PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
auskultasi. Batuk terdengar produktif tetapi sekret sulit dikeluarkan,
pengembangan dada tidak simetris, ekspirasi memanjang, mudah capek,
sesak nafas saat beraktifitas, takhikardi atau bradikardi, tekanan darah
dapat meningkat/menurun, pucat/dingin, sianosis pada kedua ekstermitas
(Yilldirim, 2010).
Insiden di Amerika Serikat sekitar 360.000 kasus per tahun, 36%
meninggal selama perawatan. Morbiditas dan mortalitas meningkat seiring
dengan meningkatnya usia dan adanya komorbiditas. Gagal nafas
merupakan diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas
darah(AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi
pertukaran gas yang nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi(
hipoksemia) atau kegagalan dalam pengeluaran CO2 (hiperkapnia,
kegagalan ventilasi) atau merupakan kegagalan kedua fungsi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gagal napas?
2. Apa etiologi gagal napas?
3. Apa tanda dan gejala pada gagal napas?
4. Apa pemeriksaan penunjang pada gagal napas?
5. Bagaimana pathway pada gagal napas?
6. Apa komplikasi pada gagal napas?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada gagal napas?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada gagal napas?
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi gagal napas
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi gagal napas
3. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala pada gagal napas
4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada gagal
napas
5. Mahasiswa mampu mengetahui pathway pada gagal napas
2
6. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi pada gagal napas
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan pada gagal napas
8. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada gagal napas
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
d. Obat-obatan : narkotika, anastesi
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)
a. pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
b. PaO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
c. PaCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
2. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, sitologi, urinalisis,
bronkoskopi.
3. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang
tidak diketahui. Terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat
terlihat perpindahan letak mediastinum.
4. Pemeriksaan sputum,fungsi paru, angiografi.
5
5. Hemodinamik
6. EKG
E. Pathway
Trauma Kelainan neurologis
Dyspnea, sianosis
Tindakan primer A, B, C,
D, dan E
Ventilasi mekanik
6
F. Komplikasi
1. Paru
Komplikasi yang sering terjadi adalah emboli paru, barotraumas,
fibrosis paru, dan komplikasi sekunder akibat alat mekanis yang
digunakan. Pasien juga rentan terhadap pneumonia nosocomial.
Fibrosis paru dapat terjadi pasca acute lung injury yangterkait acute
respiratory distress syndrome (ARDS).
2. Kardiovaskular
Komplikasi yang sering terjadi pada gagal napas akut adalah hipotensi,
menurunnya kardiak output, aritmia, perikarditis, dan infark miokard
akut.
3. Gastrointestinal
Komplikasi yang utama pada gastrointestinal akibat gagal napas akut
adalah perdarahan, distensi lambung, ileus, diare, dan
pneumoperitoneum. Stress ulcer sering terjadi pada gagal napas akut.
4. Infeksi
Infeksi nosokomial sering terjadi, seperti pneumonia, infeksi saluran
kemih, catheter-related sepsis.
5. Ginjal
Acute Renal Failure (ARF) dan abnormalitas elektrolit dan homeostasis
asam basa sering terjadi. ARF pada gagal napas akut berkaitan dengan
buruknya prognosis dan tingginya mortalitas. ARF ini terjadi akibat
hipoperfusi renal dan penggunaan obat nefrotoksik, termasuk bahan
kontras radiologi.
6. Nutrisi
Malnutrisi akibat nutrisi enteral dan parenteral. Komplikasi
akibat nasogastric tubes yaitu distensi lambung dan diare. Komplikasi
akibat nutrisi parenteral dapat berupa infeksi, ataupun komplikasi
metabolik (hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit)
7
G. Penatalaksanaan
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasi
a. Perbaiki jalan nafas
b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag
c. Ventilasi Mekanik
3. Fisioterapi dada
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Data Dasar
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kekurangan energi/kelelahan, insomnia
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya bedah jantung jantung-paru, fenomena
embolik (darah,udara,lemak)
Tanda : Tekanan darah dapat normal atau meningkat pada awal
(berlanjut menjadi hipoksia) ;hipotensi terjadi pada tahap lanjut
(syok) atau terdapat faktor pencetus seperti pada eklampsi. Frekuensi
jantung: takikardi biasanya ada. Bunyi jantung : normal pada tahap
dini ; S3 mungkin terjadi. Distritmia dapat terjadi , tetapi EKG sering
normal. Kulit dan membran mukosa : Pucat, dingin. Sianosis
biasanya trjasi (tahap lanjut).
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan, ancaman perasaan takut
Tanda : Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan
mental.
d. Makanan /Cairan
Gejala : Kehilangan selera makan, mual.
Tanda : Edema/ perubahan berat badan. Hilang / berkurangnya bunyi
usus.
8
e. Neurosensori
Gejala/Tanda : Adanya trauma kepala, mental lamban,disfungsi
motorik
f. Pernapasan
Gejala : Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus
paru, timbulnya tiba-tiba atau bertahap, kesulitan napas, lapar udara
Tanda : Pernafasan : Cepat, mendengkur, dangkal
Peningkatan kerja napas : Penggunaan otot aksesori pernafasan,
contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal,
memerlukan oksigen konsentrasi tinggi.
Bunyi napas : Pada awal normal, krekels, ronkhi, dan dapat terjadi
bunyi napas bronkial. Perkusi dada : Bunyi pekak di atas area
konsolidasi. Ekspansi dada menurun atau tidak sama, peningkatan
fremitus (getar vibrasi pada dinding dada dengan palpitasi), sputum
sedikit, berbusa, pucat atau sianosis, penurunan mental , bingung
g. Seksualitas
Gejala/Tanda: Kehamilan dengan adanya komplikasi eklampsia
h. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Makan/kelebihan dosis obat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret/ retensi sputum di jalan napas dan hilangnya reflek batuk
sekunder terhadap pemasangan ventilator.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses weaning,
setting ventilator yang tidak tepat.
9
3. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
a. Setelah dilakukan tindakan NIC
keperawatan selama 3 x 24 jam -observasi status respirasi
diharapkan masalah keperawatan -pertahankan posisi kepala
dapat teratasi dengan kriteria hasil atau tubuh
: NOC -lakukan suction sesuai
-suara napas vesikuler indikasi
-retensi sekret tidak ada -catat karakteristik dan
-pada foto thorax tidak tampak produksi sputum
gambaran infiltrat -kolaborasi pemberian
terapi sesuai program
b. Setelah dilakukan tindakan NIC
keperawatan selama 3 x 24 jam -observasi status pernapasan
diharapkan masalah keperawatan secara periodik
dapat teratasi dengan kriteria hasil -monitor tanda-tanda vital
: NOC -posisikan pasien untuk
-hasil analisa gas darah normal memaksimalkan ventilasi
-penggunaan otot bantu napas (-) -kolaborasi pemberian
-tidak ada tanda-tanda sianosis, terapi sesuai program
penurunan kesadaran
-suara napas bersih
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Gagal
nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah
yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan. Indikator gagal
nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan
normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi
sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal
10-20 ml/kg).
B. Saran
Dalam melakukan penanganan gagal nafas, terutama dalam
penanganan A (mempertahankan jalan nafas) harus diperhatikan posisi
tidur pasien, yaitu dalam posisi sniffing position, dengan cara posisi
terlentang dengan meletakkan ganjalan dibawah bahu. Posisi yang tepat
dapat dapat mencegah jatuhnya lidah kebelakang sehingga dapat menekan
dinding farink bagian belakang yang akan menutupi jalan nafas. Dalam
penanganan B (pemberian bantuan pernafasan) harus diperhatikan cara
memberikan VTP secara tepat, yaitu tekanan positif diberikan sesuai
dengan irama pernafasan penderita, yaitu saat terjadinya inspirasi.
11