Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT

TB Paru kasus baru

Penguji

dr.Suryantini,SpPD

Pembimbing

dr.Flora Sp.P

Disusun oleh

Glorya N.A 112017109

KEPANITERAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSAU dr.ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 25 Maret 2019 - 01 Juni 2019

Status Ilmu Penyakit Dalam 1


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : ……………….
SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT : RSAU dr.ESNAWAN ANTARIKSA

Nama : Glorya N.Ahab Tanda Tangan

NIM : 112017109
...............................

Dr. Penguji : dr.Suryantini,SpPD

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap :CL Jenis kelamin :Perempuan


Tempat/tanggallahir: jakarta, 30 Juli 1996 Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan :Belum Menikah Agama : Islam
Pekerjaan :- Pendidikan :Mahasiswi
Alamat :jl.Cakrawala No.43, Makasar Tanggal masuk RS : 29 April 2019

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 30 April 2019 Jam :14.40 WIB
No RM :188668

Keluhan utama:
Lemas sejak sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os lemas sejak 2 hari SMRS, keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu, namun
2 hari ini pasien merasa lebih lemas, lemas dirasakan seluruh badan, os nafsu makan menurun,
os mengatakan berat badan turun (10 kg) dari 50 kg menjadi 40 kg dalam 2 bulan terakhir.
Os mengeluhkan batuk (+) sejak 2 bulan ini, batuk disertai dahak, dahak berwarna kehijauan,
sesak(-), os juga mengeluhkan demam (+), hilang timbul disertai keringat malam (+), os juga
merasa pegal-pegal pada ekstremitas atas dan bawah, os belum BAB 3 hari ini, BAK tidak ada
keluhan.

Status Ilmu Penyakit Dalam 2


Os sudah berobat di klinik dokter dan diberi obat racikan, tidak ada perbaikkan. Os tidak pernah
pengobatan paru sebelumnya.

Penyakit Dahulu ( Tahun, diisi bila ya ( + ), bila tidak ( - ) )

( - ) Cacar ( - ) Malaria ( - ) Batu ginjal / Saluran kemih


( - ) Cacar air ( - ) Disentri ( - ) Burut (Hernia)
( - ) Difteri ( - ) Hepatitis ( - ) Penyakit prostate
( - ) Batu rejan ( + ) Tifus Abdominalis ( - ) Wasir
( - ) Campak ( - ) Skrofula ( - ) Diabetes
( - ) Influensa ( - ) Sifilis ( - ) Alergi
( - ) Tonsilitis ( - ) Gonore ( - ) Tumor
( - ) Korea ( - ) Hipertensi ( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Perdarahan otak
( - ) Pneumonia ( - ) Ulkus Duodeni ( - ) Psikosis
( - ) Pleuritis ( -) Gastritis ( - ) Neurosis
( - ) Tuberkolosis ( - ) Batu Empedu Lain Lain: ( - ) Operasi
( - ) Kecelakaan

Riwayat Keluarga

Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab


( Tahun ) Meninggal
Kakek Tidak Laki-laki Meninggal Tidak
diketahui diketahui
Nenek Tidak Perempuan Sehat Tidak
diketahui diketahui
Ayah Tidak Laki-laki Sehat
diketahui
Ibu Tidak Perempuan Sehat
diketahui
Saudara 14 Laki-laki Sehat
Saudara 9 tahun Perempuan Sehat

Adakah kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi √
Asma √
Tuberkolosis √
Artritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √

Status Ilmu Penyakit Dalam 3


Ginjal √
Lambung √

ANAMNESIS SISTEM
Catat keluhan tambahan positif disamping judul – judul yang bersangkutan
Harap diisi: Bila ya (+), bila tidak (-).

Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut (+) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis
( - ) Lain – lain

Kepala
(-) Trauma ( - ) Sakit kepala
(-) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri ( - ) Radang
(-) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan

Telinga
( -) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( -) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
(-) Tinitus
Hidung
( -) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
( -) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( -) Sekret ( - ) Pilek
( -) Epistaksis
Mulut
( -) Bibir ( - ) Lidah
( -) Gusi ( - ) Gangguan pengecap
( -) Selaput ( - ) Stomatisis

Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara

Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher

Dada ( Jantung / Paru – paru)


( - ) Nyeri dada ( - ) Sesak napas
( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe ( +) Batuk

Status Ilmu Penyakit Dalam 4


Abdomen (Lambung/ Usus)
( -) Rasa kembung ( -) Wasir
( - ) Mual ( -) Mencret
( - ) Muntah ( -) Tinja darah
( - ) Muntah darah ( -) Tinja berwarna dempul
( - ) Sukar menelan ( -) Tinja berwarna teh
( - ) Nyeri perut, kolik ( -) Benjolan
( - ) Perut membesar

Saluran kemih / Alat kelamin


( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguri (- ) Kolik
( - ) Polliuria ( - ) Oliguria
( - ) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
(- ) Ngompol (tidak disadari) ( - ) Penyakit prostat

Katamenia
( - ) Leukore ( - ) Perdarahan
( - ) Lain – lain

Haid
( - ) Haid terakhir ( - ) Jumlah dan lamanya ( - ) Menarche
( + ) Teratur ( - ) Nyeri ( - ) Gejala klimakterum
( - ) Gangguan haid ( - ) Pasca menopause

Saraf dan Otot


( - ) Anestesi (-) Sukar mengingat
( - ) Parestesi (-) Ataksia
( - ) Otot lemah (-) Hipo / Hiper-esthesi
( - ) Kejang (-) Pingsan
( - ) Afasia (-) Kedutan (’tick’)
( - ) Amnesia (-) Pusing (Vertigo)
( - ) lain – lain (-) Gangguan bicara (Disarti)

Ekstremitas
( - ) Bengkak ( - ) Deformitas
( - ) Nyeri ( - ) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg) :-
Berat tertinggi kapan (Kg) :50 (2 bulan yang lalu)
Berat badan sekarang (Kg) :40kg
TINGGI BADAN :150 cm
Status Ilmu Penyakit Dalam 5
IMT : 17,7(Kurus)

RIWAYAT HIDUP

Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : ( ) Di rumah () Rumah Bersalin ( + ) R.S. Bersalin
Ditolong oleh : (+) Dokter ( ) Bidan ( ) Dukun ( ) lain – lain

Riwayat Imunisasi
( + ) Hepatitis ( + ) BCG ( + ) Campak ( + ) DPT ( + ) Polio ( ) Tetanus

Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari :1-2 kali/hari (Dalam 2 bulan ini)
Jumlah / Hari : Porsi makan sedikit
Variasi / Hari : bervariasi
Nafsu makan :menurun

Pendidikan
( ) SD ( ) SLTP ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( + )Akademi
( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan :Tidak ada
Pekerjaan : Tidak ada
Keluarga : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

B. PEMERIKSAAN JASMANI
Tanggal : 30 April 2019 Jam :15 .00 WIB

Pemeriksaan umum
Tinggi badan :150cm
Berat badan :40 kg
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS : E4M6V5)
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :80x/menit
Suhu :37,0º C
Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20x/menit, reguler, abdominotorakal
Keadaan gizi : Berat badankurus
Sianosis : Tidak ditemukan
Udema umum :Tidak ditemukan
Habitus : Atletikus
Status Ilmu Penyakit Dalam 6
Cara berjalan : Normal
Mobilisasi (Aktif / Pasif) : Aktif
Umur menurut perkiraan pemeriksa : Sesuai umur

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : wajar / gelisah / tenang / hipoaktif / hiperaktif
Alam perasaan : biasa / sedih / gembira / cemas / takut / marah
Proses pikir : wajar / cepat / gangguan waham / fobia / obsesi

Kulit
Warna : Sawo matang Effloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Merata Pembuluh darah : Teraba
Suhu raba : Hangat Lembab / kering : Lembab
Keringat : Umum Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada Edema : Tidak ada
Lapisan lemak : Distribusi Merata Lain-lain :Tidak ada

Kelenjar getah bening


Submandibula : Tidak teraba membesar Leher : Tidak teraba membesar
Supraklavikula : Tidak teraba membesar Ketiak : Tidak teraba
membesar
Lipat paha : Tidak teraba membesar

Kepala
Ekspresi wajah : Kesakitan ringan Simetri muka : Simetris
Rambut : Hitam Pembuluh darah temporal : tidak
dilakukan

Mata
Exophthalmus : Tidak ada Enopthalmus : Tidak ada
Kelopak : Tidak ada edema Lensa : Jernih
Konjungtiva : Tidak anemis Visus : normal
Sklera : Tidak sklerik Gerakan bola mata : aktif
Lapangan penglihatan : normal Tekanan bola mata : normal
Nystagmus : Tidak ada

Telinga
Tuli : Tidak ada Selaput pendengaran : Utuh, intak (+)
Lubang : Lapang Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Minimal Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada

Status Ilmu Penyakit Dalam 7


Mulut
Bibir : Lembab, tidak sianosis
Tonsil : T1/T1 tenang
Langit-langit : Tidak ada kelainan
Bau pernapasan : Tidak ada
Gigi geligi : utuh, caries dentis (-)
Trismus : Tidak ada
Faring : Tidak hiperemis, tidak ada eksudat
Selaput lendir : Normal
Lidah : Tidak kotor

Leher
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 5-2 mmH2O
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar
Deviasi trachea : tidak ada
Dada
Bentuk : Simetris, elips, tidak ada pelebaran sela iga
Pembuluh darah : Spider nevi (-)
Buah dada : Simetris, tidak ada ginekomastia

Paru-paru

Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Kiri - Benjolan (-) - Benjolan (-)
- Nyeri tekan (-) - Nyeri tekan (-)
- Vokal fremitus simetris - Vokal fremitus simetris
Kanan - Benjolan (-) - Benjolan (-)
- Nyeri tekan (-) - Nyeri tekan (-)
- Vokal fremitus simetris - Vokal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Batas Sela Iga 5 di midclavicula dextra dengan peranjakkan hati 2 jari
Paru dibawah batas paru hati
hati
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-) - Wheezing (-)
- Ronki (-) - Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-) - Wheezing (-)
- Ronki (-) - Ronki (-)

Status Ilmu Penyakit Dalam 8


Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 5 garis midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : Sela iga 4 garis sternalis dextra
Batas kiri : Sela iga 4 garis midclavicula sinistra, 2 jari lateral
Batas atas : Sela iga 2 garis sternalis sinistra
Pinggang jantung : Sela iga 3 garis parasternalis sinistra
Auskultasi : Katup mitral dan trikuspid bunyi jantung I > II, murni reguler, murmur (-).
gallop (-)
Katup aorta dan pulmonal bunyi jantung II>I, murni reguler, murmur (-), gallop
(-)

Pembuluh darah
Arteri Temporalis : teraba pulsasi
Arteri Karotis : teraba pulsasi
Arteri Brakialis : teraba pulsasi
Arteri Radialis : teraba pulsasi
Arteri Femoralis : teraba pulsasi
Arteri Poplitea : teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : teraba pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : teraba pulsasi

Perut
Inspeksi : normal (tidak membuncit dan cekung), tidak ada lesi, tidak ada bekas
operasi
Palpasi :
Dinding perut : nyeri tekan (-) di regio epigastrium
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
Lain-lain : tidak ada
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normoperistaltik
Refleks dinding perut : tidak ada defense muscular

Alat kelamin (atas indikasi)


Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi

Anggota gerak
Lengan Kanan Kiri
Status Ilmu Penyakit Dalam 9
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Normal Normal
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Edema : Tidak ada Tidak ada
Lain-lain : Ptekie (-) Ptekie (-)

Tungkai dan Kaki


Luka : Tidak ada Tidak ada
Varises: Tidak ada Tidak ada
Otot : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Normal Normal
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Edema : Tidak ada Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada Tidak ada

Refleks
Kanan Kiri
 Refleks tendon + +
 Bisep + +
 Trisep + +
 Patela + +
 Achiles + +
 Kremaster + +
 Refleks patologis - -

Colok dubur (atas indikasi)


Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi

C. LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Tanggal 29/04/2019

Hematologi

Hb : 12.5 gr/dl
Leukosit ; 11600 mm3
Ht : 41 %
Trombosit : 327000 mm3
Status Ilmu Penyakit Dalam 10
Hitung Jenis
Neutrofil batang : 2 %
Limfosit :24 %
LED : 68 mm/jam

Glukosa sewaktu : 85 mg/dl


Widal : Thypi O = Positif 1/80
Thypi H = Positif 1/80

Foto Thorax :pulmo tampak infiltrate di apex paru kanan.

D. RINGKASAN (RESUME)
Os lemas sejak 2 hari SMRS, keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu, namun
2 hari ini pasien merasa lebih lemas, lemas dirasakan seluruh badan, os nafsu makan menurun,
os mengatakan berat badan turun (10 kg) dari 50 kg menjadi 40 kg dalam 2 bulan terakhir.Os
mengeluhkan batuk (+) sejak 2 bulan ini, batuk disertai dahak, dahak berwarna kehijauan,
sesak(-), os juga mengeluhkan demam (+), hilang timbul disertai keringat malam (+), os juga
merasa pegal-pegal pada ekstremitas atas dan bawah, os belum BAB 3 hari ini, BAK tidak ada
keluhan.Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/70, Nadi 80x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 37,0. Hasil
Laboratorium : Hb12.5 gr/dl, Leukosit 11600 mm3, Ht41 %, Trombosit 327000 mm3, Neutrofil
batang 2 %,Limfosit 24 %,LED68 mm/jam, Glukosa sewaktu : 85 mg/dl
Widal : Thypi O = Positif 1/80,Thypi H = Positif 1/80,Foto Thorax : Pulmo tampak infiltrate di
apex paru kanan.

Follow Up

Follow Rabu 30/4/19 Kamis 1/5/19 Jumat 2/5/19 Sabtu 3/5/19


Up
S Os mengeluh Os mengeluh Os mengeluh Os mengeluh
batuk (+) batuk (+) batuk (+) batuk (+)
berdahak berdahak berdahak berdahak
kehijauan, kehijauan, Pegal kehijauan,nafsu kehijauan,nafsu
lemas,demam(-), ekstremitas(+),B makan mulai makan mulai
pegal pada AB (+), nafsu membaik. membaik.
ekstremitas,blm makan menurun
BAB 4 hari,
nafsu makan
menurun

Status Ilmu Penyakit Dalam 11


O TD 100/70 TD 110/70 TD 110/70 TD 110/70 mmHg
mmHg mmHg mmHg HR 88x/menit
HR 74x/menit HR 78x/menit HR 84x/menit RR 20x/menit
RR 20x/menit RR 20x/menit RR 20x/menit S 36,4 C
S 36,6 C S 36,3 C S 36,5 C
BTA (+)
Tes Mantoux (+)
A Low intake + Low intake + Suspek TB Paru TB Paru kasus
Suspek TB paru Suspek TB paru baru

P -IVFD D5 : RL = -IVFD D5 : RL -IVFD D5 : RL -IVFD D5 : RL


2:1 = 2:1 = 2:1 = 2:1
21 Tpm 21 Tpm 21 Tpm 21 Tpm
-inj mecobalamin -inj -inj -inj
-inj Ceftriaxon 1x mecobalamin mecobalamin mecobalamin
2 gr -Terapi intesif
-Cek mantoux TB paru kasus
-Cek sputum baru
BTA

E. DIAGNOSIS KERJA & DASAR DIAGNOSIS

TB Paru kasus baru


Dasar Diagnosis : Batuk berdahak (+) sejak 2 bulan, demam (+) keringat malam hari, penurunan
berat badan 10 kg dalam 2 bulan terakhir, badan terasa lemas, Hasil foto thorax ; tampak
infiltrat (+) diapex kanan, tes mantoux (+), sputum BTA (+).

PENATALAKSANAAN

RHZE selama 2 bulan

PROGNOSIS

1. Ad vitam : bonam
2. Ad functionam : bonam
3. Ad sanationam : bonam

Status Ilmu Penyakit Dalam 12


Tinjauan Pustaka

Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksiMycobacterium tuberculosis
complex.1

Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab penyakit TB termasuk ke dalam
famili Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Mycobacterium tuberculosis adalah parasit
intraseluler fakultatif yang menimbulkan penyakit dengan pertumbuhan dalam makrofag, tetapi
dapat juga berproliferasi dalam ruangan ekstraseluler dari jaringan yang terinfeksi, dan mampu
in vitro dalam sistem biakan bebas sel. 1
Mycobacterium tuberculosis merupakan aerob obligat yang pertumbuhannya dibantu
oleh tekanan CO2 5-10%, tetapi dihambat oleh pH di bawah 6,5 dan asam lemak rantai panjang.
Basil tuberkel tumbuh hanya pada suhu 35-370C, yang sesuai dengan kemampuannya
menginfeksi organ dalam, terutama paru. Mikroorganisme ini tidak membentuk spora, basilus
tidak bergerak, dinding selnya mengandung banyak lipid, dan berukuran sekitar 0,4x4,0 μm.
Lipid menyusun 25-60% berat kering organisme, bila dibandingkan dengan 0,5% untuk bakteri
gram positif dan 3% untuk bakteri gram negatif. Basilus tuberkel tumbuh sangat lambat, waktu
gandanya adalah 12-20 jam, bila dibandingkan dengan kebanyakan bakteri patogen lain yang
kurang dari 1 jam. 1

Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada
tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberculosis sebagai «
Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu
350 per 100.000 penduduk diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberculosis pada tahun
2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau
angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di

Status Ilmu Penyakit Dalam 13


Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi
mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.1

Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan
bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem
sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian
kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian
pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit
TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443 penderita BTA positif yang
diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga perempat dari kasus TB ini
berusia 15 – 49 tahun.Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang
penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini
Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan
China.2

Patogenesis 2

A. Tuberkulosis Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, dimana
ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional).Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)


2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :

a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke

Status Ilmu Penyakit Dalam 14


lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya.


Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus

c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat


bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil.

Jarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini
juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal,
anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir
dengan :

 Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada


anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
 Meninggal

Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

B. Tuberkulosis Post Primer(Sekunder)

Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan.Tuberkulosis
post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari
lobus superior maupun lobus inferior.Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :

1.Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat

2.Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga
Status Ilmu Penyakit Dalam 15
sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti
bila jaringan keju dibatukkan keluar.

3.Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :

 Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang


pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
 Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula
aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
 Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,
atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

Patologi2

Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses patologik yang
terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena kelainan
patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis.Kuman tersebut bersifat sangat
aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks karena pO2 alveolus
paling tinggi.

Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman.Reaksi jaringan yang
karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel makrofag.Respons awal pada
jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik sel leukosit
polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus.Kuman berproliferasi dalam sel, dan
akhirnya mematikan sel fagosit.Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan
membentuk agregat.Kuman berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman)
mati, sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang baru
terlepas.Jadi terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus yang intensif dan
berkesinambungan.Sel monosit semakin membesar, intinya menjadi eksentrik, sitoplasmanya
bertambah banyak dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat
mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan bentuknya
pun tidak sama dengan sel epitel. Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak,

Status Ilmu Penyakit Dalam 16


dan sebagian sel datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan
sebagian berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma).

Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di
bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi
sembab dan jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan ,
bila jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk simpai jaringan ikat mengelilingi reaksi
peradangan. Lama kelamaan terjadi penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila
garam kalsium berbentuk konsentrik maka disebut cincin Liesegang .Bila mikroba virulen atau
resistensi jaringan rendah, granuloma membesar sentrifugal, terbentuk pula granuloma satelit
yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar.Sel epiteloid dan makrofag menghasilkan
protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa.Pada saat isi granuloma mencair,
kuman tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi perluasan penyakit.Reaksi jaringan yang terjadi
berbeda antara individu yang belum pernah terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi.Pada
individu yang telah terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan
disertai nekrosis jaringan.Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan penyebaran infeksi
terhalang.Ini merupakan manifestasi reaksi hipersensitiviti dan sekaligus imuniti.

Klasifikasi Tuberkulosis3

A. TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru)

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)

TB paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA (+)

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif


 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif

b. Tuberkulosis Paru BTA (-)

Status Ilmu Penyakit Dalam 17


 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan
pemberian antibiotik spektrum luas
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis
positif
 Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

2. Berdasarkan Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
penderita yaitu :

1. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

2. Kasus kambuh (relaps)

Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan


tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi
aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

• Infeksi sekunder

• Infeksi jamur

• TB paru kambuh

c. Kasus pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan


kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah

3. Kasus lalai berobat

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau
lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Status Ilmu Penyakit Dalam 18
4. Kasus Gagal
 Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
 Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang
hasilnya perburukan
5. Kasus kronik

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik

6. Kasus bekas TB
 Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih mendukung
 Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah
mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran
radiologik

B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dll. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif, atau
histologi, atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstraparu aktif, yang selanjutnya
dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar
paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :

1.TB di luar paru ringan

Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang),
sendi dan kelenjar adrenal.

2.TB diluar paru berat

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang


belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

Status Ilmu Penyakit Dalam 19


Gejala klinis3

Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum.Keluhan yang
dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam. Tapi banyak juga ditemukan pasien TB
paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah:

•Demam.

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.Tetapi kadang-kadang panas badan dapat


mencapai 40-440C.Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian timbul
kembali.Hilang timbul demam ini berlangsung terus menerus, sehingga pasien merasa tidak
pernah lepas dari serangan demam influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

•Batuk/Batuk Darah

Gejala ini banyak ditemukan.Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan dari peradangan semula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Selanjutnya batuk darah yang disebabkan pembuluh
darah pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.

•Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru

•Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah mencapai pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepas
napasnya.

•Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala,

Status Ilmu Penyakit Dalam 20


meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.

Pemeriksaan Fisik3

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subferis), badan kurus atau berat badan
menurun.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:

1. infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dan lain-lain)

2. penarikan paru, diafragma, dan mediastinum

3. sekret di saluran napas

4. suara napas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus

Pemeriksaan Radiologi3

Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan foto toraks dan lateral. Gambaran foto toraks yang
menunjang diagnosis TB, yaitu:

- Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah

- Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

- Adanya kavitas, tunggal atau ganda

- Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru

- Adanya kalsifikasi

- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

- Bayangan milier

Pemeriksaan radiologi dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit
rujukan adalah Computed Tomografi Scanning (CT Scan). Pemeriksaan ini lebih pasti
dibandingkan radiologi biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat
dibuat transversal.

Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-proses dekat apeks
Status Ilmu Penyakit Dalam 21
paru, tulang belakang, perbatasan dada-perut.Sayatan bisa dibuat transversal, sagital, dan
koronal.

Pemeriksaan laboratorium3

•Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan dan
tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru dimulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang
sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, jumlah limfosit masih di bawah normal
dan laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal, jumlah limfosit masih tinggi dan laju endap darah mulai turun ke arah normal.

•Sputum

Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.Pemeriksaan ini mudah dan
murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).

Namun, kuman BTA kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila
bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung
kuman BTA mudah keluar.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum.

Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :

- pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

- pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresensi (pewarnaan khusus)

- pemeriksaan dengan biakan (kultur)

- pemeriksaan terhadap resistensi obat

• Tes tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis
terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan
0,1 cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU (Intermediate
strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 TU masih dapat diberikan dulu 1 atau 2 TU
Status Ilmu Penyakit Dalam 22
(first strength).Kadang-kadang bila dengan 5 TU masih memberikan hasil negatif, dapat diulangi
dengan 250 TU (second strength).Bila dengan 250 TU masih memberikan hasil yang negatif
berarti tuberkulosis dapat disingkirkan.Umumnya tes Mantoux dengan 5 TU saja sudah cukup
berarti. Pada orang yang kena infeksi primer akan terlihat reaksi setelah 48-72 jam dari
penyuntikan, berupa kemerahan dan indurasi. Uji tuberkulin positif bila indurasi yang terjadi
berukuran lebih dari 10 mm.

Penatalaksanaan4

Tujuan pengobatan TB adalah:

- Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien


- Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
- Mencegah kekambuhan TB
- Mengurangi penularan TB kepada orang lain
- Mencegah perkembangan dan penularan resisten obat.
World Health Organization merekomendasikan obat kombinasi dosis tetap (KDT)untuk
mengurangi risiko terjadinya TB resisten obat akibat monoterapi.Dengan KDT pasien tidak
dapat memilih obat yang diminum, jumlah butir obat yang harus diminum lebih sedikit sehingga
dapat meningkatkan ketaatan pasien dan kesalahan resep oleh dokter juga diperkecil karena
berdasarkan berat badan. Dosis harian KDT di Indonesia distandarisasi menjadi empat
kelompok berat badan 30-37 kg BB, 38-54 kg BB, 55-70 kg BB dan lebih dari 70 kg BB.

Tabel 1.1.Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa

Dosis rekomendasi

Harian 3 kali per minggu

OAT
Dosis Maksimum Dosis Maksimum

(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)

Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin* 15 (12-18) 15 (12-18) 1000

Status Ilmu Penyakit Dalam 23


*Pasien berusia di atas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg per hari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg
BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg per hari.

Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati harus diberi
paduan obat yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang bioavailabilitasnya
telah diketahui.Fase inisial seharusnya terdiri atas isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol.Fase lanjutan seharusnya terdiri atas isoniazid dan rifampisin yang diberikan selama 4
bulan.Dosis obat anti TB yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional.
Kombinasi dosis tetap yang terdiri atas kombinasi 2 obat (isoniazid), 3 obat (isoniazid,
rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol)
sangat direkomendasikan.

Paduan obat standar untuk pasien dengan kasus baru4

Pasien dengan kasus baru diasumsikan peka terhadap OAT kecuali:

 Tinggal di daerah dengan prevalens tinggi resisten isoniazid atau


 Riwayat kontak dengan pasien TB resisten obat. Pasien kasus baru seperti ini cenderung
memiliki pola resistensi obat yang sama dengan kasus sumber. Pada kasus ini sebaiknya
dilakukan uji resistensi obat sejak awal pengobatan dan sementara menunggu hasil uji
resistensi obat maka paduan obat yang berdasarkan uji resistensi obat kasus sumber
sebaiknya dimulai. Lihat Tabel1.2.

Paduan 2RHZE/6HE didapatkan lebih banyak menyebabkan kasus kambuh dan kematian
dibandingkan paduan 2RHZE/4RH. Berdasarkan hasil penelitian metaanalisis ini maka WHO
merekomendasikan paduan 2RHZE/4RH.

Pasien yang menerima OAT tiga kali seminggu memiliki angka resistensi obat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang menerima pengobatan harian. Oleh sebab itu WHO
merekomendasikan pengobatan dengan paduan harian sepanjang periode pengobatan OAT
(2RHZE/4RH) pada pasien dengan TB paru kasus baru dengan alternatif paduan 2RHZE/4R3H3
yang harus disertai pengawasan ketat secara langsung oleh pengawas menelan obat (PMO).2,11
Obat program yang berasal dari pemerintah Indonesia memilih menggunakan paduan
2RHZE/4R3H3 dengan pengawasan ketat secara langsung oleh PMO.

Status Ilmu Penyakit Dalam 24


Tabel 1.3. Paduan obat standar pasien TB kasus baru (dengan asumsi atau diketahui peka
OAT)

Fase Fase
intensif lanjutan

RHZE 2 bulan RH 4 bulan

Berdasarkan hasil penelitian metaanalisis maka WHO merekomendasikan


paduan standar untuk TB paru kasus baru adalah 2RHZE/4RH

Rekomendasi A
Paduan alternatif 2RHZE/4R3H3 harus disertai pengawasan ketat secara
langsung untuk setiap dosis obat.

Rekomendasi B

Menilai respons pengobatan pada pasien TB kasus baru4

Pemeriksaan dahak tambahan (pada akhir bulan ketiga fase intensif sisipan) diperlukan untuk
pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA positif pada akhir fase intensif.

Pemeriksaan biakan M. tuberculosis dan uji resistensi obat sebaiknya dilakukan pada pasien TB
kasus baru dengan apusan dahak BTA masih positif pada akhir bulan ketiga.Tujuan utamanya
adalah mendeteksi kuman resisten obat tanpa harus menunggu bulan kelima untuk mendapatkan
terapi yang tepat.

Pada daerah yang tidak memiliki kapasitas laboratorium untuk biakan dan uji resistensi obat
maka pemantauan tambahan dengan apusan dahak BTA positif pada bulan ketiga adalah
pemeriksaan apusan dahak BTA pada satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan (bulan keenam).Bila hasil apusan dahak BTA positif pada bulan kelima atau pada
akhir pengobatan berarti pengobatan gagal dan Kartu Berobat TB ditutup dengan hasil “gagal”
dan Kartu Berobat TB yang baru dibuka dengan tipe pasien “pengobatan setelah gagal.” Bila
seorang pasien didapatkan TB dengan strain resisten obat maka pengobatan dinyatakan gagal
kapanpun waktunya. Pada pasien dengan apusan dahak BTA negatif (atau tidak dilakukan) pada
awal pengobatan dan tetap negatif pada akhir bulan kedua pengobatan maka tidak diperlukan
Status Ilmu Penyakit Dalam 25
lagi pemantauan dahak lebih lanjut.Pemantauan dilakukan secara klinis dan berat badan
merupakan indikator yang sangat berguna.

Respons terhadap terapi pada pasien TB paru harus dimonitor dengan pemeriksaan
dahak mikroskopik berkala (dua spesimen) waktu fase intensif selesai (dua bulan).
Jika apus dahak positif pada akhir fase intensif, apus dahak harus diperiksa kembali
pada akhir bulan ketiga dan, jika positif, biakan dan uji resistensi terhadap isoniazid
dan rifampisin harus dilakukan. Pada pasien TB ekstraparu dan pada anak, penilaian
respons pengobatan terbaik adalah secara klinis.

Pemeriksaan dahak tambahan (pada akhir bulan ketiga setelah fase intensif sisipan)
diperlukan untuk pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA positif pada akhir
fase intensif.

Pemeriksaan biakan M. tuberculosis dan uji resistensi obat sebaiknya dilakukan pada
pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA masih positif pada akhir sisipan.

Rekomendasi A

Tabel 1.4.Pendekatan berdasarkan gejala untuk mengobati efek tidak diinginkan OAT
Rekomendasi A
Kemungkina
Efek tidak diinginkan n
(ETD) obat Pengobatan
penyebab
Hentikan obat penyebab dan
rujuk
Mayor
kepada dokter ahli segera
Ruam kulit dengan atau tanpa
gatal Sterptomisin, Hentikan OAT
isoniazid,
rifampisin,
pirazinamid
Tuli (tidak didapatkan kotoran
yang Streptomisin Hentikan streptomisin
mneyumbat telinga pada
pemeriksaan
otoskopi)
Pusing (vertigo dan nistagmus) Streptomisin Hentikan streptomisin
Jaundis (penyebab lain
disingkirkan), Isoniazid, Hentikan OAT
hepatitis pirazinamid,
rifampisin
Bingung (curigai gagal hati akut Sebagian besar Hentikan OAT
terinduksi obat bila terdapat
jaundis) OAT
Gangguan penglihatan
(singkirkan Etambutol Hentikan etambutol
Status Ilmu Penyakit Dalam 26
penyebab lainnya)
Syok, purpura, gagal ginjal akut Streptomisin Hentikan streptomisin

Minor Lanjutkan OAT, cek dosis OAT

Berikan obat dengan bantuan


Anoreksia, mual, nyeri perut Pirazinamid, sedikit
makanan atau menelan OAT
rifampisin, sebelum
tidur, dan sarankan untuk
isoniazid menelan
pil secara lambat dengan sedikit
air.
Bila gejala menetap atau
memburuk,
atau muntah berkepanjangan
atau
terdapat tanda-tanda
perdarahan,
pertimbangkan kemungkinan
ETD
mayor dan rujuk ke dokter ahli
segera
Nyeri sendi isoniazid Aspirin atau obat antiinflamasi
nonsteroid, atau parasetamol
Rasa terbakar, kebas atau
kesemutan isoniazid Piridoksin 50-75 mg/ hari(13)
di tangan dan kaki
Rasa mengantuk isoniazid Pastikan untuk memberi obat
sebelum tidur
Air kemih berwarna kemerahan rifampisin Pastikan pasien diberitahukan
sebelum mulai minum obat dan
bila
hal ini terjadi adalah normal
Sindrom flu (demam,
menggigil, Pemberian Ubah pemberian rifampisin
malaise, sakit kepala, nyeri intermiten menjadi setiap
tulang) rifampisin hari13
intermiten

Pengawasan dan ketaatan pasien dalam pengobatan OAT5

Ketaatan pasien pada pengobatan TB sangat penting untuk mencapai kesembuhan, mencegah
penularan dan menghindari kasus resisten obat. Pada “Stop TB Strategy” mengawasi dan
mendukung pasien untuk minum OAT merupakan landasan DOTS dan membantu mencapai
target keberhasilan pengobatan 85%.17 Kesembuhan pasien dapat dicapai hanya bila pasien dan
petugas pelayanan kesehatan berkerjasama dengan baik dan didukung oleh penyedia jasa
kesehatan dan masyarakat.

Status Ilmu Penyakit Dalam 27


Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk minum OAT secara teratur dan
lengkap.Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan metode pengawasan
yang direkomendasikan oleh WHO dan merupakan paket pendukung yang dapat menjawab
kebutuhan pasien. Pengawas menelan obat (PMO) harus mengamati setiap asupan obat bahwa
OAT yang ditelan oleh pasien adalah tepat obat, tepat dosis dan tepat interval, di sampingitu
PMO sebaiknya adalah orang telah dilatih, yang dapat diterima baik dan dipilih bersama dengan
pasien. Pengawasan dan komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan akan memberikan
kesempatan lebih banyak untuk edukasi, identifikasi dan solusi masalah-masalah selama
pengobatan TB. Directly Observed Treatment Short Course sebaiknya diterapkan secara
fleksibel dengan adaptasi terhadap keadaan sehingga nyaman bagi pasien.

Komplikasi 5

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan atau
dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :
- Pneumotoraks
- Gagal napas
- Efusi pleura

Status Ilmu Penyakit Dalam 28


Daftar Pustaka

1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemeterian Kesehatan Republik


Indonesia ; 2014
2. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, dkk. Tuberkulosis paru. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi VI. Jilid III. Jakarta : FKUI ; 2014 : h. 2230-4
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta ; 2014
5. Mentri Kesehatan RI. Penanggulangan Tuberkulosis: Kementrian Kesehatan RI; 2016. h.
88-102

Status Ilmu Penyakit Dalam 29

Anda mungkin juga menyukai