Disusun oleh:
Parida Pebruanti 1710711042
Riska Hidayattullah 1710711044
Christin Natalia 1710711126
Lilis Dwi Septiani 1710711127
Peren Dita Sanli 1710711131
Sonya Lapitacara S 1710711129
Tri Andhika Dessy W 1710711138
Indah Fitri Amelia 1710711140
Refany Salsabila 1710711146
2. Prevalensi
3. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon
oleh hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda
tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus
akan merangsang kenaikan suhu tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin.
Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada
neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion
kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga
dapat menaikan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. (Sujono
& Sukarmin, 2009).
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada
permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Reaksi Inflamasi
Hipertermi
KEJANG Penurunan
kesadaran
Metabolisme ↑
Resiko kerusakan
sel neuron otak
Kebutuhan O2 ↑
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
Pernafasan ↑ atau takipnea
Ketidakefektifan
pola nafas
5. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Farmakologi
Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling tepat diberikan untuk
menghentikan kejang adalah Diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya 0,3
– 0,5 Mg/Kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 – 2Mg/Menit atau dalam waktu 3 – 5
Menit, dengan dosis maksimal sebanyak 20Mg. Obat yang dapat diberikan oleh orang
tua atau dirumah adalah Diazepam Rektal dosisnya sebanyak 0,5 – 0,75 Mg/Kg atau
5Mg untuk anak-anak dengan berat bandan kurang dari 10 Kg dan 10 Mg untuk anak
yang mempunyai berat badan lebih dari 10 Kg. Selain itu, Diazepam Rektol dengan
dosis 5 Mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 Tahun atau dosis 7,5 Mg
untuk anak diatas usia 3 Tahun apabila kejangnya belum berhenti, pemberian diazepam
rektal dapat diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
Menit. Anak seharusnya dibawa kerumah sakit jika masih kejang, setelah pemberian
Diazepam Rektal. Dirumah sakit dapat diberikan Diazepam Intravena dengan dosis 0,3
– 0,5 Mg/Kg jika kejang belum berhenti dapat diberikan venitoin secara intrafena
dengan dosis awal 10 -20 Mg/Kg dengan kecepatan 1 Mg/Kg/Menit atau kurang dari
50 Mg/Menit, Sekiranya kejang sudah berhenti dosis selanjutnya adalah sampai 4,8
Mg/Kg/Hari, dimulai 12 jams setelah dosis awal. Jika kejang belum berhenti dengan
pemberian Venitoin maka pasien harus dirawat diruang intensif, setelah kejang telah
berhenti pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
Seterusnya Terapi anti peretik tidak mencegah kejang. Kedua parasetamol dan
NSAID tidak mempunyai manfaatnya untuk mengurangi kejadian kejang dan demam,
meskipun mereka tidak mengurangi kejang demam anti peretik sering digunakan untuk
mengurangi demam dan memperbaiki kondisi umum pasien. Obat Metamizole
(Dipirone) dosisnya 10 sampai 25 Mg/Kg sampai 4 dosis harian (100 Mg/Kg/Hari),
Parasetamol 10 – 15 Mg/Kg/Dosis juga sampai 4 Dosis Harian (sampai 2,6 gram
perhari) dan pada anak2 usia 6 bulan diberikan ibu profen sebanyak 5 – 10 Mg/Dosis
dalam 3 atau 4 dosis terbagi (sampai 40Mg/Kg/Hari) pada anak2 dengan berat kurang
dari 30 Kg dan 1200 Mg. (Siqueira, 2010)
Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika kejang demam
menunjukan ciri2 berikut :
1) Fenobabital
a. Dosisnya 3 – 4 Mg/Kg bb per hari dibagi 2 – 3 Dosis
b. Resiko berkurangnya kejang dengan Fenobarbital dapat diturunkan dan
pengobatan ini diberikan selama satu tahun dan bertahap selama 1 – 2 bulan
c. (Saharso, 2009)
2) Untuk mencega Edema Otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20 – 30 Mg/Kg
bb perhari dibagi dalam 3 dosis atau sebaliknya, glukortikoid misalnya
dexametazon 0,5 – 1 Amp sampai 6 Jam.
(Capovilla, 2009)
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus
c. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ekstermitas
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Perencanaan
Rencana Tindakan keperawatan
Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Peningkatan Setelah dilakukan asuhan Monitor suhu tubuh sesering
suhu tubuh keperawatan selama mungkin
berhubungan 2x24 jam diharapkan Monitor warna kulit
dengan tidak terjadi hipertermi Monitor tekanan darah, nadi dan
proses atau peningkatan suhu RR
patologis tubuh dengan kriteria Monitor penurunan tingkat
hasil: kesadaran
a. Suhu tubuh dalam Tingkatkan sirkulasi udara
rentan normal (36,5- dengan membatasi pengunjung
o
37 C) Berikan cairan dan elektrolit
b. Nadi dalam rentan sesuai kebutuhan
normal 80- Menganjurkan menggunakan
120x/menit pakaian yang tipis dan menyerap
c. RR dalam rentan
keringat
normal 18-24x/menit
Berikan edukasi pada keluarga
d. Tidak ada perubahan
tentang kompres hangat
warna kulit dan tidak
dilanjutkan dengan kompres
ada pusing.
dingin saat anak demam
Fasilitasi istirahat
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat penurun panas
• Tidak ada
sianosis
• Tanda-tanda vital
dalam rentan
normal
Kurang
4 Setelah dilakukan Kaji tingkat pendidikan keluarga
pengetahuan
4 tindakan keperawatan klien
berhubungan
4 selama 2x24 jam Kaji tingkat pengetahuan
dengan
3 diharapkan masalah tidak keluarga klien
kurang
4 menjadi aktual dengan jelaskan pada keluarga klien tent
informasi
4 kriteria hasil: ang penyakit kejang demam
4 melalui penkes
pasien dan
beri kesempatan pada keluarga
keluarga
untuk menanyakan hal yang
menyatakan pem
belum dimengerti
ahaman tentang
libatkan keluarga dalam setiap
penyakit, kondisi
tindakan pada klien
dan program
pengobatan
pasien dan
keluarga
mapumelaksanak
an prosedur yang
dijelaskan secara
benar
pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehaann
lainnya