Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM)

DI RUANG TULIP RSUD dr SOERATNO GEMOLONG

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh :
NOVI AYUDYA TARI
NIM. SN181121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi baik

ketika pancreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh

tidak dapat secra efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO,

2013). Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada sesesorang disebabkan peningkatan kadar gula darah (glukosa)

akibat kekurangan insulin baik absolute atau pasti maupun relative

(Soegondo, dkk, 2013). Diabetes melitus merupakan gangguan

metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel

beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi,

2016).

2. Etiologi

Etiologi atau faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat

heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya

menjanai peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi,

2011).

Adapun faktor - faktor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit

Diabetus Melitus antara lain :


a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B

sampai dengan terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.

b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b,

antara lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana

pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih,

obesitas dan kehamilan.

c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita/ gangguan

system imunologi

d. Adanya kelainan insulin

e. Pola hidup yang tidak sehat

3. Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala

akut dan gejala kronik (PERKENI, 2015) :

a. Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan

mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli)

yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan

banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera

diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing,

nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila

tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).

b. Gejala kronik penyakit DM

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah

kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum,

rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya

sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada

wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual

menurun, dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir

lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).

4. Komplikasi

Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu:

komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2015 ;

PERKENI, 2015).

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-

600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala

asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma


meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan

anion gap (PERKENI, 2015).

2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat

tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,

osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),

plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit

meningkat (PERKENI, 2015).

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa

darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus

dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala

hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,

gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran

menurun sampai koma (PERKENI, 2015).

b. Komplikasi kronik

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi

pada pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang

bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol

dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi

kronik. Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :

1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat

aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya

arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak

spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering

terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis

menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit

kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5 kali

dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati

umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah

yang baik. Tetapitelah terbukti secara epidemiologi bahwa

hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas

kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat

menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi

semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL

akanmeningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali

lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara

lain adalah pembuluh darah jantung atau penyakit jantung

koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit

pembuluh darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor

aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya

komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015)

2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada

pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari

retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik

dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan

retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan

stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma,

sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya

pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya

hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan

fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.

Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten

(>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan

ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi

penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein

dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari

nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal

progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol

metabolisme dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare,

2015)

3) Neuropati

Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai

komplikasi serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan

paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya


sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu

ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya

ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah

kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit

di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap

pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya

polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati

distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko

amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati

perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk

mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).

5. Patofisiologi dan Pathway

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi

glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes

mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiasi

insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya

terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap

berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya

hormone insulin. Akibatnya kekurangaan insulin maka glukosa tidak

dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat

dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,


karena ambang batas untuk gula darah adalah 180mg% sehingga

apabila terjadi hiperglikemia maka ginjal tidak bisa menyaring dan

mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan

sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan

bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan dengan glukosuria

maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria

menakibatkan dehidrasi intraseluler, hal ini akan merangsang pusat

haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga

pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya

transposrt glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan

simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena

digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien

akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut

poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi

penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu

banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan

pernafasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton dan

bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati

akan terjadi koma yang disebut koma diabetic.


6. Penatalaksanaan (Medis Dan Keperawatan)

Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan

terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin

dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah

untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian

diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :

a. Edukasi

Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit

diabetes. Dengan mengetahui faktor risiko diabetes, proses

terjadinya diabetes, gejala diabetes, komplikasi penyakit

diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat

lebih menyadari pentingnya pengendalian diabetes,

meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan

diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu

menanggulangi diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit

yang di luar kendalinya. Terdiagnosis sebagai penderita

diabetes bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi

(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil.
b. Pengaturan makan (Diit)

Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk

mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah,

serta berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes

dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan

proses makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu

dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti

halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita diabetes

sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan

karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah

dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori

yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.

c. Olahraga / Latihan Jasmani

Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga

membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik

juga memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas

insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes

lebih mudah dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan

dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan

kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang

dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama

30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis

olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti


berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll.

Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam

kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga

ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita

diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang

tinggi dapat diatasi sebelum olahraga dimulai.

d. Obat / Terapi Farmakologi

Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila

gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita

mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga

digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan

tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada

keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.

7. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat

1) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM., bagaimana penanganannya,

mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum


obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan

klien untuk menanggulangi penyakitnya.

b. Pola Gordon

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa

nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru /

berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning poliuri dapat berkembang

menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya

ansietas, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare).

2) Sirkulasi

Gejala

3) Integritas ego

4) Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa

nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru /

berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning poliuri dapat berkembang

menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya

ansietas, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare).

5) Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti

diet, peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan

berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu, haus,

penggunaan diuretic (tiazid).

Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan /

distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan

kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau

halitosis/manis, bau buah (nafas aseton).

6) Neurosensori

Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas

kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap

lanjut), gangguan memori, reflek tendon menurun, kejang.

7) Nyeri / kenyamanan

Gejala : abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi

8) Pernafasan

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa

sputum purel (tergantung adanya infeksi/ tidak)

Tanda : lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum purel

(infeksi),

9) Keamanan, frekuensi pernafasan.

Gejala : kulit kering, gatal ulkus kulit


Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi / ulserasi,

menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak,

parestesia/paralysis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika

kadar kalium menurun dengan cukup tajam.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan,berat badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, telinga kadang-kadang berdenging adakah gangguan

pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi kebih

kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan

pendarahan, apakah penglihatan kabur/ ganda, diplobia, lensa

mata keruh.

3) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman

bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus

dan gangrene, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur

rambut dan kuku.

4) Sistem pernafasan

Adkah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita

DM mudah terjadi infeksi.


5) Sistem kardiovaskuler lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,

kardiomegalis. Perfusi jaringan menurun, nadi perifer

6) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar

abdomen, obesitas.

7) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem muskulokeletal

Penyebaran lemak, penyebar masa otot, perubahan tinggi

badan, cepat lelah dan nyeri, adanya gangrendi ekstrimitas.

9) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disoerientasi.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan

1) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah

puasa >120 mg/dl dan dua jam post pradial > 200 mg/dl.

2) Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil


dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+),

kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).

3) Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic

yang sesuai dengan jenis kuman.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungn dengan kehilangan cairan

aktif (dieresis osmotic)

b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

diabetes mellitus, kurang pengetahuan tentang proses penyakit

diabetes mellitus

3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1 Kekurang Tujuan : setelah diberikan intervensi  Pantau tanda
an volume dalam waktu x 24 jam homeostasis dapat vital, catat
cairan dipertahankan perubahan
berhubung Kriteria hasil : tekanan darah
an engan  Mendemonstrasikan hidrasi pada perubahan
kehilanga adekuat dibuktikan oleh tanda posisi, kekuatan
n cairan vital stabil, nadi perifer
aktif  Nadi perifer dapat diraba  Dapatkan
(dieresis  Turgor kulit dan pengisian riwayat dari
osmotic) kapiler baik pasien atau
 Haluaran urine tepat secara orang terdekat
individu yang
 Kadar elektrolit dalam batas berhubungan
normal dengan lama dan
intensitas dari
gejala yang
muncul seperti
contoh : muntah,
pengeluaran
urine yang
berlebihan.
 Anjurkan klien
untuk
menggunakan
selimut tipis
 Berikan terapi
cairan sesuai
indikasi (normal
salin atau dengan
tanpa dekstrosa)
2 Ketidaksei Tujuan : setelah diberikan intervensi  Timbang berat
mbangan dalam waktu x 24 jam nutrisi kembali badan setiap hari
nutrisi : seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh atau sesuai
kurang Kriteria hasil : dengan indikasi
dari  Pasien dapat mencerna jumlah  Tentukan
kebutuhan kalori atau nutrient yang tepat program diet dan
tubuh  Berat badan stabil atau pola makan
berhubung penambahan kea rah rentang pasien dan
an dengan biasanya bandingkan
faktor  Mendemonstrasikan berat badan dengan makanan
biologis stabil atau penambahan kearah yang dapat
rentang biasanya atau yang dihabiskan
diinginkan dengan niali pasien.
laboratorium dengan batas normal  Libatkan
keluarga pasien
pada pencernaan
makan ini sesuai
dengan indikasi
 Kolaborasikan
melakukan
pemeriksaan
gula darah
dengan
meggunakan
“finger stick”.
3 Ketidakef Tujuan : seteah diberikan intervensi  Kaji pucat,
ektifan dalam waktu x 24 jam diharapkan sianosis, belang,
perfusi jaringan perifer kembali efektif kulit dingin /
jaringan Kriteria hasil : lembab. Catat
perifer  Mendemostrasikan perfusi kekuatan nadi
berhubung adekuat secara individual : perifer
an dengan  Kulit hangat dan kering  Selidiki
diabetes  Ada nadi perifer / kuat perubahan tiba-
mellitus,  TTV dalam batas normal tiba atau
kurang  Pasien sadar atau berorientasi gangguan mental
pengetahu  Keseimbangan pemasukan / kontinu. Contoh
an tentang pengeluaran : cemas,
proses bingung, letargi,
 Tidak tampak oedema
penyakit pingsan.
 Bebas dari rasa nyeri atau
diabetes
ketidaknyamanan.  Anjurkan pasien
mellitus dalam
melakukan /
melepas kaus
kaki
antiembolokbila
digunakan.
 Pantau data
laboratorium,
contoh GDA,
BUN, Kreatinin,
Elektrolit.
4. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Evaluasi

Diagnosa 1 : S:-
Kekurangan volume cairan
O : Tanda vital stabil, turgor kulit
berhubungan engan
elastic baik, haluran urine tepat, kadar
kehilangan cairan aktif
(dieresis osmotic) elektrolit dalam batas normal

A : Malasah teratasi

P : Hetintikan intervensi

Diagnosa 2 S:-
:Ketidakseimbangan nutrisi
O : berat badan stabil atau perubahan
: kurang dari kebutuhan
kearah rentang biasanya atau yang
tubuh berhubungan dengan
faktor biologis diinginkan

A : Masalah teratasi

P : Hrntikan intervensi

Diagnosa 3 : S:-
Ketidakefektifan perfusi
O : kulit hangat dan kering, ada nadi
jaringan perifer
perifer / kuat, TTV dalam batas normal,
berhubungan dengan
diabetes mellitus, kurang pasien sadar atau berorientasi,
pengetahuan tentang proses
keseimbangan pemasukan /
penyakit diabetes mellitus
pengeluaran, tidak tampak oedema

A : Masalah teratasi

P : Hentikanintervensi
DAFTAR PUSTAKA

PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI

Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai