Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan

dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya

mengalami penyulit, dan memerlu perawatan yang memadai. BBLR yang

cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu

bermasalah dalam perawatannya (Depkes, 2009).

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan

low birth weight baby (Bayi Dengan Berat Lahir Rendah). Hal ini dilakukan

karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir

bayi prematur. Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat

melihat dari sesuai masa kehamilan (SMK), besar masa kehamilan (BMK)

(Sarwono, 2006).

Hampir 13 juta bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram di

seluruh dunia setiap tahunnya. Dan dari jumlah tersebut lebih sejuta meninggal

dalam sebulan setelah kelahiran. World Health Organization (WHO) sendiri

mendefinisikan Bayi Berat Lahir Rendah sebagai bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gr. Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi

epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500

gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk. Menurunkan


insiden Bayi Berat Lahir Rendah hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan

utama “A World Fit For Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan

rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in

2002. Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran,

merupakan BBLR di Asia adalah 22% (Rahayu,2009).

Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama

kehidupan. Penyebabnya adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti

asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini

terjadi di negara berkembang (WHO, 2003.)

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka

kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima

menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi

baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan

penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

(Depkes 2008).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh tahun 2010 angka

kematian bayi di Aceh berkisar 37/1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah

kematian neonatal 655 jiwa. Penyebab kematian karena asfiksia sebanyak 180

jiwa, BBLR sebanyak 178 jiwa, infeksi sebanyak 14 jiwa, neonatus sebanyak 4

jiwa dan lain-lain 279 jiwa.

Berdasarkan data statistik dari Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh

Utara dari bulan Juni 2010 sampai dengan Mei 2011, tercatat jumlah pasien yang
di rawat adalah 9.120 jiwa dan ditemukan kasus BBLR sebanyak 175 kasus

(1,91%), dan dari bulan Juni 2011 sampai dengan Mei 2012 tercatat jumlah

pasien yang dirawat adalah 11.565 jiwa dan ditemukan kasus BBLR sebanyak

190 kasus (1,6%).

Dari data-data diatas maka penulis tertarik mengambil kasus ini untuk

dijadikan Karya Tulis Ilmiah, dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi

Ny.R Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Ruang Perinatologit Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan

keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi

berat lahir rendah.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi

dengan berat badan lahir rendah

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas

masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah

c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi

dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian

prioritas masalah keperawatan


d. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi

masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah

e. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan

berat badan lahir rendah.

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan suatu metode

deskriptif. Deskriptif adalah metode yang menguraikan suatu keadaan yang benar

dari suatu objek di mulai dari pengumpulan data yaitu wawancara dan

dokumentasi, menganalisa dan mengambil keputusan serta memecahkan masalah

serta mengevaluasi melalui:

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca dan mempelajari konsep teoritis tentang

pengertian, penyebab, patofisiologi dan gejala-gejala yang mungkin timbul

pada masalah BBLR dan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan karya

tulis ini.

2. Studi kasus

Yaitu penulis langsung mengamati dan melaksanakan asuhan

keperawatan pada bayi dengan BBLR dengan teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah :
a. Wawancara

Ditujukan pada klien, keluarga dan perawat lainnya, dari hasil

wawancara penulis mendapatkan data tentang riwayat kesehatan klien,

kesehatan keluarga dan pola kebiasaan.

b. Pengamatan / Observasi

Mengamati keadaan klien terhadap proses perjalanan penyakit

serta gejala-gejala / keluhan-keluhan yang mungkin timbul untuk

mendapatkan data.

c. Pemeriksaan fisik

Yaitu dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi pada pasien.

d. Dokumentasi

Yaitu catatan, hasil pemeriksaan dan asuhan keperawatan yang

dilakukan pada pasien.

D. Sistematika Penulisan

Untuk lebih sistematis dan terarah maka sistematika penulisan karya tulis

ini terdiri dari lima bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, meliputi konsep dasar teoritis yang

terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda /

gejala-gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan


diagnostik serta konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi

: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB III : TINJAUAN KASUS, yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN, menguraikan tentang permasalahan dan

kesenjangan antara tinjauan teoritis pada bab II dan tinjauan

kasus pada bab III.

BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan

masalah Bayi Berat Lahir Rendah .


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau lebih rendah (WHO, 1961).

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram.

Menurut Ikadan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2004), bayi berat lahir

rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa

memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah bayi lahir.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang ditimbang dalam 1 jam

setelah bayi lahir.

2. Klasifikasi BBLR

Menurut Saifuddin (2000) Hassan dan Nursalam (2005) BBLR dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Menurut Ukuran

1) Bayi BBLR : bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gr tanpa

memperhatikan usia gestasi.

2) Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir

eksterm rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1000 gr.

3) BBL sangat rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1500 gr d.

Berat badan lahir rendah sedang : bayi yang lahir dengan berat badan

antar 1501-2500 gr.

4) Bayi berat sesuai usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan

berada diantara persentil ke-10 dan ke-90 pada kurva pertumbuhan

intra uterin.

5) Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi : bayi yang

lahir dengan berat badan berada dibawah persentil ke-10 pada kurva

pertumbuhan intra uterin.

b. Menurut penanganan dan harapan hidup

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram 1500

gram

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000 gram

3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir kurang dari

1000 gram.

c. Menurut golongan

1) Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-

SMK).

2) Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (KMK).

d. Menurut Usia Gestasi

1) Bayi Prematur (praterm) : Bayi yang lahir sebelum gestasi minggu ke-

37, tanpa memperhatikan berat badan lahir.

2) Bayi full-term : Bayi yang lahir antara awal minggu ke-38 sampai

akhir gestasi minggu ke- 42 tanpa memperhatikan berat badan lahir.

3) Bayi postmatur (posterm) : Bayi lahir lebih dari usia gestasi, tanpa

memperhatikan berat badan lahir.

3. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah

sebagai berikut (Idai, 2004).

a. Faktor ibu, penyakit seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan

sebagainya. komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti

perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran

preterm. Usia Ibu dan paritas yaitu faktor kebiasaan ibu seperti ibu

perokokm ibu pecandu alkohol dan pengguna narkotik


b. Faktor Janin, premature, hidramion, kehamilan kembar / ganda (gemeli),

kelainan kromosom

c. Faktor Lingkungan, yaitu tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang, 2004 dan WHO 2007).

4. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi

berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu

tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit

ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan

lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin

tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan

berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,

tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil

maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat

daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi

kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas

yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia

(Nelson, 1999).
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada

bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru

pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom

gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar

lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang

inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan

absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga

bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi

premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan

oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut

dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat

pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan

tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma

globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan

daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga

bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana

jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi

dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang

normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di

bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana

mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas

dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).


5. Manifestasi Klinik

Menurut Prawirohardjo (2002), tanda dan gejala yang mudah

ditemukan pada bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut : a) Kepala

lebih besar dari badan. b) Kulit tipis, Transparan, lanugo banyak dan lemak

subkutan kurang. c) Tangis lemah atau jarang. d) Pernafasan tidak teratur,

sering timbul apnea. e) Sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha

dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus. f) Reflek moro

positif. g) Reflek Tonik leher lemah. h) Usia < 20 atau > 35 tahun.

6. Komplikasi

Menurut Subramanian (2006), komplikasi pada masa awal bayi berat

lahir rendah antara lain yaitu : a) Hipotermia. b) Hipoglikemia. c) Gangguan

cairan dan elektrolit. d) Hiperbilirubinemia. e) Sindroma gawat nafas

(asfiksia). f) Paten suktus arteriosus. g) Infeksi. h) Perdarahan intraventrikuler.

i) Apnea of prematuruty. j) Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu : a) Gangguan perkembangan.

b) Gangguan pertumbuhan. c) Gangguan penglihatan (retionopati). d)

Gangguan pendengaran. e) Penyakit paru kronis. f) Kenaikan angka kesakitan

dan sering masuk rumah sakit. g) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

7. Penatalaksanaan Klinis

Menurut Prawirohardjo (2002), penanganan bayi dengan berat badan

lahir rendah adalah sebagai berikut :


a. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar

perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis

lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.

b. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk

menghindari kehilangan panas.

c. Pelestarian suhu tubuh : Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai

kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang

secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 37

C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana

suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang

minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur

terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.

Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000

gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.

d. Inkubator : Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam

incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau

“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator

terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan

berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam

keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi

dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan

lebih mudah.
e. Pemberian oksigen : Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius

bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.

Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan

head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat

menimbulkan kebutaan.

f. Pencegahan infeksi : Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai

system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau

tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,

perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan

sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan

semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan

infeksi dan sakit kulit.

g. Pemberian makanan : Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk

membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI

merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),

terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat

lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,

dibandingkan dengan bayi preterm.

8. Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir

bayi dalam jangka waktu yang dalat diketahui dengan dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.


a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR (Idai, 2004).

1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakhir

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Kenaikan berat badan selama hamil

5) Aktivitas

6) Penyakit yang diderita selama hamil

7) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada BBLR antara lain :

1) Berat badan <2500 gram

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan)

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah


4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/

diperkirakan akan terjasi sindrom gawat nafas

5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh

normal (Idai, 2004).

1) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,

pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia

ditempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk

2) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

3) Ukur suhu tubuh berkala

4) Jaga dan pantau patensi jalan nafas

5) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

6) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera

7) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Mary (1999), pengkajian pada bayi berat lahir rendah adalah

sebagai berikut :
a. Sirkulasi : Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas

normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat

menandakan duktusarteriosus paten(PDA).

b. Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

c. Neurosensori : Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.

Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin

mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema

kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia

gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik

pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan,

dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen

pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan

membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen kedua

(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi

minggu ke 32.

d. Pernafasan : Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,

tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-

60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi

“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress

pernafasan (RDS).

e. Keamanan : Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.

Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.


Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.

muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi

secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis

telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku

mungkin pendek.

f. Seksualitas : Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari

labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,

rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges (2000), rumusan masalah (diagnosa) pada bayi

dengan berat lahir rendah adalah sebagai berikut :

a. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

sistem pernafasan.

b. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis, kurang

pengetahuan.

c. Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi berhubungan

dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.

d. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi

imunologik.

e. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

f. Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.


3. Perencanaan

Rencana keperawatan adalah strategi perawat yang isinya kegiatan dan

tindakan yang disusun serta akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan

kriteria hasil yang dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measureable,

Achieveable, Realita, Time).

Diagnosa I : Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

imaturitas sistem pernafasan.

Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi

gangguan pola nafas(nafas efektif)

Kriteria Hasil : Akral hangat. Tidak ada sianosis. Tangisan aktif dan kuat

RR : 30-40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan

Intervensi : a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi ). Rasional :

pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak sempurna.

b. Atur posisi kepala lebih tinggi. Rasional : Melancarkan jalan nafas. c.

Monitor keefektifan jalan nafas. Rasional : Monitor yang tepat akan

memudahkan tindakan pada bayi. Jika perlu dapat dilakukan suction. d.

Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Pertahankan pemberian O2.

Rasional : Dengan kemampuan organ pernafsaan yang tidak kuat maka bayi

membutuhkan bantuan pemberian O2 untuk memnuhi kebutuhannya. e.

Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Rasional : Mencegah

hipotermi yang dapat memperparah kondisi dan organ pernafasan bayi. f.

Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Kolaborasii untuk X

foto thorax. Rasional : Memberikan gambaran organ pernafasan bayi.


Diagnosa II : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis,

kurang pengetahuan.

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya

lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan

Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Rasional : Cemas

berlebihan ditunjukkan orangtua karena tidak memahami kondisi bayi, tidak

ada pamahaman bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan akan

memperburuk kondisi orang tua dan bayi. b. Beri penjelasan tentang keadaan

bayinya. Rasional : Membantu menganalisa masalah secara sederhana dengan

mandiri. c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. Rasional : Orang tua

akan terlatih dalam meerawat BBLR. d. Berikan support dan reinforcement

atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua. Rasional : Sebagai motivasi orag

tua. e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi

pulang. Rasional : Perawatan mandiri harus sudah dapat dilakukan ketika

bayi sudah pulang.

Diagnosa III : Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi

berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immature

Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi

gangguan terumoregulasi

Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C


Intervensi : a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C.

Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari hipotermia. b.

Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang basah oleh

urine atau feces. Rasional : Popok yang basak akan mempercepat kehilangan

panas pada bayi sehingga berisiko besar terjadi hipotermia. c. Hindarkan

untuk sering membuka penutup. Rasional : Dapat menyebabkan fluktuasi

suhu dan peningkatan laju metabolism. d. Atur suhu ruangan dengan panas

yang stabil. Rasional : Mempertahankan suhu bayi semakin baik.

Diagnosa IV : Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan

immaturitas fungsi imunologik.

Tujuan : Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi

infeksi

Kriteria Hasil :Tidak ada tanda-tanda. Infeksi (tumor, dolor, rubor, calor,

fungsiolaesa).Suhu tubuh normal (36,5-37C)

Intervensi : a. Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional : Termasuk di dalamnya

(tumor, dolor, rubor, calor, fungsiolaesa). b. Lakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan bayi. Rasional : Tindakan aseptic dibutukan untuk

mencegah infeksi silang. c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat

masuk ruang bayi dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan. Rasional :

Mencegah bayi terkontaminasi dengan zat-zat pathogen yang mungkin

terbawa dari baju dan tangan ibu dari luar ruangan. d. Barikan gizi

(ASI/PASI) secara adekuat. Rasional : ASI dapat menambah kekebalan tubuh


bayi secara alami, dan PASI (susu formula) terkini juga mengandung antibody

yang baaik untuk mencegah infeksi. e. Kolaborasi. Berikan antibiotika sesuai

program. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari. Rasional : Antibiotik

dibutuhkan untuk menekan infeksi, dan tali pusat yg tidak terawatt dng baik

dapat menjadi pencetus awal infeksi.

Diagnosa V : Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan

Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan

nutrisi

Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek menghisap

dan menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.

Intervensi : a. Kaji refleks menghisap dan menelan. Rasional : Mengetahui

kemampuan fungsi pencernaan bayi. b. Monitor input dan output. Raional :

Indikator langsung keadekuatan nutrisi. c. Berikan minum sesuai program

lewat sonde/spin. Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi. d. Sendawakan

bayi sehabis minum. Rasional : Menambah kemampuan lambung untuk

menampung dan mencerna nutrisi. e. Timbang BB tiap hari. Rasional : Berat

badan bayi diharapkan meningkat setiap saatnya.

Diagnosa VI : Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit,

imobilisasi.

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi


Kriteria hasil : Suhu 36,5-37 C. Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.

Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi : a. Observasi vital sign. Rasional : Memberikan informasi tanda-

tanda vital. b. Observasi tekstur dan warna kulit. Raional : Kulit bayi akan

terlihat berbeda dengan kulit bayi lainnya, teksturnya mungkin berkerut

dengan warna kemerahan, pucat atau transparan. c. .Lakukan tindakan secara

aseptic dan antiseptic dan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

bayi. Rasional : Mencegah infeksi silang dan kerusakan integritas kulit yang

dapat mengakibatkan infeksi. d. Jaga kebersihan kulit bayi. Ganti pakaian

setiap basah. Jaga kebersihan tempat tidur. Rasional : Mencegah iritasi kulit

pada bayi e. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Monitor suhu dalam incubator.

Rasional : Mencegah penekanan pada kulit bayi dan suhu yang baik akan

menjaga kelembapan kulit sehingga dapat menurunkan risiko.

4. Implementasi

Dalam proses keperawatan, pelaksanaan atau implemnetasi adalah

tahap dimana perawat melaksanakan / menerapkan semua rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Pada situasi nyata sering implementasi jauh

berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa

menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

yang terbiasa adalah rencana tidak tertulis yaitu yang dipikirkan, dirasakan ini

yang dilaksanakan, hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika

berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal (Keliat, 2000).
5. Evaluasi

Menurut Bezt & Cecily (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari

proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukut penilaian suatu

rencana keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai

tahap akir keperawatan, evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam

perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan

untuk mengevaluasi reaksi klien dalam menentukan apakah rencana tersebut

dapat diteruskan atau dirubah atau dihentikan. Kemungkinan yang dapat

terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian

dan masalah belum teratasi. Atau muncul masalah baru. Evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses adalah

hasil dari setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi akhir adalah

evaluasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara diagnosa

keperawatan dan tujuan hasil nyata yang dicapai.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan memaparkan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.R

dengan Bayi Berat Lahir Rendah yang dirawat di ruang Perinatologi Rumah Sakit

Umum Cut Meutia Aceh Utara yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012 sampai

dengan 26 Mei 2012, dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

1. Data Biografi

a. Identitas Bayi

Klien adalah Bayi dari Ny.R, lahir tanggal 18 Mei 2012, jenis kelamin

laki-laki, klien adalah anak pertama. Ny.R masuk rumah sakit pada

tanggal 18 Mei 2012 jam 05.00 Wib dengan kelahiran 29 minggu dan bayi

berat lahir rendah 1.500 gram. waktu pencatatan tanggal 24 Mei 2012 jam

08.00 Wib

b. Identitas orang tua

Orang tua klien bernama Ny.R, usia 23 tahun, agama Islam, pendidikan

SD, pekerjaan ibu rumah tangga, suku Aceh, alamat Blang Riek Kuta

Makmur Aceh Utara.


