Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN KASUS


HALUSINASI

Disusun Oleh:

FERRA LUSIANA TESTAROSSA


106116027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2018
A. DEFINISI
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah
serta pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak
sesuai dengan kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap
stimulus tersebut baik respons yang berlebihan maupun yang kurang
memadai (Townsend, 2010). Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Keliat, Akemat, 2010).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia,
2009). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialamisuatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren
persepsi palsu (Maramis, 2005)

B. DIAGNOSA MEDIK TERKAIT


Halusinasi

C. PENYEBAB/ ETIOLOGI MASALAH UTAMA


1. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterimalingkungannya sejak kecil
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunysi pengsruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stressyang berlebihan dialami seseorangmaka didalam tubuh akan
dihasilkan sustu zatyang dapat bersifat halusinogenik, neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmiter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untukmenentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress.

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Data Obyektif:
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah.
k. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
2. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
h. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian.
i. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.
Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008) dan menurut Keliat dikutip
oleh Syahbana (2009) perilaku pasien yang berkaitan dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan
respon verbal yang lambat
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkunganya), dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah perawat
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panic, agitasi dan kataton.

E. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi Effect

Isolasi sosial: menarik diri Cor Problem

Causa
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan sensori persepsi: hausinasi berhubungan dengan menarik
diri

G. TINDAKAN KEPERAWATAN
Intervensi ditujukan ke klien
1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
b. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan
obat.
d. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
e. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktifitas.
2. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi.
b. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.
b) Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat
tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus
obat, jelaskan cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara
menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis, guna,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c) Bercakap –cakap dengan orang lain.
d) Melakukan aktifitas yang terjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan
aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien
melakukan aktifitas, menyusun jadual aktifitas sehari–hari
sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual
pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.
Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah merawat pasien di rumah.
b. Keluarga mampu menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda
dan gejala halusinasi dan proses terjadinya).
c. Keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi.
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan
e. Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
f. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-
up pasien dengan halusinasi
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi.
c. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap- cakap,
melakukan aktivitas.
d. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah
terjadinya halusinasi.
e. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
f. Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk follow-up anggota keluarga dengan halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep.2009,Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.


Townsend. 2010. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC
Keliat dan Akemat. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai