BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
dan transportasi atau kepuasan batiniah seperti pembangunan saranan dan prasarana
keseimbangan antara keduanya bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air.
masyarakat tetapi harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan
taraf hidup, yang berkeadilan sosial yang menjaditujuan dan cita-cita kemerdekaan
meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri
lebih memberi peran kepada masyarakat untuk berperan serta dan aktif dalam
pembangunan.
sendiri dan sumber dana dari luar negeri. Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam
1
2
kelangsungan penanaman modal. Salah satu langkah yang diperlukan dalam hal ini
ialah adanya kebijakan pemerintah yang menjamin kegiatan penanaman modal bagi
para penanam modal dalam hal ini Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) yang merupakan obyek penelitian dan fokus
PMDN).
meningkatkan kemakmuran rakyat. Modal merupakan faktor yang sangat penting dan
Penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah
Negatif Investasi (DNI) dan mendapat fasilitas dari pemerintah. Adapun yang
dimaksud dengan DNI adalah bidang-bidang yang tertutup dan terbuka bagi penanam
modal jika melakukan penanaman modal di Indonesia. DNI ini berdasarkan Peraturan
memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Kemudahan dan iklim penanaman
tepat.
prasarana dan sarana yang memadai. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengendalian
untuk PMA dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang PMDN, maka sejak
tentang Penanaman Modal dan dalam undang-undang ini tidak ada perbedaan antara
Undang Nomor 11 Tahun 1970 untuk PMA dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1. Kekuatan ekonomi potensial yang terdapat banyak diseluruh tanah air, belum
diolah untuk dijadikan kekuatan ekonomi riil atau yang telah diolah tetapi belum
4
dan teknologi.
Pancasila yang dianutnya akan selalu menghargai orang-orang lain asal tidak
3. Situasi kondisi dalam dan luar negeri yang memungkinkan, dalam negeri dimana
roda pemerintahan dan roda kehidupan masyarakat yang stabil, ketertiban dalam
berlangsung baik atas dasar bebas aktif yang murni sehingga pemamfaatan modal
serba kelayakan, sehingga pemamfaatan modal asing dan modal dalam negeri
hanya akan diutamakan pada proyek-proyek yang layak yang dapat memberi
setelah mengalamai stagnasi dan kelesuan sejak terjadinya krisis ekonomi. Salah satu
modal baik PMA dan PMDN yang mempunyai keinginan untuk melaksanakan
penanaman modal.
(RPJM) tahap kedua tahun ketiga, diharapkan lima persen per-tahun. Untuk mencapai
sasaran pertumbuhan tersebut, maka diperlukan penanaman modal baik yang berasal
dari pemerintah maupun dunia usaha sejumlah Rp. 239,1 Trilyun. Dari jumlah
penanaman modal tersebut, maka sebesar Rp. 107,6 Trilyun atau 45 persen
direncanakan akan dilaksanakan oleh pemerintah sedang sisanya Rp. 131,5 Trilyun
Untuk mencapai apa yang telah ditetapkan didalam RPJM tahap kedua tahun
mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada izin prinsip. Agar supaya implementasi
kebijakan penanaman modal berjalan sesuai dengan izin prinsip yang diberikan
dalam administrasi publik dan kebijakan publik yang bertugas untuk mendorong dan
program atau kegiatan yang telah ditetapkan, dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal. Ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran penanaman
modal yang tertuang dalam izin prinsip yang telah disetujui dan ditetapkan oleh
BKPM Republik Indonesia. Izin prinsip ini diberikan kepada penanam modal untuk
dilaksanakan dan diberi waktu selama tiga tahun, sesuai dengan Peraturan Kepala
BKPM Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan dan Non-Perizinan Penanaman Modal. Kemudian selama tiga tahun
mendapatkan izin prinsip yang dikeluarkan oleh BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan. Ini sesuai dengan Peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non-Perizinan
rencana penanaman modal. Persetujuan awal ini dalam bentuk izin prinsip sebagai
penanaman modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang
usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan fasilitas non–fiskal serta dalam
Dalam izin prinsip ini, tertulis berapa jumlah modal yang akan dikeluarkan
didalam penanaman modal, lokasinya dimana, luas tanah yang akan dipergunakan,
jumlah tenaga kerja yang akan diterima, jenis-jenis mesin yang akan dipergunakan
Berdasarkan izin prinsip inilah, penanam modal harus di implementasikan karena izin
Modal.
tertuang dalam izin prinsip yang merupakan kebijakan pemerintah dan harus
8
mengenai pelaksanaan izin prinsip kepada BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan berupa
pembinaan dan pengawasan agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai secara
tepat sesuai peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013
perinsip maka selanjutnya penanam modal akan mendapatkan Izin Usaha Tetap (IUT)
dari BKPM Republik Indonesia. Ini sesuai dengan peraturan Kepala Badan
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non - Perizinan Penanaman Modal. Setelah
mendapat IUT, selanjutnya penanam modal melakukan kegiatan produksi dan lainnya
sesuai dengan izin yang telah diberikan. Apabila penanam modal tidak melaksanakan
sesuai dengan izin prinsip maka penanam modal akan mendapatkan sanksi dari
Presiden Nomor 90 Tahun 2007 Tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
menjadi urusan wajib pemerintah daerah. Artinya bahwa BKPMD wajib ada disetiap
daerah provinsi untuk menangani penanaman modal (Pasal 6 dan pasal 7). Juga
Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian
Pasal 17, ayat 1). Ini berarti bahwa BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan
atau LKPM
lancar dan cepat, aman dan efisien, sehingga pembangunan proyek dapat segera
mengalami perkembangan yang cukup besar. Ini dapat terlihat bahwa sejak tahun
2010 ternyata mengalami kenaikan yang begitu tinggi yaitu 76,154 persen (tahun
2010 sebesar Rp. 128,490.5 Milyar dan Tahun 2013 sebesar Rp. 538,832.6 Milyar).
10
provinsi ini memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial untuk dikembangkan
oleh para penanam modal. Potensi tersebut sampai saat ini belum dikelola secara
maksimal oleh para penanam modal yang ada dan oleh karenanya terbuka peluang
Provinsi Sulawesi Selatan yang menggambarkan besarnya potensi dan peluang bagi
penanam modal. Misalnya terdapat 5 persen lahan yang dapat ditanami, 24 persen
lahan untuk tambak, 22,7 persen kolam air payau yang cocok untuk budi daya
strategis ditengah-tengah Indonesia, dengan kata lain terletak antara Indonesia Bagian
Barat dan Indonesia Bagian Timur. Letak yang strategis inilah yang mempermudah
jalur perdagangan dari timur ke barat dan menuju ke negara- negara tetangga.Selain
itu, tersedianya berbagai infrastruktur yang memadai serta iklim penanaman modal
yang kondusif. Dengan demikian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai alternatif bagi
itu juga, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki penduduk dengan sumberdaya manusia
yang besar dan pertumbuhan ekonomi pada lima tahun terakhir mencerminkan
kenaikan yang begitu tinggi, akan tetapi jumlah yang terealisasi ternyata tidak sesuai
1. Terjadi fluktuasi realisasi PMA, mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
Tahun 2008 jumlah realisasi 4,50 persen, tahun 2009 adalah 70,51 persen, tahun
2010 adalah 30,28 persen, tahun 2011 adalah 77 persen dan tahun 2012 adalah
24,16 persen serta tahun 2013 adalah nol persen. Dalam kurung waktu lima tahun,
maka rata-rata PMA yang terealisasi 34,41 persen. Kecenderungan tren adalah
2008 adalah 95,50 persen, tahun 2009 adalah 29,49 persen, tahun 2010 adalah
69,72 persen, tahun 2011 adalah 23 persen dan tahun 2012 adalah 75,84 persen,
serta 2013 adalah 100 persen. Dalam kurung waktu limatahun, maka rata – rata
PMA yang tidak terealisir adalah 65,59 persen. Kecendrungan tren menunjukan
2. Realisasi PMDN tahun 2008 adalah 51,90 persen, tahun 2009 adalah 25,74 persen,
tahun 2010 adalah 3,13 persen, tahun 2011 adalah 41,90 persen dan tahun 2012
adalah 69,95 persen serta tahun 2013 adalah 0,99 persen. Dalam kurung waktu
lima tahun terakhir, maka rata-rata PMDN yang terealisasi adalah 38,52 persen.
pada tahun 2008 adalah 48,10 persen, tahun 2009 adalah 74,26 persen, tahun
2010 adalah 96,87 persen, tahun 2011adalah 58,10 persen dan 2012 adalah 30,05
12
persen serta tahun 2013 adalah 99,01 persen. Dalam kurung waktu lima tahun
terakhir, rata-rata PMDN yang tidak terealisasi adalah 61,48 persen. Tren
Keadaan jumlah penanaman modal yang tidak terealisir begitu besar dari
jumlah penanaman modal yang ditetapkan. Ini berarti bahwa secara keseluruhan
kegiatan penanaman modal hanya dilaksanakan setengah dari penanaman modal yang
dalam RPJM tahap kedua tetapi juga membawa pengaruh yang tidak menguntungkan
Dengan demikian maka masalah yang dihadapi dalam hal penanaman modal
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang
Sulawesi Selatan?
telah ditetapkan?
Sulawesi Selatan?
13
C.Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini, dapat
1. Manfaat Ilmiah
a. Menjadi sumbangan pemikiran ilmiah untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut
2. Manfaat Metodologis
14
penanaman modal.
kebijakan.
3. Manfaat praktis
penanaman modal.