2. Keluhan Utama

Ny.R melahirkan bayi dengan berat 1500 gram dengan hitungan

gestasi 29 minggu, tidak segera menangis, sianosis dan sulit bernafas. Ibu

klien mengatakan bahwa dirinya cemas dengan kondisi bayinya yang

dirasakan sangat kritis, Ny.R tanmpak gelisah dan takut.

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ny.R mengatakan bayinya lahir dengan usia kehamilan 29 minggu, lahir

tidak menangis, pucat kebiruan dan sulit bernafas. Ny.R mengatakan tidak

tahu kenapa dirinya bisa melahirkan prematur dan merasa sangat cemas

dengan kondisi bayinya. Pada saat pencatatan bayi tampak sesak nafas

dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi

ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 1 liter/menit ditandai dengan

menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan

posisi bayi fleksi

b. Riwayat penyakit masa lalu

Selama hamil Ny.R menderita hiperemesis, anemia, lemah dan mudah

lelah. Tidak ada penyakit serius sebelumnya dan tidak ada pantangan

makanan.

4. Riwayat Kesehatan keluarga

Ny.R mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami

sama seperti melahirkan bayi berat lahir rendah.


Genogram

Gambar 1. Genogram
Keluarga
Sumber : Data Primer

36 23
30
thn thn
thn

By Ny.R

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Ny.R

: Klien (bayi Ny.R)

: Tinggal serumah

X : Meninggal

5. Riwayat Kehamilan Keluarga

a. Prenatal

Selama kehamilan Ny.R tidak pernah memeriksakan diri ke dokter

kandungan, Ny.R hanya 1 kali memeriksakan kehamilan pada bidan

puskesmas setempat pada usia kehamilan 4 minggu. Pada pemeriksaan

tersebut tidak ditemukan masalah kehamilan serius, Ny.R mengatakan

bahwa dirinya mengalami hiperemesis dan didiagnosa menderita Anemia.


Selama hamil Ny.R mengaku tidak pernah jatuh ataupun mengalami

kecelakaan, sering mengalami lemah dan mudah lelah akan ettapi tidak

pernah dirawat, Ny.R tidak memakai obat apapun, hanya vitamin yang

didapat dari puskesmas saat memeriksakan kehamilannya.

b. Natal

Pada tanggal 17 Mei 2012 Ny.R mengeluh sakit perut, mulas dan diikuti

dengan kontraksi yang tidak jelas. Karena khawatir, Ny.R segera

memeriksakan kandungannya pada bidan desa setempat, dan setelah

dilakukan pemeriksaan Ny.R diindikasikan akan melahirkan prematur,

Ny.R mendapat induksi dan pada tanggal 18 Mei 2012 jam 03.35

c. Post natal

Ny.R melahirkan bayi laki-laki dengan berat 1500 gram, bayi yang

dilahirkan Ny.R tidak menangis dan terlihat sianosis, oleh bidan tersebut

bayi segera diberi pertolongan dan di rujuk ke rumah sakit, pada jam 05.00

bayi masuk ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia.

6. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi

Bayi tidak diberikan colostrum sebagai ASI pertama, pemenuhan nutrisi

dilakukan dengan pipa lambung (NGT) gaya gravitasi karena terdapat

residu kotor di dalam lambung bayi, setelah dipuasakan beberapa saat bayi

diberikan nutrisi SGM BBLR 10cc setiap 2 jam.


b. Eliminasi

Dalam satu hari bayi biasanya defekasi 2-3x/ hari dengan konsistensi

lunak. Untuk buang air kecil normal klien tidak menggunakan kateter,

bayi hanya menggunakan Diapers, urin yang keluar berwarna kuning

muda, tidak ada keruh dan darah.

c. Istirahat dan tidur

Kebiasaan bayi masih banyak tidur dan dibangunkan jika akan diberi susu

setiap 2 jam.

d. Ketergantungan

Keluarga mengatakan bahwa ibu dan ayah bayi tidak pernah memiliki

riwayat ketergantungan pada obat, rokok atau zat-zat tertentu.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Ukuran pertumbuhan

Tampilan umum bayi terlihat sangat kecil dengan berat badan 1500 gram

dan panjang badan 45cm, LK : 30cm, LD : 28.

b. Tanda vital

Suhu tubuh klien 36°C, pulse 140x/ menit, pernafasan 76x/ menit.

c. Pemeriksaan umum

1. Kepala; warna rambut hitam kecoklatan distribusi merata, rambut

halus.

2. Mata; bentuk simetris, konjuntiva normal, sclera anemis, kelopak mata

tidak ptosis dan tidak ada edema.


3. Hidung; mukosa basah, septum nasi normal dan tidak ditemukan

penyumbatan, terdapat sekret dan tidak ditemukan perdarahan.

4. Mulut; mukosa basah, bibir sianosis, lidah terdapat lapisan putih

keabu-abuan.

5. Telinga; bentuk simteris, letak normal, tidak ada benjolan dan sekret,

daun telinga menonjol, kemampuan mendengar berespon dengan suara

6. Leher; gerakan menelan sangat kurang, tidak ditemukan pembesaran

vena dan kelenjar, tidak ada edema, tumor dan lesi.

7. Dada; bentuk dada normal dengan pergerakan

8. Paru-paru; gerakan pernafasan ada, pola pernafasan cepat dan dangkal

dengan frekuensi pernafasan 76x/ menit

9. Hepar; teraba kenyal dan tidak ada pembesaran

10. Kelenjar limpa; normal

11. Perut; inspeksi ada gerakan, palpasi rekasi menarik, auskultasi bising

usus ada, umbilical normal.

12. Kulit; warna pucat/ anemis sedikit sianosis, tidak ditemukan lesi,

sedikit keriput, kuku; bentuk simetris tidak ditemukan tumor atau lesi,

warna kuku kebiruan

13. Punggung; normal tidak ditemukan tumor atau lesi

14. Ekstremitas atas dan bawah; normal dengan sedikit pergerakan

15. Genitalia; normal, anus tidak ditemukan perdarahan dan hemoroid.

Posisi normal
8. Pemeriksaan Syaraf

a. Gejala ransangan meningen

Tidak ditemukan ransangan meningen pada bayi Ny.R.

b. Kelainan nervus cranial

Reflek fisiologis yang ditemukan pada bayi Ny.R yaitu ; 1) Moro : ada

ditandai dengan cara dikejutkan secara sangat pelan dan tiba-tiba

dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon). 2)

Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan

respon bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah. 3) Menghisap :

Menghisap sangat lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot

tetapi daya hisap masih lemah sehingga bayi dibantu dengan NGT. 4)

Rooting : positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti

stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu

hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut. 5)

Babynski : positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan

jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan

ujung bolpoint pada telapak kaki.

Nervus I Olfaktoirus bayi masih belum berespon terhadap bau, Nervus II

Optikus masih belum dapat dikaji dengan hasil pasti. Nervus III, IV dan

VI bayi dapat menggerakkan bola mata ke segala arah. Nervus V

Trigeminus bayi belum mengunyah dan menggigit. Nervus VII Fasialis

tidak ada mimic wajah pada bayi. Nervus VIII Auditorius bayi sangat

sedikit bereaksi terhadap suara. Nervus IX Glosofaringeus bayi masig


belum mampu menelan dengan baik. Nervus X XI XII Vagus tidak dapat

dikaji pada BBLR.

c. Motorik

Motorik kasar ; bayi dapat sedikit memutar kepala.

Motorik halus : bayi dapat menggenggam jari pemeriksa dengan lemah

Sosial : tidak dapat dikaji karena bayi belum dapat berinteraksi

Bahasa : menangis jika terkejut atau tidak nyaman

9. Therapy / Pengobatan

Diagnosa penyakit : Bayi Berat Lahir Rendah

Pengobatan yang di dapat selama di rumah sakit IVFD (intravena fluid drip)

Dextrose 10% 6 tetes/ menit mikro, injeksi ceftriaxone 100mg/ 12jam,

dexamethason 1/4ampul/ 12jam, oksigen 1L/ menit.

10. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 1: hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24 Mei 2012

Pemeriksaan Unit Hasil Normal


L 13-18
Haemoglobin g% 17,9
P 12-16
L < 15
LED mm/jam
P < 20
L 4,5-6,5
Eritrosit x106mm3 5,1
P 3,8-5,8
Lekosit x103mm3 8,6 4-11
Hematokrit % 47,6 37-47
MCV fl 93 76-96
MCH Pg 35,0 27-32
MCHC g% 37,6 30-35
RDW % 22,7 11-15
Trombosit x103mm3 431 150-450
B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

a. Data Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya tidak menangis setelah

lahir, sangat pucat kebiruan dan susah bernafas. Data Objektif : Keadaan

umum lemah, bayi tampak pucat, sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit,

sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi, stridor dan ronchi

basah yang nyaring. Masalah : Pola nafas tidak efektif. Penyebab :

Imaturitas system pernafasan.

b. Data Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya tidak dirawat bersama dirinya

akan tetapi dirawat terpisah didalam incubator, saat memegang bayinya

terasa lebih dingin dibanding kulitnya sendiri. Data Objektif : Bayi rawat

incubator, kulit teraba sedikit dingin jika diluar inkubator suhu tubuh

36°C. Masalah : Risiko tinggi hipotermi. Penyebab : Mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur.

c. Data Subjektif : Ny.R mengeluhkan bayinya menggunakan pipa lambung

untuk minum. Data Objektif : Bayi mengalami kesulitan menelan dan

menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. Masalah :

Risiko tinggi gangguan nutrisi. Penyebab : Lemahnya daya cerna

makanan.

d. Data Subjektif : Ny.R dan keluarga mengeluh khawatir dengan kondisi

bayinya yang dirasa sangat kritis. Data Objektif : Ibu bayi tampak stress

dan cemas, sering bertanya tentang kondisi bayi mereka. Masalah :


Kecemasan orang tua. Penyebab : Situasi kritis bayi dan kurang

pengetahuan orang tua.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan.

b. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu

tubuh yang immatur.

c. Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna

makanan.

d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang

pengetahuan orang tua.

C. Perencanaan

Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan.

Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi

gangguan pola nafas(nafas efektif)

Kriteria Hasil : Akral hangat. Tidak ada sianosis. Tangisan aktif dan kuat

RR : 30-40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan

Intervensi : a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi ). Rasional :

pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak sempurna. b.

Atur posisi kepala lebih tinggi. Rasional : Melancarkan jalan nafas. c. Monitor

keefektifan jalan nafas. Rasional : Monitor yang tepat akan memudahkan


tindakan pada bayi. Jika perlu dapat dilakukan suction. d. Lakukan auskultasi

bunyi nafas tiap 4 jam. Pertahankan pemberian O2. Rasional : Dengan

kemampuan organ pernafsaan yang tidak kuat maka bayi membutuhkan bantuan

pemberian O2 untuk memnuhi kebutuhannya. e. Pertahankan bayi pada inkubator

dengan penghangat. Rasional : Mencegah hipotermi yang dapat memperparah

kondisi dan organ pernafasan bayi. f. Pertahankan bayi pada inkubator dengan

penghangat. Kolaborasii untuk X foto thorax. Rasional : Memberikan gambaran

organ pernafasan bayi.

Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur.

Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi

gangguan terumoregulasi

Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C

Intervensi : a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C.

Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari hipotermia. b. Beri

popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang basah oleh urine atau

feces. Rasional : Popok yang basak akan mempercepat kehilangan panas pada

bayi sehingga berisiko besar terjadi hipotermia. c. Hindarkan untuk sering

membuka penutup. Rasional : Dapat menyebabkan fluktuasi suhu dan

peningkatan laju metabolism. d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil.

Rasional : Mempertahankan suhu bayi semakin baik.


Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya

daya cerna makanan.

Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek menghisap

dan menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.

Intervensi : a. Kaji refleks menghisap dan menelan. Rasional : Mengetahui

kemampuan fungsi pencernaan bayi. b. Monitor input dan output. Raional :

Indikator langsung keadekuatan nutrisi. c. Berikan minum sesuai program lewat

sonde/spin. Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi. d. Sendawakan bayi

sehabis minum. Rasional : Menambah kemampuan lambung untuk menampung

dan mencerna nutrisi. e. Timbang BB tiap hari. Rasional : Berat badan bayi

diharapkan meningkat setiap saatnya.

Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan

kurang pengetahuan orang tua.

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.

Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan

Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Rasional : Cemas berlebihan

ditunjukkan orangtua karena tidak memahami kondisi bayi, tidak ada pamahaman

bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan akan memperburuk kondisi

orang tua dan bayi. b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. Rasional :

Membantu menganalisa masalah secara sederhana dengan mandiri. c. Libatkan


keluarga dalam perawatan bayinya. Rasional : Orang tua akan terlatih dalam

meerawat BBLR. d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat

dicapai oleh orang tua. Rasional : Sebagai motivasi orag tua. e. Latih orang tua

tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang. Rasional :

Perawatan mandiri harus sudah dapat dilakukan ketika bayi sudah pulang.

D. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Tanggal 24 Mei 2012

Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan.

Implementasi Jam 09.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi

kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap

4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi

bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena

dexamethason ¼ ampul/ 12jam.

Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya masih

terlihat kesulitan bernafas, masih pucat, kebiruannya mulai berkurang. Data

Objektif : Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, sianosis berkurang, bayi

tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang menjadi

respirasi 60x/ menit jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 1

liter/menit, retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi

fleksi, stridor masih dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah belum

teratasi. Planning : Intervensi dilanjutkan


Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur.

Implementasi Jam 09.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C.

Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal.

Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk

beberapa waktu. Menganjurkan kepada keluarga untik tidak terlalu sering

meminta untuk mengeluarkan bayi dari dalam incubator.

Evaluasi Jam 10.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya baik-baik saja di

dalam incubator, saat menggendong bayinya masih terasa lebih dingin dibanding

dengan suhu tubuhnya sendiri. Objektif : Bayi rawat incubator, kulit teraba

sedikit dingin jika diluar inkubator suhu tubuh 36°C. Analisa : Masalah belum

terjadi. Planning : Intervensi dilanjutkan

Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya

daya cerna makanan.

Implementasi Jam 11.00 Wib : Mengkaji kemampuan menghisap dan menelan

bayi dengan meminta ibu untuk mencoba menyusui bayinya. Memantau masukan

dan haluaran cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 10 cc setiap 2 jam

melalui pipa lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu

karena reflek menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta

membantu pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan

bayi dengan cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk

melakukan hal tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.
Evaluasi Jam 12.00 Wib : Subjektif : Ny.R ingin menyusui bayinya dan masih

mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa lambung untuk minum. Objektif :

Bayi mengalami kesulitan menelan dan menggunakan pipa lambung / NGT untuk

pemenuhan nutrisi. BB 1550gram. Analisa : Masalah teratasi sebagian.

Planning: Intervensi dilanjutkan

Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan

kurang pengetahuan orang tua.

Implementasi Jam 13.00 Wib: Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua tentang

kondisi bblr. Memberikan penjelasan tentang keadaan bayinya yang lahir dengan

kondisi tidak sempurna akan tetapi masih bias ditolong dan diberikan bantuan

sehingga kedepannya dapat menjadi bayi sehat. Mengikutsertakan keluarga saat

mengganti popok, member susu melalui pipa lambung, dan menyendawakan bayi.

Menganjurkan orang tua bayi untuk melanjutkan perawatan bayi secara mandiri

ketika pulang nanti.

Evaluasi Jam 14.00 Wib: Subjektif : Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa

mereka mulai mengerti tentang BBLR dan mengaku tidak terlalu khawatir lagi

dengan kondisi bayinya. Objektif : Ibu bayi mulai tenang dan tidak gelisah,

terlihat sering mengunjungi bayi mereka. Analisa : Masalah teratasi. Planning :

Intervensi dipertahankan.

Implementasi Tanggal 25 Mei 2012

Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan.
Implementasi Jam 08.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi

kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap

4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi

bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena

dexamethason ¼ ampul/ 12jam.

Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa bayinya masih

terlihat kesulitan bernafas, masih pucat, kebiruannya mulai berkurang. Objektif :

Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, sianosis berkurang, bayi tampak sesak

nafas dengan respirasi 56 x/menit terpasang O2 1 liter/menit, stridor masih

dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning :

Intervensi dilanjutkan

Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur.

Implementasi Jam 10.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C.

Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal.

Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk

beberapa waktu.

Evaluasi Jam 11.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya sudah lebih

hangat dibanding dengan kemarin, selimut dan popok segera diganti jika basah.

Objektif : Bayi masih rawat incubator, kulit mulai teraba hangat, diluar inkubator

suhu tubuh 36,8°C. Analisa : Masalah belum terjadi. Planning : Intervensi

dilanjutkan
Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya

daya cerna makanan.

Implementasi Jam 12.00 Wib : Mengkaji kemampuan menghisap dan menelan

bayi dengan meminta ibu untuk mencoba menyusui bayinya. Memantau masukan

dan haluaran cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 15 cc setiap 2 jam

melalui pipa lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu

karena reflek menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta

membantu pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan

bayi dengan cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk

melakukan hal tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.

Evaluasi Jam 13.00 Wib : Subjektif : Ny.R masih belum bisa menyusui bayinya

secara langsun dan masih mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa

lambung untuk minum. Objektif : Bayi mulai bisa sedikit menelan, masih

menggunakan pipa lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. BB 1550gram.

Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning: Intervensi dilanjutkan

Diagnosa IV : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan

kurang pengetahuan orang tua.

Implementasi Jam 13.00 Wib: Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua tentang

kondisi bblr. Memberikan penjelasan tentang keadaan bayinya yang lahir dengan

kondisi tidak sempurna akan tetapi masih bias ditolong dan diberikan bantuan

sehingga kedepannya dapat menjadi bayi sehat. Mengikutsertakan keluarga saat

mengganti popok, member susu melalui pipa lambung, dan menyendawakan bayi.
Menganjurkan orang tua bayi untuk melanjutkan perawatan bayi secara mandiri

ketika pulang nanti.

Evaluasi Jam 14.00 Wib: Subjektif : Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa

mereka mengerti tentang BBLR dan mengaku tidak terlalu khawatir lagi dengan

kondisi bayinya. Objektif : Ibu bayi tampak tidak stress dan sangat tenang tidak

gelisah, terlihat sering mengunjungi bayi mereka. Analisa : Masalah teratasi.

Planning : Intervensi dihentikan.

Implementasi Tanggal 26 Mei 2012

Diagnosa I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan.

Implementasi Jam 08.00 Wib : Memeriksa pernafasan bayi. Mengatur posisi

kepala lebih tinggi. Memonitor pernafasan bayi denga auskultasi bunyi nafas tiap

4 jam. Memberikan bantuan O2 sebanyak 1L/ menit. Mempertahankan kondisi

bayi dengan penghangat yang baik pada inkubator. Kolaborasi injeksi intra vena

dexamethason ¼ ampul/ 12jam.

Evaluasi Jam 09.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bahwa sudah mulai

bernafas dengan baik walau harus menggunakan oksigen. Bayinya tidak pucat

lagi. Objektif : Keadaan umum lemah, bayi mulai tampak lebih kemerahan jika

menangis, tidak pucat dan tidak sianosis lagi. Sesak berkurang Respirasi

52x/menit. stridor masih dengan sedikit ronchi basah. Analisa : Masalah teratasi

sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan


Diagnosa II : Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur.

Implementasi Jam 10.00 Wib : Mengatur suhu incubator dengan kehangatan 37C.

Mengganti segera popok yang basah dan selimut ringan yang lebih tebal.

Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayinya harus di rawat diinkubator untuk

beberapa waktu, walaupun suhu tubuhnya mulai hangat akan tetapi bayi tetap

harus dalam pengawasan rawat incubator.

Evaluasi Jam 11.00 Wib : Subjektif : Ny.R mengatakan bayinya sudah tidak

dingin lagi dan meminta untuk tidak dirawat diinkubator lagi. Objektif : Bayi

masih rawat incubator, kulit mulai teraba hangat, diluar inkubator suhu tubuh

37°C. Analisa : Masalah belum terjadi. Planning : Intervensi dipertahankan

Diagnosa III : Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya

daya cerna makanan.

Implementasi Jam 12.00 Wib : Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

dengan didampingi oleh perawat. Melatih kemampuan menelan bayi dengan

mencoba memberikan susu melalui botol. Memantau masukan dan haluaran

cairan bayi. Memberikan susu SGM BBLR 20cc setiap 2 jam melalui pipa

lambung yang sudah terpadang pada bayi. Menjelaskan pada ibu karena reflek

menelan bayi masih belum sempurna dan untuk mempercepat serta membantu

pemenuhan nutrisinya harus melalui pipa lambung. Menyendawakan bayi dengan

cara menepuk pelan punggung bayi, dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal

tersbut jika pulang nanti. Menimbang berat badan bayi.


Evaluasi Jam 13.00 Wib : Subjektif : Ny.R mulai bisa menyusui bayinya secara

langsun dan masih mengeluhkan bayinya yang menggunakan pipa lambung untuk

minum. Objektif : Bayi mulai bisa sedikit menelan, masih menggunakan pipa

lambung / NGT untuk pemenuhan nutrisi. BB 1610gram. Analisa : Masalah

teratasi sebagian. Planning: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas tentang kesenjangan yang dijumpai antara tinjAuan

teorotis yang terdapat pada bab II dengan tinjauan kasus pada bab III, untuk

mendapatkan pembahasan yang sistematis maka penulis membahas langkah-langkah

proses perawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada klien Bayi Berat Lahir

Rendah, apabila ditinjau secara umum maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus

tidak jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan teori.

Berdasarkan tinjauan teoritis klien dengan bayi berat lahir rendah biasanya

lahir dengan kepala lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, lanugo banyak

dan lemak subkutan kurang, tangis lemah atau jarang, pernafasan tidak teratur,

sering timbul apnea, sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi

lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus, reflek moro positif, reflek tonik

leher lemah.

Pada pengkajian tinjauan kasus penulis juga menemukan tanda dan gejala

yang hampir sama, seperti berat badan lahir rendah yaitu 1500gr, kesulitan

bernafas akan tetapi tidak timbul apnea seperti pada teori, kulit tipis, banyak

lanugo, tangis lemah bahkan saat lahir tidak menangis, dan sebagainya.
B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan tinjauan teoritis pada bayi

berat lahir rendah meliputi ; Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan imaturitas sistem pernafasan. Kecemasan orang tua berhubungan dengan

situasi krisis, kurang pengetahuan. Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi :

hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.

Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi

imunologik. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan. Resiko

gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.

Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan pada

bayi Ny.R dengan bayi berat lahir rendah dalam tinjauan kasus berdasarkan

analisa data meliputi, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

sistem pernafasan. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur. Risiko tinggi gangguan nutrisi

berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan. Kecemasan orang tua

berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua.

Berdasarkan perbedaan diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat dua

diagnosa di tinjauan teoritis yang tidak dapat ditegakkan ditinjauan kasus yaitu ;

Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi

imunologik, diagnosa ini tidak dapat dijadikan prioritas karena dengan

penanganan yang baik maka bayi dapat terhindar dari risiko infeksi, dan selama

perawatan tidak ditemukan masalah penanganan, kondisi bayi cukup baik dan
menunjukkan perkembangan. Kemudian diagnosa resiko gangguan integritas kulit

: tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. Diagnosa tersebut tidak dapat ditegakkan di

tinjauan kasus karena selama proses pengkajian berlangsung tidak ditemukan

tanda dan gejala bayi yang menunjukkan masalah tersebut gangguan integritas

kulit, perawat dan keluarga segera mengganti pakaian dan pokok bayi jika basah

(pada implementasi diagnose hipotermia) sehingga kondisi kulit bayi tetap baik.

C. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang

dialami oleh klien dan prioritas masalah sehingga kebutuhan klien dapat

terpenuhi, perencanaan yang tersusun pada tinjauan teoritis sebagian besar dapat

diterapkan pada tinjauan kasus walaupun ada kekuarngan yang disebabkan oleh

faktor pengetahuan penulis yang masih terbatas.

Masalah dengan pola nafas tidak efektif akibat dari imaturitas sistem

pernafasan, terdapat intervensi teori yang tidak dapat diterapkan pada tinjauan

kasus seperti thorax foto, hal ini dirasa oleh penulis tidak sesuai dengan

kemampuan. Untuk masalah hipotermia, nutrisi, dan ansietas orang tua, penulis

tidak memiliki masalah untuk perencanaan karena seluruh intervensi teori dapat

diterapkan pada perencanaan kasus.

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien

sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana
karena adanya kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan

keperawatan suatu tim medis lainnya.

E. Evaluasi

Penilaian hasil akhir terhadap tindakan yang telah diimplementasikan

dapat mengatasi masalah atau mengurangi keluhan yang dialami klien . Evaluasi

yang dilakukan selama dalam perawatan bayi Ny.R adalah tidak semua masalah

dapat diatasi.

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan

masalah teratasi sebagian

2. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu

tubuh yang immature risiko tidak terjadi

3. Risiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna

makanan masalah teratasi sebagian

4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang

pengetahuan orang tua masalah teratasi.


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah tercantum dalam bab-bab terdahulu baik

pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus maupun pembahasan maka disini

penulis akan mengambil kesimpulan yang mungkin berguna untuk menambah

informasi pembaca dengan harapan dapat menyempurnakan pelayanan keperawatan

pada bayi dengan berat lahir rendah khususnya dan dalam kemajuan pelaksanaan

asuhan keperawatan pada umumnya. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai

berikut :

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat

lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah

yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor ibu

seperti seperti penyakit malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan sebagainya.

Faktor Janin seperti premature, hidramion, kehamilan kembar / ganda (gemeli),

kelainan kromosom. Faktor Lingkungan yaitu tempat tinggal di daratan tinggi,

radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

BBLR dapat diklasifikasin berdasarkan Ukuran, menurut penanganan dan

harapan hidup, menurut golongan dan menurut usia gestasi.


Klien dengan bayi berat lahir rendah biasanya lahir dengan kepala lebih

besar dari badan, kulit tipis, transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan

kurang, tangis lemah atau jarang, pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea,

sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan

pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus, reflek moro positif, reflek tonik leher

lemah.

Tanda dan gejala ini juga terdapat pada bayi Ny.R seperti seperti berat

badan lahir rendah yaitu 1500gr, kesulitan bernafas akan tetapi tidak timbul

apnea seperti pada teori, kulit tipis, banyak lanugo, tangis lemah bahkan saat

lahir tidak menangis, dan sebagainya. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah

keperawatan yaitu ; Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

sistem pernafasan. Risiko tinggi hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh yang immatur. Risiko tinggi gangguan nutrisi

berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan. Kecemasan orang tua

berhubungan dengan situasi kritis bayi dan kurang pengetahuan orang tua. Dan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari hasil evaluasi yang

diperoleh adalah tidak semua masalah keperawatan teratasi.

B. Saran-saran

Adapun saran yang diberikan pada keluarga dengan bayi berat lahir

rendah adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan pada keluarga dan klien agar dapat sering melakukan pemeriksaan

kesehatan ditempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat.


2. Diharapkan kepada keluarga bayi agar dapat merawat bayi dengan cara yang

sudah diberitahukan, bayi mungkin akan dirawat lebih lama di rumah sakit

dan diharapkan kepada keluarga untuk bersabar dan tetap aktif bekerja sama

dengan perawat dalam merawat bayi.

3. Kepada pihak rumah sakit pelayanan yang diberikan lebih maksimal dan

bermutu.

4. Kepada staf perpustakaan AKKES pemerintahan Kabupaten Aceh Utara

untuk meningkatkan jumlah buku dan referensi terbaru.

5. Kepada rekan-rekan mahasiswa Akademi Kesehatan bila anda merawat klien

dengan BBLR harus dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan dan prioritas masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai