur dan interaksi inti, atom kompleks, dan molekul. Di bagian ini, kami
menyajikan sebuah metode umum terhadap masalah partikel yang bergerak di
bawah aksi dari gaya pusat.
Karena dalam semua contoh ini tak satu pun dari dua partikel yang
berinteraksi sebenarnya diikat ke posisi tetap, masalah kita pecahkan, seperti
kebanyakan masalah dalam fisika, merupakan idealisasi masalah yang
sebenarnya, berlaku ketika salah satu partikel dapat dianggap sebagai praktis saat
berhentit pada titik asal. Ini akan terjadi jika salah satu partikel yang jauh lebih
berat dari yang lain. Karena gaya yang bekerja pada dua partikel memiliki
besarnya sama dengan hukum ketiga Newton, percepatan yang berat akan jauh
lebih kecil dari yang ringan, dan gerakan partikel berat dapat diabaikan
dibandingkan dengan gerakan ringan satu. Kita akan menemukan kemudian,
dalam Bagian 4.7, yang, dengan sedikit modifikasi, solusi dapat kita dibuat untuk
menghasilkan solusi yang tepat untuk masalah gerakan dua partikel berinteraksi,
bahkan ketika massa mereka adalah sama. Kita dapat mencatat bahwa vektor
momentum sudut dari partikel di bawah aksi dari gaya pusat adalah konstan,
karena torsi adalah
𝑁 = 𝑟𝑥𝐹 = (𝑟𝑥𝑟̂ )𝐹(𝑟) = 0 (3.201)
Akibatnya, momentum sudut mengenai sumbu yang melalui pusat gaya konstan.
Hal ini karena banyak gaya fisika adalah gaya sentral yang konsep momentum
sudut nya sangat penting.
Dalam pemecahan untuk gerakan partikel bertindak dengan gaya sentral,
pertama kita tunjukkan bahwa lintasan dari partikel terletak pada satu bidang yang
berisi pusat gaya. Untuk menunjukkan hal ini, biarkan posisi Y0 dan kecepatan V0
diberikan tiap saat awal t0 , dan memilih sumbu x terhadap posisi awal Y0 dari
partikel, dan sumbu z tegak lurus terhadap kecepatan awal V0. Kemudian
mulanya kita harus:
49
𝑥0 = |𝑟𝑜 |, 𝑦0 = 𝑧0 = 0 (3.203)
𝑣𝑥0 = 𝑣0 . 𝑥̂, 𝑣𝑦0 = 𝑣0 . 𝑦,
̂ 𝑣𝑧0 = 0 (3.204)
Sebuah solusi dari persamaan- z yang memenuhi kondisi awal pada 𝑧0 dan 𝑣𝑧𝑛
adalah
𝑧(𝑡) = 0 (3.206)
Oleh karena itu gerakan berlangsung sepenuhnya di bidang xy. Kita bisa melihat
secara fisik bahwa jika gaya pada sebuah partikel selalu menuju asal, partikel
tidak pernah dapat memperoleh komponen kecepatan keluar dari bidang di mana
ia awalnya bergerak. Kita dapat juga menganggap hasil ini sebagai konsekuensi
dari konservasi momentum sudut. Oleh Persamaan. (3,202), vektor L = m (r x v)
adalah konstan; Oleh karena itu keduanya r dan v harusan selalu berbohong dalam
bidang yang tetap tegak lurus terhadap L.
Kita sekarang telah mengurangi masalah untuk salah satu dari gerak
dalam bidang dengan dua persamaan diferensial dan empat kondisi awal yang
tersisa untuk menjadi puas. Jika kita memilih koordinat polar r, ϴ pada bidang
gerak, persamaan gerak dalam r dan ϴ berlangsung, oleh pers. (3.80) dan (3,198),
𝑚𝑟̈ − 𝑚𝑟𝜃 2 = 𝐹(𝑟) (3.207)
𝑚𝑟𝜃̈ + 2𝑚𝑟̇ 𝜃̇ = 0 (3.208)
50
(𝑚𝑟 2 𝜃̇) = 𝐿 = 𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (3.210)
Konstanta L adalah untuk dievaluasi dari kondisi awal. integral dari Pers.
(3,207) dan (3,208), karena gaya konservatif, adalah
1 1
𝑇 + 𝑉 = 2 𝑚𝑟 2 + 2 𝑚𝑟 2 𝜃 2̇ + 𝑉(𝑟) = 𝐸 (3.211)
dimana V (r) diberikan oleh Persamaan. (3.200) dan E adalah energi yang
konstan, yang akan dievaluasi dari kondisi awal. Jika kita menggantikan 𝜃̇ dari
Persamaan. (3.210), energi menjadi
1 𝐿2
𝑚𝑟̇ 2 + 2𝑚𝑟 2 + 𝑉(𝑟) = 𝐸 (3.212)
2
Karena itu
𝑟 𝑑𝑟 2
∫𝑟 2 = √𝑚 𝑡 (3.214)
0 (𝐸−𝑉(𝑟)− 𝐿 )1/2
2𝑚𝑟2
Dengan demikian kita mendapatkan solusi dari pers. (3,207) dan (3,208)
dalam hal empat konstanta 𝐿, 𝐸, 𝑟0 , 𝜃0 , yang dapat dievaluasi saat posisi awal dan
kecepatan dalam bidang diberikan.
Ini akan dicatat bahwa perlakuan kami berdasarkan Persamaan. (3,212)
adalah analog dengan perlakuan kami dari masalah satu dimensi berdasarkan
energi integral/terpisahkan [Eq. (2.44)]. Koordinat r sini memainkan peran x, dan
istilah 𝜃̇ dalam energi kinetik, ketika 𝜃̇ dieliminasi oleh Persamaan. (3.210),
memainkan peran tambahan menjadi energi potensial. Kami dapat membawa
51
keluar analogi ini lebih lanjut dengan menggantikan dari Persamaan. (3.210)
dalam Persamaan. (3,207):
𝐿2
𝑚𝑟̈ − 𝑚𝑟 3 = 𝐹(𝑟) (3.216)
sebagian besar kali massa percepatan, dialihkan ke sisi kanan persamaan untuk
mengurangi persamaan untuk r menjadi persamaan dari bentuk yang sama seperti
untuk gerak satu dimensi. Kita mungkin menyebutnya "Gaya fiktif." Jika kita
memperlakukan Persamaan. (3,217) sebagai masalah dalam gerak satu dimensi,
"energi potensial" yang efektif sesuai dengan "gaya" di sebelah kanan adalah
𝐿2
′𝑉 ′ (𝑟) = − ∫ 𝐹(𝑟)𝑑𝑟 − ∫ 𝑑𝑟
𝑚𝑟 3
𝐿2
= 𝑉(𝑟) + 2𝑚𝑟 2 (3.218)
52
1 1
𝑢 = 𝑟, 𝑟=𝑢 (3.219)
1 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑟̇ = − 𝑢2 𝑑𝜃 𝜃̇ = −𝑟 2 𝜃̇ 𝑑𝜃
𝐿 𝑑𝑢
= − 𝑚 𝑑𝜃2 (3.220)
𝐿 𝑑 2
𝐿 𝑢 2 2 𝑑2 𝑢
𝑟̈ = − 𝑚 𝑑𝜃2 𝜃̇ = - 𝑚2 (3.221)
𝑑𝜃 2
𝑚
Gantikan r dan 𝑟̈ di pers. (3,217), dan mengalikannya dengan – 𝐿2 𝑢2 kita memiliki
53
Kita harus ingat, arahnya, bahwa pada saat yang sama partikel yang
berputar di sekitar pusat gaya dengan kecepatan sudut
̇ 𝐿
𝜃 = 𝑚𝑟 2 (3.224)
Oleh karena itu angka dimana daerah yang tersapu oleh jari-jari adalah, oleh
Persamaan. (3.210),
𝑑𝑆 1 𝐿
= 2 𝑟 2 𝜃̇ = 2𝑚 (3.226)
𝑑𝑡
54
Hasil ini berlaku untuk setiap partikel bergerak di bawah aksi dari gaya pusat. Jika
gerak merupakan periodik, maka, mengintegrasikan selama periode lengkap τ dari
gerak, kita miliki untuk wilayah orbit
𝐿𝜏
𝑆 = 2𝑚 (3.227)
Jika orbit diketahui, periode revolusi dapat dihitung dari rumus ini.
1.12 Pusat Gaya Yang Berbanding Terbalik Dengan Jarak
Masalah yang paling penting dalam gerakan tiga dimensi adalah bahwa
massa bergerak di bawah aksi dari pusat gaya berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak dari pusat:
𝐾
𝐹 = 𝑟 2 𝑟̂ (3.228)
55
di mana K adalah negatif, karena gaya tarik gravitasi. Contoh lain adalah gaya
elektrostatik antara dua muatan listrik q1 dan q2 terpisah jarak r, diberikan oleh
Persamaan. (3,228) dengan
𝐾 = 𝑞1 𝑞2 , (3.231)
di mana muatan itu dalam satuan elektrostatik, dan gaya adalah dalam dyne. gaya
elektro statis akan tolak menolak ketika 𝑞1 𝑑𝑎𝑛 𝑞2 memiliki tanda yang sama,
taril-menarik jika berbeda. Secara historis, masalah pertama mekanika Newton
yang diterapkan adalah masalah yang melibatkan pergerakan planet di bawah tarik
gravitasi matahari, dan gerak satelit di sekitar planet. Keberhasilan teori dalam
perhitungan untuk gerakan seperti bertanggung jawab untuk diterima diawal.
Kami pertama kali menentukan sifat orbit yang diberikan oleh hukum kuadrat
terbalik dari gaya. Pada Gambar. 3.36 digambarkan keefektifan potensial
𝐾 𝐿2
′𝑉 ′ (𝑟) = + 2𝑚𝑟 2 (3.232)
𝑟
Untuk gaya tolak (K> 0), tidak ada gerakan periodik di r; hanya energi
positif total E yang mungkin, dan partikel datang dari 𝑟 = ∞ ke titik balik dan
menempuh hingga tak terhingga. Untuk energi yang diberikan dan momentum
56
sudut, titik balik terjadi pada nilai yang lebih besar dari r daripada K =0 (tidak ada
kekuatan), yang mengorbit akan menjadi garis lurus. Untuk gaya yang menarik (K
<0) dengan 𝐿 ≠ 0 , gerakan ini juga terbatas jika E> 0, tetapi dalam kasus ini titik
balik terjadi pada nilai yang lebih kecil dari r daripada K =0. Oleh karena orbit
yang seperti ditunjukkan pada Gambar. 3.37. Garis cahaya pada Gambar. 3.37
mewakili radius titik balik atau perihelion jarak diukur dari titik terdekat dari
1 𝐾2 𝑚
partikel menuju pusat tarik-menarik atau tolak-menolak. Untuk K <0, − 2 <
𝐿2
1 𝐾2 𝑚
𝐸 < 0 koordinat r berosilasi antara dua titik balik. Untuk 𝐸 = − 2 <, partikel
𝐿2
𝐿2
bergerak dalam radius lingkaran 𝑟0 = 𝐾𝑚. Perhitungan menunjukkan (lihat Soal 44
pada akhir bab ini ) bahwa periode osilasi kecil di r adalah sama dengan periode
1 𝐾2 𝑚
revolusi, sehingga untuk E dekat − 2 , orbit adalah kurva tertutup dengan asal
𝐿2
sedikit dari pusat (setidaknya di perkiraan osilasi kecil). Kami akan menunjukkan
kemudian bahwa orbit ini, pada kenyataannya, elips untuk semua nilai negatif dari
E jika 𝐿 ≠ 0. Jika 𝐿 = 0, masalah dapat dikurangi untuk gerak satu dimensi dari
benda yang jatuh, dibahas dalam Bagian 2.6
Untuk mengevaluasi integral dalam pers. (3,214) dan (3,215) untuk hukum
gaya kuadrat terbalik agak sulit. Kita akan menemukan bahwa kita dapat
memperoleh semua informasi penting tentang gerak lebih sederhana dengan
memulai dari Pers. (3.222) untuk orbit. Persamaan (3.222) untuk orbit menjadi,
dalam hal ini,
𝑑2 𝑢 𝑚𝐾
+𝑢 = − (3.233)
𝑑𝜃2 𝐿2
57
Persamaan ini memiliki bentuk yang sama seperti yang dari osilator harmonik
(frekuensi Unit) subjek pada gaya konstan, di mana ϴ disini memainkan peran t.
Persamaan homogen dan solusi umumnya
𝑑2 𝑢
+𝑢 =0 (3.234)
𝑑𝜃2
𝑢 = 𝐴 cos(𝜃 − 𝜃𝑜 ) (3.235)
di mana A, ϴ0 adalah konstanta sembarang. Sebuah solusi tertentu yang jelas dari
persamaan di-homogen (3,233) adalah solusi konstan
𝑚𝐾
𝑢=− (3.236)
𝐿2
Ini adalah persamaan irisan kerucut (elips, parabola, atau hiperbola) dengan fokus
pada r = 0, seperti yang akan kita saat ini menunjukkan. Konstan 𝜃0 menentukan
orientasi orbit dalam bidang. Konstanta A, yang dapat diambil sebagai positif
(karena 𝜃0 adalah sembarang), menentukan titik balik dari gerakan r, yang
diberikan oleh
1 𝑚𝑘 1 𝑚𝑘
=− + 𝐴, =− − 𝐴 (3.238)
𝑟1 𝐿2 𝑟2 𝐿2
Jika 𝐴 < 𝑚𝑘⁄𝐿2 (tentu karena untuk K> 0), maka hanya ada satu titik balik, r1,
karena r tidak boleh negatif. Kita tidak bisa memiliki 𝐴 < 𝑚𝑘⁄𝐿2 , karena r bisa
kemudian tidak menjadi positif untuk setiap nilai ϴ. Untuk E diberikan, titik balik
solusi dari persamaan
𝐾 𝐿2
′𝑉 ′ (𝑟) = + 2𝑚𝑟 2 = 𝐸 (3.239)
𝑟
58
Solusi nya adalah
1 𝑚𝑘 𝑚𝑘 2𝑚𝐸 1
=− + [( 𝐿2 )2 + ]2
𝑟1 𝐿2 𝐿2
1 𝑚𝑘 𝑚𝑘 2𝑚𝐸 1
=− + [( 𝐿2 )2 + ]2 (3.240)
𝑟2 𝐿2 𝐿2
𝑚2 𝐾 2 2𝑚𝐸
𝐴2 = + (3.241)
𝐿2 𝐿2
di mana 𝑎 adalah setengah diameter terbesar (sumbu utama) elips. Dalam hal
polar
berkoordinasi dengan pusat pada fokus F dan dengan negatif sumbu x melalui
fokus F ', hukum cosinus memberikan
𝑟′2 = 𝑟 2 + 4𝑎2 𝜀 2 + 4𝑟𝑎𝜀 𝑐𝑜𝑠𝜃 (3.243)
di mana 𝑎𝜀 adalah jarak dari pusat elips untuk fokus; 𝜀 disebut eksentrisitas elips.
Jika 𝜀 =0, yang fokus bertepatan dan elips adalah lingkaran. Sebagai 𝜀 → 1 , elips
59
menurun menjadi parabola atau segmen garis lurus, tergantung apakah fokus F
'surut hingga tak terbatas atau tetap jarak yang terbatas dari F.Menggantikan r
'dari Persamaan. (3,242) pada persamaan. (3,243), kita menemukan
𝑎(1−𝜀 2 )
𝑟 = 1+𝜀 cos 𝜃 (3.244)
Ini adalah persamaan elips di koordinat polar dengan titik asal pada satu fokus.
Jika b adalah setengah diameter terkecil (sumbu minor), kita memiliki, dari
Gambar. 3.38,
60
𝑎(𝜀 2 −1)
𝑟 = ±1+𝜀 cos 𝜃 (3.248)
(Tanda + mengacu pada cabang +, yang - tanda menuju cabang - ) garis lurus
yang mendekati suatu kurva dari hiperbola (garis putus-putus pada Gambar 3.39)
membuat sudut α dengan sumbu melalui fokus, di mana α adalah nilai ϴ yang t
tak terbatas:
1
cos 𝛼 = ± 𝜀 (3.249)
Sebuah parabola adalah kurva yang ditelusuri oleh partikel bergerak sehingga
jarak dari
garis D tetap (directrix) sama dengan jarak dari fokus tetap F. Dari Gambar.3.40,
kita memiliki
a
r = 1+cos 𝜃 (3.250)
di mana 𝛼 adalah jarak dari fokus F ke directrix D. Kita dapat menulis persamaan
untuk semua tiga bagian berbentuk kerucut dalam bentuk standar
1
= B + A cos 𝜃 (3.251)
r
B > A, bulat
𝐵 = 1/𝑎(1 − 𝜀 2 ) , 𝐴 = 𝜀/𝑎(1 − 𝜀 2 ) (3.252)
B = A Parabola
1 1
𝐵 = 𝑎, 𝐴 = 𝑎; (3.253)
1 𝜀
𝐵 = 𝑎(𝜀2 −1) , 𝐴 = 𝑎(𝜀2 −1) (3.254)
61
Kasus B < - A bisa tidak terjadi, karena r tidak akan menjadi positif untuk nilai
apapun dari ϴ. Jika kita membiarkan orientasi sembarang dari kurva terhadap
sumbu x, kemudian Persamaan. (3,251) menjadi
1
= 𝐵 + 𝐴𝑐𝑜𝑠(𝜃 − 𝜃𝑜 ) (3.256)
𝑟
mana 𝜃𝑜 adalah sudut antara sumbu x dan garis dari titik asal ke perihelion (Titik
terdekat dari kurva ke asal). Ini akan dicatat bahwa dalam semua kasus
𝐴
𝜀 = |𝐵| (3.257)
Persamaan (3,237) untuk orbit partikel di bawah hukum gaya yang berbanding
terbalik dengan kuadrat memiliki bentuk persamaan. (3,256) untuk irisan kerucut,
dengan jika kita menggunakan Persamaan. (3,241)
𝑚𝐾
𝐵 = | 𝐿2 |
2𝑚𝐸
𝐴 = (𝐵 2 ) 1/2
(3.259)
𝐿2
1
𝐿2
𝜀 = (1 + 2E𝑚𝐾2 ) 2 (3.260)
Sebuah gaya tarik-menarik (K <0), orbit adalah elips, parabola, atau hiperbola,
tergantung pada apakah E <0, E = 0, atau E> 0; jika hiperbola, itu adalah cabang
+.Untuk gaya tolak-menolak (K> 0), kita harus memiliki E> 0, dan orbit hanya
dapat menjadi Cabang - hiperbola. Hasil ini didukung dengan diskusi kualitatif
awal kami. Untuk orbit elips dan hiperbolik, sumbu 𝑎 semimajor diberikan oleh
𝐾
𝑎 = |2𝐸 | (3.261)
62
Persamaan (3.260) dan (3,261) dapat diperoleh langsung dari Persamaan. (3,239)
untuk titik balik dari gerakan r. Jika kita memecahkan persamaan ini untuk r, kita
memperoleh titik balik yang
𝐾 𝑘 2 𝐿2 1/2
𝑟1,2 = 2𝐸 ± [(2𝐸) + 2𝑚𝐸 ] (3.262)
Pada awal abad ketujuh belas, sebelum penemuan Newton tentang hukum
gerak, Kepler mengumumkan tiga hukum yang menggambarkan pergerakan
planet, disimpulkan dari pengamatan yang luas dan akurat dari gerakan planet
oleh Tycho Brahe:
63
dengan kuadrat jarak. Hukum ketiga mengikuti dari kenyataan bahwa gaya
gravitasi sebanding dengan massa planet, seperti yang kita tunjukkan sekarang
Dalam kasus orbit elips, kita dapat menemukan periode gerak dari Pers.
(3,227) dan (3,246):
2𝑚 2𝑚 𝜋 2 𝐾2 𝑚 1/2
𝜏= 𝜋𝑎𝑏 = 𝜋𝑎2 (1 − 𝜀 2 )1/2 = ( ) (3.265)
𝐿 𝐿 2|𝐸|3
𝑚
𝜏 2 = 4𝜋 2 𝑎3 | 𝐾 | (3.266)
Dalam kasus benda kecil bermassa m bergerak di bawah tarikan gravitasi [Pers.
(3,230) benda besar massa M, ini menjadi
4𝜋 2
𝜏2 = 𝑎3 (3.267)
𝑀𝐺
64
yang diberikan, mengatakan bumi, yang bertindak oleh gravitasi tarik dari planet
lain, serta oleh matahari. Karena massa bahkan planet terberat hanya beberapa
persen dari massa matahari, ini akan sedikit menghasilkan tapi penyimpangan
terukur dari hukum Kepler. Penyimpangan tersebut diharapkan dapat dihitung,
dan mereka setuju dengan pengamatan astronomi sangat tepat. Bahkan, planet
Neptunus dan Pluto ditemukan sebagai akibat dari efek pada orbit dari planet lain.
Pengamatan dari planet Uranus selama sekitar enam puluh tahun setelah
penemuannya pada tahun 1781 menunjukkan penyimpangan dijelaskan dari orbit
diprediksi, bahkan setelah koreksi dibuat untuk efek gravitasi dari planet lain yang
diketahui .
Dengan analisis matematika yang cermat dan data yang rumit, Adams
dan Leverrier mampu menunjukkan bahwa penyimpangan bisa
dipertanggungjawabkan dengan mengasumsikan sebuah planet yang tidak
diketahui di luar Uranus, dan mereka menghitung posisi planet yang tidak
diketahui. Planet Neptunus segera ditemukan di tempat yang diprediksi.
Orbit komet, yang kadang-kadang terpantau bergerak pada sekitar
matahari dan keluar lagi, yang, setidaknya dalam beberapa kasus, elips sangat
memanjang. Bukan hanya itu saat ini diketahui apakah salah satu komet berasal
dari luar tata surya, dalam hal ini mereka akan, paling tidak pada awalnya,
memiliki orbit parabola atau hiperbola. Bahkan komet yang orbitnya diketahui
elips memiliki periode yang lebih teratur karena tarikan gravitasi perturbing dari
planet-planet yang lebih besar dekat yang mereka kadang-kadang lulus. Antara
pertemuan dekat dengan planet-planet yang lebih besar, komet akan mengikuti
cukup erat lintasan yang diberikan oleh Persamaan. (3,256), tetapi selama setiap
pertemuan tersebut, gerakannya akan terganggu, sehingga setelah konstanta A, B,
dan ϴ0 akan memiliki nilai yang berbeda dari orang-orang sebelum pertemuan itu.
Seperti tercantum dalam Bagian 3.13, kami berharap secara umum bahwa
orbit dibatasi oleh timbulnya darigaya sentral yang menarik F(r) tidak akan
ditutup (Gbr. 3.34). orbit tertutup (kecuali untuk orbit lingkaran) muncul hanya di
mana periode osilasi radial sama dengan, atau merupakan kelipatan rasional yang
tepat dari, masa revolusi. Hanya untuk bentuk-bentuk tertentu khusus dari fungsi
F(r), dimana hukum kuadrat terbalik adalah salah satu, akan orbit ditutup. Setiap
65
perubahan dalam hukum kuadrat terbalik, baik perubahan dalam eksponen r atau
tambahan F(r) dari istilah tidak berbanding terbalik dengan r2, yang akan
diharapkan untuk menyebabkan orbit yang tidak ditutup. Namun, jika perubahan
itu sangat kecil, maka orbit seharusnya disekitar elips. Maka periode revolusi
akan hanya sedikit lebih besar atau sedikit kurang dari periode radial \ osilasi, dan
orbit akan sekitar elips yang sumbu utama berputar perlahan tentang pusat gaya.
Sebagai soal fakta, sebuah presesi lambat dari sumbu utama dari orbit planet
Merkurius telah diamati, dengan kecepatan sudut dari 41 detik busur per abad,
atas dan di atas gangguan dicatat dengan efek gravitasi yang lain planet. Hal ini
terpikir bahwa ini bisa dipertanggungjawabkan oleh efek gravitasi dari debu di
tata surya, tetapi dapat menunjukkan bahwa jumlah debu terlalu kecil untuk
memperhitungkan efek. Sekarang cukup yakin bahwa efek ini disebabkan sedikit
koreksi teorii Newton tentang gerak planet yang diperlukan oleh teori relativitas. *
Masalah gerak elektron di sekitar inti atom akan sama seperti yang dari
gerak planet mengelilingi matahari, jika mekanika Newton yang berlaku.
Sebenarnya, gerakan elektron harus dihitung dari hukum mekanika kuantum.
Sebelum penemuan mekanika kuantum, Bohr mampu memberikan perhitungan
dari perilaku atom dengan mengasumsikan bahwa elektron berputar di orbit
tertentu khusus yang dipilih dari antara mereka yang diberikan oleh mekanika
Newton. Teori Bohr masih berguna sebagai gambaran kasar tentang struktur atom.
1.14 Orbit Hiperbolik Permasalahan Rutherford. Bagian Hamburan
Orbit hiperbolik yang menarik yang berhubungan dengan gerakan
partikel di sekitar matahari yang mungkin berasal dari atau lari ke luar angkasa,
dan juga dihubungkan dengan tabrakan dua partikel bermuatan. Jika partikel
cahaya dari muatan q2 bertemu dengan partikel dari muatan q2 saat berhenti,
partikel cahaya akan mengikuti lintasan perbolic partikel berat, sesuai dengan
hasil yang diperoleh dalam Bagian 3.14. Dalam kasus tabrakan partikel atom,
daerah di mana lintasan tikungan dari satu garis lurus yang mendekati suatu
kurva/asymptote ke yang lain sangat kecil (beberapa angstrom unit atau kurang),
dan apa yang diamati adalah sudut defleksi 𝜃 = 𝜋 − 2𝛼(Gambar 3.41) antara
lintasan dari terjadinya partikel sebelum dan setelah tumbukan. Angka
66
3.41 ditarik untuk kasus pusat memukul mundur kekuatan di F. Dengan Pers.
(3,249) dan (3.260),
1/2
𝜃 𝑚𝐾 2
tan = cot 𝛼 = (𝜀 2 − 1)−1/2 = ( )
2 2𝐸𝐿2
Biarkan partikel memiliki kecepatan v0 awal, dan biarkan melakukan
perjalanan ke arah tersebut bahwa jika dibelokkan, itu akan melewati jarak s dari
pusat (F). Itu jarak s disebut parameter dampak bagi tabrakan. Kita bisa dengan
mudah menghitung energi dan momentum sudut dalam hal kecepatan dan dampak
parameter:
1
𝐸 = 𝑚𝑣02
2
𝐿 = 𝑚𝑣0 𝑠
Jika sebuah partikel cahaya positif muatan q1 bertabrakan dengan partikel padat
yang positif muatan q2 , ini, oleh Persamaan. (3,231),
𝜃 𝑞 𝑞
1 2
tan 2 = 𝑚𝑠𝑣 2 (3.272)
0
67
muncul dari foil dalam arah yang berbeda, setelah dibelokkan atau tersebar
melalui sudut ϴ oleh tabrakan dengan partikel dalam foil. Untuk menempatkan
Pers. (3,272) dalam bentuk di mana dapat dibandingkan dengan sebuah
eksperimen, kita harus menghilangkan dampak parameter s, yang tidak dapat
ditentukan secara eksperimental. Dalam percobaan, insiden fraksi partikel tersebar
melalui berbagai sudut ϴ yang diamati. Ini adalah kebiasaan untuk
mengekspresikan hasil dalam hal penampang didefinisikan sebagai berikut. Jika
insiden partikel N menyerang foil tipis yang mengandung pusat n hamburan per
satuan luas, rata-rata Jumlah dN partikel tersebar melalui sudut antara ϴ dan ϴ +
dϴ adalah diberikan dalam hal penampang d𝜎 dengan rumus
𝑑𝑁
= 𝑛𝑑𝜎 (3.273)
𝑁
68
antara ϴ dan ϴ + dϴ, di mana ϴ diberikan oleh Pers. (3,272), dan dϴ diberikan
oleh diferensial dari Pers. (3,272):
1 𝑞 𝑞
𝜃 𝑑𝜃 = − 𝑚𝑠12 𝑣22 𝑑𝑠 (3.274)
2𝑐𝑜𝑠2 ( ) 0
2
69
dengan dampak yang pasti Parameter s berlaku dalam mekanika kuantum tidak
lagi. Konsep penampang masih berlaku dalam mekanika kuantum, namun,
sebagaimana mestinya, karena itu didefinisikan dalam hal jumlah eksperimen
ditentukan. Hasil akhir untuk bagian hamburan lintas ternyata sama dengan rumus
kita (3,276). Ini adalah kejadian beruntung dalam sejarah fisika yang mekanika
klasik memberikan jawaban yang benar untuk masalah ini.
70
Kita akan membahas dua masalah khusus yang menarik baik untuk hasil yang
diperoleh dan untuk metode untuk mendapatkan hasil tersebut. .
Hasil ini memiliki banyak aplikasi praktis. Jika ruang gelembung
ditempatkan dalam medan magnet seragam, seseorang dapat mengukur
momentum dari partikel bermuatan oleh ukuran jari-jari kelengkungan dari
lintasan. Prinsip yang sama digunakan dalam spektrometer sinar beta untuk
mengukur momentum dari elektron cepat dengan curva- yang mendatang dari
lintasanya dalam medan magnet.
Dalam siklotron(mesin pemecah atom), partikel bermuatan melewati lingkaran
dalam medan magnet seragam,dan menerima kenaikan energi dua kali per
revolusi dengan melewati medan listrik bolak balik. Jari-jari r dari lingkaran
karena itu meningkatkan, menurut Persamaan. (3,295), sampai radius maksimum
tercapai. Jadi jika B adalah konstan, v bergatung dari r, dan ini adalah prinsip
dasar di mana operasi siklotron didasarkan.
Dalam betatron, elektron berjalan dalam lingkaran, dan medan magnet
dalam lingkaran dibuat untuk meningkatkan. Sejak B berubah dengan waktu, V x
E tidak lagi nol; fluks magnet yang berubah menginduksi tegangan di sekitar
lingkaran sehingga jaring jumlah usaha yang dilakukan pada elektron oleh medan
listrik saat mereka melakukan perjalanan sekitar lingkaran. Betatron ini dirancang
untuk peningkatan B di orbit elektron sebanding dengan peningkatan mv,
sehingga r tetap konstan.
Akhirnya, kami mempertimbangkan partikel bermassa m, muatan q,
bergerak dalam konstan medan listrik intensitas E beraturan dan konstan magnet
induksi B beraturan.
71
1.16 Fungsi Energi Potensial
Dalam menentukan gerakan partikel dalam satu dimensi, kita
mendefenisikan fungsi energi potensial sebagai :
xs x
V(x) F ( x)dx F ( x)dx (2.63)
x xs
Dan untuk mengevaluasi bagian integral ini kita harus menentukan sebuah
lintasan. Seperti dalam kasus satu dimensi, kita dapat memperkenalkan fungsi
energi potensial v(r) = V(x,y,z) sebagai kerja yang dilakukan oleh gaya ketika
gaya menggerakkan partikel dari titik r ke beberapa acuan rs, artinya :
rs r
V (r ) F (r )dr F (r )dr (2.66)
r rs
Mengetahui bahwa V (r) harus menjadi fungsi dari posisi saja, defenisi ini
hanya mungkin jika integral sebelumnya tidak tergantung pada jalan integrasi.
Dimana untuk menemukan kondisi yang diperlukan F(r) untuk menjadi
72
konservatif, maka keberadaan fungsi potensial V(r). Maka usaha yang dilakukan
untuk bergerak dari titik P ke Q tidak bergantung pada lintasan. Ini berarti bahwa
usaha yang dilakukan dalam lintasan tertutup (lihat gambar 2.12) untuk bergerak
dari P ke Q dan kembali ke P adalah nol. Artinya, kita menemukan
WPQP F dr 0 (2.67)
Hal ini dapat berlaku hanya jika integran F adalah nol, yaitu
F curl F 0 (2.69)
Ini adalah kondisi yang diperlukan untuk gaya kenservatif, maka fungsi energi
potensial yang sebuah gaya F yang curl F adalah nol disebut gaya konservatif.
Gambar 1.44. Kerja yang dilakukan dalam medan gaya konservatif untuk lintasan
tertutup untuk bergerak dari P ke Q dan kembali ke P adalah nol.
Kita sekarang dapat menunjukkan bahwa keberadaan fungsi potensial
mengarah ke konservasi energi total jika medan gaya bersifat konservatif. Usaha
yang dilakukan oleh F dalam bertindak melalui r1 ke r2 dapat ditulis sebagai
r2 rs r2
W12 F (r )dr F (r )dr F (r )dr V1 (r ) V2 (r ) (2.70)
r1 r1 rs
Tapi usaha yang dilakukan juga sama dengan perubahan energi kinetik
r2
W12 F (r )dr K 2 K1 (2.71)
r1
Menggabungkan persamaan
K1 V1 (r ) K 2 V2 (r ) (2.72)
73
Artinya, jika E adalah energi total, kita memperoleh
1
K V m( x 2 y 2 z 2 ) V ( x, y , z ) E (2.73)
2
Yang merupakan bagian integral energi untuk gerakan dalam tiga dimensi. Mari
kita mempertimbangkan F= F (r,t) dan mengatakan pada setiap waktu t yang
F (r , t ) 0 (2.74)
Dan kita dapat mendefenisikan fungsi potensial
rs
V (r , t ) F (r , t )dr (2.75)
r
Sehingga
F (r , t ) V (r , t ) (2.76)
Namun dalam kasus seperti ini jumlah dari energi kinetik dan potensial tidak
konstan, maka F (r,t) bukan merupakan gaya konservatif.
Jika F diberikan dan kitaingin mengevaluasi V (r), kita dapat melanjutkan secara
langsung dengan mengevaluasi integral garis,
r
V (r ) F (r )dr (2.77)
rs
Atau kita dapat mengevaluasi tiga integral biasa dengan memulai dengan
V V V
Fx , Fy , Fz (2.78)
x y z
Untuk mendaapatkan :
V F x dx C1 ( y, z ) (2.79)
V - Fy dy C 2 ( x, y )
V Fz dz C 3 ( x, y )
Contoh 1.
Tunjukkan bahwa berikut ini merupakan gaya konservatif dan cari
potensial yang sesuai.
a) F axiˆ byˆj czkˆ
74
b) Fx 3ayz 3 20bx 3 y 2 , Fy 3axz3 10bx 4 y, Fz 9axz2 y
Solusi
a) Untuk membuktikan bahwa gaya merupakan medan gaya konservatif, kita
harus membuktikan bahwa garis lengkung dari vektor gaya adalah nol.
misalnya i, j, dan k menjadi vektor satuan. A, B dan C merupakan operator
diferensial seperti yang ditunjukkan. Misalnya Sa = garis lengkung F, yang
ditampilakan dalam bentuk matriks. Setelah menghitung nilai absolut dari
Sa dan kemudian mengganti operator diferensial untuk A, B dan C, kita
menyederhanakan dan menemukan bahwa Sa=0. Dengan demikin F dalam
hal ini adalah medan gaya konservatif.
i 1 j 1 k 1
d d d
A B C
dx dy dz
i j k
Sa A B C (i)
ax by cz
Sa i B cz i C by A j cz A k by ax j C ax k B
Sa i
d
cz i d j cz d k by d ax j d ax k
dy dz dx dz dy
Sa 0
Menggunakan persamaan kita dapat menghitung potensi Va sesuai dengan
gaya konservatif ini seperti yang ditunjukkan.
75
b) Kita ikuti prosedur yang sama seperti pada sebelumnya dan membuktikan
bahwa gaya adalah konservatif.
i j k
Sa A B C (iii)
3ayz bx 3 y 2
3
3axz 3 10bx 4 y 9axz 2 y
Contoh 2.
Sebuah partikel bermassa dari titik A ke B sekitar jalur setengah lingkaran
dengan jari-jari R, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Hal ini, dimana titik
awal A dengan gaya sebanding dengan jarak dari A. Ketika mencapai B, gaya
terhadap A adalah F0. Hitung usaha yang dilakukan terhadap gaya ini ketika
partikel bergerak dari A ke B dalam jalur setengah lingkaran ini seperti yang
ditunjukkan.
Solusi:
Usaha yang dilakukan diberikan oleh
B
W F ds (i)
A
76
dan F kr (ii)
dimana k adalah konstanta. Tapi ketika r = 2R di B (lihat Gambar 2).
FO
FB FO k (2R) atau k (iii)
2R
FO
oleh karena itu, F r (iv)
2R
Untuk menyatakan r dalam hal R dan O, kita menggunakan hukum cosinus:
r 2 R 2 R 2 2 R 2 cos 2 R 2 1 cos
F
F kr O R 21 cos
2R
Gambar 2
Perhatikan bahwa
F
F ds F r cos d F r cos dan F O R 21 cos
2 2R
Menggantikan F, ds, dan cos , kerja yang dilakukan WF dapat dihitung seperti
yang ditunjukkan.
FO
WF R 21 cos R cos
0
2R 2
WF FO R
77
Contoh 3
Sebuah partikel bergerak dalam bidang XY seperti ditunjukkan pada Gambar 3
k
akan tertarik ke arah ke asal oleh gaya F . Hitung kerja yang dilakukan ketika
y
bergerak partikel.
a) Dari A ke B dan kemudian ke C dan
b) Dari A ke C panjang jalur elips yang diberikan oleh persamaan
x 2a sin dan y a cos .
Solusi
k
Dari A ke B dan ke C, gaya adalah F , dan kerja yang dilakukan diberikan
y
oleh
C B C B C
W F ds F ds F ds F dr cos 1 F dr cos 2 (i)
A A B A B
Gambar 3.
78
Mensubsitusikan Persamaan (ii), (iii) dan (iv) dalam (i) kerja Wa
dilakukan dari A ke B dan kemudian ke C adalah seperti yang ditunjukkan.
k
2a 0
x
Wa k dx dy
0 a x a 2 2
a 2a 2
y 2
Wa k
5 1 ln( 2) ln( 5 1)
b) Kita sekarang menghitung kerja yang dilakukan disepanjang jalur elips.
Persamaan elips adalah
x2 y2
2 1
2a 2 a
dan r 2 x 2 y 2
Dalam hal lingkaran yang tertulis dan dibatasi dan sudut pusat 0
x 2a sin dan y a cos (vii)
Usaha yang dilakukan dimulai dari A ke C di sepanjang jalur elips ini.
W F dr Fx dx Fy dy (viii)
y k y k
Fy F sin F (xi)
r yr 2a sin 2
a cos
2
k a sin
2 2
2a sin 2a cos
Wb k d a 2a a cos d
a 2a sin a
2 2 2 2
0 0
79
Latihan Soal
Penyelesaian :
Persamaan
a ( p p 2 ) pˆ ( p 2 p )
ˆ zzˆ
Maka untuk percepatan dalam koordinat silinder adalah, Pertama diambil dari
persamaan :
pˆ iˆ cos ˆj sin
80
Penyelesaian :
Dari persamaan dapat diturunkan dengan menghasilkan kecepatan percepatan
seperti di bawah ini di jelaskan:
r̂ ˆ r̂
ˆ sin
ˆ ˆ
rˆ ˆ cos
ˆ ˆ
0 pˆ rˆ sin ˆ cos
Sehingga diturunkan menjadi “
dr d dr drˆ drˆ
v r [rrˆ(, )] rˆ r rrˆ r
dt dt dt dt dt
Dengan menggunakan persamaan maka kecepatannya dapat dihasilkan :
drˆ drˆ d drˆ d ˆ
(, ) sin
dt d dt d dt
a (r - r 2 r sin 2 2 )rˆ (r 2r r sin cos 2 )ˆ (r sin 2 sin
2r cos )
3. A particle moves around a semicircle of radius R, from one end A of a
diameter to the other B. It is attracted toward its starting point A by a force
proportional to its distance from A. When the particle is at B, the force toward
A is Fo. Calculate the work done against this force when the particle moves
around the semicircle from A to B.A particle moves around a semicircle of
radius R, from one end A of a diameter to the other B. It is attracted toward its
starting point A by a force proportional to its distance from A. When the
particle is at B, the force toward A is Fo. Calculate the work done against this
force when the particle moves around the semicircle from A to B.
Answer:
81
F kD
D R R 2 R cos
2 2 2 2 2
2
2R 2 (1 cos )
D 2 R (1 cos )1 / 2
2 2
2 R sin
2 2
A D 2R F F
ds rdr
ˆ
ds R d
1
sin 2 (1 cos 2 )
2
1
sin (1 cos 2 )1 / 2
2
2 sin (1 cos )1 / 2
2
F k 2 R
F
k
2R
F
F D F sin cos( ) R
2R 0
2 2
F
2 R sin F R sin cos dx
2R 2
2 2
0
F F sin
2 F R sin 2
2 0
W F R
W F dr
C
F cos ds
C
sin 2
cos
2
d 2 u du
u sin
2
1
du cos d
2 2
2du cos d
2
82
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
83
DAFTAR PUSTAKA
Bukit, Nurdin dan Eva Marlina Ginting. 2015. Mekanika. Universitas Negeri
Medan: Unimed Press
84