Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….. 1

Daftar Isi …………………………………………………………………………………... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………………………..


2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..
3. Tujuan Makalah ……………………………………………………………………

BAB 2 ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Konstruktivisme.………………………………………...


B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme……………………………………
C. Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme…………………………………………......
D. Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas……………………………………………
E. Klasifikasi Pendekatan Berbasis Konstruktivisme…………………………………
F. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme………………………………….
G. Penerapan Model pembelajaran Kontruktivisme…………………………………..
H. Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme……………………………….

BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………………………... 10
2. Saran ………………………………………………………………………………. 10

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………....11


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Makalah
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa
anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di
sekitarnya. Dengan kata lain anak dapat membelajarakan dirinya sendiri melalui berbagai
pengalamanya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).
Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Konstruktivisme mempengaruhi
banyak studi tentang salah pengertian (misconceptions) dan pengertian alternative dalam
bidang sains dan matematika.
Dapatlah dirumuskan secara keseluruhannya pengertian atau maksud pembelajaran
secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusatkan kepada siswa. Guru
berperan sebagai penghubung yang membantu siswa membina pengetahuan dan
menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai pereka bentuk bahan pembelajaran yang
menyediakan peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru. Pengetahuan yang
dimiliki siswa adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan
bukannya pembelajaran yang diterima secara pasif.

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut Suparno (1997:73) prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan dalam proses pembelajaran terletak pada siswa
3. Mengajar adalah proses membantu siswa
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5. Kurikulum menekan pada orientasi siswa
6. Guru adalah fasilitator

C. Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme


Menurut Suparno (1997:61) ciri-ciri konstruktivisme, yaitu:
1. Belajar berarti membentuk makna
2. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai
perkembangan pemikiran dengan membuat pegertian baru
4. Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
5. Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.

D. Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas


1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari
sendiripertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

E. Klasifikasi Pendekatan Berbasis Konstruktivisme


Pada hakikatnya konstruktivisme dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu
konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.
1. Konstruktivisme Kognitif
Konstruktivisme kognitif merupakan konstruktivisme yang menekankan proses
kognitif. Dalam hal ini, individu yang belajar memahami sesuatu sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif dan cara belajarnya, para ahli yang mengembangkan
pendekatan ini diantaranya adalah :
a. Piaget, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan proses assimilasi, akomidasi
dan equilibrium yang dilakukan individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapainya”.
b. Brunner, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan proses yang diterapkan
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitifnya dan dapat bergerak melampaui perkembangan
kognitifnya melalui proses pembelajaran yang menekankan inquiry dan
discovery”.
c. Dewey yang terkenal dengan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan
learning by doing.
2. Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial yaitu konstruktivisme yang menekankan proses dalam
memaknai dan memahami sesuatu dengan bantuan orang-orang disekitar individu.

F. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme


Langkah-langkah dalam pengelolaan pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat
dari tiga sisi yakni; persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Sebelum guru mengajar (Tahap persiapan)
a. Mempersiapkan bahan yang mau di ajarkan
b. Mempersiapkan alat-alat peraga atau praktikum yang akan digunakan
c. Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar
d. Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa
e. Mempelajari pengetahuan awal siswa

2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan)


a. Mengajak siswa aktif belajar
b. Siswa dibiarkan bertanya
c. Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga siswa merasa
menemukan sendiri pengetahuan mereka
d. Mengikuti pikiran dan gagasan siswa
e. Menggunakan variasi metode pembelajaran
f. Kunjungan ke tempat pengembangan bidang studi di luar sekolah
g. Tidak mencerca siswa yang berpendapat salah atau lain
h. Menerima jawaban alternative dari siswa
i. Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya
j. Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dengan caranya sendiri dalam
belajar dan menemukan sesuatu
k. Evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.

3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi)


a. Guru memberi pekerjaan rumah, mengumpulkannya, dan mengoreksinya.
b. Memberikan tugas lain untuk pendalaman
c. Tes yang membuat siswa berpikir

G. Penerapan Model pembelajaran Kontruktivisme


1. Teori Belajar David P. Ausubel
Teori belajar Ausubel menitik beratkan pada bagaimana seseorang memperoleh
pengetahuannya. Menurut Ausubel terdapat dua jenis belajar yaitu belajar hafalan
(rote-learning) dan belajar bermakna (meaningful-learning).
a. Belajar Hapalan
Materi dalam pelajaran matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-
pisah namun merupakan satu kesatuan, sehingga pengetahuan yang satu dapat
berkait dengan pengetahuan yang lain. Seorang anak tidak akan mengerti
penjumlahan dua bilangan jika ia tidak tahu arti dari “1” maupun “2”. Ia harus
tahu bahwa “1” menunjuk pada banyaknya sesuatu yang tunggal seperti
banyaknya kepala, mulut, lidah dan seterusnya; sedangkan “2” menunjuk pada
banyaknya sesuatu yang berpasangan seperti banyaknya mata, telinga, kaki, dan
lainnya.
b. Belajar Bermakna
Agar proses mengingat bilangan kedua dapat bermakna, maka proses
mengingat bilangan kedua (yang baru) harus dikaitkan dengan pengetahuan yang
sudah dimiliki, yaitu tentang 17-08-1945 akan tetapi dengan membalik urutan
penulisannya menjadi 5491-80-71. Tugas guru adalah membantu memfasilitasi
siswa sehingga bilangan pertama tersebut dapat dikaitkan dengan pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Jika seorang siswa tidak dapat mengaitkan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, maka
proses pembelajarannya disebut dengan belajar yang tidak bermakna (rote
learning).

2. Teori Belajar Bruner


Bruner memusatkan perhatian pada masalah apa yang dilakukan manusia
terhadap informasi diterimanya dan apa yang dilakukan setelah menerima informasi
tersebut untuk pemahaman dirinya.
Menurut Bruner, ada tiga tahap belajar, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik.
a. Tahap Enaktif.
Pada tahap ini, pembelajaran yang dilakukan dengan cara memanipulasi
obyek secara aktif. Contohnya, ketika akan membahas penjumlahan dan
pengurangan di awal pembelajaran, siswa dapat belajar dengan menggunakan
batu, kelereng, buah, lidi, atau dapat juga memanfaatkan beberapa model atau alat
peraga lainnya.
b. Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di
mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan
visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat
dengan objek-objek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap
simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak
(abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol
verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

H. Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme


Keunggulan Model kontruktivisme
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara
eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan
temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa
memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan
untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat
mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan
teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa
terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
perubahan gagasan mereka.
6. Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa
mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu
jawaban yang benar.

Kelemahan Model Konstruktivisme


1. Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
2. Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi
siswa tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan
kesalahpahaman.
3. Konstruktivisme pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangun sendiri,
hal ini pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan
yang berbeda.
4. Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai