Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Medis Tumor Otak


di Ruangan Lely RSUP SANGLAH

OLEH : KELOMPOK V
1. Era Fujira
2. Wulan Afriana Asri Utami
3. Riadatun Istiqomah
4. Fitri Lestari Muadah
5. BQ Risa Septa Ariani
6. Zainatul Mardiah
7. Farhan
8. Muhammad Hayyi Hazmi

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak.Tumor otaak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu herediter, sisa sisa sel embrional, radiasi, virus,
substansi-substansi karsinogenik.Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis
progresif.Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor dan
peningkatan tekanan intracranial.Gangguan fokal terjadi bila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron.

Tumor otak merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun.Selama periode 2009-2013 terdapat 173 kasus. Dari 173
kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita lebih banyak terkena tumor otak dibanding
pria dengan perbandingan 1,8:1. Selain itu diketahui bahwa meningioma merupakan tumor
terbanyak dengan 100 kasus dari 173 kasus(57,8%) diikuti oleh astrositoma dengan 50 kasus
(28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal (30,1%).

Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan antiedema
otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang meliputi radioterapi,
kemoterapi dan imunoterapi.Radioterapi dilakukan untuk menghancurkan tumor dengan
dosis yang masih dapat diteleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya.Kemoterapi
digunakan untuk tumor otak astrositoma, glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta
variannya.Imunoterapi diguanakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa digunakan untuk pasien dengan tumor otak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi tumor otak
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi yang
menyebabkan tumor otak
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan tumor otak
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk pasien
dengan tumor otak
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan pada pasien
dengan tumor otak.Mahasiswa juga dapat melatih softskill dalam komunikasi pemberian
edukasi tentang penyakit hingga sebagai konselor perawatan pasien dengan tepat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tumor Otak

Gambar 1.Tumor Otak


Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak.Banyak jenis tumor yang
berbeda-beda.Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa tumor otak
lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor otak primer) atau
kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor otak sekunder /
metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.(Sylvia.A, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase.Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker
paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer.
SA,2002).
Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS) memperkirakan
bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan terdiagnosis pada 2005. Dari jumlah
tersebut 43.800 diperkirakan adalah tumor otak primer dan sisanya adalah sekunder atau
metastasis. Insiden umum untuk tumor otak primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000
orang/tahun. Insiden tumor otak tampaknya makin meningkat, tetapi ini mungkin
mencerminkan diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat. CBTRUS mencatat bahwa, pada
tahun 2000, sekitar 359.00 orang di Amerika Serikat hidup dengan tumor otak primer dengan
75% memiliki tumor jinak dan 23% memiliki tumor ganas.
B. Klasifikasi Tumor Otak
1. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan
berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi
cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat
keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan
terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan
dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
2. Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
b. Ependymal tumors
c. Choroid plexus tumors
d. Pineal Parenchymal tumors
e. Embryonal tumors :
1) Medulloblastoma
2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f. Meningeal tumors :Meningioma
g. Primary CNS Lymphoma
h. Germs cell tumors
i. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers.

Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak


Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan ada
anaplastik gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan peningkatan
pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya gambaran
multiformis mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan batas tumor yang
tidak jelas.

C. Etiologi Tumor Otak


Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak
primer.Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.Kecenderungan
keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti.Waktu puncak untuk
kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh.Selain itu, pria terkena lebih sering
dari pada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga.Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita
brain tumor.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.
D. Manifestasi Tumor Otak
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema dan
peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat
kesadaran atau sensoris dapat ditemukan.Perubahan status emosional dan mental,
seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian
dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%.Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala
berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.Nyeri
kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal.Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan.Biasanya intermiten dengan
durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan.Sakit
kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit
kepala berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat dapat
menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah.Klien sering mengeluhkan sakit kepala parah
setelah berbaring di ranjang.Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat
mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri
kepala akan berkurang.
d. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat menyebabkan
papiledema.Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini masih belum
diapahami.Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata
dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,
papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin merupakan
manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak
menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis.Papiledema parah dapat bermanifestasi sebagai penurunan
tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral.Kejang dapat parsial atau
menyeluruh.Kejang parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor.
2. Manifestasi Lokal
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau kompresi dari
sebagian otak tempat tumor terletak.
1) Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
2) Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia), atau sensasi
abnormal (Parestesia)
3) Gangguan bahasa
4) Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
5) Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau gangguan
lapang pandang (monopia)

E. Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial (TIK).Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung
pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa
dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas
menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan
osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.Mekanisme
kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volum CSS, kandungan cairan intrasel,
dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada
herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior.
.
F. Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang
difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.
Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).

4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan
dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
a. Tanda proses desak ruang:
1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal
2. Positron Emmision Tomography (PET)
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
4. Elektroensefalografi
5. MR-Spectroscopy
6. Angiografi Serebral
7. Pemeriksaan Lumbal Pungsi

G. Penatalaksanaan Tumor Otak


Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid yang
bertujuan untuk memberantas edema otak.Pengaruh kortikostreoid terutama dapat dilihat
pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan kesadaran
yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan transportasi dan
reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis kortikostreoid yang
dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai ialah deksametason, selain itu dapat
diberikan prednisone atau prednisolon. Dosis deksametason biasa diberikan 4-20 mg
intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan
tekanan tinggi intracranial (Greenberg et al., 1999). Selain itu terapi suportif yang dapat
dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine
ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :
1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer maligna, atau sekunder
biasanya sulit disembuhkan.Pembedahan tumor biasanya harus melalui diagnosis yang
histologis terlebih dahulu.
2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsi
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial. Steroid juga
dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan pembedahan
dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro onkologi.

3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator linier. Dosis
standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang diberikan lima kali seminggu
selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih
3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada karakteristik tumor, volume jaringan yang harus
diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk melindungi jaringan
normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi, walaupun tidak dianggap konvensional
dan belum tersedia luas, adalah terapi radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi
fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron boron.Walaupun penggunaannya luas, terapi
radiasi bukan tanpa konsekuensi.

H. Komplikasi Tumor Otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg(2008) komplikasi
yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:

1. Peningkatan Tekanan Intrakraial


Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua faktor yang
terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus, dan
singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).

2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah khas bagi
suatu tumor ganas (Wim, 2002).Penurunan fungsi neurologis ini tergantung pada bagian
otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Tn “A” dengan Gangguan Sistem Persarafan Dengan Diagnosa Medis
Tumor Otak Di Ruang Lely RSUP Sanglah Denpasar
A. Kasus
Seorang laki-laki usia 54 tahun datang ke RSUP Sanglah Denpasar dengan keluhan
mengalami kejang kurang lebih 6 kali selama 1 bulan yang lalu, terakhir kejang tadi pagi
kurang lebih pukul 05.30. kejang dikatakan dengan pola kaku pada separuh tubuh kanan,
disertai kepala menoleh ke kanan dan mulut kaku. Sebelum kejang pasien sadar, saat akan
kejang pasien meraskan kebas dan kesemutan menjalar dari kaki ke tangan saat kejang
pasien tidak sadar, setelah kejang berhenti pasien tertidur kurang lebih 5 menit kemudian
sadar kembali, riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Adanya keluhan kelemahan separu
tubuh kanan sejak 3 bulan yang lalu, awalnya dirasakan berat dan jalan menyeret, semakin
lama semakin berat hingga pasien tidak mampu berjalan sejak 1 bulan terakhir.bibir
mencong bersamaan dengan kelemahan separuh tubuh kanan, adanya nyeri dada hilang
timbul sejak 1 bulan terakhir, terasa berat dan berdenyut terutama pada kepala sisi kiri,
memberat saat subuh menjelang pagi. Setelah dilakukan pengkajian oleh perawat ditemukan
hasil TTV, TD: 110/80mmHg, N: 72x/menit, RR: 14x/menit, S: 36,1oC, SPO2: 99%. Setelah
itu pasien dibawa ke ruang Lely untuk mendapatkan perawatan selanjutnya, setelah beberapa
hari dirawat di ruang Lely pasien sering mengeluh nyeri kepala dengan P: pertumbuhan sel
abnormal pada otak Q: nyut-nyutan, R: kepala, S: 4, T: hilang timbul selama 2-3 jam,
demam dengan suhu: 38,9oC, seluruh aktvitas pasien dibantu oleh keluarga karena sebagian
tubuh pasien kaku.
B. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Usia : 54 Tahun
Tempat tanggal lahir : 01-03-196
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : BR. Dinas Delod Sema Desa Selumbung Kec. Selemadeg
Barat Tabanan Bali
Diagnosa medis : Tumor Otak
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny “S”
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Hubungan dg Pasien : Keluarga
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
3 bulan yang lalu pasien sering mengalami kejang dan kelemahan pada separuh
tubuh bagian kanan kaki dan tangan,awalnya dirasakan berat dan jalan menyeret,
semakin lama semakin berat hingga pasien tidak mampu berjalan sejak 1 bulan
terakhir.bibir mencong bersamaan dengan kelemahan separuh tubuh kanan,
adanya nyeri dada hilang timbul sejak 1 bulan terakhir, terasa berat dan berdenyut
terutama pada kepala sisi kiri, memberat saat subuh menjelang pagi. Pada 2 hari
yang lalu pasien mengalami kejang dan kelemahan yang semakin memberat dan
akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga. Setelah dilakukan
pengkajian oleh perawat ditemukan hasil TTV, TD: 110/80mmHg, N: 72x/menit,
RR: 14x/menit, S: 36,1oC, SPO2: 99%. Setelah itu pasien dibawa ke ruang Lely
untuk mendapatkan perawatan selanjutnya, setelah beberapa hari dirawat di ruang
Lely pasien sering mengeluh nyeri kepala dengan P: pertumbuhan sel abnormal
pada otak Q: nyut-nyutan, R: kepala, S: 4, T: hilang timbul selama 2-3 jam,
demam dengan suhu: 38,9oC, seluruh aktvitas pasien dibantu oleh keluarga karena
sebagian tubuh pasien kaku.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan mempunyai riwayat kejang dan hipertensi
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti
yang dialami pasien sekarang ini.

Genogram

Keterangan:
: Laki – laki

: Perempuan
: Klien
: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Meninggal Laki – laki

: Meninggal Perempuan
C. Pengkajian Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehataan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluh kejang dan kelemahan
pada sebagian tubuh, yang menyebabkan pasien dirawat dirumah sakit setelah sakit
pasien menceritakan bahwa dulu pasien pernah jatuh dan kepalanya terbentur tetapi
pasien tidak langsung memberitahukan kepada keluarganya sehingga menyebabkan
pasien mengalami sakit seperti sekarang ini.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3x1hari dengan porsi yang
tidak teratur kadang banyak kadaang sedikit
Saat sakit :
Keluarga pasien mengataakan pasien makan 3x1hari sesuai porsi yang diberiikan dari
rumah sakit pasien selalu menghabiskan makanan karenaa pasien mempunyai
keinginan besar untuk segera sembuh.
3. Pola Eliminasi
BAK
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien BAK 6-7 kali per hari
Saaat sakit :
Keluarga pasien mengataakan pasien BAK sama seperti sebelum sakit 6-7 kali per
hari
BAB
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien BAB 2-3 kali perhari
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1-2 kali perhari
4. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur dan istirahat dengan teratur,
tidur siang 2 jam dari jam 14.00 sampai jam 16.00 dan tidur malam 8 jam dari jam
22.00 sampai 06.00.
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan saat sakit tidur dan istirahat pasien tidak teratur karena
terganggu oleh keluhan-keluhan yang dirasakan pasien tersebut.
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
Makan dan minum : Dibantu
Mandi : Dibantu
Toileting : Dibantu
Berpakaian : Dibantu
Mobilitas di tempat tidur : Dibantu
Berpindah : Dibantu
ROM/Ambulasi : Dibantu
6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)
Penglihatan : tidak normal, rabun sebelah kanan
Pendengaran : normal
Pengecap : normal
Sensasi : tidak normal tubuh sebelah kanan
7. Pola social/interaksi
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien mampu berinteraksi dengan keluarga, tetangga
dan masyarakat tempat dia tinggal.
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya mampu berinteraksi dengan keluarga yang
menjenguknya.
8. Pola persepsi diri
Keluarga pasien mengatakan pasien cemas dengan keadaannya yang sekarang, pasien
mempunyai keinginan besar untuk sembuh kembali agar bisa beraktivitas dan
berkumpul bersama keluarga seperti biasanya.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien memiliki 2 orang anak.Anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan.
10. Pola manajement koping stress
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami perubahan keceriaan yang dulunya
sebelum sakit pasien selalu ceria dan sekarang pada saat sakit pasien selalu gelisah
karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga nya dan cucu-cucunya.
11. System nilai dan keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan ibadah sembahyang karena
keterbatasan aktivitas.
D. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 72x /menit
S : 38,9oC
RR : 30x/menit

Pemeriksaan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


Kepala - Penyebaran rambut tidak rata
- Kulit kepala kotor
- Berbau
- Tidak ada lesi
-
Mata - Konjungtiva tidak anemis
- Kaku sebelah kanan
-
Hidung - bentuk simetris
- kotor
- tidak ada serumen
Mulut - mukosa mulut kotor
- gigi kotor
- berbau
- bibir kering
Leher - tidak ada lesi - Tidak ada
- tidak ada pembesaran vena pembesara
jugularis an kelenjar
- tyroid
- Teraba
denyutan
arteri
karotis
Thoraks - Dada simetris - Tidak ada - Suara - adanya
- Penarikan dinding dada simetris nyeri tekan redup suara
- Tidak ada lesi - Tidak ada - ICS nnafas
masa/benjo tambaha
lan n
wheezin
g
- terdenga
r suara
tunggal
S1 dan
S2 tidak
ada
suaraa
tambaha
n S3 dan
S4

-
Abdomen Inspeksi : Auskultasi : Palpasi : Perkusi :
- Tidak ada lesi - Peristaltik - Tidak - Suara
- Bentuk simetris 10x/menit ada redup
nyeri
tekan
- Tidak
ada
masa
/
benjo
lan
Genitalia - Tidak terpasang kateter

Ekstremitas Atas :
- Terpasang infus sebelah tangan
kiri
- Tidak ada lesi
- Kaku tangan sebelah kanan
Bawah :
- Tidak ada lesi
- Kaku kaki sebelah kanan
Pemeriksaa penunjamg

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Keterangan


Darah lengkap
WBC 8.96 10u/uL 4.1- 1.0
NE% 62.82 % 47 – 80
LY% 27.20 % 13 – 40
MO% 5.83 % 2.0 – 11.0
EO% 2.18 % 0.0 – 5.0
BA% 1.97 % 0.0 – 2.0
NE# 5.63 10u/uL 2.50 – 7.50
LY# 2.44 10u/Ul 1.00 – 4.00
MO# 0.52 10u/Ul 0.10 – 1.20
EO# 0.18 10u/Ul 0.00 – 0.50
BA# 5.13 106/Ul 0.00 – 0.1 Tinggi
RBC 16.05 g/Dl 4.5 – 5.9
HGB 48.28 % 13.5 – 17.5
HCT 94.07 Fl 41.0 – 53.0
MCV 31.28 pg 80. 0 – 100.0
MCH 33.25 g/Dl 26. 0 – 34.0
MCHC 10.91 % 31 – 36
RDW 367.00 10u/Ul 11.6 – 14.8 Rendah
PLT 4.55 Fl 150 – 440
MPV 11.5 mm/jam a. – 10.0 Rendah
LED 146.9 u/L <20
AST/SGOT 286.40 U/L 11.00 – 33.00 Tinggi
ALT/SGPT 3.80 g/dL 11.0 – 50.00 Tinggi
Albumin 115 mg/dL 3.40 – 4.80
Glukosa darah 9.10 mg/dL 70 – 140
0.0 – 5.00
CRP kuantitatif 6.90 md/dL Tinggi
BUN 0.47 mg/dl 8.00– 23.00 Rendah
Kreatinin 3.64 mmol/L Rendah
0.70 - 1. 20
Kalium (K) 137 mmol/L 3. 50 – 5.10
136 – 145
natrium (Na) 97.4 mmol/L
clorida (Cl) 94 – 110
7. Analisa Data
Data Etiologi Symptom
DS : Keluarga pasien Tumor otak Gangguan perfusi
jaringan
mengatakan pasien sering ↓
kejang, mual muntah, dan Penambahan massa otak
sering mengeluh nyeri. ↓
DO : - Hasil TTV Kompresi jaringan otak terhadap
TD : 110/80mmHg sirkulasi darah & O2
N : 72x/menit ↓
RR : 30x/menit Penurunan suplai O2 ke jaringan
S : 38,9 dearajat otak akibat obstruksi
- Pasien tampak ↓
meringis Iskemik

Gangguan perfusi jaringan cerebral
DS : Keluarga pasien Tumor otak Ketidakefektifan pola
nafas
mengatakan pasien sesak ↓
DO : - Pasien tampak sesak Penembahan masa otak
- RR: 30x/menit ↓
- Terpasang O2 nasal
Bergesernya ginus medialis lobus
kanul 4L/menit
temporal ke imferior

Hermiasi medulla oblongata

Menekan pusat saraf nafas

Ketidakefektifan pola nafas
DS : Keluarga pasien Tumor otak Hambatan mobilitas
fisik
mengatakan pasien sering ↓
mengalami kelemahan dan Penembahan massa otak

kekakuan separuh tubuh
Mengenai lobus frontalis
DO : - Pasien tampak lemas
-Aktivitas pasien
dibantu total ↓
- Kekakuan pada
Kompresi daerah motorik
separuh tubuh sebelah

kanan
Hemiparesis

Hambatan mobilitas fisik

8. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d adanya neoplasma dicerebrum ditandai
dengan pasien sering kejang, nyeri kepala, mual muntah, TD: 110/80 mmHg,
N:72x/menit, RR:30x/menit, S:38,9oc
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d penekanan system saraf nafas ditandai dengan pasien
sesak RR:30x/menit
c. Hambatan mobilitas fisik b.d disfungsi neuromuscular ditandai dengan pasien
mengalami kelemahan dan kekuatan separuh tubuh, semua aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga
9. Intervensi Keperawatan
NO NOC NIC
DX
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan intracranial
keperawatan selama 2x24 jam dan respon neurologi
diharapkan gangguan perfusi jaringan 2. Monitor intake cairan
serebral dapat teratasi dengan KH: 3. Monitor TTV
a. TTV dalam batas normal 4. Batasi gerakan pada kepala dan
TD : 120/80 mmHg leher
N : 80x/menit 5. Kolaborasi pemberian terapi
S : 36,0 OC
RR : 20x/menit
b. Pasien tampak rileks
2 Setelah dilakukan tindakan 1. posisikan pasien untuk
keperawatan selama 2x24 jam memaksimalkan ventilasi
diharapkan pola nafas kembali efektif 2. auskultasi suara nafas
dengan KH: 3. kolaborasi pemberian terapi
a. Pernafasan dalam batas oksigen
normal 20x/menit
b. pasien tampak rileks
3 Setelah dilakukan tindakan 1. kaji kemampuan pasien dalam
keperawatan selama 2x24 jam mobilisasi
diharapkan pasien dapat beraktivitas 2. ajarkan pasien merubah posisi
normal dengan KH : 3. edukasi keluarga latihan gerak
a. pasien dapat melakukan
aktivitas dengan mandiri
b. Kekuatan otot normal
5 5
5 5
10. Implementasi Keperawatan
No Hari / tanggal Implementasi Respon hasil
DX
1. Monitor tekanan intracranial 1. Ada peningkatan intracranial,
adanya nyeri kepala, adanya
dan respon neurologi
muntah proyektil, GCS:
2. Monitor intake cairan E4V4M6
1 Selasa 2. Intake cairan 20 tpm
3. Monitor TTV
10 - 12 – 2018 3. TD : 110/80mmHg
Jam 4. Berkolaborasi pemberian terapi N : 80x/menit
09.30 RR ; 20x/menit
S: 38,9oC
4. Pemberian obat analgetik dan
ranitidine
1. Memposisikan pasien untuk 1. Masih merasakan sesak dan
belum nyaman dengan posisi
memaksimalkan ventilasi
2 Selasa yang diberikan
10 – 12 – 2018 2. Mengauskultasi suara nafas 2. Suara nafas vesikuler (bersih)
Jam 3. Oksigen nasal kanul 3 lpm
3. Berkolaborasi pemberian terapi
09.45
oksigen
1. Mengkaji kemampuan pasien 1. Terdapat hambatan mobilitas
3 Selasa fisik, mobilisasi tubuh bagian
dalam mobilisasi
10 – 12 – 2018 kanan
Jam 2. Mengajarkan pasien merubah 2. Pasien tampak kooperatif
10.00 tetapi masih kesulitan saat
posisi
dianjurkan miring kanan
3. Mengedukasi keluarga latihan 3. Keluarga tampak kesulitan
saat diajarkan untuk
gerak
membantu pasien latihan
gerak
No DX Hari / tanggal Implementasi Respon hasil
1. Monitor tekanan intracranial dan 1. Tidak ada peningkatan
tekanan intrakranial ditandai
respon neurologi
dengan mual muntah
3. Monitor intake cairan 2. Intake cairan 20 tpm
1 Rabu 3. TD : 100/90mmHg
11 - 12 – 2018 4. Monitor TTV N : 82x/menit
Jam 5. Membatasi gerakan pada kepala dan RR ; 20x/menit
09.35 S: 38,7oC
leher 4. Pemberian obat analgetik dan
6. Berkolaborasi pemberian terapi ranitidine

1. Memposisikan pasien untuk 1. Sesak berkurang dan pasien


Rabu 11– 12 – tampak sedikit rileks
memaksimalkan ventilasi
2 2018 2. Suara nafas vesikuler (bersih)
Jam 2. Mengauskultasi suara nafas 3. Oksigen nasal kanul 3 lpm
09.50
3. Berkolaborasi pemberian terapi
oksigen
4. Mengkaji kemampuan pasien dalam 1. Terdapat hambatan mobilitas
3 Rabu fisik, mobilisasi tubuh bagian
mobilisasi
11 – 12 – 2018 kanan
Jam 5. Mengajarkan pasien merubah posisi 2. Pasien tampak kooperatif
10.15 tetapi masih kesulitan saat
6. Mengedukasi keluarga latihan
dianjurkan miring kanan
gerak 3. Keluarga sudah tidak
kesulitan saat diajarkan untuk
membantu pasien latihan
gerak
11. Evaluasi Keperawatan
No DX Hari / tanggal Evaluasi
1 Rabu S : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengeluh mual dan
11 – 12 – 2018 muntah tetapi masih kejang sewaktu-waktu
Jam O : Pasien tampak sedikit rileks
12.00 TD : 90/80mmHg, N: 76x/menit, RR : 20x/menit, S: 38, 9oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor TTV
- Monitor tanda peningkatan TIK

2 Rabu S :Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak sesak


11 – 12 – 2018 O :Pasien tidak sesak, RR : 20x/menit tetapi masih memakai O2
Jam A : Masalah teratasi
12.00 P : Pertahankan Intervensi
- Monitor TTV
- Atur posisi semi fowler

3 Rabu S : keluarga pasien mengatakan pasien masih lemah


11 – 12 – 2018 O: Pasien tidak bisa melakukan aktivitas sendiri
Jam A: Masalah teratasi sebagian
12.00 P: Intervensi dilanjutkan
- Kaji kemampuan mobilisasi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel.2005. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga


Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition.
United States of America: Mosby Elsevier

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of
health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai