Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual


Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD
Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Pule Kota Mataram 2018

Oleh :
Nama : Muhamad Hayyi Hazmi
Nim : 035 STYC 14

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2018

i
SKRIPSI

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual


Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD
Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Pule Kota Mataram 2018

Penelitian Pra-Experimental
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Yarsi Mataram

Oleh :
Nama : Muhamad Hayyi Hazmi
Nim : 035 STYC 14

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2018

i
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhamad Hayyi Hazmi

NIM : 035 STYC 14

Program Study : S1 Keperawatan

Judul Penelitian :Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio

Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

DBD Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah kerja

Puskesmas Karang Pule Kota Mataram.

Dengan ini menyataan bahwa :

1. Penelitian ini merupakan karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil

menjiplak dari karya orang lain. Karya-karya yang tercantum dalam daftar

pustaka Penelitian ini, semata-mata digunakan sebagai acuan atau

referensi.

2. Apabila di kemudian hari skripsi saya terbukti merupakan hasil plagiat,

maka saya bersedia menanggung segala akibatnya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala kesadaran.

Mataram, Mei 2018

Yang Menyatakan

Muhamad Hayyi Hazmi


NIM : 035 STYC 14

ii
iii
iv
BIODATA

Nama : Muhamad Hayyi Hazmi

Alamat : Dasan Bantek, Pringgabaya, Lombok Timur

Tempat Tanggal Lahir : Pringgabaya, 02 Oktober 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 4 Pringgabaya, Lulus Tahun 2008.


2. MTS NW Pringgabaya, Lulus Tahun 2011.
3. SMAN 1 Pringgabaya, Lulus Tahun 2014.

v
Motto dan Persembahan

‫لحنت ا الى يف طر به هللا سهل علم فيه يلتمس يف طر منسملك‬.‫مسلم ه ا رو‬

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkannya mendapat jalan ke syurga
( H.R Muslim)

َ‫ن أ َ ْفضَلَ َولَدَ َوا ِلدَ َمانَ ِح َل‬


َْ ‫سنَ اَدَبَ ِم‬
َ ‫ َح‬. ‫مذي التر رواه‬

"Tidaklah ada pemberian dari orang tua kepada anaknya yang lebih utama
daripada budi pekerti yang baik
(HR. Tirmidzi)

Hasil kerja keras monumental ini saya persembahkan buat orang yang
tidak bisa tergantikan dan tidak akan tergantikan dalam kehidupan saya yaitu
ibunda saya Hj. Rahayu, ayahanda H. Zainuddin Mas’ud, adinda Muh. Masyudi
Hazmi, Muh.Khaeri Hazmi dan segenap keluarga besar saya yang telah
membesarkan dan mendidik saya. Tidak luput juga buat segenap cipitas
akademika STIKES YARSI MATARAM dan rekan-rekan yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan Skripsi ini dan semua teman-teman yang mengenal
saya, saya ucapkan terima kasi kepada semua yang mau menjadi teman-teman
atau sahabat dan semua yang hadir dalam kehidupan saya untuk menjalani
kehidupan di Dunia ini jika tidak ada kalian semua hidup ini akan terasa kosong.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena

atas Nikmat, Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Dengan Metode Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang DBD Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah kerja Puskesmas

Karang Pule Kota Mataram” Penulis menyadari sepenuhya, bahwa tanpa

bantuan dari semua pihak terkait, skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan. Untuk

itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar - besarnya kepada:

1. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M.Kes, selaku ketua STIKES YARSI Mataram yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Studi SI Ilmu Keperawatan.

2. Irwan Hadi, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku ketua program studi S1

Keperawatan STIKES YARSI Mataram.

3. Maelina Ariyanti S.Kep., Ners., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan kesempatan dan dorongan kepada saya untuk menyelesaikan

Program Studi SI Ilmu Keperawatan.

4. Zaenal Arifin S.Kep., Ners., M.Kep.,Sp.Kep.MB Selaku Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

vii
5. Kepala Puskesmas Karang Pule beserta stafnya yang telaah banyak

membantu dalam memberikan data dan kesempatan penulis melakukan

proses penyusunan skripsi ini

6. Semua Civitas Akademika STIKES YARSI MATARAM yang telah membantu

dan memudahkan segala fasilitas sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kedua Orang tua, saudara-saudaraku semuanya yang telah memberikan

motivasi serta dukungan baik material maupun spiritual.

8. Teman-teman Mahasiswa STIKES YARSI Mataram khususnya jurusan S.1

Keperawatan kelas A1 terima kasih atas motivasi dan semangat yang telah

diberikan pada penulis.

9. Terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat didalam pembuatan skripsi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH SWT membalas kemurahan hati dan budi baik semua

pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik, dan saran

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikian, atas kerjasamanya penulis haturkan banyak terimakasih.

Mataram, 15 Me1 2018

Penulis

viii
ABSTRAK

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual


Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD
Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Pule Kota Mataram 2018

Oleh:

Muhamad Hayyi Hazmi


NIM : 035 STYC 14

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah


kesehatan di Indonesia yang cenderung menunjukkan peningkatan dalam jumlah
penderita maupun daerah persebarannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap penyakit DBD merupakan penyebab utama terjadinya peningkatan
kejadian DBD itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat tentang DBD di Kelurahan Pagutan Barat wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule Kota Mataram Tahun 2018 dengan menggunakan desain penelitian
pra ekperimen menggunakan rancangan penelitian one group pre test post test
design dangan alat pengumpul data menggunakan kuisioner dengan jumlah
populasi sebanyak 28 orang dengan 22 sampel dengan tehnik pengambilan sampel
menggunakan tehnik simple random sampling dengan analisis Uji Paired t-test.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat tentang DBD dengan nilai signifikansinya 0.00. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah penididikan kesehatan dapat dilakukan dengan alat bantu
media-media yang ada dan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
sehingga masyarakat lebih tertarik dan lebih mudah dalam menerima informasi
yang diberikan.
Kata kunci: kejadian DBD, tingkat pengetahuan, pendidikan kesehatan, metode
audio visual

ix
ABSTRACT

The Effect of Health Education with Audio Visual Method


toward Community Knowledge of Dengue Fever
in West Pagutan Working Area of Karang Pule
Public Health Center Mataram 2018

By:
Muhamad Hayyi Hazmi
NIM: 035 STYC 14
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the health problems in Indonesia
which is increasing number of suspect and the areas it diseases. Lack of people
knowledge about DHF plays as a mean cause of dengue it self. This research aim
to find out the effect of health education with audio visual method toward
community knowledge of dengue fever in West Pagutan working area of Karang
Pule Public Health Center Mataram 2018 using pre experimental research design
with one group pre test post test design. Instrument of data collection using a
questionnaire with a population around 28 people and the samples around 22
people. Technique of taking the samples using simple random sampling technique
with Paired t test. Based on the research results, it can concluded that there is an
effect of health education with audio visual method toward community knowledge
about dengue hemorrhagic fever with significance value 0,00. The
recommendations that can be given are health education can using the available
tools and they accordance with the development of technology and science, So
people can more interesting and easier in receiving the information provided.

Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Knowledge Level, Health


Education, Audio Visual Methods

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJU .................................... iv
BIODATA.................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.4.1 Bagi institusi pendidikan ................................................. 7
1.4.2 Bagi institusi kesehatan ................................................... 7
1.4.3 Bagi responden ............................................................... 8
1.4.4 Bagi peneliti ................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 8
1.6 Keaslian Penelitian ..................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 13
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .................................................... 13
2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ....................................... 13
2.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .......................... 13
2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan ......................................... 15
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan............... 15
2.2 Konsep Pengetahuan ................................................................... 19
2.2.1 Definisi Pengetahuan ....................................................... 19
2.2.2 Tingkat Pengetahuan .................................... 19
2.2.3 Manfaat Pengetahuan ...................................................... 20
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ....................................... 22
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 23
2.2.6 Kategori Pengetahuan...................................................... 25
2.3 Konsep DBD ............................................................................... 26
2.3.1 Definisi DBD ................................................................. 26
2.3.2 Etiologi ........................................................................... 26
2.3.3 Patofisisiologi.................................................................. 26
2.3.4 Patogenesis ...................................................................... 27
2.3.5 Gambaran Klinis ............................................................. 27

xi
2.3.6 Penuraran DBD ............................................................... 28
2.3.7 Faktor Resiko DBD ......................................................... 34
2.3.8 Pencegahan DBD ............................................................ 38
2.4 Kerangka Teori ............................................................................ 41
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL........................................................ 42
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 42
3.2 Variabel Penelitian ...................................................................... 43
3.3 Hipotesis Penelitian..................................................................... 44
3.4 Definisi Operasional ................................................................... 45
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................ 46
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 46
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 46
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 47
4.3.1 Populasi ........................................................................ 47
4.3.2 Sampel .......................................................................... 47
4.3.3 Sampling ........................................................................ 49
4.4 Etika Penelitian .......................................................................... 49
4.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 51
4.6 Pengumpulan Data ..................................................................... 52
4.7 Pengolahan Data ......................................................................... 53
4.8 Analisa Data ............................................................................... 54
4.8.1 Analisis Univariate ........................................................ 54
4.8.2 Analisis Bevariate .......................................................... 54
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 57
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 57
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden ............................. 58
5.1.2 Variabel Yang Diukur .................................................... 60
5.2 Pembahasan ................................................................................. 62
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ................ 62
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........ 66
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .......... 68
5.2.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sebelum Perlakuan .. 70
5.2.6 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sebelum Perlakuan .. 72
5.2.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan ................................... 74
5.3 keterbatasan ................................................................................. 76
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 78
6.1 Simpulan .................................................................................... 78
6.2 Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Data Insidence Rate DBD di Indonesia


dari Tahun 2014-2016 ..................................................... 2
Table 2.1 Data Kejadian DBD Dinas Kesehatan NTB
dari Tahun 2014-2016 .................................................... 3
Table 3.1 Data Kajadian DBD di Puskesmas Karang Pule
dari Tahun 2014-2017 ..................................................... 3
Table 3.1 Definisi Operasional ....................................................... 45
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...................... 58
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 58
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ............. 59
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan................ 59
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Sebelum Diberikan Peendidikan ..................................... 60
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Sesudah Diberikan Peendidikan...................................... 61
Tabel 5.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio
Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang DBD .................................................................. 61

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Inform Consent
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Lembar konsultasi Skripsi
Lampiran 7 Hasil Pengolahan Data

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan di Indonesia yang cenderung menunjukkan peningkatan

dalam jumlah penderita maupun daerah persebaran, sejalan dengan

meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Penyakit DBD

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

mengandung virus dengue (Anggraini, 2010).

Berdasarkan perkembangannya, kasus DBD ditingkat global semakin

meningkat, bedasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni

dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612

kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009. Jumlah kasus DBD yang tinggi

ditemukan berada dintaranya di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat

yang telah melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus

ditahun 2010. (WHO, 2014).

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis

dan sub-tropis, dimana Asia merupakan salah satu yang angka kejadian

DBDnya selalu tinggi disetiap tahunnya. Sehingga Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD

tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia juga merupakan salah satu daerah

endemis DBD dan salah satu Negara yang mengalami epidemic penyakit DBD

yakni sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan

air bersih yang menjadi sarang nyamuk serta mobilitas penduduk yang tinggi

1
dan cepatnya trasportasi antar daerah, menyebabkan sering terjadinya

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia (Soedarto 2012)

Berdasarkan data Kemenkes RI 2017 bahwa angka Insidence Rate

dalam tiga tahun terakhir di Indonesia menunjukkan peningkatan sampai

dengan 78,85 per 100.000 Penduduk. Data tersebut disajikan dalam table 1.1

sebagai berikut:

Table 1.1 Data Insidence Rate DBD di Indonesia dari 2014 - 2016

No Tahun Insidence Rate (IR)


1 2014 39,80 per 100.000 Penduduk
2 2015 50,75 per 100. 000 Penduduk
3 2016 78,85 per 100.000 Penduduk
Sumber: Kemenkes RI 2017

Berdasarkan data diatas peningkatan Insidence Rate penderita DBD di

Indonesia tidak terlepas dari peningkatan kejadian DBD yang ada di Provinsi-

provinsi di Indonesia yang terus mengalami peningkatan, salah satunya adalah

Provinsi NTB. Berdasarkan data Dinas Kesehatan NTB 2017 angka kejadian

DBD dalam tiga tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan, bahkan pada

tahun 2015 ke 2016 peningkatannya lebih dari dua kali angka kejadian DBD

di tahun 2015, berikut data disajikan dalam table 1.2 sebagai berikut.

1
2

Table 1.2 Data DBD Dinas keshatan NTB dari 2014 - 2016

Angka
No Tahun Insidence Rate (IR) Rasional (IR)
Kejadian

<20/100.000
1 2014 872 Jiwa 18,4/100.000 Penduduk
Penduduk

<20/100.000
2 2015 1.340 Jiwa 27,8/100.000 Penduduk
Penduduk

<40/100.000
3 2016 3.385 Jiwa 69,1/100.000 Penduduk
Penduduk

Sumber: Dikes NTB 2017

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa DBD masih merupakan

penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di NTB. Masalah ini di

buktikan dengan adanya peningkatan angka kejadian pada tiga tahun terakhir

ini. Prevalensi DBD tertinggi di NTB adalah Kota Mataram khususnya di

wilayah kerja Puskesmas Karang Pule yang dari tahun ketahun mengalami

peningkatan terutama pada tiga tahun terakhir ini. Berikut datanya disajikan

pada table 1.3 sebagai berikut:

Table 1.3 Data kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule

tahun 2014-2017

No Kelurahan 2014 2015 2016 2017


1 Jempong Baru 17 8 9 12
2 Karang Pule 3 6 8 6
3 Pagutan 8 1 3 22
4 Pagutan Barat 5 4 18 28
5 Pagutan Timur 3 2 9 12
Jumlah 36 21 47 80
Sumber: Puskesmas Karang Pule,2017

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa angka peningkatan

kejadian DBD di tahun 2017 yang tertinggi adalah Kelurahan Pagutan Barat

yakni dengan 28 kasus. Tingginya kejadian DBD yang terjadi di Kelurahan


3

Pagutan Barat tidak terlepas dari factor-faktor yang berhubungan dengan

penyakit DBD itu sendiri.

Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang membuat seseorang

terkana penyakit DBD diantaranya adalah agent (penyebab), host (penjamu),

dan environment (lingkungan). Dimana agent penyakit DBD ini adalah virus

dengue yang dibawa oleh nyamuk yang bernama Aedes Agypti, kemudian

host atau penjamunya adalah manusia itu sendiri dimana manusia adalah

sumber penularan virus dengue dikarenakan virus dengue yang ada pada

manusia dapat ditularkan kembali pada orang lain setelah berkembak biak

selama 8-10 hari setelah penderitanya digigit oleh nyamuk Aedes Agypti,

kemudian yang ketiga adalah environment (lingkungan) dimana lingkungan

juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit DBD dikarenakan

lingkungan yang kotor yang terdapat genangan-genangan air dapat

mendukung perkembang biakan dari nyamuk Aedes Agypty yang merupakan

vector penularan virus dengue (Budiman, 2009).

Ditinjau dari faktor manusia, penyakit DBD ini muncul karena

masalah-masalah seperti kurangnya kepekaan masyarakat terhadap kesehatan

lingkungan yang nantinya, tanpa disadari, akan memberikan kesempatan

hidup dan kesempatan berkembang biak kepada nyamuk pembawa virus

dengue sehingga membuat manusia mudah terkena penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD). Selain itu juga kurangnya pengetahuan manusia itu sendiri

terhadap cara pencegahan penyakit DBD juga mendukung kejadian DBD yang

kerap terjadi di masyrakat (Ramadhani, 2013).

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah


4

satunya adalah pedidikan, pendidikan dapat diberikan melalui berbagai macam

bentuk dan metode salah satunya adalah dengan mengguanakan metode Audio

Visual. Metode dengan media audiovisual memiliki kelebihan antara lain

dapat menarik perhatian, memberikan gambaran yang lebih nyata, dan

meningkatkan retensi memori serta mudah diingat. Media audio visual juga

dinilai lebih efektif dalam menerima pembelajaran karena dapat memberikan

pengalaman nyata lebih dari yang disampaikan media audio maupun visual

(Sudjana, 2007).

Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi menjadi tiga diantanya adalah

sebagai berikut: 1) Media Auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja,

atau media yang hanya memiliki unsure suara, seperti radio dan rekaman

suara. 2) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide,

foto, tranparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak

seperti media grafis dan lain sebagainya. 3) Media Audiovisual yaitu jenis

media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar

yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara,

dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih

menarik karena kelebihannya yang mengandung kedua unsur jenis media yang

pertama dan kedua sehingga lebih mudah untuk dipahami (Nugroho, 2015)

Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari

sasaran. Penggunaan audiovisual melibatkan semua alat indera pembelajaran,

sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima dan

mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut dapat


5

dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan seseorang. Sehingga pendidikan

dengan media audiovisual dinilai dapat lebih cepat memberikan pengetahuan

serta pemahaman kepada seseorang dapan memberikan pendidikan

(Natoatmodjo, Soekidjo. 2007).

Menurut hasil penelitian Restu Yuliani, Evawany Y Aritonang, Syarifah

(2015) menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video lebih

berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam melakukan

persalinan aman dibandingkan promosi kesehatan dengan metode ceramah.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual

terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang

Pule Kota Mataram ”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode audiovisual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang

penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Kelurahan Pagutan Barat

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Pagutan Barat


6

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat sebelum

diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audio visual

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan

Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota

Mataram

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat setelah diberikan

pendidikan kesehatan dengan metode audio visual tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Pagutan Barat

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram

c. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan

metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan

Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota

Mataram

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber

informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

audio visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang Demam

Berdarah Dengue (DBD).

1.4.2 Bagi institusi kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk mengetahui


7

seberapa besar pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio

visual terhadap tingkat pengetahuan masyrakat tentang masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD).

1.4.3 Bagi responden

Dengan penelitian ini tingkat pengetahuan responden tentang

demam berdarah bisa meningkat sehingga responden bisa mengurangi

paktor resiko terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

1.4.4 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini bisa diterapkan dalam lingkungan tempat

tinggal peneliti sehingga dapat memberi manfaat pada masyarakat

sekitar dan tidak hanya tentang penyakit DBD melainkan penyakit-

penyakit lain sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat yang

lebih baik lagi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode audio visual terhadap tingkat pengetahuan

masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)., Pendidikan kesehatan

bisa diberikan menggunakan banyak alat bantu atau media. Salah satunya

adalah media audiovisual. Media audiovisual lebih efektif dalam menerima

pembelajaran karena dapat memberikan pengalaman nyata lebih dari yang

disampaikan media audio maupun visual. Media audio visual juga dinilai

lebih menarik perhatian, menghemat waktu dan dapat diputar berulang-ulang

(Sudjana, 2010).

Variabel dalam penelitian ini diantaranya adalah pendidikan kesehatan


8

dengan metode audio visual sebagai variabel independen dan tingkat

pengetahuan masyarakat sebagai variabel dependen, Desain dalam penelitian

ini yaitu menggunakan desain pra ekperimen menggunakan rancangan

penelitian one group pre test post test design adalah menggungkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.

Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah ada perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada

kelompok control (Riyanto, 2011). Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan

Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram

disebabkan karena angka kejadian DBD yang tertinggi di Kota Mataram

adalah terdapat di Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota

Mataram.

Pendidikan kesehatan akan dilakukan dengan mengguankan media

audio visul gerak karena dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada

masyarakat dibandingkan dengan pendidikan kesehatan tanpa media atau

hanya dengan media ceramah dan diskusi yang sifatnya masih konvensional

(Edgar-Dale 1946)”

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

audio visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam

berdarah di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule

Mataram belum pernah dilakukan, akan tetapi ada penelitian yang serupa yang

pernah diteliti yaitu:


9

NO Peneliti,Tahun,Judul Sampel Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Penelitian
1 Alfino R.L Massie, 60 Studi iniTerdapat Variabel Penetian
Margareth Sapulete, dilaksanakan hubungan dependen dengan
Wulan dengan antara dari study
Kaunang.2017 kuesioner pengetahua penelitian korelasi
Hubungan antara analitik n mereka ini adalah hanya
pengetahuan dan dengan desain tentang pengetahua mencari
sikap tentang potong lintang demam n yang ada hubungan
pencegahan demam (cross- berdarah hubungan tanpa ada
berdarah di sectional). dengue nya dengan perlakuan
Kelurahan Bahu dengan penyakit dan tempat
Kecamatan sikap DBD penelitiann
Malalayang pencegahan ya berbeda
demam dari
berdarah penelitian
dengue. yang akan
dimana dilakukan
didapatkan peneliti
r sebesar
0,57 yang
berarti
nilai r>0,25
yang
bermakna
bahwa
pengetahua
n dan
sikap
memiliki
hubungan
kuat dan
memiliki
arah positif,
dan
juga nilai p
pada uji
korelasi
didapatkan
senilai
<0,001
2 Sugiyono, Sri 53 Penelitian ini diketahui Menggunak Perlakuan
Darnoto,2016, merupakan pvalue an yang
Pengaruh pelatihan penelitian variabel penelitian diberikan
pencegahan demam praeksperimen sikap eksperimen dengan
berdarah dengue dengan sebesar ,dan pelatihan,
10

(dbd) terhadap bentuk one 0,000 variabel tempat


tingkat pengetahuan group (pvalue ≤ yang di penelitian
dan sikap siswa di pretest and 0,05), dipakai
sdn wirogunan i posttest sehingga adalah
kartasura kabupaten design. hipotesis tingkat
sukoharjo penelitian pengetahua
diterima. n
Hasil uji
statistik
juga
menunjukk
an rata-rata
posttest
sikap
(9,00)
lebih
tinggi
dibandingk
an rata-rata
pretest
sikap
(7,83).
Berdasarka
n hasil
tersebut
dapat
disimpulka
n bahwa
pemberian
pelatihan
pencegahan
DBD
berpengaru
h terhadap
peningkata
n sikap
siswa di
SDN
Wiroguna
I.
3 Awaluddin,2017, 33 Penelitian ini Ada variabel Study yang
Korelasi merupakan korelasi yang dilakukan
Pengetahuan Dan kuantitatif yang digunakan adalah
Sikap Keluarga desain signifikan adalah study
Terhadap observasional antara tingkat korelasi,te
Tindakan analitik sikap pengetahua mpat
Pencegahan Demam dengan dengan n dan penelitian
Berdarah Dengue pendekatan tindakan penyakit juga
11

cross pencegahan DBD berbeda


sectional DBD dengan
dengan p yang akan
value = dilakukan
0,009<α
0,05.
Analisis
keeratan
dua
variabel
didapatkan
OR= 7,150
artinya
responden
yang
memiliki
sikap
positif
berpeluang
7,1 kali
memiliki
tindakan
yang
baik
terhadap
tindakan
pencegahan
DBD
dibandingk
an dengan
responden
yang
memiliki
sikap
negatif.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pengertian Pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2007)

adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku

masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Yang artinya, bahwa

pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,

bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan

kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan jika sakit dan lain sebagainya.

Menurut Depkes RI (2006) pendidikan kesehatan adalah

upaya memberdayakan perorangan, kelompokdan masyarakat agar

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui

peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan serta

mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh dan

untuk masyarakat sesuai dengan factor budaya setempat. Yang ingin

dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan ketrampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Effendy dalam Notoatmodjo (2005) bahwa ruang

lingkup pendidikan kesehatan dibagi menjadi lingkup sasaran, materi

dan metode. Berikut penjelasan dari ketiga lingkup tersebut.

13
14

a. Sasaran

Untuk sasaran pendidikan kesehatan adalah individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subyek serta

obyek perubahan perilaku, sehingga diharapkan mereka dapat

memahami, menghayati dan mengaplikasikan cara hidup sehat

dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang harus diperhatikan

dalam keberhasilan pendidikan kesehatan adalah tingkat

pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan

masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat.

b. Materi

Untuk materi yang akan disampaikan kepada masyarakat

harus sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga

manfaatnya dapat dirasakan secara langsung dan materi yang

akan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh

masyarakat, menggunakan alat peraga dan merupakan kebutuhan

dari sasaran.

c. Metode

Metode yang digunakan hendaknya metode yang dapat

mengembangkan komunikasi antara yang memberi pendidikan

dan yang menerima pesan, sehingga yang menerima pesan

paham dan mengerti apa yang disampaikan oleh pemberi

pendidikan. Untuk metode yang digunakan dikelompokkan

menjadi 2 metode, yaitu didaktif dan sokratik.


15

2.1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Effendy (2009) tujuan dari penyuluhan kesehatan ada

3 yaitu sebagai berikut :

a. Tercapainya Perubahan Perilaku

Tercapai perubahan perilaku individu, keluarga dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya Perilaku Sehat

Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup

sehat baik fisik, mental maupun sosial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian.

c. Perubahan Prilaku

Perubahan perilaku perseorangan dan atau masyarakat

dalam bidang kesehatan.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pendidikan kesehatan

Menurut Effendy (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dilihat dari orang

yang memberikan pendidikan, sasaran atau dalam proses pendidikan

kesehatan itu sendiri.diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pemberi Pendidikan

1) Kurangnya persiapan.

2) Kurang menguasai materi yang akan disampaikan.


16

3) Penampilan kurang membuat yakin sasaran.

4) Bahasa dan istilah yang digunakan kurang dimengerti oleh

sasaran.

5) Suara kurang dapat didengar oleh sasaran.

6) Penyampaian materi terlalu monoton jadi membosankan.

b. Faktor Sasaran

1) Pendidikannya terlalu rendah sehingga sulit untuk menerima

pesan yang disampaikan.

2) Tingkat sosial ekonomi rendah sehingga mereka lebih

memikirkan kebutuhan yang mendesak daripada

memperhatikan materi yang disampaikan.

3) Kepercayaan dan adat yang telah tertanam sehingga sulit

dirubah.

4) Kondisi lingkungan yang tidak mungkin terjadi perubahan

perilaku.

c. Faktor Proses dalam Pendidikan

1) Waktu pendidikan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

sasaran.

2) Tempat pendidikan dilakukan dekat tempat keramaian

sehingga mengganggu proses pendidikan kesehatan.

3) Jumlah sasaran terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik

perhatian dalam memberikan pendidikan kesehatan.

4) Alat peraga kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat

mempermudah pemahaman sasaran.


17

5) Metode yang digunakan kurang tepat.

d. Media-media dalam Pendidikan Kesehatan

1) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui

media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum

diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato,

TV spot, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

2) Radio

Penyampaian pesan-pesan atau informasi kesehatan

melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara

lain obrolan, sandiwara radio, ceramah, radio sport dan

sebagainya.

3) Video atau Audio Visual

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

dapat melalui video atau Audio Visual. Media audio visual

adalah media instruksional modern yang sesuai dengan

perkembangan zaman (kemajuan IPTEK) meliputi media

yang dapat dilihat dan didengar.

Media audio visual memiliki kemampuan lebih baik

karena meliputi dua jenis media, yaitu media audio dan media

visual. Karakteristik audio visual meliputi dua macam, yaitu

media audio visual gerak dan diam. Media ini selain untuk

media hiburan dan komunikasi juga dapat digunakan sebagai

media edukasi yang mudah dipahami masyarakat dari anak-


18

anak hingga dewasa asal bahasa penyampaiannya jelas

dengan bahasa yang mudah dimengerti semua golongan dan

usia ((Arif S. Sadiman, dkk. 2011).

Sedangkan jenis media audio visual ini menurut

Arsyad (2011) mempunyai kemampuan yang lebih baik

karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

Media ini dibagi menjadi dua yaitu :

a) Audio visual diam

yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam seperti film bingkai suara (sound slides), film

rangkai suara, cetak suara.

b) Audio visual gerak

yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-

cassette.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian pendidikan kesehatan dengan media-media

khususnya dengan media audio visual adalah tingkat

menyimak responden terhadap media audiovisual yang

diberikan berikut penjelasan menyimak menurut Kmidjan

(2001) menyatakan bahwa menyimak yang baik ialah

penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan

sikap kooperatif.
19

a) Sikap Objektif

Yang dimaksudkan sikap objektif ialah pandangan

penyimak terhadap bahan simakan, jika bahan simakan

itu baik, ia akan menyatakan baik demikian pula

sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah

terpengaruh oleh hal hal diluar kegiatan menyimak,

seperti pembicara, ruang, suasana sarana dan prasana.

b) Sikap Kooperatif

Ialah sikap menyimak yang sikap berkejasama

dengan pembicara untuk keberhasilan tersebut.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoadmodjo (2012) tedapat 6

tingkat pengetahuan, yaitu:

b. Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


20

c. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara

benar.

d. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan

materi yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).

e. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan

suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

f. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan

bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

g. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3 Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. sebelum


21

orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi

proses yang berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran)

Awareness adalah dimana orang tersebut menyadari dalam

dirinya mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (merasa tertarik)

Interest adala pengaruh stimulus atau obyek tersebut.

Disini sikap subyek yang melihat suatu obyek sudah mulai

timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang)

Evaluation adalah sikat subyek terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba)

Trial adalah sikap dimana subyek mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

stimulus.

e. Adaption

Adaption adalah dimana subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi

perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku


22

tersebut akan bersifat langgeng dan menjadi suatu kebiasaan

bahkan akan menjadi suatu kewajiban.

2.2.4 Cara-cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2005) Untuk mencapai keingin

tahuan, seseorang akan mencari informasi dengan beberapa cara.

a. Cara Tradisional

1) Cara coba salah (trial and eror)

Cara mendapatkan pengetahuan melalui upaya

pemecahan masalah dengan cara coba-coba, jika cara yang

dicoba tidak berhasil maka dia akan mencari cara lain yang

bisa membuatnya berhasi dan kemudian setelah berhasil

kemudian cara itu akan diadopsi dan di aplikasikan.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Cara tradisional dengan cara otiritas ini adalah

dimana pengetahuan bisa didapat dari generasi kegenerasi

atau turun temurun melalui tokoh-tokoh yang berperan

dalam masyrakat tersebut.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan karena pengalaman

tersebut dapat digunakan untuk memecahkan permasalah

yang telah diselesaikan pada pengalaman sebelumnya.


23

4) Melalui Jalan Pikiran

Pengetahuan dapat timbul dari pertanyaan-

pertanyaan yang dikemukakan dan dicari hubungannya serta

dihasilkan kesimpulan dari pemikiran tersebut.

b. Cara Modern

Cara modern yang digunakan untuk memperoleh

pengetahuan pada masa sekarang harus sistemati, logis dan

ilmiah yang biasa disebut dengan penelitian ilmiah atau

metodologi penelitian.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tinkat pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang

mempengaruhi pengetahuan meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Riyanto, 2013).

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin capat

menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan

yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011)

b. Media masa / sumber informasi

Media Massa / sumber Informasi adalah suatu teknik

untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi

dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan


24

formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat.Informasi mempengaruhi pengetahuan

seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu

pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan

wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima

informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

d. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

e. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan

menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang

dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang


25

mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan

baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka

pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang

mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang

memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang

tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan

untuk meningkatkan pengetahuan.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan

bertambah.

2.2.6 Pengukuran pengetahuan dengan skala likert

Panduan penilaian Berdasarkan kuesioner , panduan penilaian

dan pemberian skoring dengan menggunakan pendekatan skala

likert. Adapun panduan penentuan penilaian dan skoringnya adalah

sebagai berikut :

Jumlah pilihan = X Jumlah pertanyaan = Y

Skoring terendah = 0 (pilihan jawaban yang salah)

Skoring tertinggi = 1 (pilihan jawaban yang benar)

Jumlah skor terendah = skoring terendah x jumlah

pertanyaan= (100%)

Jumlah skor tertinggi = skoring tertinggi x jumlah pertanyaan

= (100%). Penentuan skoring pada kriteria objektif :


26

Rumus umum:

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi - skor terendah

K = banyaknya kriteria yang disusun pada kriteria objektif

suatu Variabel.

2.3 Konsep DBD

2.3.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam

akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan di tandai

dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,

manifestasi pendarahan, hematomegali dan tanda-tanda kegagalan

sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue)

sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan

kematian (Sucipto, 2011)

2.3.2 Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan terdiri dari 4 jenis

serotype yang beredar di Indonesia yaitu serotype 1,2,3, dan 4

(dengue 1,2,3,4) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Agypti dan

Aedes Albopictus (Sucipto, 2011)

2.3.3 Patofisiologi

Patofisiologi primer Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Dengue Shock Syindrome (DDS) adalah peningkatan akut


27

permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam

ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan

penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%

pada kasus-kasus berat. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS

(dengue Shock Syindrome) melibatkan 3 faktor yaitu perubahan

vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi (Soegijanto, 2008)

2.3.4 Patogenesis

Patogenesis Demam Berdarah Dengue (DBD) diawali dengan

masuknya Virus Dengue ke dalam tubuh manusia lewat gigitan

nyamuk Aedes Agypti atau Aedes Albopictus. Dengan organ sasaran

seperti organ hepar, nodul limpaticus, susum tulang serta paru-paru.

Virus DEN mampu bertahan hidup dan dapat menggandakan

multifikasi di dalam sel. Infeksi virus Dengue dimulai dengan

menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan

organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-

komponennya, baik komponen antara maupun komponen structural

virus. Setelah komponen structural dibentuk, virus akan dilepaskan

dari dalam sel. (Soegijanto, 2008).

2.3.5 Gambaran Klinis

Menurut (Firdaus, 2013) pasien dengan penyakit DBD

biasanya ditandai dengan beberapa tanda sebagai berikut:

b. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.


28

c. Manifestasi pendarahan dengan hasil test rumple leedle (+), mulai

dari petikie (+) sampai pendarahan spontan seperti mimisan,

muntah darah atau berak darah hitam.

d. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000-400.000)

hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40).

e. Akral dingin, gelisah, tidak sadar DDS (dengue Shock Syindrome).

Menurut WHO dalam Soegijanto (2008) gambaran klinis

DBD terdiri dari 4 bagian diantanya adalah:

a. Derajat I

Pada derajat I terdapat terdapat Adanya demam tanpa

pendarahan spontan, manifestasi pendarahan hanya berupa

tourniquet test yang positif.

b. Derajat II

Pada derajat II timbul gejala demam yang diikuti

dengan pendarahan spontan, biasanya pendarahan dibawah

kulit atau pendarahan lainnya.

c. Derajat III

adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan

lemah, penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau hipotensi

dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.

d. Derajat IV

Adanya renjatan yang berat dengan nadi tak teraba dan

tekanan darah yang tidak teratur.


29

2.3.6 Penularan Penyakit DBD

Ditinjau dari faktor manusia, penyakit DBD ini muncul karena

masalah-masalah seperti kurangnya kepekaan masyarakat terhadap

kesehatan lingkungan yang nantinya, tanpa disadari, akan

memberikan kesempatan hidup dan kesempatan berkembang biak

kepada nyamuk pembawa virus dengue sehingga membuat manusia

mudah terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain itu

juga kurangnya pengetahuan manusia itu sendiri terhadap cara

pencegahan penyakit DBD juga mendukung kejadian DBD yang

kerap terjadi di masyrakat (Ramadhani, 2013)

Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang

mempengaruhi penuran penyakit DBD diantaranya adalah agent

(penyebab), host (penjamu), dan environment (lingkungan). Dimana

agent penyakit DBD ini adalah virus dengue yang dibawa oleh

nyamuk yang bernama Aedes Agypti, kemudian host atau penjamunya

adalah manusia itu sendiri dimana manusia adalah sumber penularan

virus dengue dikarenakan virus dengue yang ada pada manusia dapat

ditularkan kembali pada orang lain setelah berkembak biak selama 8-

10 hari setelah penderitanya digigit oleh nyamuk Aedes Agypti,

kemudian yang ketiga adalah environment (lingkungan) dimana

lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit

DBD dikarenakan lingkungan yang kotor yang terdapat genangan-

genangan air dapat mendukung perkembangbiakan dari nyamuk

Aedes Agypti yang merupakan salah satu vector penularan virus


30

dengue (Budiman, 2009). Sehingga perlu dikaji lebih mendalam

terkait vector penularan penyakit DBD supaya kita bisa waspada atau

hatai-hati terhadap vector penyakit DBD ini. Hal-hal yeng perlu

diketahui dari vector penyakit DBD ini adalah sebagai berikut:

a. Definisi

Aedes aegypti merupakan salah satu vektor penular demam

dengue atau demam berdarah dan sebagai vektor utama penularan

demam kuning sehingga disebut juga yellow fever mosquito.

Spesies Aedes aegypty tersebar luas di dunia di daerah yang

terletak antara 40 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan dan hanya

hidup pada suhu antara 8-37 celcius (Soedarto, 2012).

b. Morfologi (bentuk)

Menurut Soedarto (2012) morfologi Aedes aegypti dewasa

adalah mempunyai bercak putih atau putih kekuningan dan

tubuhnya berwarna hitam. Pada thoraks bagian dorsal terdapat

bercak putih yang bentuknya khas yaitu berupa 2 garis sejajar di

bagian tengah toraks dan 2 garis lengkung di tepi toraks.

Sedangkan menurut Sucipto (2013) morfologi Aedes aegypti

dewasa adalah mempunyai probosis berwarna hitam, skutelum

bersisik lebar berwarna putih dan abdomen berpita putih.

c. Siklus hidup

Menurut soegijanto (2008) siklus hidup nyamuk terdapat

empat stadium, yaitu telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa.

1) Telur
31

Nyamuk betina Aedes Aegypti bertelur sebanyak 50-

120 butir telur pada bejana yang mengandung sedikit air,

seperti pada vas bunga, gentong penyimpanan air dan bak

penyimpan air yang ada di dalam rumah. Selain itu, ban bekas

dan wadah-wadah yang terisi air hujan di luar rumah juga

menjadi tempat berkembang biak nyamuk ini. Pada satu siklus

gonotropik, seekor nyamuk betina umumnya meletakkan

telurnya di beberapa tempat bertelur (Soedarto, 2012).

Pada lingkungan yang hangat dan lembab,

perkembangan embrio telah lengkap dalam waktu 48 jam dan

dapat menetas jika tersiram air. Dalam keadaaan kering telur

nyamuk dapat bertahan hidup sampai satu tahun lamanya,

tetapi akan mati jika didinginkan kurang dari 10° celcius.

Kemudian tidak semua telur akan menetas dalam waktu yang

sama, tergantung pada keadaan lingkungan dan iklim

(Soedarto, 2012).

Selama musim panas dimana di waktu siang hari yang

panjang, presentase penetasan biasanya lebih tinggi pada

waktu tenggelam di dalam air. Apabila waktu siang lebih

pendek, jumlah telur yang menetas biasanya lebih sedikit

(Boewono, 2012).

2) Larva

Perkembangan larva sampai menjadi nyamuk dewasa

membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari (termasuk stadium pupa


32

yang lamanya 2 hari) dalam kondisi optimal. Temperatur,

makanan yang tersedia, dan kepadatan larva dalam satu wadah

mempengaruhi lamanya stadium larva. Masa perkembangan

larva menjadi nyamuk dewasa dapat berlangsung sampai

beberapa minggu jika suhunya rendah (Soedarto, 2012).

Adapun ciri-ciri larva Aedes aegypti yaitu terdapat

corong udara (siphon) yang memiliki pecten serta sepasang

rambut dan jumbai pada segmen terakhir. Pada segmen-

segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut

berbentuk kipas (palmate hairs) dan setiap sisi abdomen

segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8–21 atau

berjejer 1–3 . Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

Pada sisi thorak terdapat duri yang panjang dengan bentuk

kurva dan terdapat sepasang rambut di kepala (Boewono,

2013).

3) Pupa

Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh

bengkok, dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih

besar bila dibandingkan dengan bagian perut, pupa tampak

seperti tanda baca “koma‟. Tahap pupa pada nyamuk Aedes

aegypti umumnya berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk

dewasa akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang

pupa. Pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar

dengan permukaan air untuk persiapan munculnya nyamuk


33

dewasa (Achmadi, 2011).

4) Dewasa

Pada saat dewasa Ukuran tubuh nyamuk Aedes aegypti

betina antara 3-4 cm, dengan mengabaikan panjang kakinya

(Ginanjar, 2008). Setelah nyamuk dewasa keluar dari dalam

pupa, nyamuk akan melakukan kopulasi dengan nyamuk

betina. Kemudian nyamuk betina akan mengisap darah yang

menjadi sumber protein esential untuk pematangan terlurnya

dalam waktu 24-36 jam setelah kopulasi. Seekor nyamuk

betina Aedes aegypti dapat melakukan lebih dari satu kali

mengisap darah untuk melengkapi satu siklus gonotropik dan

termasuk nervous feeder yang mengisap darah lebih dari satu

orang korban (Soedarto, 2012).

d. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan nyamuk Aedes aegypti sangat

antropofilik (menyukai darah manusia). Sebagai spesies

diurnal, nyamuk ini aktif mencari makan (biting activity) pada

pagi hari (09.00-10.00) beberapa jam setelah matahari terbit

dan sore hari (16.00-17.00) beberapa jam sebelum matahari

terbenam. Puncak waktu biting activity tergantung pada

tempat dan iklim ( Soedarto, 2012).

e. Tempat Istirahat

Nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tempat yang tidak

terkena sinar, seperti tempat di dalam rumah yang gelap dan


34

tersembunyi, ruangan yang lembab, kamar tidur dan kamar

mandi. Tempat yang paling disukai yaitu di bawah meja kursi,

baju dan korden yang tergantung (Supartha, 2008; Soedarto,

2012).

f. Jarak Terbang

Faktor–faktor yang mempengaruhi jarak terbang

nyamuk antara lain kemampuan menghisap darah dan tempat

bertelur nyamuk. Jarak terbang Aedes aegypti ialah 30-59

meter dari tempat berkembangbiaknya, namun bisa mencapai

400 meter terutama waktu nyamuk betina mencari tempat

untuk bertelur (Supartha, 2008; Soedarto, 2012).

g. Umur Nyamuk

Lama hidup nyamuk dewasa Aedes Aegypti berkisar

antara 3-4 minggu. Pada musim penghujan, umur nyamuk

lebih panjang dan penularan virus menjadi lebih tinggi

(Soedarto, 2012).

2.3.7 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan DBD

Menurut Gamma dan Betty (2010) faktor-faktor resiko yang

ada hubungannya dengan kejadian-kejadia DBD adalah sebagai

berikut:

a. Kepadatan penduduk,

Kepadatan penduduk akan mempengaruhi kepadatan

rumah, sehingga lebih padat suatu rumah lebih mudah untuk

terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk


35

diperkirakan 50 meter (Gama & Betty, 2010)..

b. Kualitas perumahan

Kualitas perumahan seperti jarak antar rumah yang sangat

berdekatan, pencahayaan yang kurang dari matahari, dan bentuk

rumah akan mempengaruhi penularan. Karena sifat nyamuk yang

tidak bisa terbang jauh serta menyukai tempat-tempat yang

lembab yang tidak terkena sinar matahari. (Gama & Betty, 2010).

c. Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memudahkan penularan dari suatu

tempat ke tempat lain sehingga orang yang mobilitasnya tinggi

akan mendapatkan resiko yang tinggi. Hal ini didukung karena

sifat nyamuk yang cenderung tidak bisa terbang jauh sehingga

orang yang mobilitasnya tinggi dapat terkena DBD dari tempat-

tempat yang dikunjunginya (Gama & Betty, 2010)

d. Pendidikan

Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam

penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan

(Gama & Betty, 2010).. Sedangkan menurut Wati (2009)

menjelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga

pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya

pendidikan seorang akan mempersempit wawasannya sehingga

akan menurunkan tingkat pengetahuan terhadap masalah

kesehatan
36

e. Mata pencaharian

Mata pencaharian akan mempengaruhi penghasilan.

Penghasilan akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke

puskesmas atau rumah sakit (Gama & Betty, 2010). Kemiskinan

atau penghasilan yang rendah mengakibatkan orang tidak

mempunyai kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak

dan sehat, pasokan air minum dan pembuangan sampah yang

benar (Knowlton, dkk., 2009).

f. Sikap hidup dan perilaku

Sikap hidup yang rajin dan senang akan kebersihan dan

cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi risiko tertular

penyakit. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan

air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baik

perilaku masyarakat terhadap pembrantasan sarang nyamuk (PSN)

yakni mengubur, menutup penampungan air, urbanisasi yang

cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia antar

daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan

lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu

siang hari akan mempengaruhi kejadian DBD di suatu tempat

(Gama & Betty, 2010).

g. Golongan umur

Golongan umur akan memperngaruhi penularan penyakit.

Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang


37

untuk sakit DBD lebih besar (Gama & Betty, 2010). Kelompok

umur < 12 tahun berisiko terkena DBD sebesar 10 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok umur > 45 tahun. Kelompok

umur 12–18 tahun berisiko terkena DBD sebesar 2 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan umur > 45 tahun. Kelompok umur

19–45 tahun berisiko terkena DBD sebesar 0,778 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok umur > 45 tahun. Semakin muda

umurnya, besar risiko terkena DBD semakin tinggi. Hasil

penelitian lain juga menunjukkan bahwa umur merupakan salah

satu faktor risiko kejadian DBD (Djati, dkk., 2010).

h. Suku bangsa,

Suku bangsa juga ada hubungan dengan DBD karena tiap

suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing, contohnya

kebiasaan tidak buang sampah pada tempatnya dan juga kebiasaan

yang tidak baik yang dapat memicu penularan DBD (Gama &

Betty, 2010).

i. Kerentanan terhadap penyakit

Kerentana seseoran terkena DBD dapat dilihat dari jumlah

penderitanya mulai dari Negara, Provinsi, Kabupaten dan

seterusnya seperti contoh Indonesia adalah rentan terkena DBD

karena Indonesia termasuk dalam salah satu Negara yang

endemik demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya

yang terus menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas

(Sungkar dkk, 2010). Hal ini berhubungan dengan sifat nyamuk


38

yang jarak terbangnya 30-59 meter dari tempat berkembang

biaknya, namun bisa mencapai 400 meter terutama waktu nyamuk

betina mencari tempat untuk bertelur sehinga kemungkina atau

kerentanan seseorang tinggi apabiala ada salah seorang

masayrakat disekitar kita ada yang diagnose DBD (Supartha,

2008; Soedarto, 2012).

j. Lingkungan,

Perubahan lingkungan seperti perubahan suhu,

kelembaban nisbi, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih

sering bertelur sehingga vektor penular penyakit bertambah dan

virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus perkawinan dan

pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk

dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat

sekali naik. Keberadaan penampungan air artificial/kontainer

seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain

akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk (Gama & Betty,

2010).

2.3.8 Pencegahan DBD

Sebagaimana telah diketahui sampai saat ini masih belum ada

cara yang efektif, karena sampai saat ini belum ditemukan obat anti

virus dengue yang efektif maupun vaksin yang dapat melindungi diri

terhadap virus dengue. Oleh karena itu cara yang paling efektif

sampai saat ini adalah dengan melakukan pengendalian vector dari

DBD itu sendiri, sehingga mengurangi populasi dari nyamuk Aedes


39

aegypti dan jika populasi nyamuk Aedes aegypti berkuran otomatis

resiko seseorang terkena juga menurun. Secara garis besar

pengendalian vector yang bisa dilakukan adalah dengan 4 cara

(Soegijanto, 2008) diantaranya sebagai berikut:

a. Pengendalian dengan cara kimia

Pada pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan

mengunakan bahan kimia seperti insektisida. Insektisida

digunakan untuk mengendalikan poulasi nyamuk Aedes aegypti

baik yang dewasa maupun dalam bentuk larva. Jenis iteksida yang

digunakan pada nyamuk dewasa antara lain adalah insektisida dari

golongan organochlorine, organophosphor, carbamate, dan

yrethroid, dimana bahan-bahan insektisida dapat diaplikasikan

dalam bentuk penyemprotan (spray). Pada nyamuk yang masih

berbentuk larva insektisida yang digunakan adalah golongan

organophospor (temephos) dalam bentuk sand granules yang

dilarutkan dalam air (abatisasi).

b. Pengendalian dengan cara radiasi

Pada pengendalian dengan cara radiasi ini nyamuk dewasa

jantan akan diradiasai dengan bahan radio aktif dengan dosis

tertentu sehingga menyembabkan kemandulan pada nyamuk,

sehingga nyamuk betina tidak bisa menghasilkan telur walaupun

telah terjadi kopulasi antara nyamuk jantan dan betina.

c. Pengendalian lingkungan

Pada tindakan pengendalian lingkungan dapat digunakan


40

beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak

dengan manusia dengan cara memasang kawat kasa pada lubang

ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Adapun cara-cara yang sedang

digalakkan oleh pemerintah adalah dengan cara 3M yaitu

1) Menguras tempat-tempat penampungan air dan menyikat

diding bagian dalamdan dibilas palingsedikit seminggu sekali.

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air sehingga tidak

bisa di trobos oleh nyamuk untuk berkembangbiak.

3) Mengubur atau menimbun dalam tanah barang-barang bekas

atau sampah yang bisa menampung air.

d. Pengendalian genetik

Pengendalian dengan genetik ini hampir sama dengan

pengendalian radiasi dimana tujuannya adalah untuk

memandulkan nyamuk jantan sehingga nyamuk betina tidak bisa

bertelur hanya saja pada pengendalian radiasi hanya melibatkan

nyamuk yang sudah dewasa untuk dimandulkan, tetapi beda

dengan pengendalian genetik yang melibatkan semua nyamuk

yang berkelamin jantan tanpa membedakan dewasa atau tidaknya.


41

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Fakto-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Pendidikan Media massa Sosial budaya dan Lingkungan Pengalaman Usia
ekonomi

Penerimaan Teknologi Budaya dan fasilitas Fisik, Kejadian


pesan Daya
biologis. masa lalu tangkap
Dan sosial

Media-
media
pendidikan Mata
Dapat Pesan Tingkat
Televisi diputar mudah pengetahuan
ulang diterima
Pendidikan
kesehatan Radio
Telinga
aa
Audio
visual

Kuesioner alat ukur tingkat pengetahuan


Ketentuan pemberian nilai jika pernyataan
favorable Ya = 1 Tidak = 0 dan unfavorable
Ya = 0 Tidak =1 dengan tingkatan-tingkatan
pengetahuan sebagai berikut menurut
perhitungan likert .dengan lima tingkatan
intervalnya diantaranya:
A. 13-15
B. 10-12
C. 7-9
D. 4-6
E. 1-3
F. 1-3
Sumber: Effendy, 2005; Notoatmodjo, 2005, 2010; Soegijanto, 2008; Sucipto, 2011
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Dafinisi Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmodjo, 2012).

Kerangka konsep penelitian ini dijelaskan pada gambar 3.1. sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Tingkat pengetahuan


kesehatan dengan
metode audio visual

Variabel perancu

1. Pendidikan
2. Sumber
informasi
3. Sosial budaya
4. Ekonomi
5. Pengalaman

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel perancu
: Variabel bebas
: Variabel terikat

42
43

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini terbagi menjadi beberapa

variabel diantaranya adalah sebagai berikut:

3.2.1 Variabel independent (variabel bebas)

Variabel independent (variabel bebas) yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,

diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya

terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan variabel bebas

biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang

diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel independent yang

akan diteliti yaitu pendidikan kesehatan dengan metode audio visual.

3.2.2 Variabel dependent (variabel terikat)

Variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang

dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang

diamati dari suatu organism yang dikenai stimulus. Dengan kata lain,

variabel terikat adalah factor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependent yang akan

diteliti yaitu tingkat pengethuan masyrakat terkait DBD.

3.2.3 Variabel perancu

Variabel perancu yaitu variabel yang nilainya ikut menentukan


44

variabel baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel

perancu merupakan jenis variabel yang berhubungan (asosiasi) dengan

variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat, tetapi bukan

merupakan variabel antara (Nursalam, 2013). Variabel perancu dalam

penelitian ini adalah pendidikan, sumber, informasi, social budaya,

ekonomi, pengalaman.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka

konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta

empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio

visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD di

Kelurahan Pagutan Barat wilayah karja puskesmas Karang Pule

Ha : Kotapengaruh
Ada Mataram pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio

visual terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD di

Kelurahan Pagutan Barat wilayah karja puskesmas Karang Pule

Kota Mataram
45

3.4 Definisi Operasional

Merupakan definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara

memberikan arti secara operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel

tersebut dapat dilihat pada table 3.1 dibawah ini:

Variabel Definisi operasinal Parameter Alat Cara Hasil Skala


ukur ukur ukur ukur
Variabel Suatu upaya untuk - Kemampuan - - - -
independen meningkatkan responden
pengetahuan untuk
Pendidikan responden tentang menangkap
kesehatan DBD dengan materi yang di
dengan menggunakan media sampaikan
metode audio visual, melalui
audio visual pendidikan yang akan pendengaran
gerak diberikan adalah dan
terkait definisi, pengelihatan
etiologi, patofisiologi,
pathogenesis,
gambaran klinis, cara
penularan, vektor,
factor resiko, dan
pencegahan dari DBD
itu sendiri.
Variabel Hasil tahu seseoran Pengetahuan Kuesin Mengisi Ketentuan Interval
dependen terhadap objek melalui responden er kuesiner pemberian
panca indranya. tentang DBD nilai untuk
Tingkat mulai dari Favorable:
pengetahuan definisi, 7
etiologi, Ya =1
gambaran Tidak = 0
klinis, cara Unfavorab
penularan, le: 8
vector, factor Ya =0
resiko hingga Tidak = 1
pencegahannya. dengan
tingkatan-
tingkatan
A. 13-15
b. 10-12
c. 7-9
d. 4-6
e. 1-3
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini yaitu menggunakan desain pra ekperimen

menggunakan rancangan penelitian one group pre test post test design adalah

menggungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi,

kemudian diobservasi lagi setelah ada perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak

ada kelompok control (Riyanto, 2011). Desain penelitian ini digambarkan

pada bagan 4.1 dibawah ini sebagai berikut:

Mengukur tingkat Pendidikan Mengukur tingkat


pengetahuan kesehatan dengan pengetahuan
masyarakat tentang metode audio masyarakat tentang
DBD visual DBD

O1 P O2

Keterangan :

O1 : Pre test

P : Pemberian pendidikan kesehatan dengan audio visual

O2 : Post test

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pagutan Barat wilayah

kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram.

46
47

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2018

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau data dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian

yang akan dilakukan adalah masyarakat yang pernah menderita DBD

pada tahun 2017 di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja

Puskesmas Karang Pule Kota Mataram, dengan jumlah populasi 28

orang

4.3.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2014). Sampel dari

peelitian ini adalah masyarakat yang menderita DBD di tahu 2017

yang bertempat tinggal di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah kerja

Puskesmas Karang Pule Kota Mataram.

Adapun kriteria sampel meliputi kriteria sampel meliputi

kriteria inklusi dan eksklusi dimana kriteria tersebut dapat menentukan

dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan ( Hidayat, 2008)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

1. Penderita DBD di tahun 2017

2. Mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan


48

3. Penderita DBD di tahun 2017 yang bisa melihat dan mendengar

dengan baik

4. Penderita DBD di tahun 2017 yang mengerti bahasa Indonesia

5. Penderita DBD di tahun 2017 yang berusia diatas 10 tahun

b. Kriteria eksklusi

1. Tidak mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dari awal

sampai akhir

4.3.3 Penentuan besar sempel

Menurut (Nursalam, 2014) adapun rumus untuk menentukan

besarnya sampel adalah sebagai berikut :

N
Rumus: 𝑛 = 1+𝑁(d)2

Keterangan:

N= Jumlah Populasi

n= Jumlah Sampel

d= Tingkat Signifikan

d= Timgkat kesalahan yang dipilih (d=0,1)

Berdasarkan Rumus diatas, dapat ditentukan besar

sampel dalam penelitian ini adalah:

N
𝑛=
1 + 𝑁(d)2

28
𝑛=
1 + 28(0,1)2

28
𝑛=
1 + 28(0,01)
49

28
𝑛=
1 + 0,28

28
𝑛= = 22
1,28

Keterangan:

N= Jumlah Populasi (28 orang)

n= Jumlah Sampel (22 Responden)

d= 0,1

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 Responden

4.3.4 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2014). Dalam penelitian ini menggunakan tehnik simple random

sampling yaitu tehnik pengambilan sampel secara acak sederhana baik

menggunakan tehnik undian atau table bilangan yang diacak

(Notoatmodjo, 2012)

4.4 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan hal yang

sangat penting mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia. Penelitian apapun juga, khususnya menggunakan manusia


50

sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karna itu setiap

penelitian yang menggunakan subyek manusia harus tidak bertentangan

dengan etika. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian ini

adalah :

a. Surat persetujuan responden (Informed consent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian memberikan lembar persetujuan (informed concent). Informed

concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, bila responden

bersedia menjadi responden maka peneliti menjelaskan semua informasi

yang berkaitan dengan maksud dan tujuan dilakukan penelitian kemudian

responden diminta menandatangani Informed concent, bila responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara tidak

memberikan nama atau identitas respondent dan tidak dipublikasikan

namun hanya dicatat dengan menggunakan kode responden yang hanya

diketahui oleh peneliti.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua

informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti

(Alimul, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian


51

Instrument penelitan adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut dipermudah

olehnya (Arikunto, 2010) instrument yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Laptop

b. Daftar pertanyaan tentang identitas responden.

c. Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu dengan

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dengan jumlah soal sebanyak 15 soal dan 15 soal itu

terbagi menjadi 2 kriteria soal yakni Favorable demgan 7 soal dan

Unfavorable 8 soal. Dimana jika pada soal dengan kriteria Favorable

pemberian skornya adalah Ya=1 Tidak=0 dan pada soal Unfavorable

pemberian skornya adalah Ya=0 Tidak=1. Dengan penilain tingkatan jika

skor 13-15 (81% - 100%) tingkat pengetahuannya dikatakan sangat baik,

jika skor 10-12 (61% - 80%) tingkat pengetahuannya dikatakan baik, jika

skor 7-9 (41% - 60%) tingkat pengetahuannya dikatakan cukup, jika

skornya 4-6 (21% - 40%) tingkat pengetahuannya dikatakan kurang, dan

jika skor 1-3 (1% - 20%) tingkat pengetahuannya dikatakan sangat kurang.

d. Untuk pendidikan kesehatan yang diberikan tentang DBD meliputi

Definisi DBD, Etiologi DBD, Patofisiologi DBD, Gambaran Klinis DBD,

Cara Penularan DBD, Vector Aedes Agypti, Faktor Risiko yang

Berhubungan dengan DBD, serta pencegahan DBD.

4.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


52

Instrument yang valid dan reliable merupakan syarat untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Instrument

tingkat pengetahuan tentang penyakit DBD dilakukan uji validitas dan

reliabilitas terlebih dahulu menggunakanuji korelasi pearson product

moment dengan r hitung lebih besar dari r table maka dinyatakan

valid. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan cara menggunakan alfa (

cronbach coefficient alfa ( Sugiyono, 2012)

4.6 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan

pengukuran tingkat pengetahuan responden tentang DBD. Responden

diberikan pendidikan dengan metode audio visual. Sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan dengan metode audio visual diukur dulu tingkat

pengetahuan responden dan kemudian diukur lagi setelah diberikan

pendidikan kesehata dengan metode audio visual. Adapun prosedur

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari ketua program studi ilmu S1

keperawatan Stikes Yarsi Mataram peneliti mengajukan surat permohonan

ijin kepada Puskesmas Karang Pule untuk melakukan penelitian di

Kelurahan Pagutan Barat dan diikuti dengan permohonan izin ke Lurah

Pagutan Barat

b. Setelah mendapatkan ijin penelitian, kemudian meminta persetujuan

kepada responden dan menjelaskan tujuan penelitian ini dilakukan.


53

c. Setelah responden memahami tujuan penelitian ini dilakukan, responden

diminta persetujuannya dan menandatangani surat pernyataan bersedia

menjadi responden.

d. Responden dan peneliti menyepakati waktu dan tempat dalam melakukan

pendidikan

e. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan dengan metode audio visual kemudian dianalisa

mengunakan uji T untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan

kesehatan dengan metode audio visual.

4.7 Pengolahan Data

a. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan

memeriksa keseragaman data (Notoatmodjo, 2012)

b. Coding

Dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

(Notoatmodjo, 2012)

c. Processing (Memasukkan Data)

Memasukkan data ke dalam program computer (Notoatmodjo,

2012)

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk

melihat ada tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengodean yang telah


54

ditetapkan dengan pengetikan melalui computer (Notoatmodjo, 2012)

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2012). Bentuk analisis univariat yang akan dilakukan yakni pada

variabel tingkat pengetahuan pada masyarakat tentang DBD adalah

menggunakan skala data ordinal sehingga dengan bentuk data

kategorik yang hasil analisis yang akan muncul adalah frekuensi dan

presentase. Kemudian untuk analaisis univariat karakteristik responden

yang akan dianalisis adalah usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Usia dengan bentuk skala data ordinal dengan dengan bentuk

data kategorik yang hasil analisis yang akan muncul adalah frekuensi

dan presentase, jenis kelamin dengan skala data nominal dengan

bentuk data kategorik yang hasil analisis yang akan muncul adalah

frekuensi dan presentase, dan tingkat pengetahuan dengan bentuk skala

data ordinal dengan bentuk data kategorik yang hasil analisis yang

akan muncul adalah frekuensi dan presentase

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisa data pra-eksperimen untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap tingkat

pengetahuan masyarakat tentang DBD dengan Uji Paired t-test pada

taraf signifikan α 5% (Sugiyono, 2010). Disini peneliti menggunakan


55

Uji Paired t-test yakni uji untuk mengukur kondisi awal atau sebelum

(pretest) dan sesudah (posttest) uji tersebut menggunakan bantuan

software SPSS For Windows versi 16.0.

Paired t-test (pre-post) adalah uji beda 2 mean data

berpasangan 1 sampel. Kegunaan menguji perbedaan kondisi awal atau

sebelum dan sesudah perlakuan. Ketentuan aplikasi uji paired t-test

adalah :

1) Data berskala interval atau rasio

2) Data memenuhi asumsi distribusi normal.

3) Data berpasangan (satu sampel diukur 2 kali yaitu keadaan awal

sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan).

4) Signifikan nilai t hitung dibandingkan dengan nilai table t, derajat

bebas (N-1)dengan taraf signifikan α 5%, jika t hitung > t table

maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Untuk menganalisis, hasil eksperimen yang menggunakan pre-

test dan post-test design, maka rumus yang digunakan yaitu (Arikunto,

2006). rumus sebagai berikut:

𝑡 = 𝑀𝑑
∑𝑥 2 𝑑

𝑁(𝑁 − 1)

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest (posttest -

pretest).

Xd = Deviasi masing-masing subyek (d-Md).


56

∑X2d = Jumlah kuadrat deviasi.

N = Subyek pada sampel.

d.b = Ditentukan dengan N-1, (Arikunto, 2006).


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini akan dijelaskan hasil dari kegiatan penelitian

yang telah dilakukan pada bulan April 2018 di Kelurahan Pagutan Barat

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram. Adapun hasilnya dapat

dilihat sebagai berikut:

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administrasi Kelurahan Pagutan Barat membawahi 7

lingkungan yaitu:

1. Lingkungan Pesongoran

2. Lingkungan BTN Pagutan Permai

3. Lingkungan Baturujung

4. Lingkungan Belatung

5. Lingkungan Asak

6. Lingkungan BTN Griya Pagutan

7. Lingkungan Kebon Daya Indah (KDI)

Sedangkan menurut letak Geografi, Kelurahan Pagutan Barat

merupakan salah satu wilayah pemekaran yang teletak di Pusat Kota

Mataram dengan jumlah penduduk cukup padat dan terdiri dari beraneka

ragam Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan. Adapun batas-batas

Kelurahan Pagutan Barat sebagai berikut:

57
58

Sebelah Barat : Kelurahan Pegesangan

Sebelah Selatan: Kelurahan Pagutan

Sebelah Timur : Kelurahan Pagutan Timur

Sebelah Utara : Kelurahan Pegesangan

Sedangkan menurut data yang ada, jumlah penduduk Kelurahan Pagutan

Barat sekitar 9.269 jiwa dengan 2.351 kepala keluarga.

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Kelurahan


Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule
Kota Mataram Tahun 2018.
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 ≤20 Tahun 10 45,5%
2 >20 Tahun 12 54,5%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer dari Penelitian

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa usia responden yang

terbanyak adalah usia >20 Tahun berjumlah 12 orang (54,5%) dan

paling sedikit adalah pada usia ≤20 Tahun dengan jumlah 10 orang

(45,5%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di


Kelurahan Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas
Karang Pule Kota Mataram Tahun 2018.
No JenisKelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 11 50
2 Perempuan 11 50
Total 22 100
Sumber : Data Primer dari Penelitian
59

Dari tabel 5.2 diatas terlihat bahwa distribusi jenis kelamin

memiliki jumlah dan presentasi yang sama yakni dengan jumlah

sama-sama 11 orang dan sama-sama 50% dari jumlah 22 responden.

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Kelurahan


Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule Kota
Mataram Tahun 2017.

No Pendidikan Frekuensi Presentasi (%)


1 SD 3 13,6
2 SMP 9 40,9
3 SMA 8 36,4
4 S1 2 9,1
Total 22 100
Sumber : Data Primer dari Penelitian

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa distribusi pendidikan

responden yang terbanyak adalah SMP yang berjumlah 9 orang

(40,9%) dan paling sedikit adalah SI dengan jumlah 2 orang (9,1%).

d. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Kelurahan


Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule Kota
Mataram Tahun 2018.

No Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%)


1 IRT 1 4,5
2 Wiraswasta 1 4,5
3 Swasta 9 40,9
4 Tidak bekerja 11 50,0
Total 22 100
Sumber : Data Primer dari Penelitian

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan

responden yang terbanyak adalah Tidak bekerja yang berjumlah 11

orang (50%) dan paling sedikit adalah IRT dan Wiraswasta dengan

jumlah masing-masing 1 orang (4,5%).


60

5.1.3 Variabel yang diukur

Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel

independen dan variabel dependen dimana variabel yang di ukur adalah

variabel dependen, dimana variabel dependennya adalah tingkat

pengetahuan masyrakat tentang DBD kemudian diukur dengan

instrument kuesioner baik sebelum maupun sesudah pendidikan

kesehatan tentang DBD dengan metode audio visual dengan hasil

sebagai berikut:

a. Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD Sebelum Diberikan

Pendidikan Kesehatan Tentang DBD Dengan Metode Audio

Visual

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan


sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang DBD di
Kelurahan Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas
Karang Pule Kota Mataram Tahun 2018.
No Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)
1 Sangat Kurang 1 4,5%
2 Kurang 11 50,0%
3 Cukup 9 40,9%
4 Baik 1 4,5%
5 Sangat Baik 0 0%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer Penelitian

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi tingkat

pengetahuan responden yang terbanyak adalah dengan pengetahuan

kurang yang berjumlah 11 orang (50,0%) dan tidak ada responden

yang tingkat pengetahuannya sangat baik.


61

b. Pengetahuan Masyarakat tentang DBD Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Tentang DBD Dengan Metode Audio

Visual

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan


sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang DBD di
Kelurahan Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas
Karang Pule Kota Mataram Tahun 2017.
No Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)
1 Sangat Kurang 0 0%
2 Kurang 0 0%
3 Cukup 1 4,5%
4 Baik 9 40,5%
5 Sangat Baik 12 55.0%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer Penelitian

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa distribusi tingkat

pengetahuan responden yang terbanyak adalah dengan pengetahuan

sangat baik yang berjumlah 12 orang (50,0%) dan tidak ada

responden yang tingkat pengetahuannya sangat kurang dan kurang.

c. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual

Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD

Tabel 5.7 Distribusi pengetahuan responden sebelum dan sesudah


perlakuan yang di berikan yakni pendidikan kesehatan
tentang DBD dengan metode audio visual di Kelurahan
Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule Kota
Mataram Tahun 2017.
Mean Median SD Z p-value
Sebelum 6,41 6,00 1,681 -6,045 0,00
Sesudah 12,50 13,00 1,371
Sumber : Data Primer dari Penelitian

Dari data diatas dapat dilihat hasil dari uji paired t-test

dimana hasil yang didapat yakni nilai significancy 0,00 < 0,05 (p-

value<0,05) maka berdasarkan nilai statistic tersebut dapat


62

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio visual

terhadap tingkat pengetahuan masyrakat tentang DBD di Kelurahan

Pagutan Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule Kota Mataram

Tahun 2017.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

desain pra ekperimen menggunakan rancangan penelitian one group pre test

post test design. Dimana hasil penelitian diproleh dengan cara memberikan

kuesioner kepada responden baik sebebelum maupun sesudah diberi

pendidikan kesehatan tentang DBD dengan metode audio visual. Hasil yang

didapat adalah sebagai berikut:

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden dari tabel 5.1 hasil penelitian terhadap

22 responden didapatkan bahwa usia responden >20 Tahun berjumlah

12 orang (54,5%) dan usia ≤20 Tahun dengan jumlah 10 orang

(45,5%). Hasil analisis penelitian ini, terkait umur dengan tingkat

pengetahuan masyarakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan

tentang DBD terbagi menjadi 4 yakni dengan tingkat pengetahuan

paling banyak adalah tingkat pengetahuan kurang berjumlah 11 orang,

dimana dari 11 orang tersebut terbagi menjadi 2 kategori yakni usia

≤20 tahun berjumlah 8 orang dan usia >20 tahun berjumlah 3 orang,

kemudian diikuti dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 9

orang, dimana dari 9 orang tersebut terbagi menjadi 2 kategori yakni


63

usia ≤20 tahun berjumlah 3 orang dan usia >20 tahun berjumlah 6

orang, dan kemudian dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat

pengetahuan sangat kurang masing-masing berjumlah 1 orang, dimana

pada tingkat pengetahuan baik kategori usianya adalah >20 tahun dan

pada tingkat pengetahuan sangat kurang dengan kategori usia >20

tahun. Kemudian hasil analisis tingkat pengetahuan masyarakat

sesudah diberikan pendidikan kesehatan bardasarkan usia terbagi

menjadi 3 tingkatan yakni tingkat pengetahuan terbanyak adalah

dengan tingkat pengetahuan sangat baik berjumlah 12 orang, dimana

dari 12 orang tersebut terbagi menjadi 2 kategori yakni dengan usia

≤20 tahun berjumlah 4 orang dan usia >20 tahun berjumlah 8 orang,

kemudian diikuti dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 9 orang,

dimana dari 9 orang tersebut terbagi menjadi 2 kategori yakni dengan

usia ≤20 tahun berjumlah 7 orang dan usia >20 tahun berjumlah orang,

dan tingkatan yang terkhir adalah dengan tingkat pengetahuan cukup

berjumlah 1 orang dengan kategori usia >20 tahun

Golongan umur akan memperngaruhi penularan penyakit.

Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang

untuk sakit DBD lebih besar (Gama & Betty, 2010). Kelompok umur <

12 tahun berisiko terkena DBD sebesar 10 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok umur > 45 tahun. Kelompok umur 12–

18 tahun berisiko terkena DBD sebesar 2 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan umur > 45 tahun. Kelompok umur 19–45 tahun

berisiko terkena DBD sebesar 0,778 kali lebih tinggi dibandingkan


64

dengan kelompok umur > 45 tahun. Semakin muda umurnya, besar

risiko terkena DBD semakin tinggi. Hasil penelitian lain juga

menunjukkan bahwa umur merupakan salah satu faktor risiko kejadian

DBD (Djati, dkk., 2010).

Umur juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Semakin matang umur seseorang maka

kemampuan dalam menyerap informasi akan semakin baik dan

pengetahuan semakin bertambah (Ramdhani, 2012).

. Hasil yang didapat pada penelitian ini terkait usia bertolak

belakang dengan teori yang menjelaskan bahwa Golongan umur akan

memperngaruhi penularan penyakit dimana seseorang dengan

golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD

lebih besar (Gama & Betty, 2010), karena pada penelitian ini rata-rata

umur responden sekaligus penderitanya adalah 21,91 tahun.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Djati, 2014), dimana hasil yang didapat adalah

kelompok umur < 12 tahun berisiko terkena DBD sebesar 10 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok umur > 45 tahun. Kelompok

umur 12–18 tahun berisiko terkena DBD sebesar 2 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan umur > 45 tahun. Kelompok umur 19–45 tahun

berisiko terkena DBD sebesar 0,778 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok umur > 45 tahun. Semakin muda umurnya, besar

risiko terkena DBD semakin tinggi.

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


65

Karakteristik responden dari tabel 5.2 hasil penelitian terhadap

22 responden didapatkan bahwa jenis kelamin memiliki jumlah dan

presentasi yang sama yakni dengan jumlah sama-sama 11 orang 50%.

Hasil analisis penelitian ini terkait jenis kelamin dengan tingkat

pengetahuan masyarakat sebelum pendidikan kesehatan tentang DBD

dengan metode audio visual dilihat dari jenis kelamin yang tertinggi

adalah dengan pengetahuan kurang berjumlah 11 orang, dimana dari 11

orang tersebut terbagi menjadi 2 diantaranya laki-laki berjumlah 5

orang dan perempuan berjumlah 6 orang, kemudian diikuti dengan

tingkat pengetauan cukup dimana jumlahnya adalah 9 orang, dari 9

orang tersebut terbagi manjadi 2 yakni 6 orang laki-laki dan 3 orang

perempuan, kemudian diikuti lagi dengan tingkat pengetahuan kurang

berjumlah 1 orang dengan jenis kelamin perempuan dan tingkat

pengetahuan baik berjumlah 1 orang dengan jenis kelamin perempuan

juga. Kemudian hasil yang didapat sesudah pendidikan kesehatan

tentang DBD dengan metode audio visual yang tertinggi adalah dengan

pengetahuan sangat baik berjumlah 12 orang dimana dari 12 orang

tersebut terbagi menjadi 2 diantaranya laki-laki berjumlah 5 orang dan

perempuan berjumlah 7 orang, kemudian diikuti dengan tingkat

pengetahuan baik berjumlah 9 orang, dari 9 orang terdapat 6 laki-laki

dan 3 perempuan, dan dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 1

orang dengan jenis kelamin perempuan.

Menurut Muchlas (2005) dalam Arifin (2011), mengatakan

bahwa karakteristik individu seseorang seperti jenis kelamin dapat


66

mempengaruhi seseorang dalam memberikan interpretasi persepsi pada

suatu objek atau stimulus yang dilihatnya. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa jenis kelamin laki-laki dalam mempersepsikan tentang sesuatu

objek atau stimulus berbeda dengan perempuan akan tetapi penelitian-

penelitian sebelumnya tidak dapat menjelaskan bahwa adanya

hubungan perbedaan jenis kelamin dengan persepsi seseorang.

Berdasarkan dalam penelitian Paramitha Lobud, Wulan P. J

Kaunang, dan Woodford B. S Joseph yang berjudul “Hubungan Antara

Jenis Kelamin Dan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon Kota

Kotamobagu, dimana dari hasil penelitian yang didapat bahwa tidak

adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tindakan pencegahan

dan kejadian kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon

Kota Kotamobagu dengan nilai korelasinya 0,121.

Perbedaan jenis kelamin cenderung membentuk persepsi yang

berbeda sehingga mempengaruhi sikap yang berbeda pula antara laki-

laki dengan perempuan dalam menilai kinerja jumantik. Namun

pengaruh dari perbedaan jenis kelamin mengenai persepsi masyarakat

mengenai kinerja jumantik dapat dikatakan tidak pasti. Hasil penelitian

Faranita (2016) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi

antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita tentang kinerja auditor.

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karekteristik responden dari tabel 5.3 hasil penelitian terhadap

22 responden didapatkan bahwa tingkat pendidikan SD berjumlah 3


67

orang (13,6%), SMP berjumlah 9 orang (40,0%), SMA berjumlah 8

orang (36,4%) dan S1 berjumlah 2 orang (9,1%). Hasil analisis

penelitian ini terkait tingkat pendidikan dengan tinkat pengetahuan

masyarakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang DBD

dengan metode audio visual yang tertinggi adalah dengan pengetahuan

kurang berjumlah 11 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan dari 11

orang tersebut terbagi menjadi 4 diantaranya SD berjumlah 2 orang,

SMP berjumlah 6 orang, dan SMA berjumlah 3 orang, kemudian

diikuti dengan tingkat pengetauan cukup yang jumlahnya adalah 9

orang, dari 9 orang tersebut terbagi manjadi 4 yakni SD berjumlah 1

orang, SMP berjumlah 2 orang, SMA berjumlah 5 orang, dan S1

berjumlah 1 orang., kemudian diikuti lagi dengan tingkat pengetahuan

sangat kurang berjumlah 1 orang dengan tingkat pendidikan SMP, dan

tingkat pengetahuan baik berjumlah 1 orang tingkat pendidikan S1.

Kemudian hasil yang didapat sesudah pendidikan kesehatan tentang

DBD dengan metode audio visual yang tertinggi adalah dengan

pengetahuan sangat baik berjumlah 12 orang, dari 12 orang tersebut

terbagi menjadi 4 diantaranya SD berjumlah 1 orang, SMP berjumlah 3

orang, SMA berjumlah 6 orang, dan S1 berjumlah 2 orang, kemudian

diikuti dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 9 orang, dari 9

orang terdapat SD berjumlah 1 orang, SMP berjumlah 5 orang , dan

SMA berjumlah 2 orang, kemudian dengan tingkat pengetahuan cukup

berjumlah 1 orang dengan tingkat pendidikan SMP.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan


68

bahwa tingkat Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam

penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan

(Gama & Betty, 2010). Sedangkan menurut Wati (2009) menjelaskan

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang

dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan

meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang akan

mempersempit wawasannya sehingga akan menurunkan tingkat

pengetahuan terhadap masalah kesehatan. Menurut Notoadmodjo

(2008) bahwa pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Dedi Herlambang

(2015) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Lemah Ireng

Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen 2015” dimana hasil

Berdasarkan data yang didapat bahwa sebagian besar responden

berpengetahuan baik. Berdasarkan data yang dapat bahwa dari

sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 16 orang (53%),

SMP 8 orang (27%), dan SD 6 orang (20%)

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis pekerjaan

Karakteristik responden dari tabel 5.4 hasil penelitian terhadap

22 responden didapatkan bahwa kebanyakan responden tidak bekerja

dengan jumlah 12 orang (54,6%), kemudian di ikuti dengan pekerja

swasta dengan jumlah 8 orang (36,4%) dan kemudian di ikuti dengan


69

IRT dan wiraswasta dengan masing-masing 1 orang (4,5%). Hasil

analisis penelitian ini terkait tingkat pengetahuan dengan jenis

pekerjaan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode

audio visual didapatkan bahwa tingkat pengtahuan yang tertinggi

adalah dengan tingkat pengetahuan yang kurang yang berjumlah 11

orang kemudian terbagi menjadi 3 diantaranya wiraswasta berjumlah 1

orang, swasta berjumlah 2 orang dan tidak bekerja berjumlah 8 orang,

kemudian diikuti dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 9

orang, dari 9 orang tersebut terbagi menjadi 2 diantaranya swasta

berjumlah 6 orang dan tidak bekerja berjumlah 3 orang, kemudian

diikuti dengan tingkat pengetahuan sangat kurang berjumlah 1 orang

dengan jenis pekerjaan IRT dan tingkat pengetahuan baik berjumlah 1

orang dengan jenis pekerjaan swasta. Sedangkan hasil yang didapatkan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang DBD dengan metode

audio visual didapatkan bahwa tingkat pengetahuan yang tertingggi

adalah dengan tingkat pengetahuan sangat baik yang berjumlah 12

orang terbagi menjadi 3 jenis pekerjaan diantaranya swasta berjumlah

7 orang, wiraswasta 1 orang, dan tidak bekerja 4 orang, kemudian

dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 9 orang, dari 9 orang

tersebut terbagi menjadi diantaranya swasta berjumlah 2 orang, dan

tidak bekerja berjumlah 7 orang, kemudian tingkat pengetahuan yang

paling rendah adalah cukup berjumlah 1 orang dengan jenis pekerjaan

IRT.

Hasil penelitian ini bebeda dengan penelitian Dedi Herlambang


70

(2015) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Lemah Ireng

Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen 2015” dimana hasil

berdasarkan data yang didapat bahwa rata–rata responden bekerja

sebagai petani yaitu sebanyak 12 responden (40%), bekerja sebagai

wiraswasta sebanyak 11 responden (37%), sebagai pelajar sebanyak 6

responden (20%), dan responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak

1 responden (3%). Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi

masyarakat setempat akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga yang pada kenyataannya bahwa rutinitas dan aktivitas

pekerjaan secara umm memang lebih banyak menyita waktu, pikiran,

dan tenaga.

Dari segi teori tentang penyakit tingkat pekerjaan akan

mempengaruhi penghasilan. Penghasilan akan mempengaruhi

kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit (Gama &

Betty,2010). Kemiskinan atau penghasilan yang rendah mengakibatkan

orang tidak mempunyai kemampuan untuk menyediakan rumah yang

layak dan sehat, pasokan air minum dan pembuangan sampah yang

benar (Knowlton, dkk., 2009).

5.2.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD Sebelum

Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual

Distribusi responden Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa

distribusi tingkat pengetahuan responden yang terbanyak adalah


71

dengan pengetahuan kurang yang berjumlah 11 orang (50,0%), dari 11

orang tersebut terbagi menjadi 2 kategori yakni usia ≤20 tahun

berjumlah 8 orang dan usia >20 tahun berjumlah 3 orang, kemudian

jenis kemin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 7 orang, kemudian

dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMP sebanyak 6, dan

pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja berjumlah 8 orang karena

sebagian besar responden masih duduk di bangku sekolah. Faktor

penyebab yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya

adalah faktor informasi, karena kurangnya suatu informasi dapat

memperlambat pengetahuan yang diperoleh seseorang. Selain itu,

faktor minat juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena

apabila seseorang kurang minat untuk mengetahui apa penyebabnya

maka akan mempengaruhi pengetahuan orang tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yatini dkk dengan judul “pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

perubahan tingkat pengetahuan warga tentang penyakit DBD di Deasa

Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo” dimana hasil dari

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat sebelum

diberikan pendidikan kesehatan yang terbanyak adalah dengan

pengetahuan rendah sebanyak 62 (63%) dari 98 responden (100%)

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil

“tahu” seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan lainnya) yang sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek Selain itu, kemudahan


72

untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru

Agar pengetahuan kesehatan seseorang dapat lebih baik lagi

salah satunya dengan cara melakukan pendidikan kesehatan. Tujuan

pendidikan kesehatan yaitu untuk memutuskan kegiatan yang paling

tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat serta menambah

pengetahuan tentang kesehatan

Berdasarkan dari rata-rata pengetahuan sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan pengetahuan masyarakat tentang DBD masih

dalam kategori kurang. Hal ini karena masyarakat kurang terpapar

informasi tentang DBD itu sendiri dan juga sebagian masyarakat

kurang menganggap penyakit DBD itu penting untuk diketahui.

5.2.6 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD Sesudah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual

Distribusi responden Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa

distribusi tingkat pengetahuan responden yang terbanyak adalah

dengan pengetahuan sangat baik yang berjumlah 12 orang dari 12

orang rata-rata usia responden adalah 23 tahun dengan jenis kelamin

terbanyak adalah perempuan berjumlah 7 orang, dengan pendidikan

terbanyak adalah SMA berjumlah 6 orang, dan pekerjaan terbanyak

adalah swasta berjumlah 7 orang, dari perbandingan karakteristik

pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan dapat dilihat mulai dari

usia diamana usia juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin matang umur


73

seseorang maka kemampuan dalam menyerap informasi akan semakin

baik dan pengetahuan semakin bertambah (Ramdhani, 2012).

Kemudian bisa dilihat dari segi jenis kelamin dimana Menurut

Muchlas (2005) dalam Arifin (2011), mengatakan bahwakarakteristik

individu seseorang seperti jenis kelamin dapat mempengaruhi

seseorang dalam memberikan interpretasi persepsi pada suatu objek

atau stimulus yang dilihatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis

kelamin laki-laki dalam mempersepsikan tentang sesuatu objek atau

stimulus berbeda dengan perempuan.

Perbedaan jenis kelamin cenderung membentuk persepsi yang

berbeda sehingga mempengaruhi sikap yang berbeda pula antara laki-

laki dengan perempuan dalam menilai kinerja jumantik. Namun

pengaruh dari perbedaan jenis kelamin mengenai persepsi masyarakat

mengenai kinerja jumantik dapat dikatakan tidak pasti. Hasil penelitian

Faranita (2016) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi

antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita tentang kinerja auditor.

Kemudian dilihat dari tingkat pendidikan dimana Pendidikan

akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan

cara pemberantasan yang dilakukan (Gama & Betty, 2010)..

Sedangkan menurut Wati (2009) menjelaskan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin

luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya

rendahnya pendidikan seorang akan mempersempit wawasannya

sehingga akan menurunkan tingkat pengetahuan terhadap masalah


74

kesehatan.

Menurut Notoadmodjo (2008) bahwa pendidikan merupakan

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok dan masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan. Dan kemudian dilihat dari pekerjaan, jenis pekerjaan

akan mempengaruhi penghasilan. Penghasilan akan mempengaruhi

kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit (Gama &

Betty, 2010). Kemiskinan atau penghasilan yang rendah

mengakibatkan orang tidak mempunyai kemampuan untuk

menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum dan

pembuangan sampah yang benar (Knowlton, dkk., 2009).

5.2.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual

Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang DBD

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian terhadap 22 responden

bahwa hasil pengetahuan yang didapat sebelum diberi perlakuan yakni

6,41 untuk nilai meannya, 6,00 untuk nilai mediannya, dan 1,681 untuk

Standar deviasinya. Kemudian hasil setelah perlakuan adalah 12,50

untuk nilai meannya, 13,00 untuk nilai mediannya dan 1,371 untuk

standar deviasinya.

Kemudian dari hasil analisisnya dapat dilihat bahwa hasil dari

uji paired t-test dimana hasil yang didapat yakni nilai significancy 0,00

< 0,05 (p-value<0,05) maka berdasarkan nilai statistic tersebut dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio visual terhadap


75

tingkat pengetahuan masyrakat tentang DBD di Kelurahan Pagutan

Barat wilayah kerja puskesmas Karang Pule Kota Mataram Tahun

2017.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa penyampaian

informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video atau Audio

Visual. Menurut Rohani (dalam Harmawan 2007) media audio visual

adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan

ilmu teknologi (IPTEK) meliputi media yang dapat dilihat dan

didengar.

Media audio visual memiliki kemampuan lebih baik karena

meliputi dua jenis media, yaitu media audio dan media visual.

Karakteristik audio visual meliputi dua macam, yaitu media audio

visual gerak dan diam. Media ini selain untuk media hiburan dan

komunikasi juga dapat digunakan sebagai media edukasi yang mudah

dipahami masyarakat dari anak-anak hingga dewasa asal bahasa

penyampaiannya jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti semua

golongan dan usia (Rusliani, Itriya, dan Shofani, 2011).

Penelitian ini mendukung penelitian Restu Yuliani, Evawany Y

Aritonang, Syarifah (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

hamil dalam melakukan persalinan aman sesudah pemberian promosi

kesehatan dengan metode ceramah nilai mean rank adalah 15,78 dan

metode ceramah dengan media nilai mean rank 25,23 dengan selisih

nilai delta 9,45. Adapun nilai p value = 0,01 < 0,05 yang artinya

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara promosi kesehatan


76

dengan metode ceramah dan metode ceramah dengan media video atau

dengan kata lain promosi kesehatan metode ceramah dengan media

video lebih berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil

dalam melakukan persalinan aman dibandingkan promosi kesehatan

dengan metode ceramah saja.

5.3 Keterbatasan

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan

baik dalam hal penulisan maupun dalam kerangka berfikir. Adapun

keterbatasan yang dihadapi peneliti antara lain:

5.3.1 Instrumen Penelitian

Intrumen pada penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti

berdasarkan teori yang dibuat pada bab 2. Instumen yang digunakan

sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 responden

sebanyak 4 kali sehingga mendapatkan hasil yang valid dan reliabel

akan tetapi responden dalam uji validitas rata-rata usia diatas 30 tahun

sedangkan pada penelitian ini rata-rata usia sampel dibawah 30 tahun.

5.3.2 Sampel Penelitian

Keterbatas dari segi sampel pada penelitian ini diantaranya

a. Jumlah sampel yang masih relatif sedikit hanya mengambil

penderita DBD pada tahun 2017 di Kelurahan Pagutan Barat

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram yang

diambil secara acak. Sehingga belum mewakili seluruh masyarakat

yang ada di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas

Karang Pule Kota Mataram, untuk itu perlu diperbanyak


77

sampelnya agar bisa mewakili semua masyarakat di Kelurahan

Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota

Mataram.

b. Keterbatasan waktu dan tempat responden dan tempat penelitian

sehingga responden tidak bisa dikumpulkan dalam satu waktu dan

tempat yang sama.

c. Responden yang berdiskusi dengan keluarganya ketika pengisian

kuesioner.
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang DBD sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan metode audio visual dengan rata-rata tingkat
pengetahuan kurang. Sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
DBD sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audio visual
memiliki rata-rata tingkat pengetahuan baik. Hasil analisa menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan
metode audio visual dengan tingkat pengetahuan masyrakat tentang DBD
di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas karang Pule Kota
Mataram 2018.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya
dari penelitian ini, untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya maka
terdapat beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
6.2.1 Bagi Dinas kesehatan Kota Mataram
Diharapkan Dinas Kesehatan lebih kreatif untuk menarik
perhatian dalam membuat program-progaram dalam memberikan
informasi kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih
antusias dan lebih cepat dalam menerima informasi yang akan
diberikan terkait masalah kesehatan khususnya masalah DBD di
Kota Mataram
6.2.2 Puskesmas Karang Pule
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan pihak puskesmas dalam melaksanakan penyuluhan
kesehatan kewilayah kerjanya sehingga target pencapaian
puskesmas bisa didapatkan khususnya dalam mengurangi kejadian
DBD di Kelurahan Pagutan Barat.

78
79

6.2.3 Bagi Sekolah Kesehatan di Kota Mataram


Diharapkan mengambil bagian dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan membuat program-progaram
penyuluhan kemasyarakat disekitarnya untuk menigkatkan
pengetahuan masyarakat dalam menjaga dan memelihara
kesehatannya khususnya terhadap penyakit DBD.
6.2.4 Matodelogis
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih lanjut dengan menambahkan varibel-variabel lain
seperti sikap dan prilaku masyarakat dan mencari metode-metode
lain yang bisa menarik perhataian masyarakat sehingga lebih cepat
dan mudah dalam menerima informasi yang akan diberikan.
6.2.5 Aplikatif
Bagi tempat penelitian diharapkan dapat mengadakan
kerjasama lintas program dengan intitusi terkait dalam mengadakan
program-progam promosi kesehatan sehingga pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan menjadi lebih baik.
78
78
78
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. (2011). Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Rajawali
Pers: Jakarta

Alimul (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Salemba
Medika: Jakarta

Anggraeni D.S. (2010). Stop! Demam berdarah dengue. Bogor Publishing House:
Bogor

Arif S. Sadiman, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,


dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Arifin,Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Rineka


Cipta: Jakarta

Arikunto, S (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka


Cipta: Jakarta

Arsyad, A.(2011). Media Pembelajaran. (A. Rahman, Ed.). Rajawali Pers:


Jakarta
Boewono,D.T.,(2012). Distribusi Spasial kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD), Analisis Indeks Jarak dan Alternatife Pengendalian Vektor di
Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan
Volume 22 Nomor 3.
Budiman (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. EGC: Jakarta
Dale, Edgar. (1969). Audio Visual Methods in Teaching.New York: Holt, Rinehart
and Winston Inc. The Dryden Press

Dedi, H. (2015). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam


Berdarah Dengue (DBD) di Desa Lemah Ireng Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Profil Kesehatan Provinsi NTB. 2017

Dinas Kesehatan Kota Mataram. Data Kejadian DBD Puskesmas Karang Pule.
2017

Djati AP, Rahayujati B, Raharto S. (2014). Faktor Risiko Demam Berdarah


Dengue di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY
Tahun 2010 (Skripsi). UNSOED. Purwokerto.
Effendi.F (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta.
Fathi, 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue Di Kota Mataram: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2,
No. 1, Juli 2005: 1-10

Firdaus j. K, (2013). Pengantar epideiologi penyakit menular,. ISBN: Jakarta


timur
Gama, A. T. & Betty, F. R. (2010). Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Dusun Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi
Volume 5 Nomor 2 Oktober 2010.
Ginanjar. G. (2008). Demam Berdarah : A Survival guide. Yogyakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2017,


KepMenKes RI. 2017

Knowlton K, dkk (2009). Mosquito-Borne Dengue Fever Threat Spreading in the


Americas. New York: Natural Resources Defense Council Issue Paper

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku kesehatan.Cetakan 2.


PT.Rineka Cipta: Jakarta

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta:


Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Rineka cipta: Jakarta

Nugroho, D. S. (2015). Strategi Peningkatan Kualitas Empat Atribut Green City


di Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Ediisi 3. Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek


Keperawatan Profesional.Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta

Palupi.W. (2005). Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah


Dengue. EGC: Jakarta
Paramita. L, dkk. (2015). Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Tindakan
Pencegahan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotobangon Kota Kotomobagu
Ramadhani M, (2012). Kepadatan dan penyebaran Aedes aegypti setelah
penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat.
Restu Yuliani, dkk (2015). Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Metode
Ceramah dan Metode Ceramah Dengan Media Video Terhadap Perilaku Ibu
Hamil Tentang Persalinan Aman di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua
Padangsidempuan

Riyanto, A, (2011). aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan,. nuha Medika: yoggyakarta


Soedarto.(2012). Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Sugeng
Seto: Jakarta

Soegijanto,S (2008). Demam berdarah dengue edisi 2. airlangga university press.


ISBN: Surabaya
Sucipto d, Cecep. (2011). Vector penyakit tropis. Yogyakarta: Sendangadi, Mlati,
ISBN: Sleman
Sriningsih, I. (2011). Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu
dan Pemberian ASI Eksklusif, KEMAS, 6 (2), pp.100-106
Sugiyono, (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Alfabeta:
Bandung

Sungkar., dkk (2010), Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan


masyarakat dan kepadatan Aedes Aegypti di Kecamatan Bayah, Provinsi
Banten.

Supartha, I.W. (2008).Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah


Dengue, Aedesaegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)(Diptera:
Culicidae). http://dies.unud.ac.id/

Wati (2009). Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam


Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun
2009. Jurnal Vektora Vol. III NO 1.

WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.

WHO. Dengue and Severe Dengue.WorldHealthOrganization:Jakarta; 2014.


Lampiran 3 Inform Consent

Lembar Inform Consent

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhamad Hayyi Hazmi

NIM : 035 STYC 14

Judul Penelitian : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Audio

Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tantang

DBD Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas

Karang Pule Kota Mataram.

Saya adalah Mahasiswa STIKES YARSI Mataram Program Studi Ilmu

Keperawatan Jenjang S1 yang sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Audio Visual

Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tantang DBD Di Kelurahan

Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota Mataram”.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian

Meditasi Duduk terhadap penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di

Dusun Gonjong Wilayah kerja Puskesmas Kopang Lombok Tengah.

Mataram, April 2018

Peneliti

Muhamad Hayyi Hazmi


NIM : 035 STYC 14
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh Peneliti

saya bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai responden Penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa STIKES YARSI Mataram Program Studi Ilmu

Keperawatan Jenjang S1 dengan Judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan

Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tantang

DBD Di Kelurahan Pagutan Barat Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Kota

Mataram”.

Saya menyadari bahwa keikut sertaan saya dalam penelitian ini dilakukan

secara sukarela dan tidak akan merugikan saya. Saya menyadari bahwa segala

informasi pada penelitian ini adalah rahasia dan hanya digunakan untuk tujuan

Penelitian. Dengan demikian saya bersedia menjadi Responden Penelitian.

Mataram, April 2018

Responden Peneliti

Muhamad Hayyi Hazmi


NIM : 035 STYC 14
KUESIONER PENELITIAN
“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE AUDIO
VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG DEMAM
BERDARAH PADA MASYARAKAT ”

Tanggal pengisian :…………………

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan. Kemudian jawablah pertanyaan


sesuai dengan keadaan anda yang sesungguhnya. Apabila ada pertanyaan
yang tidak dimengerti dapat ditanyakan pada kami.
2. Pilah salah satu jawaban ya dan tidak dengan memberi tanda (√) pada
kolom yang telah disediakan.
No. Responden :

A. Karakteristik responden
1. Nama: ………………………………………..

2. Usia : ……………………tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Alamat :

5. Agama : Islam Kristen Hindu Budha


Konghucu

6. Tingkat pendidikan : SD SMP SMA PT

7. Pekerjaan : PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh

Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja / lain-lain


B. KUESIONER PENGETAHUAN
NO Pernyataan Ya Tidak
1 Nyamuk adalah penular utama penyakit DBD.
2 Selain nyamuk DBD juga dapat ditularkan oleh seekor lalat.
3 Nyamuk Aedes agypti yang belum memiliki virus dengue
dalam tubuhnya kemudian menyengat manusia juga akan
dapat menularkan DBD
4 Demam 2-7 hari, terdapat bintik-bintik merah pada kulit, dan
mimisan adalah merupakan tanda dan gejala DBD.
5 DBD merupakan penyakit yang penularannya disebabkan
oleh lingkungan yang kotor
6 Bersentuhan dengan penderitanya juga dapat menularkan
DBD.
7 Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit pada pagi, siang,
sore dan malam hari.
8 Nyamuk pembawa virus DBD akan berkembakbiak ditempat
genangan air yang kotor.
9 Cirri- ciri Nyamuk Aedes aegypti adalah mempunyai warna
bintik merah ditubuhnya.
10 Nyamuk aedes agypti akan lebih suka hidup di air kotor
daripada di air bersih.
11 Apabila tempat minum burung jarang diganti maka akan
dapat menjadi tempat perkembangbikan nyamuk DBD.
12 3 M plus merupakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.
13 Membuang, menutup dan membakar barang bekas
merupakan singkatan dari 3 M
14 Menyemprot rumah dengan obat semprot nyamuk saat pagi
dan sore, memakai lotion anti nyamuk, membersihkan rumah
dari benda tak terpakai yg dapat menjadi sarang nyamuk
merupan pencegahan DBD.
15 Bubuk yang ditaburkan dibak mandi untuk memberantas
jentik nyamuk disebut bubuk abate.
FREQUENCIES VARIABLES=UMUR JK PENDIDIKAN PEKERJAAN
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

UMUR JENIS PENDIDIKAN PEKERJAAN


KELAMIN

Valid 22 22 22 22
N
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

20 10 45.5 45.5 45.5

Valid 21 12 54.5 54.5 100.0

Total 22 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 11 50.0 50.0 50.0

Valid perempuan 11 50.0 50.0 100.0

Total 22 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 3 13.6 13.6 13.6

SMP 9 40.9 40.9 54.5

Valid SMA 8 36.4 36.4 90.9

S1 2 9.1 9.1 100.0

Total 22 100.0 100.0


PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

IRT 1 4.5 4.5 4.5

SWASTA 9 40.9 40.9 45.5

Valid WIRASWASTA 1 4.5 4.5 50.0

TIDAK BEKERJA 11 50.0 50.0 100.0

Total 22 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=PRE POST


/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
[DataSet0]

Statistics

PRE TEST POST TEST

Valid 22 22
N
Missing 0 0
Mean 6.41 12.50
Median 6.00 13.00
Std. Deviation 1.681 1.371
Minimum 3 9
Maximum 10 14

PRE TEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3 1 4.5 4.5 4.5

KURANG 2 9.1 9.1 13.6

5 3 13.6 13.6 27.3

6 6 27.3 27.3 54.5


Valid
CUKUP 3 13.6 13.6 68.2

8 6 27.3 27.3 95.5

BAIK 1 4.5 4.5 100.0

Total 22 100.0 100.0


POST TEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

9 1 4.5 4.5 4.5

BAIK 1 4.5 4.5 9.1

11 2 9.1 9.1 18.2

Valid 12 6 27.3 27.3 45.5

SANGAT BAIK 6 27.3 27.3 72.7

14 6 27.3 27.3 100.0

Total 22 100.0 100.0

NPar Tests

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 22
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .98996977
Absolute .183
Most Extreme Differences Positive .101
Negative -.183
Kolmogorov-Smirnov Z .858
Asymp. Sig. (2-tailed) .454

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
T-Test
[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

PRE TEST 6.41 22 1.681 .358


Pair 1
POST TEST 12.50 22 1.371 .292

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & POST TEST 22 .692 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper

PRE TEST -
Pair 1 -6.091 1.231 .262 -6.637 -5.545 -23.209 21 .000
POST TEST

Anda mungkin juga menyukai