Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TN’’ M’’ DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN PADA DIAGNOSA MEDIS KANKER PENIS DI
RUANG ANGSOKA 2 RSUP SANGLAH DENPASAR BALI
2018

A. Pengertian
Kanker Penis adalah keganasan pada penis (Anurogo, 2008). Kanker Penis
adalah kanker yang sangat ganas pada alat reproduksi pria, dan kalau tidak
segera ditangani bisa memicu kanker pada organ tubuh yang lain dan dapat
menyebabkan amputasi pada penis (Bin Muhsin, 2011). Kanker penis adalah
kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan penis (Asrul Sani,2010). Kanker
penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau permukaan
dalam prepusium (Tri Kurnianto, 2008).
B. Klasifikasi
Pada kanker penis, biasa digunakan sistem klasifikasi Jackson dan TNM
sebagai berikut:
1. Klasifikasi Jackson:
Stage I (A): tumor terbatas pada glans, prepusium, atau keduanya.
Stage II (B): tumor mencapai batang penis.
Stage III (C): tumor bermetastase ke inguinal.
Stage IV (D): tumor menginvasi struktur di sekitarnya, metastase ke
inguinal, ataumetastase jauh.
2. Menurut TNM (tumor, nodus, metastase):
TX : tumor tidak dapat dikaji.
T0 : tumor tidak jelas.
Tis : ada CIS (Carsinoma In Situ).
Ta : ada carsinoma verrucos yang tidak infasif.
T1 : tumor infasif ke jaringan sub epitel.
T2 : tumor infasif ke corpora spongiosum atau cavernosum.
T3 : tumor infasif ke uretra atau prostat.
T4 : tumor infasif ke struktur yang berdekatan.
N : Kelenjar Limfe
N0 : Tidak terdapat metatase ke kelenjar limfe regional.
N1 : Metatase didalam kelenjar limfe inguinal superfasial.
N2 : Metatase multiple / bilateral di kelenjar limfe inguinal superfasial.
N3 : Metatase di kelenjar inguinal profunda/didalam pelvis
(unilateral atau belateral).

M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh

Stadium:
Stadium 0 : Tis - N0 - M0
Stadium I : T1 - N0 - M0
Stadium II : T2,T3 - N0 - M0
Stadium III : T4 – N1 - M0
Stadium IV : Tiap T - Tiap N - M1

Metastasis:
1) Ekstensi Langsung
Lesi distal, umumnya ke korpus penis.
Fasia Buck di penis dapat berfungsi sebagai rintangan sementara sehingga
urethra dan buli-buli jara terlibat.
2) Limfogen
Lesi kulit, preputium ke lnn Inguinalis superfisialis.
Lesi glans, corpus ke lnn inguinalis profundus, iliaca externa, pelvic.
Dapat terjadi penyebaran silang (bilateral), akibat limfe menyilang garis
tengah.
3) Hematogen
Terjadi pada stadium lanjut. (Mellyssa Hutabarat, 2010)
C. Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker penis.
Diduga penyebabnya adalah smegma (cairan berbau yang menyerupai keju,
yang terdapat di bawah kulit depan glans penis). Tetapi penyebabnya yang
pasti tidak diketahui. Pria tidak disunat yang tidak menjaga kebersihan daerah
di bawah kulit depan glans penis dan pria yang pernah menderita herpes
genitalis memiliki resiko tinggi menderita kanker penis.
Beberapa hal diketahui menjadi faktor resiko penyakit ini, diantaranya :
a. Usia tua.
Usia tua insiden meningkat (85 tahun : 9,2 %).
b. Pria yang tak menjalani sunat. Sirkumsisi dilakukan untuk membantu
mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).
c. Kebersihan daerah kemaluan yang tak terjaga. Pria yang menghindari
personal hygiene tubuh akan meningkatkan risiko terkena kanker.
d. Infeksi Human Papilloma Virus, biasanya tertular melalui hubungan intim
bebas
e. Penggunaan produk tembakau.
Laki-laki yang kebiasaan mengunyah tembakau dan produk-produk terkait
berada pada risiko lebih tinggi terkena kanker.
f. Kondisi fimosis atau tertutupnya saluran pembuangan akibat lubang pada
kulit bagian depan yang menutup sehingga sulit buang air kecil.
g. Ca serviks pada pasangan seksualnya.
Peranan infeksi virus terus dipelajari. Kanker penis (penile cancer)
berhubungan dengan keberadaan infeksi virus herpes dan human
papilloma virus (HPV). Human papillomaviruses (HPV) tipe 16 dan 18
telah ditemukan pada sepertiga pria yang menderita kanker penis. Apakah
virus ini menyebabkan kanker ataukah hanya berperan sebagai
saprophytes, belum ditetapkan.
Penile intraepithelial neoplasia dipertimbangkan sebagai precursor, tetapi
hanya 5-15% dari lesi ini yang berkembang menjadi invasive squamous
cell carcinoma. Belum ada bukti nyata bahwa smegma merupakan
karsinogen (zat penyebab kanker), meskipun hal ini telah dipercaya secara
luas (Dito Anurogo, 2008).

D. Manifestasi klinis
Gejalanya berupa:
1. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi.
2. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka pada penis
dengan sebab yang tidak jelas.
3. Lesi yang sulit sembuh, disertai “subtle induration” pada kulit,
pertumbuhan kecil di kulit (a small excrescence), papula, pustula,
tumbuhnya kutil atau veruka (awarty growth), atau pertumbuhan exophytic.
4. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya.
5. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar
getah bening pada daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu massa,
ulceration, suppuration, atau perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha
(inguinal) karena nodal metastases. Kondisi ini menandakan bahwa
stadium kanker sudah dalam taraf lanjut.
6. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
7. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic
cancer) dapat mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan
(weight loss), kelelahan (fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat
berdarah.
8. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded)
preputium dan menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis.
9. (Dito Anurogo, 2008)

Gambar 3. Kanker penis


Kategori lesi pada penis:
1. Lesi yang jinak (benign lesions)
Misalnya: pearly penile papules, hirsute papillomas, dan coronal papillae.
2. Lesi yang berpotensi menjadi ganas (premalignant)
Ini berhubungan dengan Leukoplakia dan squamous cell carcinoma.
Contoh yang paling umum adalah balanitis xerotica obliterans.
3. Lesi yang ganas (malignant neoplasm atau malignant carcinoma)
Ini termasuk variants dari squamous cell carcinoma seperti: carcinoma in
situ (CIS), erythroplasia of Queyrat, dan Bowen disease. (Dito Anurogo,
2008)
E. Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau kepala
penis. Kanker penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur, exophytic, massa
endofit datar dan ulserasi. Sel kanker berangsur-angsur tumbuh secara lateral di
sepanjang permukaan penis dan bisa menutupi seluruh kelenjar serta preputium
sebelum menyerang corpora dan keseluruhan batang penis. Semakin luas lesi,
semakin besar kemungkinan invasi lokal dan metastasis nodal. Kanker penis
mungkin papilari dan exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker penis ini
tidak diobati secara dini makan dapat terjadi autoamputasi. Lesi papilaris dan
colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi lesi ulseratif
cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5 tahun. Ukuran
kanker yang lebih besar dari 5 cm dan melibatkan lebih dari 75% dari poros
tersebut berasosiasi dengan prevalensi tinggi metastasis nodal dan tingkat
kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi hubungan yang konsisten antara
ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup
belum diidentifikasi.
Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang
sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika,
kanker telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan bahkan secara sistemik.
Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal
untuk penyebaran kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar getah bening
maka sel kanker dapat menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah
bening inguinalis.
Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya
nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau
perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase
jauh dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru, atau otak.
Karsinoma penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada
pasien yang tidak diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).

F. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor
(tumor markers) pada kanker penis.
2. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia
dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat
membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
3. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan
hypoalbuminemia.
4. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan
penyebaran (absence of metastases).
Prosedur diagnostik:
1. Biopsi
Tes diagnostik yang paling penting adalah biopsi. Biopsi diperlukan untuk
menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatannya.
Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah kecil jaringan untuk diperiksa
di bawah mikroskop. Tes-tes lain juga dapat mengindikasikan kanker yang
ada, tetapi hanya biopsi yang dapat membuat diagnosis pasti. Biopsi
kelenjar getah bening sentinel adalah jenis lain dari biopsi. Hal ini penting
untuk mengetahui apakah sel-sel kanker telah menyebar ke daerah lain di
luar penis. Dalam teknik ini, dokter menghapus satu atau beberapa
kelenjar getah bening sentinel-node pertama ke dalam sistem getah bening
yang mengalir dekat dengan nodul untuk memeriksa sel-sel kanker. Dalam
kasus kanker penis, kelenjar getah bening sentinel terletak tepat di bawah
kulit di pangkal paha. Jika sel kanker yang terdeteksi, itu berarti bahwa
penyakit ini mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening lain di
wilayah ini atau di luar melalui pembuluh darah dan getah bening.
2. Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
- Mengetahui staging dari penyakit
- Untuk menentukan tindak lanjut pasien
- Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
3. USG
USG dilakukan untuk:
- Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
- Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
- Mendeteksi adanya metastase
4. CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
- Penilaian kelenjar getah bening
5. MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh
darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.
6. Tomography Emisi Positron (PET) scan.
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien.
Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan
energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif,
menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini
untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa dokter
akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran kanker
penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk menggunakan ini. Hal
ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker paru-paru skuamosa dan
kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman yang pada akhirnya dapat
menjadi alat yang lebih
standar dalam mendiagnosis kanker penis. (Dito Anurogo, 2008)

G. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan
beratnya tumor, antara lain:
1. Terapi Medikamentosa
Neoplasma intraepitel seperti Bowen disease atau erythroplasia of Queyrat
dapat diterapi dengan topical 5-fluorouracil.
2. Pembedahan
Pembedahan yang paling sering dilakukan untuk pengobatankanker penis
adalah :
a. Eksisi local
Dilakukan jika kanker masih terbatas pada penis dan masih kecil.
b. Microsurgery
Adalah pembedahan pada tumor penis dengan mikroskop untuk
menghilangkan jaringan tumor dan mempertahankan jaringan yang
sehat sekecil mungkin.
c. Bedah laser
Merupakan pembedahan dengan menggunakan sinar laser untuk
membakar atau memotong sinar laser. Bedah laser (Laser surgery)
digunakan pada pasien dengan lesi jinak (benign) dan ganas
(malignant) yang ada di permukaan (superficial). Terapi ini telah
diterapkan pada kasus-kasus “local and limited invasive disease”.
Empat tipe laser yang digunakan dalam bedah laser, yaitu: carbon
dioxide, argon, dan potassium-titanyl phosphate (KTP) lasers.
d. Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah memotong ujung kulit penis yang terkena kanker.
Pada pasien dengan tumor yang berukuran kecil yang terbatas pada
preputium, cukup dengan khitan (sirkumsisi).
e. Penektomi
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi
merupakan pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya
terbatas pada daerah kecil di ujung penis, dilakukan penektomi parsial
(pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk stadium lanjut dilakukan
penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra yang
baru di daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok
jika kanker meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi
(distal shaft). Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection
dapat dikerjakan dengan mudah, ini berhubungan dengan rata-rata
rekurensi sebesar 50%. Jika surgicalresection baik dengan wedge
maupun partial penectomy tidak memberikan kebebasan yang cukup
(adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah
dipertimbangkan. Jika sebagian sisa penis (residual penis) dan urethra
tidak cukup bagi pasien untuk kencing sambil berdiri, maka dapat
dilakukan tindakan perineal urethrostomy.
f. Mohs micrographic surgery (MMS)
Teknik bedah lainnya adalah Mohs micrographic surgery (MMS),
yang dapat dipakai (applicable) untuk pasien dengan noninvasive
disease.
3. Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan
tumor. Obatobatan yang paling banyak digunakan antara lain: cisplatin,
bleomycin, methotrexate, dan fluorouracil.
4. Terapi Radiasi/Radioterapi
Radioterapi perupakan pengobatan pelengkap dari pembedahan yang
bertujuan mengurangi resiko kekambuhan/rekurensi. Pada stadium lanjut
kombinasi pembedahan, kemoterapi dan radioterapi mungkin diperlukan.
Macamnya:
a. External beam radiation therapy
b. Brachytherapy
Indikasi terapi radiasi:
a. Pria muda dengan kanker pada glans atau coronal sulcus dengan
ukuran kecil (<3 cm), superficial, lesi exophytic, atau noninvasive.
b. Pasien menolak tindakan bedah atau datang dengan metastatic
disease dan memerlukan terapi "palliative". Khitan/sunat
(circumcision) direkomendasikan sebelumnya untuk memulai terapi
radiasi untuk kanker yang melibatkan/menyertai preputium (kulup
zakar).
c. Terapi radiasi memiliki kekurangan. Squamous cell carcinomas
cenderung resistant, dan dosis untuk “high tumor” yaitu 0.6 Gy yang
diperlukan untuk merawat tumor dapat menyebabkan urethral
fistulae, strictures, penile necrosis, nyeri, dan edema.
Jika kanker terinfeksi, maka efek terapi dapat berkurang, sedangkan
risiko terjadinya komplikasi akan meningkat.
Terapi radiasi dilakukan setelah pengangkatan tumor yang terlokalisir dan
tumor yang belum menyebar. Efek samping dari terapi radiasi adalah
nafsu makan berkurang, lelah, reaksi kulit (misalnya iritasi dan
kemerahan), cedera atau luka bakar pada rektum, sistitis dan hematuria.
Radiasi biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8 minggu.
(Asrul, 2010).
Penatalaksanaan berdasarkan stadium tumor:
1. Tumor primer.
a) Sirkumsisi.
Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di
preputium.
b) Partial panectomy.
Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor).
c) Total panectomy dengan oerineal urethrostomy.
Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda.
d) Lymphadenectomy.
Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih
kontroversi.
e) Sentinel node biopsy (cabanas 1977).
Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum pubicum
pada pertemuan v. epigastrica superficial dan v. saphena. Bila
kelenjar positif dilakukan Lymphadenectomy.
2. Tumor lanjut dan metastasis.
Bersifat paliatif.
Untuk mengatasi nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.
a. Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU.
b. Radiasi : Bila penderita menolak operasi.
6.00 d selama 3 – 6 minggu.
Dapat digunakan brakiterapi dengan Iridium 192 (Tri Kurnianto,
2008)
H. Komplikasi
Sedikit komplikasi bedah yang dijumpai pada eksisi tumor primer,
penectomy partial atau complete, misalnya:
1. Infeksi
2. Edema
3. Striktua uretra jika urethral meatus yang baru harus dibuat.

Komplikasi yang berhubungan dengan inguinal node dissections:


1. Komplikasi dini (early complications) misalnya: infeksi luka (wound
infection), seroma, skin flap necrosis, phlebitis, dan emboli paru-paru
(pulmonary embolus)
2. Komplikasi lanjutan (late complications) misalnya: lymphedema pada
scrotum dan anggota gerak bagian bawah (kaki).

Komplikasi terapi radiasi:


Biasanya terlihat pada tumor yang berukuran lebih besar dari 4 cm.
1. urethral strictures (pada 50% pasien)
2. urethral fistula
3. penile necrosis
4. edema
5. nyeri pada penis
Pembedahan setelah terapi radiasi diperlukan pada 20-60% pasien. (Dito
Anurogo, 2008)
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
2. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: pada kanker yang telah lanjut, awitan nyeri yang
timbul dapat meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg).
b. Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan (di atas
100x/menit pada orang dewasa, dan di atas 120x/menit pada anak
kecil).
c. Respiratory rate: biasanya meningkat (di atas 20x/menit), perubahan
RR dapat terjadi jika adanya metastase sel kanker yang mencapai paru-
paru.
d. Suhu: biasanya normal (36-37,5°C), dapat terjadi peningkatan suhu
yang mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Ditanyakan sebelumnya apakah klien pernah menderita tumor atau
keganasan lainnya. Ditanyakan apakah istrinya menderita Ca servix karena
dapat menjadi risiko untuk meningkatkan kejadian ca penis.
4. Anamnesa dan observasi
a. Aktivitas dan istirahat
- Klien mengatakan mengalami nyeri sehingga mengganggu
aktivitasnya.
- Klien tampak meringis ketika menggerakkan tubuhnya (daerah
perineal sampai ke paha).
- Klien mengatakan mengalami kelemahan dan/keletihan.
- Klien tampak lemah.
- Klien mengatakan apabila merasa nyeri istirahatnya menjadi
sedikit terganggu.
- Klien mengatakan aktivitas di luar rumah berkurang karena klien
merasa malu dengan penyakitnya.
b. Sirkulasi
- Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat nyeri
yang
- dirasakan.
- Takikardi.
- Akral dingin.
- Klien mengalami perdarahan akibat luka terbuka pada penis.
- Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)
c. Integritas ego
- Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi fisik.
- Menyangkal, menarik diri.
d. Eliminasi
- Klien bisa mengalami gangguan eliminasi seperti nyeri berkemih
dan kesulitan dalam berkemih.
e. Makan/cairan
- Nafsu makan klien dapat normal atau berkurang terkait psikologis
klien, dan perkembangan kanker.
- Berat badan klien menurun.
- Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).
f. Sensori/neural
- Klien tidak mengalami gangguan neural, persepsi, maupun sensori.
g. Nyeri/kenyamanan
- Klien mengatakan merasa nyeri:
P : nyeri terjadi akibat hyperplasia sel kanker yang mendesak dan
mensensitisasi jaringan sekitar kanker.
Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk.
R : klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah penis, menjalar
ke lipatan paha.
S : klien mengatakan skala nyeri 1-10.
T : klien mengatakan nyeri berlangsung terus-menerus.
- Klien tampak tidak nyaman (posisi melindungi bagian yang nyeri).
- Klien tampak berhati-hati saat menggerakkan bagian tubuh yang
nyeri
- Klien tampak gelisah.
h. Respirasi
- Tidak adanya sesak
- Tidak tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
- Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat.
i. Keamanan
- Klien mengatakan cemas.
- Klien mengatakan merasa malu terhadap penyakitnya.
j. Seksualitas
- Klien mengatakan mengalami masalah seksual dalam melakukan
coitus karena
- penyakit yang dideritanya.
k. Interaksi sosial
- Klien mengalami masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
dalam
- memenuhi kebutuhan biologis (seksualitas) dengan pasangannya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Tampak adanya bengkak pada penis
- Tampak adanya perubahan warna pada penis
- Tampak adanya kutil pada kulit penis
- Tampak adanya lesi pada penis
- Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan
(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal
metastases.
- Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
- Klien tampak meringis akibat nyeri
- Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus
dan lemah.
b. Palpasi :
- Adanya massa pada daerah inguinal.
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda
tumor (tumor markers) pada kanker penis.
b. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan
kimia dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function
tests), dan penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal,
sangat membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
c. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis
dan hypoalbuminemia.
d. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan
penyebaran (absence of metastases).

Prosedur diagnostik:
a. Biopsi
Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat
direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam
jumlah kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
b. Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
- Mengetahui staging dari penyakit
- Untuk menentukan tindak lanjut pasien
- Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
c. USG
USG dilakukan untuk:
- Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
- Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
- Mendeteksi adanya metastase
d. CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
- Penilaian kelenjar getah bening
- Limited utilitas di lesi primer
e. MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan
gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke
pembuluh darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.
f. Tomography Emisi Positron (PET) scan
PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan
dalam tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh
pasien. Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang
menggunakan energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan
energi secara aktif, menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner
kemudian mendeteksi zat ini untuk menghasilkan gambar dari bagian
dalam tubuh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA PRE-OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker), ditandai
dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah penis, klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri terus-
menerus dengan skala nyeri 1-10, klien tampak gelisah dan meringis
kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang nyeri, TD klien
meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(kulit tak utuh, trauma jaringan).
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme akibat kanker, ditandai dengan klien
mengatakan mengalami penurunan BB >20%, kadar albumin klien
menurun (<3,4 g/dL), terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan
menurun, kelemahan.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperplasia sel kanker,
ditandai dengan adanya luka terbuka yang menyerupai jerawat atau kutil
pada penis.
e. PK : Perdarahan
f. Kelemahan berhubungan dengan penurunan kondisi fisik akibat
pertumbuhan sel kanker, ditandai dengan klien mengeluh lemah, klien
mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, adanya
ketidaksanggupan dalam menjaga level aktivitas fisik seperti biasa,
meningkatnya kebutuhan beristirahat dan kekurangan energi.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
ditandai dengan klien tampak gelisah, klien mengungkapkan perasaan
takut, khawatir, wajah tampak tegang, peningkatan tanda-tanda vital
(TD klien meningkat (>120/80 mmHg), nadi klien meningkat (>100
kali/menit)).

2. DIAGNOSA POST OPERASI


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan
pembedahan), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada
daerah pembedahan, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan
berkurang saat istirahat dengan skala nyeri 1-10, klien tampak gelisah
dan meringis kesakitan, klien tampak melidungi bagian tubuh yang
nyeri, TD klien meningkat (>120/80 mmHg, nadi klien meningkat (>100
kali/menit).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(kulit tidak utuh) akibat luka post operasi.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, ditandai
dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya karena penisnya
sudah tidak utuh lagi.
3. DIAGNOSA POST KEMOTERAPI
a. Nausea berhubungan dengan terapi (kemoterapi) ditandai dengan klien
mengeluh mual, terjadi penurunan nafsu makan, terjadi peningkatan
saliva, klien tidak dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang
disediakan.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek kemoterapi.
c. PK: Anemia
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh ditandai dengan pasien mengatakan malu dengan kondisi dirinya,
dimana rambutnya menjadi rontok.

C. INTEVENSI KEPERAWATAN
1. INTERVENSI PRE OPERASI
a. Nyeri Akut
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label :
selama…..x … jam diharapkan a. Pain management (manajemen nyeri):
nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif
NOC Label : terhadap nyeri, meliputi
a. Pain level (level nyeri): lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi,
- Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala kualitas, intensitas nyeri,
5 = none) serta faktor-faktor yang dapat memicu
- Klien tidak merintih ataupun menangis nyeri.
(skala 5 = none) Rasional: pengkajian berguna untuk
- Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah mengidentifikasi nyeri yang
terhadap nyeri (skala 5 = dialami klien meliputi lokasi, karasteristik,
none) durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien tidak tampak berkeringat dingin intensitas nyeri serta faktor-faktor yang
(skala 5 = none) dapat memicu nyeri klien
- RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) sehinggga dapat menentukan intervensi
(skala 5 = normal) yang tepat.
- Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) 2. Observasi tanda-tanda non verbal atau
(skala 5 = normal) isyarat dari ketidaknyamanan.
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 Rasional: dengan mengetahui rasa tidak
mmHg) (skala 5 = nyaman klien secara non
normal) verbal maka dapat membantu mengetahui
b. Pain control (kontrol nyeri): tingkat dan perkembangan
- Klien dapat mengontrol nyerinya dengan nyeri klien.
menggunakan teknik 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 dalam mengkaji pengalaman
= consistently nyeri dan menyampaikan penerimaan
demonstrated) terhadap respon klien terhadap
- Klien dapat menggunakan analgesik sesuai nyeri.
indikasi (skala 5 = Rasional: membantu klien dalam
consistently demonstrated) menginterpretasikan nyerinya.
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 4. Kaji tanda-tanda vital klien.
= consistently Rasional: peningakatan tekanan darah,
demonstrated) respirasi rate, dan denyut nadi
umumnya menandakan adanya peningkatan
nyeri yang dirasakan.
5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan,
seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Rasional: membantu memodifikasi dan
menghindari faktor-faktor
yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan
klien.
6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
non farmakologi, (mis:
teknik terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
Rasional: membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan klien, serta
membantu klien untuk mengontrol nyerinya.

b. Resiko Infeksi
Tujuan intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label :
selama .....x … jam diharapkan a. Infection control (kontrol infeksi)
tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan
NOC Label : oleh klien.
a. Infection Severity (Keparahan infeksi) Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak
- Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) menyebar dari lingkungan
- Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) dan orang lain.
- Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) 2. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak
- Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None) terpapar lingkungan dengan
b. Risk Control (Kontrol resiko) cara menutup dengan kasa streril.
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor Rasional: Mengurangi paparan dari
resiko penyebab infeksi lingkungan.
( Skala 5 = Consistenly demonstrated) 3. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik
- Klien mampu memonitor lingkungan mencuci tangan yang benar.
penyebab infeksi (Skala 5 = Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari
Consistenly demonstrated) mikroorganisme yang ada
- Klien mampu memonitor tingkah laku di tangan.
penyebab infeksi (Skala 5 = 4. Pergunakan sabun anti microbial untuk
Consistenly demonstrated) mencuci tangan.
- Tidak terjadi paparan saat tindakan Rasional: Mencuci tangan menggunakan
keperawatan (Skala 5 = sabun lebih efektif untuk
Consistenly demonstrated) membunuh bakteri.
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
6. Terapkan Universal precaution.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
perawatan.
Rasional: untuk meminimalkan
terkontaminasi mikroba atau bakteri.
8. Anjurkan klien untuk memenuhan asupan
nutrisi dan cairan adekuat.
Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun.
9. Ajarkan klien dan keluarga untuk
menghindari infeksi.
Rasional: infeksi lebih lanjut dapat
memperburuk resiko infeksi pada
klien.
10. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-
tanda infeksi.
Rasional: agar dapat melaporkan kepada
petugas lebih cepat, sehingga
penangan lebih efisien.
11. Kolaborasi pemberian antibiotik bila
perlu.
Rasional: untuk mempercepat perbaikan
kondisi klien
b. Infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Rasional: agar memudahkan pengambilan
intervensi
2. Monitor hitung granulosit, WBC
Rasional: sebagai monitor adanya reaksi
infeksi.
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: untuk mengetahui
tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada
klien, sehingga memudahkan pengambilan
intervensi
4. Berikan perawatan kulit.
Rasional: kulit merupakan pertahanan
pertama dari bakteri.
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas dan
drainase
Rasional: merupakan tanda-tanda terjadinya
inspeksi.
6. Inspeksi kondisi luka
Rasional: untuk mempermudah
pengambilan intervensi selanjutnya

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan … NIC Label :
x … jam diharapkan a. Terapi nutrisi:
pemenuhan nutrisi adekuat, dengan 1. Kaji status nutrisi klien
kriteria hasil: Rasional: pengkajian penting untuk
NOC Label : mengetahui status nutrisi klien
a. Status nutrisi: dapat menentukan intervensi yang tepat. 2.
- Masukan nutrisi adekuat (skala 5 = No Monitor masukan makanan atau cairan dan
deviation from normal range) - Masukan hitung kebutuhan kalori harian.
makanan dalam batas normal (skala 5 = Rasional: dengan mengetahui masukan
No deviation from makanan atau cairan dapat mengetahui apakah
normal range) kebutuhan kalori harian sudah terpenuhi atau
b. Status nutrisi : masukan nutrisi: belum.
- Masukan kalori dalam batas normal 3. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan
(skala 5= Totally adequate) tetap mempertimbangkan aspek agama dan
- Nutrisi dalam makanan cukup budaya klien.
mengandung protein, lemak, Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi klien
karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion, dengan tetap memperhatikan aspek agama dan
kalsium, sodium (skala 5= budaya klien sehingga klien
Totally adequate) bersedia mengikuti diet yang ditentukan.
c. Status nutrisi : hitung biokimia 4. Anjurkan untuk menggunakan suplemen
- Serum albumin dalam batas normal (3,4- nutrisi sesuai indikasi.
4,8 gr/dl) (skala 5= No Rasional: dapat membantu meningkatkan
deviation from normal range) status nutrisi selain dari diet yang ditentukan.
5. Dorong klien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi kalori, tinggi protein sesuai
kebutuhan.
Rasional: untuk membantu memenuhi kalori,
dan protein sesuai
kebutuhan.
6. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene
pada klien/keluarga.
Rasional: menjaga kebersihan mulut dapat
meningkatkan nafsu
makan.
7. Ajarkan orang tua klien tentang pengaturan
diet sesuai kebutuhan.
Rasional: memberikan informasi tentang
kebutuhan diet klien agar
dapat diaplikasikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Penanganan berat badan:
1. Timbang berat badan klien secara teratur.
Rasional: dengan memantau berat badan klien
dengan teratur dapat mengetahui kenaikan
ataupun penurunan status gizi.
2. Diskusikan dengan keluarga klien hal-hal
yang menyebabkan penurunan berat badan.
Rasional: membantu memilih alternative
pemenuhan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan dan penyebab penurunan berat
badan.
3. Pantau konsumsi kalori harian.
Rasional: membantu mengetahui masukan
kalori harian klien disesuaikan dengan
kebutuhan kalori sesuai usia.
4. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar
serum albumin, dan elektrolit.
Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang
normal menunjukkan status nutrisi baik.
Sajikan makanan dengan menarik.
5. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan
temperatur makanan.
Rasional: meningkatkan nafsu makan dengan
intake dan kualitas yang maksimal.
6. Anjurkan penggunaan suplemen penambah
nafsu makan.
Rasional: dapat membantu meningkatkan
nafsu makan klien sehingga dapat
meningkatkan masukan nutrisi.

d. Kerusakan integritas kulit


Tujuan intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label :
selama .....x … jam a. Skin care: Topical treatments (perawatan
diharapkan integritas kulit klien tidak kulit: terapi topikal)
mengalami kerusakan lebih 1. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien
jauh, dengan kriteria hasil : setiap hari.
NOC Label : Rasional: mengevaluasi status kerusakan kulit
a. Tissue Integrity: Skin & mucous sehingga dapat
membran (integritas jaringan: memberikan intervensi yang tepat.
kulit dan membrane mukosa) 2. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar
- Temperatur kulit (skala 5 = not dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab,
compromised) dan tidak kusut.
- Sensasi kulit (skala 5 = not Rasional: keadaan yang lembab dapat
compromised) meningkatkan perkembangbiakan
- Elastisitas kulit (skala 5 = not mikroorganisme dan untuk mencegah
compromised) terjadinya
- Hidrasi kulit (skala 5 = not lesi kulit akibat gesekan dengan linen.
compromised) 3. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2
- Warna kulit (skala 5 = not compromised) kali sehari.
- Tekstur kulit (skala 5 = not Rasional: untuk meningkatkan proses
compromised) penyembuhan lesi kulit serta mencegah
- Ketebalan kulit (skala 5 = not terjadinya infeksi sekunder.
compromised)
- Bebas lesi jaringan (skala 5 = none)
- Kulit intak (tidak ada eritema dan
nekrosis) (skala 5 = none)

e. PK : Perdarahan
Tujuan intervensi
Setelah diberikan tindakan keperawatan Mandiri:
selama… x ... jam, perawat dapat 1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti
meminimalkan perdarahan dan mencegah perdarahan atau hemoragi.
komplikasi perdarahan, dengan Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda
kriteria hasil: perdarahan yang terjadi dan
- Nilai Hb dalam batas normal (12- mempermudah menentukan intervensi
16g/dL). selanjutnya.
- Nilai Ht dalam batas normal (40-45%). 2. Pantau hasil laboratorium berhubungan
- Klien tidak mengalami episode dengan tanda perdarahan.
perdarahan. Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda
- Tanda-tanda vital dalam batas normal perdarahan sesuai dengan hasil laboratorium
(TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, untuk mempermudah menentukan intervensi
suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit). selanjutnya.
3. Lindungi pasien terhadap cedera dan
terjatuh.
Rasional: untuk menghindari terjadinya
perdarahan.
4. Hindari aktivitas yang membuat pasien
mengejan, mengangkat atau
membalik badan.
Rasional: untuk menghindari terjadinya
perdarahan.
5. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis
untuk menjalani bentuk terapi lain jika
diperlukan.
Rasional: untuk menghindari komplikasi
perdarahan.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian transfusi sesuai
indikasi.
Rasional: transfusi darah diperlukan jika
untuk menghindari kehilangan darah berlebih
akibat pendarahan.

f. Kelemahan
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label :
selama ..x … jam diharapkan kelemahan a. Energy management
teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Tentukan tingkat keterbatasan fisik klien,
NOC Label : Tentukan persepsi klien terhadap penyebab
a. Activity Tolerance kelemahan, Tentukan penyebab kelemahan
- Kesesuaian Saturasi oksigen dengan (seperti nyeri, medikasi, perawatan)
aktivitas (Not compromised = 5) Rasional : dengan menentukan persepsi
- Kesesuaian Denyut nadi dengan aktivitas penyebab dan tingkat keterbatasan fisik dapat
(Not compromised = 5) membantu intervensi selanjutnya.
- Kesesuaian Respiratory rate dengan 2. Monitor status nutrisi untuk memenuhi
aktivitas (Not compromised = 5) kebutuhan energy yang adekuat.
- Kesesuaian Sistolic blood presure Rasional : status nutrisi yang adekuat dapat
dengan aktivitas (Not compromised=5) meningkatkan energy sehingga mengatasi
- Kesesuaian Diastolic blood presure kelemahan.
dengan aktivitas (Not compromised=5) 3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara
- Peningkatan kemampuan dalam meningkatkan masukan makanan tinggi energi.
melakukan ADL (Not Rasional : konsultasi ahli gizi dapat
compromised=5) menentukan komposisi makanan yang sesuai
b. Fatigue level untuk klien dan dapat memberikan energy
- Klien tidak mengalami kelemahan yang adekuat.
(none=5) 4. Monitor respon kardiopulmonal terhadap
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari- aktivitas (seperti takikardi, disaritmia, dispnea,
hari (not compromised=5) diaphoresis).
- Klien dapat melakukan aktivitas kerja Rasional : takikardi, disaritmia, dispnea, dan
(not compromised=5) diaphoresis menunjukkan respon abnormal
- Kualitas istirahat klien tidak bermasalah tubuh terhadap aktivitas terhadap kelemahan.
(not compromised=5) 5. Monitor dan catat pola tidur klien dan durasi
- Keseimbangan diantara istirahat dan tidur.
aktivitas klien tidak bermasalah (not Rasional: tidur yang adekuat memungkinkan
compromised=5) terjadi penyimpanan
- Metabolisme tubuh (not energi.
compromised=5) 6. Monitor lokasi ketidaknyaman/nyeri selama
pergerakan atau aktivitas.
Rasional: mengetahui lokasi nyeri dapat
membantu membatasi
aktivitas di daerah tersebut.
7. Anjurkan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Selama fase akut diperlukan energy
yang lebih banyak untuk
melawan pertumbuhan penyakit.
8. Atur aktivitasi fisik (contoh kurangi aktifitas
setelah makan).
Rasional: untuk mengurangi kebutuhan
oksigen.
9. Lakukan latihan ROM pasif atau aktif.
Rasional: untuk menurunkan tekanan otot,
mencegah atropi otot.
10. Bantu klien untuk membuat jadwal
istirahat.
Rasional: keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat membantu
manajemen pengeluaran energy sehingga tidak
terjadi kelemahan lebih
lanjut.
11. Rencanakan aktivitas ketika klien memiliki
cukup energy.
Rasional: untuk meningkatkan toleransi klien
terhadap aktivitas.

g. Ansietas
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label :
selama … x … jam 1. Anxiety Reduction (pengurangan
diharapkan level ansietas klien berkurang, ansietas)
dengan kriteria hasil: 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
NOC Label : dan menenteramkan hati.
a. Level Ansietas Rasional: pendekatan yang menenangkan
- Klien tidak gelisah (skala 5 = None) dapat mengurangi kecemasan klien.
- Klien tidak mengalami distress (skala 5 2. Kaji mengenai pandangan klien tentang
= None) situasi stress.
- Klien tidak panik (skala 5 = None) Rasional: untuk mengetahui tingkat
- Klien tidak mengungkapkan ansietas kecemasan klien.
(skala 5 = None) 3. Sediakan informasi yang aktual mengenai
- Klien tidak mengalami peningkatan diagnosa, terapi, dan prognosis.
tekanan darah (TD = 120/80 Rasional: pemberian informasi yang aktual
mmHg) (skala 5 = None) dapat mengurangi kecemasan klien terhadap
- Klien tidak mengalami peningkatan penyakitnya.
denyut nadi (60-100 x/menit) 4. Temani klien untuk meningkatkan rasa
(skala 5 = None) nyaman dan mengurangi rasa takut.
- Klien tidak mengalami peningkatan RR Rasional: dengan menemani klien, dapat
(16-20 x/menit) (skala 5 = memberikan rasa aman dan mengurangi
None) kecemasan klien.
5. Dorong keluarga untuk selalu menemani
klien.
Rasional : dengan ditemani keluarga, klien
akan merasa termotivasi
menghadapi penyakitnya.
6. Dorong klien untuk dapat mengungkapkan
perasaan, persepsi dan rasa takut secara verbal.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana
tingkat kecemasan klien.
7. Identifikasi apabila level ansietas klien
berubah.
Rasional: untuk memberikan intervensi yang
tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi
yang dapat memunculkan
kecemasan.
Rasional: untuk membantu klien mengatasi
kecemasan yang dialami
secara mandiri
9. Kontrol stimuli secara tepat sesuai dengan
kebutuhan klien.
Rasional: membantu klien untuk mengontrol
faktor-faktor yang dapat
menstimulasi kecemasannya.
10. Dukung mekanisme pertahanan yang
diperlukan secara tepat.
Rasional: mekanisme pertahanan diri yang
tepat dapat membantu
mengurangi kecemasan.
11. Instruksikan klien dalam penggunaan
teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membantu
memberikan rasa nyaman
kepada klien
12. Observasi tanda verbal dan nonverbal
ansietas klien.
Rasional: dengan mengobservasi tanda verbal
dan nonverbal dapat
mengetahui tingkat ansietas klien.
13. Berikan informasi yang memadai pada
pasien tentang penatalaksanaa
seperti operasi penektomi yang dilakukan,
prosedur, akibat operasi, tujuan dan proses
operasi.
Rasional: informasi yang memadai dapat
mengurangi kecemasan klien dan
meningkatkan kesiapan klien dalam
menghadapi operasi.

2. INTERVENSI POST OPERASI


a. Nyeri Akut
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label :
selama…..x … jam diharapkan a. Pain management (manajemen nyeri):
nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif
NOC Label : terhadap nyeri, meliputi
a. Pain level (level nyeri): lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi,
- Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala kualitas, intensitas nyeri,
5 = none) serta faktor-faktor yang dapat memicu
- Klien tidak merintih ataupun menangis nyeri.
(skala 5 = none) Rasional: pengkajian berguna untuk
- Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah mengidentifikasi nyeri yang
terhadap nyeri (skala 5 = none) dialami klien meliputi lokasi, karasteristik,
- Klien tidak tampak berkeringat dingin durasi, frekuensi, kualitas,
(skala 5 = none) intensitas nyeri serta faktor-faktor yang
- RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) dapat memicu nyeri klien sehinggga dapat
(skala 5 = normal) menentukan intervensi yang tepat.
- Nadi dalam batas normal (60 100x/mnt) 2. Observasi tanda-tanda non verbal atau
(skala 5 = normal) isyarat dari ketidaknyamanan.
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 Rasional: dengan mengetahui rasa tidak
mmHg) (skala 5 =normal) nyaman klien secara non verbal maka dapat
b. Pain control (kontrol nyeri): membantu mengetahui tingkat dan
- Klien dapat mengontrol nyerinya dengan perkembangan
menggunakan teknik nyeri klien.
manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
= consistently demonstrated) dalam mengkaji pengalaman
- Klien dapat menggunakan analgesik sesuai nyeri dan menyampaikan penerimaan
indikasi (skala 5 = consistently terhadap respon klien terhadap
demonstrated) nyeri.
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 Rasional: membantu klien dalam
= consistently menginterpretasikan nyerinya.
demonstrated) 4. Kaji tanda-tanda vital klien.
Rasional: peningakatan tekanan darah,
respirasi rate, dan denyut nadi
umumnya menandakan adanya peningkatan
nyeri yang dirasakan.
5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan,
seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Rasional: membantu memodifikasi dan
menghindari faktor-faktor
yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan
klien.
6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
non farmakologi, (mis:
teknik terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
Rasional: membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan klien, serta
membantu klien untuk mengontrol
nyerinya.
7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
sesuai indikasi.
Rasional: membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan klien.

b. Resiko Infeksi
Tujuan intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC Label :
selama .....x … jam diharapkan tidak terjadi a. Infection control (kontrol infeksi)
infeksi, dengan kriteria hasil : 12. Bersihkan lingkungan setelah
NOC Label : digunakan oleh klien.
a. Infection Severity (Keparahan infeksi) Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak
- Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) menyebar dari lingkungan dan orang lain.
- Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) 13. Jaga agar barier kulit yang terbuka
- Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) tidak terpapar lingkungan dengan
- Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None) cara menutup dengan kasa streril.
b. Risk Control (Kontrol resiko) Rasional: Mengurangi paparan dari
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor lingkungan.
resiko penyebab infeksi ( Skala 5 = 14. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik
Consistenly demonstrated) mencuci tangan yang benar.
- Klien mampu memonitor lingkungan Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari
penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly mikroorganisme yang ada
demonstrated) di tangan.
- Klien mampu memonitor tingkah laku 15. Pergunakan sabun anti microbial untuk
penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly mencuci tangan.
demonstrated) Rasional: Mencuci tangan menggunakan
- Tidak terjadi paparan saat tindakan sabun lebih efektif untuk
keperawatan (Skala 5 = Consistenly membunuh bakteri.
demonstrated) 16. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
17. Terapkan Universal precaution.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
18. Pertahankan lingkungan aseptik selama
perawatan.
Rasional: untuk meminimalkan
terkontaminasi mikroba atau bakteri.
19. Anjurkan klien untuk memenuhan
asupan nutrisi dan cairan adekuat.
Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun.
20. Ajarkan klien dan keluarga untuk
menghindari infeksi.
Rasional: infeksi lebih lanjut dapat
memperburuk resiko infeksi pada
klien.
21. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-
tanda infeksi.
Rasional: agar dapat melaporkan kepada
petugas lebih cepat, sehingga
penangan lebih efisien.
22. Kolaborasi pemberian antibiotik bila
perlu.
Rasional: untuk mempercepat perbaikan
kondisi klien
b. Infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
7. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Rasional: agar memudahkan pengambilan
intervensi
8. Monitor hitung granulosit, WBC
Rasional: sebagai monitor adanya reaksi
infeksi.
9. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: untuk mengetahui
tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada
klien, sehingga memudahkan pengambilan
intervensi
10. Berikan perawatan kulit.
Rasional: kulit merupakan pertahanan
pertama dari bakteri.
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas dan drainase
Rasional: merupakan tanda-tanda
terjadinya inspeksi.
12. Inspeksi kondisi luka
Rasional: untuk mempermudah
pengambilan intervensi selanjutnya

c. Gangguan citra tubuh


Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label :
... x ... jam, diharapkan klien tidak mengalami a. Body Image Enhancement
gangguan citra tubuh dengan 1. Kaji harapan citra tubuh klien yang
kriteria hasil : berdasarkan tahap perkembangan.
NOC Label : Rasional: dengan mengetahui harapan
- Klien mengatakan bisa menerima kondisi klien mengenai citra tubuhnya dapat
fisiknya (skala 5 = consistenly positive) membantu kita menilai seberapa besar
- Klien mengungkapkan kesesuaian antara gangguan citra diri yang dialami klien.
body reality, body ideal, dan body 2. Bantu klien untuk mendiskusikan
presentation (skala 5 = consistenly positive) penyebab perubahan karena
penyakitnya.
Rasional: dengan mengetahui penyebab
perubahan diri klien karena
penyakitnya diharapkan klien dapat
memahami proses penyakitnya
dan bisa menerima kondisinya.
3. Monitor frekuensi pernyataan
mengkritik diri.
Rasional: dengan menghitung frekuensi
klien dalam mengkritik
dirinya dapat membantu mengevaluasi
beratnya gangguan citra diri
klien.
4. Identifikasi strategi koping yang
digunakan klien dalam merespon
perubahan penampilan.
Rasional: untuk mengetahui koping klien
terhadap perubahan
kondisi fisiknya.
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi
bagian tubuh yang dipersepsikan
positif.
Rasional: dengan mengetahui dan dapat
menilai sisi positif dari tubuh klien
diharapkan klien tidak malu lagi terhadap
dirinya.
6. Fasilitasi kontak dengan individu yang
memiliki perubahan pada citra tubuh yang
sama dengan klien.
Rasional: klien dapat saling berbagi
dengan individu yang memiliki
pengalaman yamg sama sehingga dapat
membantu klien dalam
mengatasi gangguan citra tubuhnya.
7. Identifikasi support groups/keluarga
untuk klien.
Rasional: support group/keluarga sangat
penting untuk selalu mendukung klien dan
meningkatkan citra tubuh klien.

3. INTERVENSI POST KEMOTERAPI


a. Nausea
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label :
…..x … jamdiharapkan terjadi penurunan a. Nausea management (manajemen
derajat mual dan muntah, dengan kriteria mual)
hasil: 1. Dorong klien untuk mempelajari strategi
NOC Label : untuk memanajemen mual
a. Nausea and vomiting severity (keparahan Rasional: Dengan mendorong klien untuk
mual muntah) mempelajari strategi manajemen mual,
- Klien mengatakan tidak ada mual (skala 5 = akan membantu klien untuk melakukan
none) manajemen mual secara mandiri.
- Klien mengatakan tidak muntah (skala 5 = 2. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat
none) keparahan, factor frekuensi, presipitasi
- Tidak ada peningkatan sekresi saliva (skala yang menyebabkan mual.
5 = none) Rasional: Penting untuk mengetahui
b. Appetite (nafsu makan) karakteristik mual dan faktorfaktor
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, yang dapat menyebabkan atau
dengan kriteria hasil : meningkatkan mual muntah pada
- Keinginan klien untuk makan meningkat klien dan membantu dalam memberikan
(skala 5 = not intervensi yang tepat.
compromised) 3. Kaji riwayat diet meliputi makanan yang
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang tidak disukai, disukai, dan budaya makan.
disediakan habis) (skala Rasional: Untuk mengetahui makanan
5 = not compromised) yang dapat menurunkan dan
- Intake cairan adekuat (skala 5 = not meningkatkan nafsu makan klien selama
compromised) tidak ada kontra indikasi.
4. Kontrol lingkungan sekitar yang
menyebabkan mual.
Rasional: Faktor-faktor seperti
pemandangan dan bau yang tidak
sedap saat makan dapat meningkatkan
perasaan mual pada klien.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi mual (relaksasi, guide
imagery, distraksi).
Rasional: Teknik manajemen mual
nonfarmakologi dapat membantu
mengurangi mual secara nonfarmakologi
dan tanpa efek samping.
6. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat
untuk meringankan nausea.
Rasional: Tidur dan istirahat dapat
membantu klien lebih relaks sehingga
mengurangi mual yang dirasakan.
7. Ajarkan untuk melakukan oral hygine
untuk mendukung kenyaman dan
mengurangi rasa mual.
Rasional: Mulut yang tidak bersih dapat
mempengaruhi rasa makanan dan
menimbulkan mual.
8. Anjurkan untuk makan sedikit demi
sedikit.
Rasional: Pemberian makan secara sedikit
demi sedikit baik untuk
mengurangi rasa penuh dan enek di perut.
9. Pantau masukan nutrisi sesuai kebutuhan
kalori.
Rasional: Kebutuhan kalori perlu
dipertimbangkan untuk tetap
mempertahankan asupan nutrisi adekuat.

b. Risiko infeksi
Tujuan intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label :
.....x … jam diharapkan tidak terjadi infeksi, c. Infection control (kontrol infeksi)
dengan kriteria hasil : 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan
NOC Label : oleh klien.
c. Infection Severity (Keparahan infeksi) Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak
- Tidak ada kemerahan (Skala 5 = None) menyebar dari lingkungan dan orang lain.
- Tidak terjadi hipertermia (Skala 5 = None) 2. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak
- Tidak ada nyeri (Skala 5 = None) terpapar lingkungan dengan cara menutup
- Tidak ada pembengkakan (Skala 5 = None) dengan kasa streril.
d. Risk Control (Kontrol resiko) Rasional: Mengurangi paparan dari
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor lingkungan.
resiko penyebab infeksi ( Skala 5 = 3. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik
Consistenly demonstrated) mencuci tangan yang benar.
- Klien mampu memonitor lingkungan Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari
penyebab infeksi (Skala 5 = mikroorganisme yang ada
Consistenly demonstrated) di tangan.
- Klien mampu memonitor tingkah laku 26. Pergunakan sabun anti microbial untuk
penyebab infeksi (Skala 5 = mencuci tangan.
Consistenly demonstrated) Rasional: Mencuci tangan menggunakan
- Tidak terjadi paparan saat tindakan sabun lebih efektif untuk
keperawatan (Skala 5 = Consistenly membunuh bakteri.
demonstrated) 27. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
28. Terapkan Universal precaution.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
29. Pertahankan lingkungan aseptik selama
perawatan.
Rasional: untuk meminimalkan
terkontaminasi mikroba atau bakteri.
30. Anjurkan klien untuk memenuhan
asupan nutrisi dan cairan adekuat.
Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun.
31. Ajarkan klien dan keluarga untuk
menghindari infeksi.
Rasional: infeksi lebih lanjut dapat
memperburuk resiko infeksi pada
klien.
32. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-
tanda infeksi.
Rasional: agar dapat melaporkan kepada
petugas lebih cepat, sehingga
penangan lebih efisien.
33. Kolaborasi pemberian antibiotik bila
perlu.
Rasional: untuk mempercepat perbaikan
kondisi klien
d. Infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Rasional: agar memudahkan pengambilan
intervensi
14. Monitor hitung granulosit, WBC
Rasional: sebagai monitor adanya reaksi
infeksi.
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: untuk mengetahui
tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada
klien, sehingga memudahkan pengambilan
intervensi
16. Berikan perawatan kulit.
Rasional: kulit merupakan pertahanan
pertama dari bakteri.
17. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas dan
drainase
Rasional: merupakan tanda-tanda
terjadinya inspeksi.
18. Inspeksi kondisi luka
Rasional: untuk mempermudah
pengambilan intervensi selanjutnya

c. PK : Anemia
Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan Mandiri:
selama…x … jam, perawat dapat 1. Pantau tanda dan gejala anemia yg
meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi.
terjadi, dengan kriteria hasil: Rasional: memantau gejala anemia klien
- TTV dalam batas normal (TD: 120/80 penting dilakukan agar tidak
mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36- terjadi komplikasi yang lebih lanjut.
37,5°C, RR: 16-20 x/menit). 2. Pantau tanda-tanda vital klien.
- Konjungtiva berwarna merah muda. Rasional: perubahan tanda vital
- Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL). menunujukkan perubahan pada kondisi
- Mukosa bibir berwarna merah muda. klien.
- Klien tidak mengalami lemas dan lesu. 3. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan
yang mengandung banyak zat besi dan vit
B12.
Rasional: konsumsi makanan yang
mengandung vitamin B12 dan asam volat
dapat menstimulasi pemebntukan
Hemoglobin.
4. Minimalkan prosedur yg bisa
menyebabkan perdarahan.
Rasional: prosedur yang menyebabkan
perdarahan dapat memperparah kondisi
klien yang mengalami anemia.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah
sesuai indikasi.
Rasional: transfusi darah diperlukan jika
kondisi anemia klien buruk untuk
menambah jumlah darah dalam tubuh

d. Gangguan citra tubuh


Tujuan intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label :
... x ... jam, diharapkan klien tidak mengalami a. Body Image Enhancement
gangguan citra tubuh dengan 1. Kaji harapan citra tubuh klien yang
kriteria hasil : berdasarkan tahap perkembangan.
NOC Label : 2. Rasional: dengan mengetahui harapan
- Klien mengatakan bisa menerima kondisi klien mengenai citra tubuhnya dapat
fisiknya (skala 5 = consistenly positive) membantu kita menilai seberapa besar
- Klien mengungkapkan kesesuaian antara gangguan citra diri yang dialami klien.
body reality, body ideal, dan 3. Bantu klien untuk mendiskusikan
body presentation (skala 5 = consistenly penyebab perubahan karena penyakitnya.
positive) 4. Rasional: dengan mengetahui penyebab
perubahan diri klien karena penyakitnya
diharapkan klien dapat memahami proses
penyakitnya dan bisa menerima
kondisinya.
5. Monitor frekuensi pernyataan
mengkritik diri.
6. Rasional: dengan menghitung frekuensi
klien dalam mengkritik dirinya dapat
membantu mengevaluasi beratnya
gangguan citra diri klien.
7. Identifikasi strategi koping yang
digunakan klien dalam merespon
perubahan penampilan.
8. Rasional: untuk mengetahui koping
klien terhadap perubahan
kondisi fisiknya.
9. Bantu klien dalam mengidentifikasi
bagian tubuh yang dipersepsikan positif.
10. Rasional: dengan mengetahui dan
dapat menilai sisi positif dari tubuh klien
diharapkan klien tidak malu lagi terhadap
dirinya.
11. Fasilitasi kontak dengan individu yang
memiliki perubahan pada citra tubuh yang
sama dengan klien.
12. Rasional: klien dapat saling berbagi
dengan individu yang memiliki
pengalaman yamg sama sehingga dapat
membantu klien dalam mengatasi
gangguan citra tubuhnya.
13. Identifikasi support groups/keluarga
untuk klien.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan
intervensi/perencanaan yang telah dibuat.

E. EVALUASI
1. Evaluasi Pre Operasi
No Diagnosa keperawatan evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria
agen injury fisik (kanker), ditandai hasil:
dengan klien mengatakan merasa nyeri Subjektif:
pada daerah penis, klien - Klien tidak melaporkan adanya nyeri
mengatakan nyeri seperti ditusuktusuk, - Klien melaporkan nyeri terkontrol
klien mengatakan nyeri terus-menerus Objektif:
dengan skala nyeri 1-10, klien tampak - Klien tidak merintih ataupun menangis
gelisah dan meringis kesakitan, klien - Klien tidak menunjukkan ekspresi
tampak melidungi bagian tubuh yang wajah
nyeri, TD klien meningkat (>120/80 terhadap nyeri
mmHg), nadi klien meningkat (>100 - Klien tidak tampak berkeringat dingin
kali/menit). - RR dalam batas normal (16-20 x/mnt)
- Nadi dalam batas normal (60-
100x/mnt)
- Tekanan darah dalam batas normal
(120/80
mmHg)
- Klien dapat mengontrol nyerinya
dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri
non
farmakologis
- Klien dapat menggunakan analgesik
sesuai
indikasi.
2. Risiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria
dengan pertahanan primer tidak hasil :
adekuat (kulit tak utuh, trauma Subjektif:
jaringan). - Klien mampu menyebutkan factor-
faktor resiko
penyebab infeksi
Objektif:
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Klien mampu memonitor lingkungan
penyebab
infeksi.
- Klien mampu memonitor tingkah laku
penyebab
infeksi.
- Tidak terjadi paparan saat tindakan
keperawatan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Pemenuhan nutrisi adekuat, dengan


kebutuhan tubuh berhubungan dengan kriteria hasil:
peningkatan metabolism akibat kanker, Subjektif: -
ditandai dengan klien mengatakan Objektif:
mengalami penurunan BB >20%, kadar - Masukan nutrisi adekuat
albumin klien menurun (<3,4 g/dL), terjadi - Masukan makanan dalam batas
penurunan intake normal
makanan, nafsu makan menurun, - Masukan kalori dalam batas normal
kelemahan. - Nutrisi dalam makanan cukup
mengandung protein, lemak,
karbohidrat, serat , vitamin, mineral,
ion, kalsium, sodium.
- Serum albumin dalam batas
normal (3,4-4,8 gr/dl)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan Integritas kulit klien tidak memburuk,
dengan hyperplasia sel kanker, ditandai dengan
dengan adanya luka terbuka yang kriteria hasil :
menyerupai jerawat atau kutil pada penis. - Tidak terjadi kerukan kulit lebih
lanjut.
5. PK: Perdarahan Perawat dapat meminimalkan
perdarahan dan mencegah komplikasi
perdarahan, dengan kriteria
hasil:
Subjektif: -
Objektif:
- Nilai Hb dalam batas normal (12-
16g/dL).
- Nilai Ht dalam batas normal (40-
45%).
- Klien tidak mengalami episode
perdarahan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
(TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100
x/menit, suhu: 36- 37,5°C, RR: 16-20
x/menit).
6. Kelemahan berhubungan dengan Kelemahan teratasi, dengan kriteria
penurunan kondisi fisik akibat hasil :
pertumbuhan sel kanker, ditandai Subjektif: -
dengan klien mengeluh lemah, klien Objektif:
mengatakan tidak dapat melakukan - Kesesuaian saturasi oksigen dengan
aktivitas sehari-hari, adanya aktivitas
ketidaksanggupan dalam menjaga level - Kesesuaian denyut nadi dengan
aktivitas fisik seperti biasa, meningkatnya aktivitas
kebutuhan beristirahat dan kekurangan - Kesesuaian respiratory rate dengan
energi. aktivitas
- Kesesuaian sistolic blood presure
dengan aktivitas.
- Kesesuaian diastolic blood presure
dengan aktivitas.
- Peningkatan kemampuan dalam
melakukan ADL.
- Klien tidak mengalami kelemahan.
- Klien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
- Klien dapat melakukan aktivitas kerja.
- Kualitas istirahat klien tidak
bermasalah.
- Keseimbangan diantara istirahat dan
aktivitas klien tidak bermasalah.
7. Ansietas berhubungan dengan Level ansietas klien berkurang, dengan
perubahan dalam status kesehatan, kriteria hasil:
ditandai dengan klien tampak gelisah, klien Subjektif:
mengungkapkan perasaan takut, khawatir, - Klien tidak mengungkapkan ansietas.
wajah tampak tegang, peningkatan Objektif:
tandatanda vital (TD klien meningkat - Klien tidak gelisah.
(>120/80 mmHg), nadi klien - Klien tidak mengalami distress.
meningkat (>100 kali/menit)). - Klien tidak panik.
- Klien tidak mengalami peningkatan
tekanan darah (TD = 120/80 mmHg)
- Klien tidak mengalami peningkatan
denyut nadi (60-100 x/menit)
- Klien tidak mengalami peningkatan
RR (16-20 x/menit)

2. Evaluasi post operasi


No Diagnosa keperawatan evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil:
agen injury fisik (tindakan Subjektif:
pembedahan), ditandai dengan - Klien tidak melaporkan adanya nyeri
klien mengatakan merasa nyeri - Klien melaporkan nyeri terkontrol
pada daerah pembedahan, klien Objektif:
mengatakan nyeri seperti - Klien tidak merintih ataupun menangis
ditusuktusuk, klien mengatakan - Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah
nyeri hilang timbul, bertambah terhadap nyeri
berat saat bergerak dan berkurang - Klien tidak tampak berkeringat dingin
saat - RR dalam batas normal (16-20 x/mnt)
istirahat dengan skala nyeri 1-10, - Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala
klien tampak gelisah dan 5 = normal)
meringis kesakitan, klien tampak - Tekanan darah dalam batas normal (120/80
melidungi bagian tubuh yang mmHg)
nyeri, TD klien meningkat - Klien dapat mengontrol nyerinya dengan
(>120/80 mmHg, nadi klien menggunakan teknik manajemen nyeri non
meningkat (>100 kali/menit). farmakologis
- Klien dapat menggunakan analgesik sesuai
indikasi.
2. Risiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
dengan pertahanan primer tidak Subjektif:
adekuat (kulit tidak utuh) akibat - Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko
luka post operasi. penyebab infeksi
Objektif:
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Klien mampu memonitor lingkungan penyebab
infeksi.
- Klien mampu memonitor tingkah laku
penyebab infeksi.
- Tidak terjadi paparan saat tindakan
keperawatan.
3. Gangguan citra tubuh Klien tidak mengalami gangguan citra tubuh
berhubungan dengan dengan
pembedahan, ditandai dengan kriteria hasil :
pasien mengatakan malu dengan Subjektif:
kondisi dirinya karena penisnya - Klien mengatakan bisa menerima kondisi
sudah tidak utuh lagi. fisiknya
- Klien mengungkapkan kesesuaian antara body
reality, body ideal, dan body presentation
Objektif:
- Klien tampak tidak malu-malu untuk
berinteraksi dengan orang lain.
3. Evaluasi post kemoterapi
No Diagnosa keperawatan Evaluasi
1. Nausea berhubungan dengan Terjadi penurunan derajat mual dan muntah,
terapi (kemoterapi) ditandai dengan kriteria hasil:
dengan klien mengeluh mual, Subjektif:
terjadi penurunan nafsu makan, - Klien mengatakan tidak ada mual.
terjadi peningkatan saliva, klien - Klien mengatakan tidak muntah.
tidak dapat menghabiskan - Klien mengatakan keinginannya untuk
makanan sesuai porsi yang makan meningkat
disediakan. Objektif:
- Tidak ada peningkatan produksi saliva.
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang
disediakan habis)
- Intake cairan adekuat.
2. Risiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
dengan efek kemoterapi. Subjektif:
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor
resiko penyebab infeksi
Objektif:
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Klien mampu memonitor lingkungan
penyebab infeksi.
- Klien mampu memonitor tingkah laku
penyebab infeksi.
- Tidak terjadi paparan saat tindakan
keperawatan.
3. PK : Anemia Perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia
yang terjadi, dengan kriteria hasil:
Subjektif: -
Objektif:
- TTV dalam batas normal (TD:120/80 mmHg,
nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-
20 x/menit).
- Konjungtiva berwarna merah muda.
- Hb klien dalam batas normal (12- 16 g/dL).
- Mukosa bibir berwarna merah muda.
- Klien tidak mengalami lemas dan lesu.
4. Gangguan citra tubuh Klien tidak mengalami gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan dengan kriteria hasil :
penampilan tubuh ditandai dengan Subjektif:
pasien mengatakan malu dengan - Klien mengatakan bisa menerima kondisi
kondisi dirinya, dimana fisiknya.
rambutnya menjadi rontok. - Klien mengungkapkan kesesuaian antara
body reality, body ideal, dan body presentation.
Objektif:
- Klien tampak tidak malu-malu untuk
berinteraksi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki. 2010. Kanker Penis. http://akatsuki-ners.blogspot.com/ [Akses: 3


April 2011]
Asrul. 2010. Kanker Penis. http://dokter-herbal.com/kanker-penis.html. [Akses:
3 April2011]
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer.
http://emedicine.medscape.com/article/446554- overview#a0199 [Akses:
3 April 2011]
Craft, Martha. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta: Digna
Pustaka
Hutabarat, Mellyssa. 2010. Kanker Penis.
http://www.meillyssach.co.cc/2010/09/kankerpenis. html. [Akses: 3
April 2011]
Kurnianto, Tri. 2008. Perawatan Ca Penis.
http://trikurnianto.multiply.com/photos/album/19/Perawatan_CA_pe
nis. [Akses: 3 April 2011]
Muhsin, Bin. 2011. Kanker Penis. penis.html. [Akses: 3 April 2011]
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai