Anda di halaman 1dari 40

BAB III

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

3.1. Bangunan Utama


3.1.1. Definisi Bangunan Utama
Bangunan utama adalah bangunan penyadap air sungai yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan irigasi, air baku, dan lain-lain.

3.1.2. Macam Bangunan Utama


Macam-macam bangunan utama yaitu :
1. Pengambilan Bebas
2. Bendung
3. Bendungan

3.1.3. Kriteria Pemilihan Bangunan Utama


1. Pengambilan Bebas (Free Intake), jika tinggi muka air (h) cukup dan debit (Q)
cukup
2. Bendung, jika tinggi muka air (h) tidak cukup dan debit (Q) cukup
3. Bendungan, jika tinggi muka air (h) kecil dan debit (Q) kecil

3.1.4. Bagian-Bagian Bangunan Utama


Bagian-bagian bangunan utama yaitu :
1. Bangunan Pengelak
2. Bangunan Pengambilan
3. Bangunan Pembilas (penguras)
4. Kantong Lumpur
5. Pekerjaan Sungai
6. Bangunan- Bangunan Pelengkap

3.2. Perhitungan Kemiringan dan Kedalaman Sungai


3.2.1. Kemiringan Dasar Sungai Rerata
Perhitungan kemiringan dasar sungai rerata perlu dilakukan, karena pada setiap
penampang sungai mempunyai kemiringan yang berbeda.
Adapun cara yang dilakukan untuk mencari kemiringan rerata tersebut yaitu :

P1 P2 P3 P4

L1 L2 L3
Gambar 3.1. Sketsa Potongan Memanjang Sungai

Rumus yang digunakan dalam perhitungan :


1. Menghitung beda tinggi
H  Elevasi( n)  Elevasi terendah
2. Menghitung kemiringan sungai (slope)
BedaTinggi ( H )
S
Jarak ( s )
3. Menghitung jarak total
S total   jarak (s )
4. Menghitung kemiringan sungai (slope) rerata
S
 slope ( s)
n

Tabel 3.1. Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai Asli


No Patok Jarak Elevasi Beda Tinggi Slope
1 P1 841.460
17.50 1.18 0.067

2 P2 840.280
35.50 1.64 0.046

3 P3 838.640
28.90 2.05 0.071

4 P4 836.590
30.30 2.14 0.071

5 P5 834.450
Jumlah 112.20 Rerata Slope 0.051
Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :
 Jarak didapatkan dari pengukuran jarak antar patok pada peta
 Elevasi didapatkan dari peta

Contoh Perhitungan :
 Mencari Beda Tinggi
1. Beda tinggi P1 ke P2 = Elevasi P1 – Elevasi P2
= 841.460 – 840.280
= 1.18 m
2. Beda tinggi P2 ke P3 = Elevasi P2 – Elevasi P3
= 840.280 – 838.640
= 1.64 m
3. Beda tinggi P3 ke P4 = Elevasi P3 – Elevasi P4
= 838.640 – 836.590
= 2.05 m
4. Beda tinggi P4 ke P5 = Elevasi P4 – Elevasi P5
= 836.590 – 834.450
= 2.14 m

 Mencari Slope
1. Slope patok P1 = Beda tinggi / Jarak
0
=
0
=0
2. Slope patok P2 = Beda tinggi / Jarak
1.18
=
17.50
= 0.067
3. Slope patok P3 = Beda tinggi / Jarak
1.64
=
35.50
= 0.046
4. Slope patok P4 = Beda tinggi / Jarak
2.05
=
28.90
= 0.071
5. Slope patok P5 = Beda tinggi / Jarak
2.14
=
30.30
= 0.071

 Menghitung Jarak Total


S total   jarak (s )
 0  17.50  35.50  28.90  30.30
 112 .20 m

 Menghitung Kemiringan Sungai Rerata

S
 slope ( s)
n
0.000  0.067  0.046  0.071  0.071

5
 0.051
3.2.2. Kedalaman Sungai Maksimum
Debit sungai yang diperhitungkan untuk dimensi bendung adalah Q 25. Untuk
menghitung kedalaman sungai maksimum, rumus yang digunakan adalah :
Q=A.V
2 1
1
V  . R 3 .s 2
n
Dimana :
Q = debit aliran (m3/dt)
A = luas penampang basah saluran (m3)
V = kecepatan aliran (m/dt)
n = angka kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)
s = kemiringan saluran / slope
Untuk penentuan lebar bendung diambil lebar rata-rata dari bagian sungai yang
stabil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan lebar bendung ini,
yaitu :
1. Menentukan besar debit rencana, dalam hal ini dipakai Q25 = 18 m3/dt (ditentukan
oleh asisten).
2. Mencoba-coba tinggi muka air (h) dengan Q25, sehingga didapat luas penampang
basah melalui pengukuran secara langsung pada potongan melintang penampang
sungai per pias (dalam hal ini pada P2).
3. Penentuan keliling basah (P), dengan mengukur secara langsung pada potongan
melintang penampang sungai (dalam hal ini pada P2).
4. Penentuan jari-jari hidrolis (R), serta kecepatan aliran (V) dan debit (Q).
5. Setelah nilai h dan Q diketahui, maka dibuat lengkung debitnya. Dari sini akan
diketahui nilai h pada Q25 = 18 m3/dt, dimana keadaan sungai di sini masih dalam
keadaan asli. Dengan h yang diketahui tersebut akan kita dapatkan lebar muka air
sungai (T). Lebar muka air inilah yang akan dijadikan sebagai lebar bendung.

Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan :


Tabel 3.2. Perhitungan Sungai Asli Patok 2
Elevasi H (m) A (m2) P R V Q T D Fr Keterangan
No
(Dr Gambar) (Elev n- Elev n-1) (dari gambar) (dari gambar) (A/P) (1/n*R2/3*S1/2) (V*A) (dari gambar) Aliran
0 840.280 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.000 0.000 0.000
I 841.000 0.720 3.6846 19.5716 0.1883 2.3182 8.5415 9.729 0.379 0.872 sub kritis
II 842.000 1.720 17.0263 33.7433 0.5046 4.4729 76.1571 16.651 1.023 1.089 super kritis
III 843.000 2.720 35.9844 43.8259 0.8211 6.1881 222.6751 21.457 1.677 1.198 super kritis
IV 844.000 3.720 60.0707 54.4909 1.1024 7.5311 452.4011 26.550 2.263 1.247 super kritis
V 845.000 4.720 88.3575 61.9360 1.4266 8.9434 790.2152 30.000 2.945 1.314 super kritis
VI 846.000 5.720 120.3725 70.4702 1.7081 10.0844 1213.8832 34.030 3.537 1.346 super kritis
Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan:
Slope yang digunakan = 0.051 (dari tabel 3.1)
Nilai n = 0.032 (Coarse Sand)
Contoh Perhitungan :
Misal pada pias I
1. Mencari H = Elevasi n – Elevasi n-1
= 841.000 – 840.280
= 0.720 m
2. Mencari A = 3.8646 m2 (didapat dari gambar)
3. Mencari P = 19.5716 m (didapat dari gambar)
4. Mencari R = A /P
= 3.8646 / 19.5716
= 0.1883 m
2 1
1
5. Mencari V = . R 3 .s 2
n
= 1/0.032 x (0.1883) 2/3 x (0.051) ½
= 2.3182 m/dt
6. Mencari Q =VxA
= 2.3182 x 3.8646
= 8.5415 m3/dt
7. Mencari T = lebar pias, didapat dari gambar
= 9.729 m
8. Mencari D =A/T
= 3.8646 / 9.729
= 0.379 m
v
9. Mencari Fr = gH

2.3182
= 9,81 0,720
= 0.872 < 1 Kondisi Aliran Subkritis

Gambar 3.2. Lengkung Debit (Sungai Asli)


Dari perhitungan di atas dengan Q = 58 m3/dt, diperoleh h = 1.451 m
Keterangan tabel :
1) Daerah piasan pada penampang sungai
2) Kedalaman sungai
3) Luasan sungai dengan menghitung pias-pias sungai,dengan cara :
-.Membagi tiap pias menjadi persegi dan sisanya adalah bagian yang tidak simetris
- Tiap satu sentimeter persegi luasannya 1 m2 (untuk skala 1 : 100)
- Sisa dari pias yang berbentuk asimetri luasannya dihitung dengan menghitung
banyaknya kotak-kotak kecil dalam kertas grafik tersebut
4) Keliling basah (P), pengukuran langsung pada potongan melintang saluran
5) Jari-jari hidrolis (R), didapat : R = A/P
6) Kecepatan aliran (V), dipakai rumus Manning :
V = 1/n . R2/3 . S1/2
Dimana : n = 0.032 (jenis batuan Coarse Sand)
S = Slope asli sungai = 0.051
7) Debit yang lewat, digunakan rumus :
Q=AxV
Untuk membandingkan kondisi sungai, digunakan Patok 5 sebagai perbandingan :

Tabel 3.3. Perhitungan Sungai Asli Patok 5


Elevasi H (m) A (m2) P R V Q T D Fr Keterangan
No
2/3 1/2
(Dr Gambar) (Elev n- Elev n-1) (dari gambar) (dari gambar) (A/P) (1/n*R *S ) (V*A) (dari gambar) Aliran
0 834.45 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.000 0.000 0.000
I 835.450 1.000 6.1528 21.7305 0.2831 3.0441 18.7299 10.755 0.572 0.972 sub kritis
II 836.450 2.000 20.9754 38.0726 0.5509 4.7445 99.5183 18.800 1.116 1.071 super kritis
III 837.450 3.000 43.2537 52.3482 0.8263 6.2164 268.8842 25.796 1.677 1.146 super kritis
IV 838.450 4.000 71.6455 62.4971 1.1464 7.7330 554.0334 30.652 2.337 1.234 super kritis
V 838.950 4.500 88.2361 66.4838 1.3272 8.5261 752.3056 32.500 2.715 1.283 super kritis
Sumber : Hasil Perhitungan
3.3. Penentuan Denah Bendung
 Pemilihan Lokasi Denah Bendung

Gambar 3.3. Lokasi Denah Bendung

Keterangan Gambar :
Pemilihan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah bendung adalah pada bagian
sungai yang lurus. Dimana pada bagian tersebut tidak terjadi adanya endapan
maupun gerusan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi penetuan denah bendung adalah :


A. Data Geologi, meliputi :
1. Kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan
2. Kondisi geologi lapangan
3. Kedalaman lapisan keras
4. Permeabilitas tanah
B. Data Mekanika Tanah, meliputi :
1. Bahan pondasi
2. Bahan konstruksi
3. Sumber bahan timbunan
4. Parameter tanah yang harus digunakan
C. Data Topografi, meliputi :
1. Peta daerah aliran sungai
2. Peta situasi untuk letak bangunan utama
3. Gambar potongan memanjang dan melintang sungai

D. Data morfologi, meliputi :


1. Kandungan sedimen
2. Distribusi ukuran butiran
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai
3.4. Saluran Pengelak
3.4.1. Definisi Saluran Pengelak
Saluran pengelak yaitu bagian dari bangunan utama yang dibangun di sungai
yang berfungsi untuk membelokkan air sungai yang menuju lokasi bendung yang akan
dibangun. Saluran pengelak juga bisa diartikan sebagai saluran yang dibuat untuk
mengalihkan aliran air selama pelaksanaan konstruksi bangunan (bendung). Biasanya
terletak di bagian hulu turap baja. Kapasitas saluran pengelak direncanakan berdasar
debit dengan kala ulang 10 - 20 tahun.

3.4.2. Tipe Saluran Pengelak


Tipe Bangunan Pengelak :
1. Bendung Pelimpah
2. Bendung gerak (Barrage)

3.4.3. Desain Kriteria Saluran Pengelak


Gambar 3.4. Desain Saluran Pengelak Sementara

3.4.4. Perencanaan Saluran Pengelak

Data-Data Teknis :
Q10 = 3.5 m3/dt (Rencana)
n = 0.032
b/h =3 (Tabel De Vos)
m = 1.5 (Tabel De Vos)
v = 0.700 m/dt (Tabel De Vos)

Tabel 3.4. Tabel De Vos

Debit b/h V ijin m


0.75 - 1.50 2 0.50 - 0.55 1
1.50 - 3.00 2.5 0.55 - 0.60 1
3.00 - 4.50 3 0.60 - 0.70 1,5
4.50 - 6.00 3.5 0.70 1,5
Sumber : Tabel De Vos

Perhitungan :

A = (b + mh) h = (3h +1.5h)h = 4.5 h2

P = b + 2h (m2 + 1)0.5 = 3h + 2 h 3,25 = 6.606 h

R = A / P = 4.5 h2 / 6.606 h = 0.681 h

Q =V.A
3.5 = 0.700 x 4.5 h2
h = 1.054 m
Maka :
 b = 3 h = 3.162 m
 A = 4.5 h2 = 4.5 x (1.054 2)
= 5.000 m2
 P = 6.606 h = 6.606 x 1.054
= 6.963 m
 R = 0.681 h
= 0.681 x 1.054
= 0.718 m
 w = 1/3 h
= 1/3 x 1.054 = 0.351 m
 H =h+w
= 1.054 + 0.351
= 1.405 m
 T = b + 2.m.h
= 3.162 + 2. 1.5. 1.054
= 6.325 m
 D = A/T
= 5.000 / 6.325
= 0.791 m
2
1
 V = xR 3 xS 0.5
n
2
1
0.7 = x0.718 3 xS 0.5
0.032
maka S = 0.00078

Cek Aliran :
V
Fr 
gxh
0,700
= 9,81 x 1,2994
= 0.218 < 1 aliran sub kritis

Tabel 3.5. Perhitungan Saluran Pengelak Sementara


V
Q h B A P R T D
(m/dt Slope Fr
(m3/dt) (m) (m) (m2) (m) (m) (m) (m)
)
3.500 0.700 1.054 3.162 5.000 6.963 0.718 6.325 0.791 0.00078 0.218
Sumber : Hasil Perhitungan

3.5. Perencanaan Bendung


3.5.1. Definisi Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang digunakan untuk
meninggikan muka air sungai untuk keperluan irigasi, pemenuhan kebutuhan air baku
dan lain-lain.

3.5.2. Macam Bendung


Macam-macam bendung yaitu :
1. Bendung Tetap
Jika pembendungan dilakukan dengan puncak pelimpah yang permanen.
2. Bendung Gerak (Barrage)
Jika pembendungan dilakukan oleh pintu (pintu dapat dioperasikan).

3.5.3. Fungsi Bendung


Fungsi dari bendung yaitu :
1. Menaikkan elevasi muka air sungai
2. Mengalirkan air sungai ke saluran irigasi melalui intake
3. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran irigasi ( melalui kantong lumpur).
4. Menstabilkan muka air sungai
5. Menyimpan air dalam waktu singkat.

3.5.4. Komponen- Komponen Bendung


Komponen bendung tetap terdiri atas lima bagian utama yaitu :
1. Tubuh Bendung
2. Intake
3. Bangunan pembilas
4. Bangunan Perlengkapan
5. Penangkapan Sedimen

3.5.5. Pemilihan lokasi dan Penentuan Jenis bendung


1. Untuk daerah dengan kemiringan sedang sesuai untuk dibangun bendung tetap
2. Untuk daerah yang mempunyai kemiringan landai (dibagian hilir) sesuai untuk
dibangun bendung gerak.

3.6. Penentuan Elevasi Puncak Mercu Bendung


3.6.1 Kriteria Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu bendung ditentukan berdasarkan elevasi sawah tertinggi
yang akan diairi, ditambah dengan total kehilangan tinggi tekan pada bangunan-
bangunan dan saluran-saluran yang ada pada jaringan tersebut.

3.6.2 Data Teknis


Diketahui :
Elevasi dasar sungai = + 840.280
Elevasi sawah tertinggi = + 844.280.............(ditentukan asisten)

a). Elevasi Mercu Bendung


Maka perhitungan elevasi mercu bendung :
1. Elevasi sawah tertinggi = + 844.280
2. Tinggi air di sawah = 0.100
3. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0.100
4. Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0.100
5. Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0.100
6. Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0.150
7. Kehilangan tekanan pada alat ukur = 0.400
8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer = 0.200
9. Persediaan untuk eksploitasi = 0.100
10. Persediaan untuk lain-lain = 0.250 +
Elevasi Mercu Bendung = + 845.780

b). Tinggi Bendung


Tinggi bendung = Elevasi mercu bendung – Elevasi dasar sungai
= 845.780 – 840.280
= 5.500 m

c). Lebar Bendung


Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment), sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Dalam menentukan lebar
bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah pertimbangan lebar sungai yang ada.
Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah  1.2 kali lebar rerata sungai
pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar setelah bendung dibangun, tidak
terlalu banyak mengganggu aliran sungai.

3.7. Penentuan Lebar Efektif Bendung


3.7.1 Definisi Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung dikurangi tebal pilar dan tebal
pintu. Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya
atau lebar mercu bendung (B) dengan persamaan seperti dijelaskan selanjutnya.

3.7.2 Perencanaan Lebar Efektif Bendung


Rumus Lebar Efektif Bendung
Be = B – 2.(n.Kp + Ka). H1
Dimana :
Be = lebar efektif bendung
B = lebar mercu bendung
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)

Nilai Ka dan Kp dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 3.6. Harga Koefisien Kontraksi
Bentuk Pilar Kp
Pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada 0.02
jari-jari yang hampir sama dengan 0.1 dari tebal pilar
Pilar berujung bulat 0.01
Pilar berujung runcing 0
Bentuk Tembok Hulu Ka
Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90o ke arah aliran 0.20
Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o ke arah aliran 0.10
dengan 0,5 H1 > r > 0,15 H1
Pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih 0
dari 45o ke arah aliran
Sumber : KP 02-Bangunan Utama
3.7.3 Data Teknis
Data perencanaan lebar bendung :
 Lebar sungai asli (B) = 33.084 m ... (didapat dari gambar)
 Lebar sungai rencana (b) = 1.2 x B = 1.2 x 33.084 = 39.701 m
 Jumlah pilar (n) =0
 Tebal pilar utama = 2.0 m
 Tebal pilar pembilas = 1.0 m
 Lebar pintu pembilas (p) = (1/6 – 1/10) x b = 1/10 x 39.701 = 3.970 m
direncanakan 3 buah pintu pembilas dengan lebar masing-masing 1.323 m
dengan 2 buah pilar dengan lebar masing-masing 1.0 m.
Pilar direncanakan dengan : (dari tabel 4.3 KP-02 Bangunan Utama)
Kp = 0.01 (pilar berujung bulat)
Ka = 0.1 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o ke arah
aliran dengan 0,5 H1 > r > 0,15 H1)
 Lebar dinding penahan (l) =1m
Direncanakan di kanan kiri sungai masing-masing dengan lebar 0.5 m.

Lebar Mercu Bendung :


B = b – (pintu penguras + pilar) – pilar utama – dinding penahan
= 39.701 – (3.970 + 2 x 1.0) – 2 – 2 x 0.5
= 30.731 m
Lebar Efektif Bendung :
Be = B – 2.(n.Kp + Ka). H1
= 30.731 – 2.( 0 x 0.01 + 0.1). He
= 30.731 – 0.20 He

3.7.4 Tinggi Energi


3.7.4.1. Perhitungan H1
Data Teknis :
Cd = 1.291 (asumsi)
Rumus :
2 2
Q = Cd. . ( .g)0.5. Be .H10.5
3 3
58 = 1.291. 2/3. (2/3. 9.81)0.5. (30.731 – 0.20.He). He1.5
58 = 2.201 . (30.731 – 0.20.He). He1.5
26.351 = (30.731 – 0.20.He). He1.5
Dengan cara coba-coba didapat H1 = He = 0.906 m
 Be = 30.731 – 0.20 He
= 30.731 – 0.20 (0.906)
= 30.549 m
 A = Be ( P + H1 )
= 30.549 ( 5.500 + 0.906)
= 196.697 m2
Q
 V =
A
58
=
195.9697
= 0.296 m/dt
2
 Hd = H1 – ( V2 g )
= 0.906 – (0.2962 / 2 . 9,81)
= 0.902

3.7.4.2. Perhitungan Penentuan Nilai Cd


Langkah-langkah perencanaan Cd :
1. Asumsi Cd.
Menghitung Hd
Q Q
V = =
A Be P  He 
V2
Hd = He 
2g
2. Co = 1.3 (konstanta)
3. Menghitung P / Hd
4. Menghitung He / Hd
5. Mencari C1 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.10 hal.49)
6. Menghitung P/He
7. Mencari C2 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.7 hal 45)
8. Menghitung Cd = Co . C1 . C2
9. Apabila Cd asumsi = Cd hitung asumsi benar
10. Apabila Q hitung ≥ Q design asumsi benar

Perhitungan penentuan nilai Cd :


1. Cd asumsi = 1.291 He = 0.906 m
2. Be = 30.549 m
3. V = 0.296 m/dt
4. Hd = He – (V2/2g)
= 0.906 – (0.2962 / 2 . 9,81)
= 0.902 m
5. Co = 1.3 (konstanta)
Gambar 3.5. Harga-Harga Koefisien Co
6. P / Hd = 5.5 / 0.902 = 6.100
7. He / Hd = 0.906 / 0.902 = 1.005
8. Dari grafik didapatkan C1 = 0.995

Gambar 3.6. Harga-Harga Koefisien C1


9. P / He = 5.5 / 0.906 = 6.070
10. Untuk kemiringan muka hulu bendung 1:1, dari grafik didapat C2 = 0.998

Gambar 3.7. Harga-harga Koefisien C2


11. Cd = Co . C1 . C2
= 1.3 x 0.995 x 0.998
= 1.291
12. Cd hitung (=1.291) sama dengan Cd asumsi (=1.291) ….. OK !! 
13. Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5
= 1.291 x 2/3 x (2/3 x 9.81)0.5 x 30.549 x (0.906)1.5
= 58 m3/dt
Q hit ≥ Q rencana
58m3/dt ≥ 58m3/dt ..... OK !! 

3.8. Mercu Bendung


3.8.1. Macam Mercu Bendung
Ada 2 tipe mercu bendung yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu :
 Tipe Bulat
 Tipe Ogee, ada 4 macam :
1. Ogee I 3. Ogee III
2. Ogee II 4. Ogee IV

Gambar 3.8. Bentuk-Bentuk Mercu Ogee

3.8.2. Perencanaan Mercu Bendung


3.8.2.1. Perencanaan Mercu OGEE bagian Hulu
Rumus Pengaliran
2 2
Q= 3
x Cd x ( 3 .g)0,5 x Be x He1,5
Keterangan :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = Co.C1.C2)
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
Be = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi energi di atas mercu (m)
Dalam perencanaan ini digunakan mercu bendung tipe OGEE III
Data-data teknis yang diketahui :
 Lebar mercu bendung (B) = 30.731 m
 Lebar efektif bendung (Be) = 30.599 m
 Debit rencana (Q) = 58 m3/dt
 Elevasi dasar sungai = + 840.280
 Elevasi puncak bendung = + 845.780
 Tinggi bendung (P) = 5.5 m
 He (H1) = 0.906 m
 Hd = 0.902 m

3.8.2.2. Perencanaan Mercu OGEE bagian Hilir

Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee III


X1.810 = 1.939 . Hd0.810 .Y
X1.810 = 1.939 . (0.902)0.810. Y
Y = 0.561 . X1.810
Misal :
Y’ = 0.561 x 1.810. X0.810
Y’ = 1.015 . X0.810
Titik awal melalui gradien
Misal : Y’ =1
1 = 1.015 . X0.810
X0.810 = 0.985
X = 0.982
Y = 0.561 . (0.982) 1.810
= 0.542
Jadi Koordinat Titik Potong Mercu (0.982 ; 0.542)

Perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.7. Persamaan Bentuk Pelimpah OGEE III


X Y
0.100 0.009
0.200 0.030
0.300 0.063
0.400 0.107
0.500 0.160
0.600 0.222
0.700 0.294
0.800 0.374
0.900 0.463
0.982 0.542
Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk Mercu Type OGEE III :


R1 = 0.22 x Hd Jarak R1 = 0.214 x Hd
= 0.22 x 0.902 = 0.214 x 0.902
= 0.198 m = 0.193 m
R2 = 0.48 x Hd Jarak R2 = 0.115 x Hd
= 0.48 x 0.902 = 0.115 x 0.902
= 0.433 m = 0.104 m

3.8.3. Penentuan Profil Muka Air di atas Mercu Bendung


3.8.3.1. Definisi Profil Muka Air
Pengukuran tinggi muka air di atas mercu bendung dilakukan sedikit agak ke
hulu, yaitu sebelum air berubah bentuk permukaannya mengikuti kelengkungan mercu.
Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari air yang mengalir dengan
kecepatan tinggi berkedalaman rendah bergabung dengan air yang mengalir dengan
kecepatan rendah dan berkedalaman tinggi.
Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan banyaknya air yang meloncat.
Untuk loncatan hidrolis harus diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak kurang
dari kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir sehingga loncatan
akan menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi yang umumnya menyebabkan
penggerusan yang luas.
3.8.3.2. Perhitungan Profil Muka Air
Langkah perhitungan :
1. Tentukan harga Z
2. Dengan coba-coba didapat nilai Yz
3. Hitung Vz dan Fz
4. Elevasi lereng bendung = elevasi mercu bendung – z
5. Elevasi muka air = elevasi lereng bendung + Yz (Y2)

Rumus perhitungan :
 Perhitungan Yz
1
Q
2 g ( z  He  Yz ) 2  (Dengan cara trial & error didapat nilai Yz )
B.Yz
 Perhitungan Vz
Q
Vz 
Be.Yz
 Perhitungan Fz
Vz
Fz 
9,81.Yz

Perhitungan Profil Aliran :


Contoh perhitungan pada Z = 0.500
1
Q
 2.g ( Z  He  Yz) 2  =0
( Be.Yz )
58
2  9.81  ( 0.5  0.906 - Yz)  0
(30.549  Yz)
Dengan cara trial and error diperoleh nilai Yz = 0.435
Q 58
 Vz = = = 4.365 m/dt
Yz  Be 0.435  30.549
Vz 4.365
 Fr = g  Yz = = 2.113
9.81  0.435
Perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.8. Perhitungan Profil Aliran


Z Yz Vz Fr Elevasi Lereng Bendung Elevasi Muka Air
0.500 0.435 4.365 2.113 845.280 845.715
1.000 0.343 5.539 3.020 844.780 845.123
1.500 0.295 6.436 3.784 844.280 844.575
2.000 0.264 7.200 4.477 843.780 844.044
2.500 0.241 7.880 5.126 843.280 843.521
3.000 0.223 8.500 5.743 842.780 843.003
3.500 0.209 9.074 6.334 842.280 842.489
4.000 0.198 9.612 6.905 841.780 841.978
4.500 0.188 10.119 7.458 841.280 841.468
5.000 0.179 10.600 7.997 840.780 840.959
5.500 0.172 11.060 8.523 840.280 840.452
6.000 0.165 11.500 9.037 839.780 839.945
6.500 0.159 11.924 9.541 839.280 839.439
7.000 0.154 12.333 10.035 838.780 838.934
7.500 0.149 12.728 10.522 838.280 838.429
7.612 0.148 12.815 10.630 838.168 838.316
Sumber: Hasil Perhitungan

3.9. Perhitungan Loncatan Hidraulik pada Bendung


3.9.1. Kecepatan di Bagian Awal Loncatan
V1  2.g( Z  He - Yz)
Keterangan:
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
H1 = Tinggi energi di atas mercu (m)
Z = Tinggi jatuh (m)
Data-data teknis :
 Elevasi Dasar Kolam Olakan = + 838.162
 Elevasi Mercu Bendung = + 845.780
 He (H1) = 0.906 m
 Z = P+Z = 5.5 + 2.112 = 7.612 m
 Yz = 0.148 m
Maka, kecepatan di bagian awal loncatan :
V1  2.g( Z  He - Yz)
V1  2  9.81  ( 7.612  0.906 - 0.148)
V1  12.815 m/dt

3.9.2. Kedalaman Air Setelah Loncatan


y2 1
 ( (( 1  8.Fr 2 )  1)
y1 2
v1
Fr 
g .y1
Keterangan:
y2 = kedalaman air setelah loncatan air (m)
y1 = kedalaman air di awal loncat air (m)
Fr = bilangan froude
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi

Mencari Y2
1
 y2  ( 1  8.(10.630 2 )  1) x 0.148
2
Y2 = 2.154 m

3.9.3. Panjang Loncatan


Lj = 6.9 (Y2 – Yu)
Keterangan :
Lj = panjang loncatan (m)
Y2 = tinggi loncatan di atas ambang (m)
Yu = kedalaman air sebelum loncatan (m)
Lj = 6.9 (2.154 – 0.148)
= 13.841 m

3.10. Perencanaan Peredam Energi


3.10.1 Panjang Peredam Energi
Lj = 5 (n + y2)
Keterangan :
Lj = panjang kolam (m)
n = tinggi ambang ujung (m)
Y2 = kedalaman air di atas ambang (m)
Lj = 5 (0.236 + 2.154)
= 11.950 m

3.10.2 Tipe Peredam Energi


 USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

 USBR Tipe II
Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) >45 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5

 USBR Tipe III


Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5
 USBR Tipe IV
Syarat : Bilangan Froude (Fr) 2,5 – 4,5

 Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam


Syarat : Kedalaman hilir sangat besar dibanding kedalaman normal hilir

 Peredam Energi Tipe Vlughter


q2
Syarat : hc  3
g
Keterangan:
hc = kedalaman air kritis (m)
q = debit per lebar satuan (m2/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
3.10.2.1. Penentuan Tipe Peredam Energi
Data-data teknis :
Fr = 10.630
V = 12.815 m/dt
Untuk Fr > 4,5 dan V < 18 m/dt, maka digunakan Kolam Olakan USBR Tipe III

3.10.3. Elevasi Dasar Kolam Olakan


Aliran yang melalui mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat tinggi,
dengan kondis aliran superkritis dapat menimbulkan kerusakan berupa penggerusan
pada bagian pelimpah (belakang), sehingga akan dapat menyebabkan terganggunya
stabilitas bendung tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, perlu upaya untuk
mengubah kondisi aliran superkritis, yaitu dengan meredam energi aliran tersebut.
Untuk itu ada beberapa tipe peredam energi, antar lain :
- Type loncatan (Water jump Type)
- Type Kolam Olakan (stilling Bazin Type)
- Type Bak Pusaran (Roller Bucker type)
Pada perhitungan bendung ini, untuk peredam energi dipilih tipe kolam olakan,
dalam hal ini kolam olakan datar. Kolam olakan datar mempunyai empat tipe yang
dibedakan menurut hidrolika alirannya dan konstruksi (kondisi).
Dari perhitungan sebelumnya diketahui :
Elevasi mercu bendung = + 845.780
P + ∆z = 7.612 m
Maka :
Elevasi dasar kolam olak = elevasi mercu bendung – (P +∆z)
= + 845.780 – 7.612
= + 838.168

3.10.4. Dimensi Kolam Olakan


Data-data teknis :
 Yj = 0.148 m
 V = 12.815 m/dt
 Fr = 10.630

Perhitungan dimensi kolam olakan :


 Kedalaman air di kolam olakan
Yb =
1
2

Y j 1  8 Fr 2  1 
1

= (0.148) 1  8(10.630)  1
2
2

= 2.154 m
 Panjang kolam olakan (Lb)
Lb = 2.7 x Yb
= 2.7 x 2.154
= 5.817 m
Maka direncanakan panjang kolam olakan = 11.950 m
 Jarak antara buffle block dengan chute block ( La ) :
La  0.82  Y2
 0.82  2.154
 1.767 m

 Tinggi (qc), panjang (Pc), dan lebar (bc) chute block :


qc = Pc = bc = Yj = 0.148 m
 Jarak antara chute block (Sc):
Sc = Yj = 0.148 m
 Jarak antara dinding dengan chute block ( dc ) :
dc = 0.5 x Yz
= 0.5 x 0.148
= 0.074 m
 Tinggi block halang (n3) :
Yj ( 4  Fr )
n3 =
6
0.148( 4  10.630)
=
6
= 0.361 m
 Tebal ujung atas buffle block ( tb ) :
tb = 0.2 x n3
= 0.2 x 0.361
= 0.072 m
 Lebar dan jarak antara block halang (n) :
n = 0.75 x n3
= 0.75 x 0.361
= 0.271 m
 Jarak antara dinding dengan buffle block ( db ) :
db = 0.675 x n3
= 0.675 x 0.361
= 0.244 m
 Tinggi end sill (ambang ujung )
Yj (18  Fr )
As =
18
0.148(18  10.630)
= = 0.236 m
18

Tabel 3.9. Rekapitulasi Perencanaan Desain Bendung


No Keterangan Bangunan Elevasi Bangunan Elevasi Muka Air
Lengkung Harold
koordinat X = 0 ; Y = 0 845.780 846.682
koordinat X = 0.100 ; Y = 0.009 845.771 846.527
koordinat X = 0.200 ; Y = 0.030 845.750 846.467
koordinat X = 0.300 ; Y = 0.063 845.717 846.396
koordinat X = 0.400 ; Y = 0.107 845.673 846.315
1
koordinat X = 0.500 ; Y = 0.160 845.620 846.223
koordinat X = 0.600 ; Y = 0.222 845.558 846.135
koordinat X = 0.700 ; Y = 0.294 845.486 846.005
koordinat X = 0.800 ; Y = 0.374 845.406 845.884
koordinat X = 0.900 ; Y = 0.463 845.317 845.763
koordinat X = 0.982 ; Y = 0.542 845.238 845.661
Peluncur
Z = 0.500 m 845.280 845.715
Z = 1.000 m 844.780 845.123
Z = 1.500 m 844.280 844.575
Z = 2.000 m 843.780 844.044
Z = 2.500 m 843.280 843.521
Z = 3.000 m 842.780 843.003
Z = 3.500 m 842.280 842.489
2 Z = 4.000 m 841.780 841.978
Z = 4.500 m 841.280 841.468
Z = 5.000 m 840.780 840.959
Z = 5.500 m 840.280 840.452
Z = 6.000 m 839.780 839.945
Z = 6.500 m 839.280 839.439
Z = 7.000 m 838.780 838.934
Z = 7.500 m 838.280 838.429
Z = 7.612 m 838.168 838.316
Peredam Energi
Blok muka 838.168 838.316
3
Blok halang 838.529 838.828
Ambang ujung 838.404 840.322

