Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. J DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RUANG AL-FATH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO

Disusun oleh :

Annisa’ Istiqomah (S16133)

Eldha Ayu Kumalasari (S16144)

Novita Juniati (S16172)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi
masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001). Diabetes adalah salah satu
diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang.
Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes
mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 %
dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana konsep teori Diabetes Mellitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umumnya adalah untuk mengetahui kasus Diabetes Mellitus.

2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami mengenai Diabetes Mellitus.
2. Mahasiswa mampu memahami paofisiologi Diabetes Mellitus.
3. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Definisi diabetes melitus secara umum adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak
bisa mengahasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan
secara optimal insulin yang dihasilkan, sehingga terjadi kelonjakkan kadar gula dalam
darah melebihi normal. Diabetes melitus bisa juga terjadi karena hormon insulin yang
dihasilkan oleh tubuh tidak dapat bekerja dengan baik (Fitriana, 2016 hlm. 10).

Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan


ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi (Black and Hawks, 2014).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Nugroho, 2011 hlm. 258).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan
absolut insulin atau penurunan relative intensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009
hlm. 624).
Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan gula darah (hiperglikemia) dan disebabkan karena tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang di produksi.

2. Etiologi
Klasifikasi etiologi diabetes melitus, menurut Black and Hawks, (2014); PERKENI,
(2011); Corwin, (2009); Fitriana, (2016)
a) Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat dekstruksi otoimun selsel beta pulau
Langerhans. Individu yang memiliki kecenderungan genetik penyakit ini tampaknya
menerima faktor pemicu dari lingkungan yang menginisiasi proses otoimun. Sebagai
contoh faktor pencetus yang mungkin antara lain infeksi virus seperti gondongan
(mumps), rubella, atau sitomegalovirus (CMV) kronis. Pajanan terhadap obat atau
toksin tertentu juga diduga dapat memicu serangan otoimun ini (Corwin, 2009 hlm.
625).
Faktor lingkungan seperti virus tampaknya memicu proses autoimun yang merusak sel
beta. Cell Antibody Islet (ICAs) muncul, jumlah meningkat selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun sesuai kerusakan sel beta. Hiperglikemia puasa (peningkatan
kadar glukosa darah) terjadi ketika 80-90% massa sel beta telah rusak (Black and
Hawks, 2014 hlm. 632).
b) Diabetes Melitus Tipe 2
Untuk kebanyakan individu, diabetes melitus tipe 2 tampaknya berkaitan dengan
kegemukan.Selain itu, kecenderungan pengaruh genetik, 2 yang menentukan
kemungkinan individu mengidap penyakit ini, cukup kuat.Diperkirakan bahwa terdapat
sifat genetik yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan
insulin yang berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara kedua tidak
dapat berespon secara adekuat terhadap insulin. Terdapat kemungkinan lain bahwa
kaitan rangkai genetik antara yang dihubungkan dengan kegemukan dan rangsangan
berkepanjangan reseptor reseptor insulin. Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-
reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor-reseptor insulin yang
terdapat di sel tubuh. Penelitian lain menduga bahwa deficit hormon leptin, yang sering
disebut gen obesitas pada hewan, mungkin termasuk manusia, gagal berespons terhadap
tanda kenyang, dan itulah mengapa mengapa gemuk dan menyebabkan intersensitivitas
insulin (Corwin, 2009 hlm. 627).
c) Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan penyakit diabetes yang disebabkan tubuh tidak
bisa merespon hormon insulin karena adanya hormon penghambat respon yang
dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan (Fitriana, 2016). Penyebab diabetes
gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar
estrogen serta hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.
(Corwin, 2009 hlm. 629).

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Black and Hawks, (2014); Corwin
(2009) dan Fitriana, (2016) adalah:
a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar)
d. Penurunan berat badan
e. Rasa lelah
f. Pengelihatan kabur
g. Sering kesemutan
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah :

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia


b. Penyakit makrovaskuler :mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

5. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai
predisposisi genetik.Diabetes melitus terjadi kurang dari 1%.Lingkungan telah lama
dicurigai sebagai pemicu diabetes melitus tipe 1.Insiden meningkat, baik pada musim
semi maupun musim gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemik berbagai
penyakit virus.Autoimun aktif langsung menyerang sel beta pankreas dan produknya.
ICA dan antibodi insulin secara progresif menurunkan keefektifan kadar sirkulasi
insulin. Hal ini secara pelan-pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin
endogen sehingga menimbulkan onset mendadak diabetes melitus. Hiperglikemia dapat
timbul akibat dari penyakit akut atau stress, dimana meningkatkan kebutuhan insulin
melebihi cadangan dari kerusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut atau stress
terobati, klien dapat kembali pada status terkompensasi dengan durasi yang berbedabeda
dimana pankreas kembali mengatur produksi insulin secara adekuat. Status kompensasi
ini disebuat sebagai periode honeymoon, secara khas bertahan untuk 3-12 bulan. Proses
berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak dapat memproduksi cukup insulin
untuk meneruskan kehidupan. Klien menjadi bergantung kepada pembeian insulin
eksogen (diproduksi diluar tubuh) untuk bertahan hidup (Black and Hawks, 2014 hlm.
634).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 memiliki respons terbatas sel beta terhadap hiperglikemia
tampak menjadi faktor major dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis
terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika
merespons peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat
kembali dengan menormalkan kadar glukosa. Resistensi terhadap aktivitas insulin
biologis, baik di hati maupun jaringan perifer.Keadaan ini disebut sebagai resistensi
insulin. Orang dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan sesitivitas insulin
terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut,
bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan
ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan
glukosa.Mekanisme penyebab resistensi insulin perifer tidak jelas.Namun, ini tampak
terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada permukan sel (Black and Hawks,
2014 hlm. 634).

b. Pathway
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Tujuan penatalaksanaan menurut PERKENI, 2011 menjelaskan diabetes melitus
adalah
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda diabetes melitus,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes
melitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan proil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Secara garis besar, semua tindakan yang dapat di lakukan dalam usaha
mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.
1. Perencanaan makan Penelitian yang dilakukan oleh Trapp (2012), menjelaskan
bahwa perencanaan makan seperti halnya pendekatan yang mengakibatkan
penurunan berat badan, sebuah perencanaan pola makan dapat mengurangi resiko
terjadinya perkembangan diabetes tipe 2. 5
2. Latihan jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous,
rhythmical, interval, progressive, endurance training). Sedapat mungkin mencapai
zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220 – umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik A. Insulin Menurut PERKENI tahun 2011 insulin
diperlukan pada keadaan:

a. Penurunan berat badan yang cepat


b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
g. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
i. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Keluhan utama : ditulis singkat, jelas, merupakan keluhan yang dirasakan klien
saat dikaji.
2) Riwayat penyakit sekarang : permulaan klien merasakan keluhan sebelum
dirawat di rumah sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu : berisi riwayat penyakit sebelumnya , yang pernah
dialami klien.
4) Riwaya penyakit keluarga : kemungkinan adanya penyakit keturunan dari
keluarga.
b. Pola gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : diisi persepsi klien atau keluarga
terhadap konsep sehat sakit dan upaya dalam mempertahankan kondisi sehat.
2) Pola nutrisi atau metabolik : diisi dengan kebiasaan klien dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi sebelum dan selama sakit.
3) Pola eliminasi : BAB atau BAK sebelum dan selama sakit.
4) Pola istirahat tidur : kualitas dan kuantitas tidur klien sebelum dan selama sakit.
5) Pola kognitif dan perseptual : stressor yang dialami klien .
6) Pola aktivitas dan latihan : diisi aktivitas rutin yang dilakukan klien selama dan
sebelum sakit.
7) Pola persepsi konsep diri : diisi ungkapan perasaan klien berhubungan dengan
kesadaran dirinya sebelum dan selama sakit.
8) Pola peran dan hubungan : hubungan klien dengan anggota keluarga dan
masyarakat.
9) Pola seksualitas dan reproduksi : kaji berdasarkan jenis kelamin.
10) Pola mekanisme koping : koping yang digunakan ketika menghadapi masalah.
11) Pola nilai dan keyakinan : nilai dan keyakinan terhadap sesuatu dan menjadi
sugesti yang amat sangat kuat.

c. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum
a) Kesadaran : composmentis , koma , sopar
b) TTV : TD , nadi , RR , suhu

2) Pemeriksaan head to toe


a) Kepala : rambut , warna , distribusi , kebersihan.
b)Mata : kebersihan,conjungtiva, palpebra.
c) Hidung : kebersihan , sekresi pernapasan , cuping hidung.
d)Mulut : bibir , mukosa mulut, lidah, tonsil , gigi.
e) Telinga : kebersihan, sekresi, gangguan pendengaran.
f) Leher : pembesaran kelenjar limfe , tiroid, distensi vena jugularis
g)Dada
- Paru paru :
- Inspeksi : bentuk dada.
- Palpasi : vokal fremitus kanan kiri.
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : vesikuler
- Jantung :
- Inspeksi : IC tampak atau tidak
- Palpasi : IC teraba di SIC 4, 2cm
- Perkusi : pekak atau normal
- Auskultasi : bunyi I – II murni
h)Abdomen :
- Inspeksi : ada benjolan atau tidak, ada lesi atau tidak, kebersihan ,
umbilikus
- Auskultasi : intensitas bising usus
- Palpasi : rasakan ada nyeri tekan atau massa
- Perkusi : tympani atau hiper tympani
i) Genetalia : adakah kelainan atau tidak pada genetalia
j) Anus rectum : adakah hemoroid atau masalah lain
k)Ekstermitas : kekuatan otot kanan atau kiri, perabaan akral, pitting edema
l) Integumen : turgor kulit

d. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik / Laboratorium)


Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa
darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa
yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl
pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
c. Hipo / Hiperglikemi
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi
aktifitas, penurunan kekuatan otot
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o

1 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri :  Respon nyeri sangat


dilakukan askep individual sehingga
selama 3 x 24 1. Lakukan pegkajian penangananyapun
nyeri secara komprehensif berbeda untuk
jam tingkat termasuk lokasi, masing-masing
kenyamanan karakteristik, durasi, individu.
klien meningkat, frekuensi, kualitas dan  Komunikasi yang
dan dibuktikan 11ontro presipitasi. terapetik mampu
dengan level 2. Observasi reaksi meningkatkan rasa
nonverbal dari percaya klien
nyeri: klien dapat
ketidaknyamanan. terhadap perawat
melaporkan nyeri sehingga dapat
3. Gunakan teknik
pada petugas, komunikasi terapeutik untuk lebih kooperatif
frekuensi nyeri, mengetahui pengalaman dalam program
ekspresi wajah, nyeri klien sebelumnya. manajemen nyeri.
dan menyatakan 4. Kontrol 11ontro  Lingkungan yang
lingkungan yang nyaman dapat
kenyamanan fisik membantu klien
dan psikologis, mempengaruhi nyeri seperti
untuk mereduksi
suhu ruangan, pencahayaan,
Control nyeri nyeri.
kebisingan.
dibuktikan  Pengalihan nyeri
5. Kurangi 11ontro
dengan klien dengan relaksasi
presipitasi nyeri.
dan distraksi dapat
melaporkan 6. Pilih dan lakukan mengurangi nyeri
gejala nyeri dan penanganan nyeri yang sedang timbul.
control nyeri. (farmakologis/non  Pemberian
farmakologis).. analgetik yang tepat
7. Ajarkan teknik non dapat membantu
farmakologis (relaksasi, klien untuk
distraksi dll) untuk beradaptasi dan
mengetasi nyeri.. mengatasi nyeri.
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/11ontrol
nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan
klien tentang manajemen
nyeri.
2 Ketidaksei Setelah Manajemen Nutrisi Manajemen nutrisi dan
mbangan dilakukan askep monitor nutrisi yang
nutrisi selama 3x24 jam 1. kaji pola makan klien adekuat dapat
2. Kaji adanya alergi
kurang dari klien membantu klien
makanan.
kebutuhan menunjukan mendapatkan nutrisi
3. Kaji makanan yang
tubuh status nutrisi disukai oleh klien. sesuai dengan
adekuat 4. Kolaborasi dg ahli gizi kebutuha tubuhnya.
dibuktikan untuk penyediaan nutrisi
dengan BB stabil terpilih sesuai dengan
kebutuhan klien.
tidak terjadi mal
5. Anjurkan klien untuk
nutrisi, tingkat meningkatkan asupan
energi adekuat, nutrisinya.
masukan nutrisi 6. Yakinkan diet yang
adekuat dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
dan pentingnya bagi tubuh
klien.
Monitor Nutrisi

1. Monitor BB setiap hari


jika memungkinkan.
2. Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien
makan.
3. Monitor lingkungan
selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu
klien makan.
5. Monitor adanya mual
muntah.
6. Monitor adanya
gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisi
dan kalori.
3 PK: Hipo / Setelah Managemen Hipoglikemia: Hipoglikemia dapat
Hiperglike dilakukan askep disebabkan oleh insulin
mi 3x24 jam 1. Monitor tingkat gula darah yang berlebian,
sesuai indikasi
diharapkan pemasukan makanan yg
2. Monitor tanda dan gejala
perawat akan hipoglikemi ; kadar gula tidak adekuat, aktivitas
menangani dan darah < 70 mg/dl, kulit fisik yang berlebiha,
Hipoglikemia akan
meminimalkan dingin, lembab pucat, merangsang SS simpatis
episode hipo / tachikardi, peka rangsang, u/ mengeluarkan
hiperglikemia. gelisah, tidak sadar , adrenalin, klien menjadi
bingung, ngantuk. berkeringat, akral
3. Jika klien dapat menelan
dingin, gelisah dan
berikan jus jeruk / sejenis
tachikardi.
jahe setiap 15 menit
sampai kadar gula darah >
69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 %
dalam IV sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan
ahli gizi untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia

1. Monitor GDR sesuai


indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
diabetik ketoasidosis ;
Hiperglikemia
gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, dipengaruhi oleh
sakit kepala, pernafasan beberapa factor
kusmaul, anoreksia, mual diantaranya: terlalu
dan muntah, tachikardi, banyak makan / kurang
TD rendah, polyuria, makan, terlalu sedikit
polidypsia,poliphagia, insulin, dan kurang
keletihan, pandangan aktivitas.
kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi
sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap
atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi
jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula
darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton
pada urine
10. Pantau jantung dan
sirkulasi ( frekuensi &
irama, warna kulit, waktu
pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O
sesuai kebutuhan
4 Kerusakan Setelah Wound care Pengkajian luka akan
integritas dilakukan askep lebih
jaringan 6x24 jam Wound 1. Catat karakteristik
luka:tentukan ukuran dan realible dilakukan oleh
healing kedalaman luka, dan pemberi asuhan yang
meningkat: klasifikasi pengaruh ulcers sama dengan posisi
2. Catat karakteristik cairan yang sama dan tehnik
Dengan criteria secret yang keluar
yang sama
3. Bersihkan dengan cairan
Luka mengecil
anti bakteri
dalam ukuran 4. Bilas dengan cairan NaCl
dan peningkatan 0,9%
granulasi 5. Lakukan nekrotomi K/P
jaringan 6. Lakukan tampon yang
sesuai
7. Dressing dengan kasa
steril sesuai kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan tehnik
dressing steril ketika
melakukan perawatan luka
10. Amati setiap perubahan
pada balutan
11. Bandingkan dan catat
setiap adanya perubahan
pada luka
12. Berikan posisi terhindar
dari tekanan
5 Kerusakan Setelah Terapi Exercise : Pergerakan
mobilitas dilakukan Askep sendi
1. Pastikan keterbatasan ROM exercise
fisik 6x24 jam dapat
gerak sendi yang dialami membantu
teridentifikasi
2. Kolaborasi dengan mempertahankan
Mobility level fisioterapi mobilitas sendi,
3. Pastikan motivasi klien meningkatkan sirkulasi,
Joint movement:
untuk mempertahankan
aktif. mencegah kontraktur,
pergerakan sendi
meningkatkan
4. Pastikan klien untuk
Self care:ADLs kenyamanan.
mempertahankan
Dengan criteria pergerakan sendi
5. Pastikan klien bebas dari
hasil:
nyeri sebelum diberikan
1. Aktivitas latihan
fisik meningkat 6. Anjurkan ROM Exercise
2. ROM normal aktif: jadual; keteraturan,
3. Melaporkan Latih ROM pasif.
perasaan Exercise promotion
peningkatan 1. Bantu identifikasi
kekuatan program latihan yang
kemampuan sesuai
dalam bergerak 2. Diskusikan dan
4. Klien bisa instruksikan pada klien
melakukan mengenai latihan yang
aktivitas tepat
5. Kebersihan Exercise terapi ambulasi
diri klien 1. Anjurkan dan Bantu klien
terpenuhi duduk di tempat tidur Pengetahuan yang
walaupun sesuai toleransi
cukup akan memotivasi
dibantu oleh 2. Atur posisi setiap 2 jam
klien untuk melakukan
perawat atau atau sesuai toleransi
keluarga 3. Fasilitasi penggunaan alat latihan.
Bantu

Self care assistance:


Meningkatkan
dan
Bathing/hygiene, dressing,
membantu berjalan/
feeding and toileting.
ambulasi atau
1. Dorong keluarga untuk memperbaiki otonomi
berpartisipasi untuk dan fungsi tubuh dari
kegiatan mandi dan injuri
kebersihan diri,
berpakaian, makan dan
toileting klien
2. Berikan bantuan
kebutuhan sehari – hari
sampai klien dapat
merawat secara mandiri
3. Monitor kebersihan kuku,
kulit, berpakaian , dietnya
dan pola eliminasinya.
4. Monitor kemampuan
perawatan diri klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
5. Dorong klien melakukan
aktivitas normal
keseharian sesuai Memfasilitasi pasien
kemampuan dalam memenuhi
6. Promosi aktivitas sesuai kebutuhan perawatan
usia diri untuk dapat
membantu klien hingga
klien dapat mandiri
melakukannya.
6 Kurang Setelah Teaching : Dissease Process
pengetahua dilakukan askep
Dengan pengetahuan
n tentang selama 3x24 jam, 1. Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang yang cukup maka
penyakit pengetahuan proses penyakit keluarga mampu
dan klien meningkat. 2. Jelaskan tentang mengambil peranan
perawatan patofisiologi penyakit,
Knowledge : yang positif dalam
nya tanda dan gejala serta
Illness Care dg program pembelajaran
penyebab yang mungkin
kriteria : 3. Sediakan informasi tentang tentang proses penyakit
kondisi klien dan perawatan serta
1 Tahu Diitnya
4. Siapkan keluarga atau program pengobatan.
2 Proses penyakit
orang-orang yang berarti
3 Konservasi
dengan informasi tentang
energi
perkembangan klien
4 Kontrol infeksi
5. Sediakan informasi tentang
5 Pengobatan
diagnosa klien
6 Aktivitas yang
6. Diskusikan perubahan gaya
dianjurkan
hidup yang mungkin
7 Prosedur
diperlukan untuk
pengobatan
mencegah komplikasi di
8 Regimen/aturan
masa yang akan datang dan
pengobatan
atau kontrol proses
9 Sumber-sumber
penyakit
kesehatan
7. Diskusikan tentang pilihan
10 Manajem
tentang terapi atau
en penyakit
pengobatan
8. Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan
atau terapi
9. Dorong klien untuk
menggali pilihan-pilihan
atau memperoleh alternatif
pilihan
10. Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping
dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
14. kolaborasi dg tim yang
lain.

4. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang ditetapkan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


Keperawatan dan Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muhamad ardiansyah. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva press:Jogyakarta.

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis :Definition


and Classification 2012-2014. NANDA International. Philadelphia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. J DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG AL-FATH
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO

Tgl/jam masuk RS :11 Mei 2019

Tanggal/ jam pengkajian : 13 Mei 2019

Metode pengkajian : Autoanamnesa dan Auloanamnesa

Diagnosa Medis : Diabetes Militus

No. Registrasi : 0389xx

PENGKAJIAN

I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien :Tn J
Alamat : Purworejo, Jetis, Sukoharjo
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 59 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Purworejo, Jetis, Sukoharjo
Hubungan dengan klien : Istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo dengan
keluhan berdebar- debar dan gemetar sejak satu minggu terahir dan semakin
parah pada hari ini, dada terasa panas dan lemas. Kemudian dilakukan
tindakan keperawatan pemasangan oksigen kanul 3lpm, pemasangan infus
RL 20 tpm, injeksi ranitidine 50 mg/12 jam, injeksi antalgin 1 gr/ 8 jam,
amlodipin 1x 10 gr, captopril 3x25 mg, memeriksa gula darah sewaktu hasil
456 dan merekam EKG. Kemudian dibawa ke ruang Al – Fath 4.1 untuk
dilakukan perawatan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit diabetes militus
sebelumnya, tidak ada penyakit hipertensi dan penyakit jantung.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita diabetes
militus dan hipertensi.
Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki (meninggal)

: Perempuan (Meninggal)
: laki-laki
: pasien

: Perempuan
memiliki keturunan
menikah
tinggal satu rumah

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien mengatakan dirumahnya sudah ada jamban sendiri, sampah
ditaruh di tempat sampah dan kamar mandi dikuras setiap minggu.
III.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan / Penampilan Umum
a. Kesadaran :Composmetis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah :190/100 mmHg
2) Nadi :
- Frekuensi : 110 kali/ menit
- Irama : ireguler
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan :
- Frekuensi :15 kali/ menit
- Irama : reguler
4) Suhu : C

2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesocepal
b. Kulit Kepala : bersih tidak ada ketombe tidak ada luka.
c. Rambut : rambut kuat dan ditumbuhi uban.
3. Muka
a. Mata :
1) Palpebra : tidak ada edema/ pembesaran
2) Konjungtiva : an anemis
3) Sclera : an iterik
4) Pupil : isokor
5) Diameter pupil ka/ki : 3 cm/ 3 cm
6) Reflek terhadap cahaya : positif/ positif
7) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
b. Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret dan tidak ada
perdarahan
c. Mulut : mukosa mulut lembab, keadaan gigi lengkap dan bersih,
warna lidah merah muda
d. Telinga: tidak ada serumen, tidak ada lesi tidak ada jejas
4. Leher
a. Kelenjar Tiroid : tidak terjadi pembesaran
b. Kelenjar limfe : tidak terjadi pembesaran
c. JVP : tidak ada
5. Dada (thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan kiri normal/ sama, tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : tidak ada pembesaran,
Palpasi : iktus cordis di ics v
Perkusi : timpani
Auskultasi : S1 S2 tidak ada suara tambaham
6. Abdomen
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran dan simetris
Auskultasi : bising usus 16 kali/ menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
7. Genetalia
Tidak terpasang kateter, mens rutin setiap awal bulan
8. Rektum
Tidak ada hemoroid

9. Ekstremitas
a. Atas

Kanan Kiri
Kekuatan otot 4 4
Rentang gerak Bebas terbatas Bebas terbatas
Akral hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan lemas Lemas

b. Bawah

Kanan Kiri
Kekuatan otot 4 4
Rentang gerak Bebas terbatas Bebas terbatas
Akral hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan lemas Lemas

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit segera memeriksakan ke puskesmas
atau ke tenaga kesehatan terdekat
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
1) Antropometri
BB: 55 kg
TB : 160 cm
IMT : BB/(TB)2= 55/(1,6)2
= 55/2,56
= 21,4 (normal)
2) Biochemical
 Hemoglobin : 15,6 g/dL (tinggi)
 Hematokrit : 45,2% (normal)
3) Clinical sign
 Rambut tidak mudah rontok
 Kornea mata jernih dan bersih
 Mukosa bibir lembab
 Tugor kulit kenyal dan lembab
4) Diet
Rendah gula.
b. Pengkajian Pola Nutrisi

Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 3 kali/ hari 3 kali/ hari
Jenis Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk, buah
Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis
Keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Pola Eliminasi
a. BAB

Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 1 kali/ hari 1 kali/ hari
Konsistensi berbentuk berbentuk
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak ada
(laktasit)
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK

Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 4 kali sehari 5kali sehari
Jumlah urine 250 cc 300 cc
Warna kuning Kuning
Pancaran kuat Kuat
Perasaan setelah lega Lega
berkemih
Total produksi urin 1000cc 1500 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Analisa Keseimbangan Cairan Selama Perawatan

Intake output Analisa


a. Minuman 900 cc a. Urine 1500 cc Intake 2540 cc
b. Makanan 200 cc b. Feses 150 cc Ouput 2475 cc
c. Cairan iv 1440 cc c. Muntah 0 cc
d. IWL (15xBB)
= (15x55)
= 825cc
Total 2540 cc Total 2475 cc Balance 65 cc

4. Pola Aktivitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Thoileting √
Berpakaian √
Monilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi/ ROM √
Ket. :
0 : Mandiri, 1 : dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung total

5. Pola Istirahat Tidur

Sebelum sakit Saat sakit


Jumlah tidur siang 1 jam 1 jam
Jumlah tidur malam 6 jam 6 jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun segar Segar
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada

6. Pola Kognitif-Persepsi
a. Status mental
penampilan : jenis kelamin perempuan, penampilan terhadap usia sesuai
dengan usia dan perawatan diri baik.
pesikomotor: normative
sikap terhadap pemeriksaan : kooperatif
pemikiran : realistis
b. Kemampuan pengindraan
 Penglihatan : pasien mengatakan dapat melihat dengan jarak yang
jauh dan dekat dengan jelas.
 Pendengaran : pasien mengatakan dapat mendengar suara dengan
baik
 Pengecapan : pasien mengatakan dapat merasakan asin, pahit,
manis
 Perabaan : pasien dapat membedakan benda kasar dan halus
c. Pengkajian nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Gambaran diri/citra tubuh
Pasien mengatakan tubuhnya sempurna dan tidak ada yang kurang.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
c. Harga diri
Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan penyakit yang dia derita.
d. Peran diri
Pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu dari anak
anaknya dan istri dari suaminya.
e. Identitas diri
Pasien mengatakan dimasyarakat berperan sebagai anggota
masyarakat dan aktif ikut kumpul kegitan ibu-ibu di lingkungan masyarakat.
8. Pola Hubungan Peran
Pasien mengatakan masih menjadi ibu dari anak-anaknya dan sebagai
istri dari suaminya.
9. Pola Seksualitas Reproduksi
Pasien mengatakan haid rutin setiap awal bulan
10. Pola Mekanisme Koping
Pasien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakannya kepada
suaminya.
11. Pola Nilai Dan Keyakinan
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang muslim dan melaksanakan
sholat 5 waktu
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Nilai Keterangan


Hr/tgl/jam satuan hasil
pemeriksaan normal hasil
Sabtu, 11 Hematologi
CBC
Mei 2019
Lekosit 3,6-11,0 10^3/µl 9,8 normal
jam 13.30 Eritrosit 3,80-5,20 10^6/µl 5,77 tinggi
Hemoglobin 11,7-15,5 g/dL 15,6 tinggi
WIB
Hematokrit 35-47 % 45,2 normal
Indeks
eritrosit
80-100 fl 78,3 rendah
MCV
26-34 pg 27,0 normal
MCH
32-37 g/dL 34,5 normal
MCHC
150-450 10^3/µl 340 normal
Trombosit
11,5-14,5 % 11,3 rendah
RDW-CV
fl 12,4
PDW
fl 10,8
MPV
% 31,0
P-LCR
% 0,37
PCT
Kimia klinik
70-120 mg/dL 456 tinggi
Gula darah
sewaktu 0-31 mg/dL 20,1 normal
Ureum 0,50-0,90 mg/dL 0,66 normal
Creatinin

Minggu/12 gula darah 70-120 mg/dL 253 tinggi


Mei 2019 sewaktu
08.08 WIB
Senin/ gula darah 70-120 mg/dL 211 tinggi
13 Mei
sewaktu
2019/
07.42 WIB

VI.TERAPI MEDIS

Golongan & Fungsi &


Hr/tgl/jam Jenis terapi dosis
kandungan farmasi
Sabtu / ringer fudin 20 tpm elektrolit mencukupi
11 Mei
elektrolit tubuh
2019/ ranitidine 50mg/12 histamine blocker mengurangi asam
08.00 WIB
jam lambung dalam
dalam perut.
ondansetron 8mg/12 antiemetic mencegah mual
jam dan muntah.
furosemid 1/ 12 deuretik mengurangi
jam cairan berlebih
serta garam
berlebih dalam
tubuh

insulin 20-20- hormon anti diabetes


20 militus
ANALISA DATA

Nama : Tn. J No. CM : 0389XX


Umur : 64 tahun Dx medis : Diabetes militus
no Hr/tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi Symtom
1 Senin/ DS: pasiem resiko - 1.
13 Mei mengatakan lemas, ketidak pemantauan
2019/ jantung berdebar- stabilan glukosa darah
13.00 WIB debar. kadar tidak adekuat
DO: GDS: 456 glukosa 2. kurang
TD : 190/ 100mmHg darah pengetahuan
Nadi: 110 kali/ menit tentang
manejemen
penyakit
3. manejemen
diabetes tidak
tepat
4. kurang
pengetahuan
tentang faktor
yang dapat
diubah
2 Senin/ DS: pasien hambatan malnutrisi 1.gangguan
13 Mei mengatakan saat mobilitas sikap berjalan
2019/ berpindah dibantu fisik 2. penurunan
13.30 WIB oleh keluarga. rentang gerak
DO: kekuatan otot 4 3. waktu
pergerakan bebas reaksi
terbatas memanjang
4. gerak
lambat
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah ditandai dengan pemantauan


glukosa darah tidak adekuat, kurang pengetahuan tentang manejemen penyakit,
manejemen diabetes tidak tepat, kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat
diubah
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan malnutrisi ditandai dengan
gangguan sikap berjalan, penurunan rentang gerak, waktu reaksi memanjang,
gerak lambat
RENCANA KEPERAWATAN

Nama :Tn J No. CM : 0389XX


Umur : 64 tahun Dx medis : Diabetes militus
Hr/tgl No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd
Dx
Senin/13 1 setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar
Mei 2019/ keperawatan selama 3x24 jam glukosa darah
2. Berikan cairan IV
13.45WIB masalah keperawatan resiko
sesuai kebutuhan
ketidak stabilan kadar glukosa
3. Monitor nadi dan
darah dapat teratasi dengan
tekanan darah.
kriteris hasil 4. Berikan insulin
1. Malaise membaik dari sesuai resep
5. Berikan bantuan
3 menjadi 1 (211104)
2. Kelelahan membaik untuk penyesuaian
dari 3 menjadi 1 regiment
(211105) pengobatan untuk
3. Peningkatan glukosa
mencegah atau
darah membaik dari 5
merawat
menjadi 3 (211117)
hiperglikemi
4. Glukosa darah mebaik
6. Kolaborasikan
dari 1 menjadi 3
dengan dokter
(230001)
Senin/ 13 2 setelah dilakukan tindakan 1. bantu pasien
Mei 2019/ keperawatan selama 3x 24 jam untuk
14.00WIB masalah keperawatan perpindahan
hambatan mobilitas fisik dapat sesuai
teratasi dengan kriteria hasil: kebutuhan
2. gali hambatan
1. Berjalan membaik dari
untuk
4 menjadi 5 (020806)
2. Bergerak dengan melakikan
mudah membaik dari 4 aktifitas.
3. ajarkan
menjadi 5 (020814)
3. Keseimbangan keluarga
membaik dari 4 mejadi tentang cara
5 (020801) berpindah yang
aman.

TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI

Nama : Tn J No. CM : 0389xx


Umur : 64 tahun Dx medis : Diabetes militus
Hr/Tgl/Jam No. Dx Implementasi Respon Ttd
Senin/ 13 1 memonitor kadar S: pasien mengatakan
Mei 2019/ glukosa darah bersedia dilakukan cek gula
09.00 WIB darah
O: GDS: 253

Senin/ 13 1 meberikan cairan IV S: pasien mengatakan stuju


Mei 2019 sesuai kebutuhan dilakukan pemasangan infus.
09.15 WIB O: pasien terpasang infus RL
20 tpm
Senin/ 13 1 memonitor nadi dan S: pasien bersedia dilakukan
Mei 2019/ tekanan darah. cek tekanan darah dan nadi
9.30 WIB O: TD: 150/90 mmHg
N: 90 kali/ menit

Senin/ 13 1 memberikan insulin S: pasien bersedia di injeksi


Mei 2019/ sesuai resep insulin 12 unit
9.45 WIB O: Insulin 10 unit di injeksi
ke pasien, pasien tidak lemas.

Senin/ 13 1 memberikan bantuan S: keluarga pasien


Mei 2019/ untuk penyesuaian mengatakan takut melakukan
10.00WIB regiment pengobatan injeksi insulin
untuk mencegah atau O : keluarga pasien terlihat
merawat hiperglikemi bingung dengan yang
diajarkan perawat dan tidak
mau mencoba injeksi insulin.
Senin/ 13 1 Kolaborasikan dengan S: pasien mengatakan
Mei 2019/ dokter bersedia dilakukan kolaborasi
10.15 WIB dengan dokter.
O: pasien mendapatkan terapi
insulin 20 unit.