3.11. Perencanaan Panjang Lantai Muka (Apron)


3.11.1. Tebal Apron
 Apron Hulu
Tebal apron di hulu bendung direncana untuk menahan gaya uplift pada pondasi
serta mengurangi penetapan panjang lantai. Apron hulu lebih ditujukan untuk
menjaga stabilitas aliran di hulu bendung.
 Apron Hilir
Sama halnya dengan apron hulu, apron hilir juga direncana untuk menahan gaya
uplift pada pondasi serta mencegah terjadinya gerusan di hilir bendung.
Perencanaan panjang apron ditujukan untuk menahan bahaya piping. Bahaya
piping atau erosi bawah tanah disebabkan karena naiknya dasar galian atau rekahnya
pangkal hilir bendung. Karena penambahan tebal apron saat ini kurang ekonomis, maka
alternatif turap cukup baik untuk dilaksanakan karena menambah trayektori aliran.

Data Perencanaan :
1. Up stream
 Elevasi dasar = + 840.280
 Elevasi mercu = + 845.780
 Tinggi air di atas mercu (Hd) = 0.902 m
 Tinggi garis energi (He) = 0.906 m
 Elevasi Muka Air = El. Mercu + Hd
= 845.780 + 0.902
= + 846.682
2. Down stream
 Elevasi lantai = + 88.168
 Panjang loncatan = 11.950 m
 Tinggi air sebelum loncatan (Y1) = 0.148 m
 Tinggi air sesudah loncatan (Y2) = 2.154 m
 Elevasi Muka Air = El. Lantai + Y2
= 838.168 + 2.154
= + 840.322

Data aliran
 Q = 58 m3/dt
 H = beda muka air hulu dan hilir
= El. Muka Air Hulu – El. Muka Air Hilir
= 846.682 – 840.322
= 6.360 m

3. Karakteristik material
 Jenis material = Pasir kasar
 Koefisien rayapan Lane =5
 Koefisien rayapan Bligh = 12
 Exit gradien yang diijinkan = 1/5 – 1/6 (pasir kasar)
 Silt factor (f) = 0.4 (pasir)

4. Perhitungan Panjang Apron


 Panjang apron hulu = 5.000 m
 Panjang bendung = 11.871 m
 Panjang apron hilir (kolam olak) = 11.950 m

3.11.2. Perhitungan terhadap Rembesan (Metode Lane dan Bligh)


3.11.2.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Panjang Lantai Apron
 Macam Bahan Pondasi
 Tinggi Tekan Air
 Panjang Creep Line (rayapan)
3.11.2.2. Metode untuk Menghitung Panjang Lantai Muka
1. Teori Bligh
L
H 
C
Keterangan:
H = Perbedaan muka air (m)
L = Panjang creep line (m)
C = creep ratio
Agar konstruksi aman, maka L ≥ H.C

2. Teori Lane
1
Lv  . LH
H  3
C
LH
Lv   H .C
3

Tabel 3.10 Creep Ratio


No. Material C Lane C Bligh
1 Pasir amat halus 8,5 18
2 Pasir Halus 7 15
3 Pasir Sedang 6 -
4 Pasir Kasar 5 12
5 Kerikil halus 4 -
6 kerikil sedang 3,5 -
7 Kerikil campur pasir - 9
8 Kerikil kasar termasuk batu batu kecil 3 -
9 Boulder dengan batu-batu kecil dan kerikil kasar 2,5 -
10 Boulder, batu-batu kecil dan kerikil - 46
11 Lempung lunak 3 -
12 Lempung sedang 1,8 -
13 Lempung keras 1,8 -
14 Padas 1,6 -
3.12. Perencanaan Sheet Pile

A
K L
G H
BCEF I J M N
B'

O P

V W
X Y A'
Q RT U

Z
S

Gambar 3.9 Apron dan Sheet Pile

Garis Vertikal Garis Horizontal Garis Diagonal


Titik Panjang Titik Panjang Titik Panjang
A-B 1.500 B-C 0.250 F-G 0.707
C-D 7.000 E-F 0.250 H-I 0.707
D-E 7.000 G-H 3.000 U-V 0.707
J-K 1.000 I-J 3.000 W-X 0.373
L-M 1.000 K-L 5.000 Jumlah 2.494
N-O 1.000 M-N 1.000
P-Q 1.112 O-P 1.000
R-S 7.000 Q-R 3.070
S-T 7.000 T-U 1.000
Y-Z 7.000 V-W 8.487
Z-A’ 7.000 X-Y 1.000
A’-B’ 1.500 Jumlah 27.057
Jumlah 49.112

Proyeksi Garis Diagonal Titik Panjang


Arah Vertikal F-G sinα 0.500
H-I sinα 0.500 Titik Panjang
U-V sinα 0.500 F-G cosα 0.500
W-X sinα 0.264 H-I cosα 0.500
Jumlah 1.764 U-V cosα 0.500
W-X cosα 0.264
Jumlah 1.764
Arah Horizontal

Perhitungan terhadap Rembesan :


 Teori Bligh
L≥ΔHxC
49.112 + 27.057 + 2.494 ≥ 6.360 x 12
78.663 ≥ 76.320 ... (Aman!!! )

 Teori Line
L
Lv  H  H .C
3
( 27.057  1.764)
(49.115 + 1.764) + ≥ 6.360 x 5
3
50.879 + 9.607 ≥ 31.800
60.486 ≥ 31.800 ... (Aman!!! )

Kontrol dengan Teori Kosla


1. First Pile Line (Pile 1)
d = 8.500 m
b = 28.821 m
b1 = 0.250 m
 = b/d = 28.821 / 8.500 = 3.391
1/ = d/b = 8.500 / 28.821 = 0.295
b1 / b = 0.250 / 28.821 = 0.009
1 – (b1 / b) = 1 – 0.009 = 0.991

Dari kurva Kosla didapat :


 C1 = 52 %
 D1 = 65 %
 E1 = 98 %
 Koreksi untuk ketebalan lantai
t = 1.5 m
Koreksi untuk  C1 = [( D1 -  C1) / d] x t
= [(65 - 52) / 8.5] x 1.5
= 2.294 ( + )
 Koreksi terhadap pile 2
D
c = 19     D  d  b
b'
dengan :
b’ = 17.323 m
b = 28.821 m
d = 8.500 m
D = 8.500 m
8.500
Maka : c  19     8.500  8.500 / 28.821  = 7.850 ( + )
17.323
Jadi koreksi tekanan :
 C1 = 52 + 2.294 + 7.850 = 56.832 %
 D1 = 65 %
 E1 = 98 %

2. Intermediate Pile Line (Pile 2)


d = 8.500 m
b = 28.821 m
b2 = 17.573 m
=b/d = 28.821 / 8.500 = 3.391
1/ = d/b = 8.500 / 28.821 = 0.295
b2 / b = 17.573 / 28.821 = 0.610
1 – (b2 / b) = 1 – 0.610 = 0.390

Dari kurva Kosla didapat :


 C2 = 34 %
 D2 = 50 %
 E2 = 58 %
 Koreksi untuk ketebalan lantai
t = 1.5 m
Koreksi untuk  C2 = [( D2 -  C2) / d] x t
= [(50 – 34) / 8.5] x 1.5
= 2.824 ( + )
Koreksi untuk  E2 = [( E2 -  D2) / d] x t
= [(58 – 50) / 8.5] x 1.5
= 1.412 ( + )
 Koreksi terhadap pile 1
D
c = 19     D  d  b
b'
dengan :
b’ = 17.323 m
b = 28.821 m
d = 8.500 m
D = 8.500 m
8.500
Maka : c  19     8.500  8.500 / 28.821  = 7.850 ( + )
17.323
 Koreksi terhadap pile 3
D
c = 19     D  d  b
b'
dengan :
dengan :
b’ = 11.248 m
b = 28.821 m
d = 8.500 m
D = 8.500 m
8.500
Maka : c  19     8.500  8.500 / 28.821  = 9.742 ( + )
11 .248
Jadi koreksi tekanan :
 C2 = 34 + 2.824 + 9.742 = 46.566 %
 E2 = 58 – 1.412 – 7.850 = 48.783 %

3. Last Pile Line (Pile 3) di akhir downstream


d = 8.500 m
b = 28.821 m
b3 = 28.821 m
=b/d = 28.821 / 8.500 = 3.391
1/ = d/b = 8.500 / 28.821 = 0.295
b3 / b = 28.821 / 28.821 = 1
1 – (b2 / b) = 1 – 1= 0

Dari kurva Kosla didapat :


 D3 = 50 %
 E3 = 46 %
 Koreksi untuk kedalaman
t = 1.5 m
Koreksi untuk  E3 = [( E3 -  D3) / d] x t
= [(46 – 50) / 8.5] x 1.5
= - 0.706 ( - )
 Koreksi terhadap pile 2
D
c = 19     D  d  b
b'
dengan :
b’ = 11.248 m
b = 28.821 m
d = 8.500 m
D = 8.500 m
8.500
Maka : c  19     8.500  8.500 / 28.821  = 9.742 ( + )
11.248
Jadi koreksi tekanan :
 E3 = 46 + 0.706 – 9.742 = 36.963 %
Maximum Percolation Head (H = 2.154 m)

Point % Pressure (f) Pressure Head

C1 62.145 1.339
E2 48.738 1.050
C2 46.566 1.003
E3 36.963 0.796

Cek untuk Ketebalan Lantai


 Titik A
= PC1 – [( PC1 – PE2) / 17.323 x 5.5]
= 1.339 – [(1.339 – 1.050) / 17.323 x 5.5]
= 1.247
dengan Gs = 2.2 maka ketebalan lantai apron =
PA / (Gs-1) = 1.247/ (2.2 – 1) = 1.039 m
 Titik B
= PC2 – [( PC2 – PE3)/ 17.323 x 0.3]
= 1.003 – [(1.003 – 0.796) / 17.323 x 0.3]
= 1.000
dengan Gs = 2.2 maka ketebalan lantai apron =
PB / (Gs-1) = 1.000 / (2.2 – 1) = 0.833 m
 Titik C
= PC2 – [( PC2 – PE3)/ 11.248 x 0,9]
= 1.003 – [(1.003 – 0.796) / 11.248 x 0,9]
= 0.987
dengan Gs = 2.2 maka ketebalan lantai apron =
Pc / (Gs-1) = 0.987 / (2.2 – 1) = 0.822 m

Rekapitulasi perhitungan :
Ketebalan
Titik
Hitung Rencana
A 1.039 1.5 (aman!!! )
B 0.833 1.5 (aman!!! )
C 0.822 1.5 (aman!!! )

Exit Gradien
Perbedaan muka air hulu dan muka air hilir = 2.154 m
d = El. Lantai hulu – El. Pile 3
= 840.280 – 829.904
= 10.376 m
Sehingga  = b / d = 28.821 / 10.736 = 2.778
Dari kurva Exit Gradien didapat :
1 / (   ) = 0.22
Jadi GE = (H / d) * [1 / (   )]
= 2.154 / 10.276 x 0.22
= 0.046
Karena GE terletak pada 0.046 < 1/6 maka ..... (aman!!! )
3.13. Desain Dinding Penahan
3.13.1. Definisi Dinding Penahan
Dinding penahan dibangun di bagian kanan dan kiri bendung yang berfungsi
untuk menahan tanah yang ada di samping kiri dan kanan bendung supaya tidak
longsor.
Perhitungan terhadap stabilitas dinding penahan pada tubuh bendung dipilih
pada bagian tertinggi. Perhitungan dengan memperhatikan keadaan air normal dan pada
perencanaan ini tidak diperhitungkan gempa.

 Stabilitas terhadap guling


SF = MT / MG > 1,5
Dimana : SF = angka keamanan
MT = momen tahan
MG = momen guling
 Stabilitas terhadap geser
Sf = (f .  V) /  H > 1,5
Dimana : f = koefisien geser (tg )
 V = jumlah gaya vertikal
 H = jumlah gaya horisontal

e =  ( M /  V) – (L/2)   1/6
maka :
 tanah = ( V / L) * [1  (6.e)/ L] <  ijin
dimana :
e = eksentrisitas
 M =  Mz – Ma (tanah)
 Tekanan tanah
Pa = Ka . t . h2 + ½ . Ka . z . h2
Dimana :
Pa = tekanan tanah (tm)
H = tinggi jatuh (m)
z = berat jenis tanah

 Koefisien tanah aktif (Ka)


Ka = ( 1 – sin  ) / ( 1 + sin  )
Dimana  = sudut geser tanah
 Koefisien tanah pasif (Kp)
Kp = 1 / Ka
3.13.2. Dimensi Dinding Penahan

Gambar 3.10. Sketsa Perencanaan Dinding Penahan

Data-data tanah di lokasi bendung :


 Sudut geser dalam (  ) = 40
 Spesific Gravity (Gs) = 2.2
 Void ratio (e) = 28 %
 Jenis batuan = Pasir Kasar

Data-data teknis :
P = 5.500 m
Hd = 0.902 m

Data perencanaan :
1. h = P + Hd = 5.5 + 0.902 = 6.402 m
2. W = 1/3 h = 1/3 . 6.402 = 2.134 m
3. H = h + W + 1.5 = 10.036 m
4. b = 0,26 . H = 2.609 m
5. B = 0,425 H = 4.265 m

3.13.3. Kontrol Stabilitas Terhadap Guling, Geser, dan Daya Dukung Tanah
1  sin  1  sin 40
 Ka = 1  sin  = = 0.217
1  sin 40
Kp = 1 / Ka = 1 / 0.217 = 4.559
f = tg  = tg 40 = 0.839
 t = [( 1 + w ) / ( 1 + e)]. w. Gs
e = (w . Gs) / Sr ; Sr = 1
w = (e . Sr) / Gs = 0.28 / 2.2 = 0.127
t = [(1 + 0.127)/ (1 + 0.28)] . 1 . 2.2 = 1.938 t/m3
 sat = [w . (Gs + 1)] / (1+e)
= [1. (2.2 + 1)] / ( 1 + 0.28)
= 2.500
 sub = sat - w
= 2.500 – 1 = 1.500 t/m3
 Menentukan rembesan air pada tubuh dinding penahan :
d = (1/3 H)+1)
= 4.345 m
Yo = (h2+d2)0,5 – d
= 3.392 m

0,500 m 0,264 m
2,109 m 1,392 m

0,500 m
W5

2,134 m
W1 W6 W7 1,634 m
3,392 m
W2

Pa1

W8 1,258 m
W9

6,402 m 6,402 m

W10

PW W3

6,644 m 6,644 m Pa2

W4
Pa3 Pa4

6.402 w 0,500 m
6,402 m

1,000 m
PP
0,500 m
0.500 sub Kp 3.392 t Ka 6.644 sub Ka 6.644 w Ka
3,449 m 4,265 m 1,429 m 2,167 m 1,445 m

4,264 m

PV1
1.500 w 1,500 m

PV2

6.402 w 6,402 m

Gambar 3.11. Desain Dinding Penahan

Tabel 3.11. Perhitungan Gaya Vertikal


γ Gaya Lengan Momen Tahan
Notasi Volume per meter (m3)
(t/m3) (t) (m) (tm)
w1 0.500 x 2.134 x 1 = 1.067 2.400 2.561 0.250 0.640
w2 2.109 x 1.634 x 0.5 = 1.723 2.400 4.135 1.203 4.975
w3 2.609 x 7.902 x 1 = 20.616 2.400 49.479 1.305 64.570
w4 1.656 x 7.902 x 0.5 = 6.543 2.400 15.703 3.161 49.637
w5 2.109 x 0.500 x 1 = 1.055 1.938 2.043 1.555 3.177
w6 2.109 x 1.634 x 0.5 = 1.723 1.938 3.338 1.906 6.363
w7 1.656 x 2.134 x 1 = 3.534 1.938 6.847 3.437 23.533
w8 0.264 x 1.258 x 0.5 = 0.166 1.938 0.322 2.785 0.896
w9 1.392 x 1.258 x 1 = 1.751 1.938 3.393 3.569 12.109
w10 1.392 x 6.644 x 0.5 = 4.624 1.500 6.936 3.801 26.365
Jumlah 94.757 192.265
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 3.12. Perhitungan Gaya Horizontal Pasif
Lengan
P Volume per meter (m3) Gaya per m (t) Momen Tahan (tm )
(m)

Pw 6.402 x 6.402 x 0.5 20.493 3.634 74.471

Pp 3.449 x 0.500 x 0.5 0.862 0.167 0.144


Jumlah 23.942 74.615
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 3.13. Perhitungan Gaya Horizontal Aktif

Pan Volume per meter (m3) Gaya per m (t) Lengan (m) Momen Tahan (tm )

Pa1 1.429 x 3.392 x 0.5 2.424 7.775 18.843


Pa2 1.429 x 6.644 x 1 9.494 3.332 31.635
Pa3 2.167 x 6.644 x 0.5 7.199 2.215 15.945
Pa4 4.998 x 6.644 x 0.500 16.603 2.215 36.776
Jumlah 35.720 103.200
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3.14. Perhitungan Tekanan Up-Lift

Pvn Volume per meter (m3) Gaya per m (t) Lengan (m) Momen Tahan (tm )

Pv1 4.264 x 1.5 x 1 6.396 2.132 13.636


Pv2 4.264 x 6.402 x 0.5 13.649 1.421 19.395
Jumlah 20.045 33.032
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3.15. Momen dan Gaya

Gaya Vertikal Gaya Horisontal Momen Tahan Momen Guling

20.045 94.757 35.720 21.335 192.265 103.200


74.615 33.032
266.880 136.232
74.712 14.365 130.684
Sumber: Hasil Perhitungan

 Kontrol stabilitas terhadap guling


Sf = (  MT /  MG ) … > 1,5
= ( 266.880 / 136.232 )
= 1.959 ... > 1,5 (Aman!!!  )

 Kontrol stabilitas terhadap geser


Sf = f x ( V /  H) f = koefisien gesek = 0,44522
= 0.839 x (74.712 / 14.365)
= 4.364 … > 1,5 (Aman!!!  )

 Kontrol stabilitas terhadap daya dukung tanah


e = ( M /  V) – ( L / 2 ) ….. < L / 6
= (130.648/ 74.712) – ( 4.265/ 2 )  < ( 4.265 / 6 )
= - 0.384….< 0.711 (Aman!!!  )

 tanah = ( V / L) x [ 1  (6e / L) ] …<  ijin


= (74.712 / 4.265) x [ 1  (6 x – 0.384 / 4.265) ]
Sehingga :
max = 17.518 ( 1.540 ) = 26.976 t/m2
min = 17.518 ( 0.460 ) = 8.059 t/m2
Syarat aman :  max <  ijin
 c.Nc    sat.D.Nq    0,5.sat.N 
 ijin = fk
dengan :
fk : faktor keamanan (diambil 3)
c : angka kohesi = 0.2
D : dalam pondasi = 1.500 m
sat = 2.500 t/m3

Untuk  = 40, dari tabel didapat :


Nc = 75.31
Nq = 64.20
N = 109.41

Sehingga :
 c.Nc    sat.D.Nq    0,5.sat.N 
 ijin = fk
 0.2 x 75.31   2.500 x1.500x 64.20   0.5x 2.500x109.41
=
3
392.575
= = 130.858
3

max = 26.976 t/m2 …< 130.858 t/m2 ..... (Aman!!!  )


min = 8.059 t/m2 …< 130.858 t/m2 ..... (Aman!!!  )

Anda mungkin juga menyukai