Hr/Tgl/Jam No. Dx Implementasi Respon Ttd

Senin/ 13 2 membantu pasien untuk S: pasien bersedia dibantu


Mei 2019/ perpindahan sesuai oleh perawat.
10.30 WIB kebutuhan O: pasien dibantu berpindah
ke kamar mandi.
Senin/ 13 2 menggali hambatan S: pasien mengatakan lemas
Mei 2019/ untuk melakikan saat dan sulit berpindah.
10.45WIB aktifitas. O: pasien terlihat kesulitan
dalam berpindah.

Senin/ 13 2 mengajarkan keluarga S: keluarga pasien


Mei 2019/ tentang cara berpindah mengatakan mengerti dengan
11.00WIB yang aman. yang diajarkan perawat.
O: keluarga pasien dapat
membantu pasien berpindah
dengan aman.

Selasa/14 1 memonitor kadar S: pasien bersedia dilakukan


Mei 2019/ glukosa darah pengukuran gula darah.
09.00WIB O: GDS:211

Selasa/14 1 memonitor nadi dan S: pasien bersedia dilakukan


Mei 2019/ tekanan darah. pengukuran tekanan darah
09.150WIB dan nadi.
O: TD: 130/80 mmHg
N: 90 kali/ menit
Selasa/14 1 memberikan insulin S: pasien mengatakan setuju
Mei 2019/ sesuai resep dilakukan injeksi insulin 12
09.30WIB unit
O: insulin 12 unit di injeksi
intra cutan.

Hr/Tgl/Jam No. Dx Implementasi Respon Ttd

Selasa/14 1 memberikan bantuan S: keluarga meminta


Mei 2019/ untuk penyesuaian diberikan obat dengan
09.45WIB regiment pengobatan resepan oral.
untuk mencegah atau O: keluarga terlihat takut
merawat hiperglikemi melakukan injeksi insulin.
Selasa/14 1 Kolaborasikan dengan S: pasien mengatakan setuju
Mei 2019/ dokter dilakukan kolaborasi dengan
10.00WIB dokter.
O: pasien mendapat obat
penurun gula dengan resepan
oral.

Selasa/14 2 membantu pasien untuk S: pasien mengatakan dapat


Mei 2019/ perpindahan sesuai berpindah dengan mandiri.
10.15WIB kebutuhan O: pasien terlihat berpindah
mandiri.
Selasa/14 2 menggali hambatan S: pasien mengatakan dapat
Mei 2019/ untuk melakukan beraktifitas mandiri
10.30WIB aktifitas. O: pasien terlihat beraktifitas
dengan mandiri

CATATAN KEPERAWATAN

Nama :Tn J No. CM : 0389xx


Umur: 64 Tahun Diagnosa Keperawatan : Diabetes
militus
No.dx Hr/tgl/jam Evaluasi Ttd
1 Senin/13 S: pasien mengatakan lemas
Mei 2019/ O: GDS: 253
10.15 WIB TD: 150/90mmHg
N : 90 kali / menit
A: masalah resiko ketidak stabilan glukosa darah teratasi
sebagian
P: lanjukan intervensi
1. Monitor kadar glukosa darah
2. Monitor nadi dan tekanan darah.
3. Berikan insulin sesuai resep
4. Berikan bantuan untuk penyesuaian regiment
pengobatan untuk mencegah atau merawat
hiperglikemi
5. Kolaborasikan dengan dokter

2 Senin/13 S: pasien mengatakan kesulitan dalam berpindah dan


Mei 2019/ lemas.
11.00WIB O: kekuatan otot 4
pasien terlihat lemas
A: masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjukan intervensi
1. bantu pasien untuk perpindahan sesuai
kebutuhan
2. gali hambatan untuk melakikan aktifitas.
No.dx Hr/tgl/jam Evaluasi Ttd

1 Selasa/14 S: pasien mengatakan sudah tidak lemas lagi


Mei 2019/ O: GDS: 211
10.00WIB TD : 130/80mmHg
N : 90 kali/ menit
A: masalah resiko ketidak stabilan glukosa darah teratasi
sebagian
P: hentikan intervesi pasien pulang
2 Selasa/14 S: pasien mengatakan sudah dapat berpindah sendiri dan
Mei 2019/ beraktifitas sendiri
10.30WIB O: pasien terlihat dapat berkatifitas mandiri
A: masalah hambatan mobilitas fisik dapat terapasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi (Black and
Hawks, 2014).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Nugroho, 2011 hlm. 258).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative intensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009 hlm. 624).
Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus adalah penyakit
metabolik dengan karakteristik peningkatan gula darah (hiperglikemia) dan
disebabkan karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang di produksi.

B. Saran
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit diabetes mellitus ini dilakukan
dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang
sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat
enaknya saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai