PENDAHULUAN
b. Agregat Buatan
Agregat buatan adalah agregrat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus (tertentu) karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah
agregat ringan. Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari
limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar, cook
breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat
yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale
tanah liat yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical
pada suhu tinggi.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8.
Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh
agregat berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70. Beton
engan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15
MPa – 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari
alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung,
asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung udara, perlit
yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan).
2.2.2. Semen
Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika pasta semen
ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan
kerikil/batu pecah disebut beton.
Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan, yang digiling bersama-sama bahan
utamanya. Bahan utama penyusun semen adalah kapur (CaO), silica (SiO3), dan
alumina (Al2O3).
Fungsi utama semen pada beton adalah mengikat butir-butir agregat sehingga
membentuk suatu massa padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga udara
diantara butir-butir agregat. Tipe semen ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM
semen portland dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :
2.2.3. Air
Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi
semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan.
Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia berbahaya,
mengandung garam, minyak, dll akan menyebabkan kekuatan beton turun. Pada
umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai campuran beton.
Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi dengan air. Oleh
karena itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup.
Apabila terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya
pengeringan maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap
sehingga gel menjadi porous, gel menyusut banyak dan terjadi retakan. Selain itu
kekuatan gel juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah.
Sebaliknya apabila jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi semen
tidak dapat terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan turun.
Pada umunya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai air
pengaduk pada beton. Adapun jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air
pengaduk beton adalah :
a. Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi.
Biasanya ir hujan mengandung untur oksigen, nitrogen dan karbondioksida.
b. Air Tanah. Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga
kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.
c. Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan air
reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air pencampurbeton
asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air rawa atau air genangan yang
mengandung zat-zat alkali tidak dapat digunakan.
d. Air laut. Air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam (3 % - 3,6 %) dapat
digunakan sebagai air pencampur beton tidak bertulang. Air laut yang mengandung
garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk campuran beton. Untuk beton pra
tekan, air laut tidak diperbolehkan karena akan mempercepat korosi pada
tulangannya.
b. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak beton pada waktu
murnya masih muda dan berkisar seper-duapuluh sesudahnya.Biasanya tidak
diperhitungkan di dalam perencanaan bangunan beton.Kuat tarik merupakan bagian
penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.
c. Kekuatan geser
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikuti oleh desak dan tarik oleh
lenturan dan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.
𝑷
𝐟𝐜` = 𝑨 (1)
Kuat tekan beton merupakan faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan
di dalam pelaksanaan pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan kami garis bawahi
adalah terkait umur beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur
tersebut. Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur
28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan
rencananya.
Gambar 1. Diagram Tegangan-Regangan pada beberapa ukuran beton
Contoh :
K – 250, kekuatan tekan beton = 250 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
F’c = 20 MPa = kekuatan tekan beton = 20 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15
cm tinggi 30 cm.
Kuat tekan beton merupakan faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan
di dalam pelaksanaan pengecoran di lapangan. Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan
karakteristik rencananya pada umur 28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik
beton mencapai kekuatan rencananya.
Di bawah ini adalah grafik hubungan antara umur beton dengan faktor kuat
tekannya. Pada peraturan beton (PBI 1971), hanya dimunculkan faktor kekuatan pada
umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Umur Beton Dengan Faktor Kuat Tekan
Tabe 6. Nilai Praktis untuk Padanan Mutu Beton antara PBI dan SNI
Kuat beton yang diperoleh dari benda uji silinder berbeda dengan kuat beton
yang diperoleh dari benda uji kubus. Ada beberapa referensi yang memberikan
hubungan antara kuat tekan silinder dengan kuat tekan kubus.
Ratio
silinder / 0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,93 0,94 0,95 0,96 0,96
kubus
Sumber:Bahan kuliah“Advance Reinforced Concrete”,Pasca Sarjana Teknik Struktur
UI
b. Menurut ISO Standard 3893–1977 (E)
Kuat
tekan
silind
er 2, 4, 6, 10, 12, 16, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50,
(MPa) 0 0 0 8,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kuat
tekan
kubus 2, 5, 7, 10, 12, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55,
(MPa) 5 0 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ratio
silind
er / 0, 0, 0, 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9
kubus 8 8 8 0 0 0 0 0 3 6 8 9 0 1
Sumber:Bahan kuliah“Advance Reinforced Concrete”,Pasca Sarjana Teknik Struktur
UI
c. Menurut BS.1881
Rasio kubus / silinder = 1,25 untuk semua kelas mutu. Di samping itu, kadang-
kadang dipakai juga benda uji silinder yang memiliki diameter yang berbeda dengan
standar, namun perbandingan antara diameter dengan tingginya tetap diusahakan 1:2.
Benda uji dengan diameter lebih kecil seringkali digunakan untuk pengujian beton
dengan kuat tekan yang sangat tinggi (di atas 50 MPa) supaya kapasitas alat uji yang
dibutuhkan tidak terlalu besar. Korelasi kuat tekan untuk masing-masing dimensi
benda uji dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Ref “Concrete Manual”, United States
Bureau of Reclamation, 7th Edition, 1963).
Untuk benda uji silinder dengan perbandingan tinggi terhadap diameter (L/D)
yang berbeda harus dikoreksi sesuai tabel di bawah ini (Ref ASTM C-42).
3. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh
beton yang mudah dituangkan dan dipadatkan atau dapat memenuhi syarat workability.
4. Besar Butir Agregat Maksimum
Besar butir agregat maksimum dihitung berdasarkan ketentuan :
Seperlima jarak terkecil antar bidang-bidang samping cetakan.
Seperlima dari tebal plat.
Tiga per empat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang.
5. Adapun prosedur perencanaan campuran beton berdasarkan metode SNI adalah
sebagai berikut :
Menetapkan kuat tekan karakteristik beton
Menetapkan deviasi standar
Margin atau Nilai Tambah
Kekuatan rata-rata
Jenis semen
Jenis agregat
Faktor Air Semen (FAS)
Menetapkan nilai slump
Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar
Kebutuhan air yang diperlukan tiap m3 beton
Berat semen yang diperlukan
Kebutuhan semen minimum
Penyesuaian kebutuhan semen
Penentuan daerah gradasi agregat halus
Prosentase berat agregat halus terhadap campuran
Berat Jenis agregat campuran
Berat Jenis beton
Kebutuhan agregat campuran
Kebutuhan agregat halus
Kebutuhan agregat kasar
Koreksi Proporsi Campuran
6. Pelaksanaan Campuran Beton
Pelaksanaan campuran beton (trial mix) bertujuan untuk menyederhanakan
variasi komposisi campuran yang dilakukan dalam percobaan nanti dan menentukan
penggunaan kebutuhan air pencampur sehingga mudah untuk dikerjakan. Setelah
ditetapkan komposisi campuran berdasarkan hasil mix design, selanjutnya adalah
pelaksanaan pencampuran unsur-unsur beton.
Adapun langkah-langkah trial mix dan pengujian slump adalah sebagai berikut :
a. Peralatan
1. Cetakan kubus, 15 x 15 x 15 cm3
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3. Bak pengaduk beton kedap air.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
5. Palu karet, sekop, sendok perata, talam, mistar perata dan alat lainnya.
5. Setelah campuran beton memenuhi syarat uji slump yang telah ditetapkan,
kemudian campuran beton tersebut dituangkan ke dalam cetakan.
6. Isilah takaran dengan benda uji dalam 3 lapis.
7. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali tusukan
secara merata pada pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar
takaran pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai
kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.
8. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan dengan
menggunakan palu karet sampai tidak tampak gelembung-galembung udara pada
permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup.
9. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.
10. Untuk perbandingan buat beberapa buah benda uji agar dapat diketahui
perbandingan yang paling sesuai untuk pengujian kuat tekan beton pada umur 7,
14 dan 28 hari.
11. Diamkan adukan yang telah dicetak selama 24 jam.
Contoh :
K – 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x15x15.
F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa,
dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm
Peresapan = 1,5 %
Berat volume gembur = 1400 kg/m3 (pada kondisi kadar air 2,5 %)
Peresapan = 0,9 %
Berat volume gembur = 1550 kg/m3 (pada kondisi kadar air 2,8 %)
Apabila tinggi kolom yang akan dicor 4,5 m, diameter 60 cm dan jumlah kolom 50
buah, maka tentukanlah jumlah semen dalam sak (1 sak=50 kg), pasir (m3), dan batu
pecah (m3) yang harus disiapkan.
8. Menghitung faktor air semen, digunakan Tabel 3.2 dan Gambar 3.1.
Dari Tabel 3.3, diperoleh Kuat tekan beton sebesar 48 Mpa pada faktor air semen
0,5 untuk umur 28 hari; jenis semen type 1; dan jenis agregat kasar dipecah.
Tabel 8. Perkiraan Jumlah Air Bebas yang Diperlukan untuk Tingkat Workability
Maksimum Agregat
Nilai Slump (mm)
Agregat Kasar
Gambarkan garis lengkung melalui titik perpotongan faktor air semen 0,5 dengan
kuat tekan 48 Mpa. Garis lengkung inilah yang akan menjadi acuan untuk menentukan
faktor air semen berdasarkan kuat tekan rencana sebesar 35,66 Mpa. Sehingga diperoleh
faktor air semen sebesar 0,62
15. Persentase agregat halus lolos saringan 0,6 mm dihitung dengan menggunakan Tabel
8.
Tabel 8. Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran
Berat Tertahan Kum Tertahan
Saringan Tertahan (%) Lolos (%)
(gr) (%)
(mm)
5 0 0 0 100
2,36 60 10 10 90
0,3 180 30 84 16
0,15 60 10 94 6
Pan 36 6 100 0
600
Dari Tabel 8. diatas diperoleh agregat halus lolos saringan 0,6 sebesar 46 %
80
slump 60-180 mm
70
Persentase Agregat Halus
60
50
15
40
40
30 60
80
100
20
10
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
2800
Berat Jenis Agregat Gabungan
Berat Jenis Adukan Beton (kg/m3)
2600
2500
2.9
2400 2.8
2.7
2300
2.6
2.5
2200
2.4
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
Kebutuhan Air (kg/m3)
1. Semen = 363 kg
2. Air = 225 kg
Pada kondisi lapangan, berat air, berat pasir, dan berat split harus dikoreksi dengan cara
sebagai berikut :
Kondisi Lapangan
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat
halus, agregat kasar,dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang
membentuk massa padat sebagai bahan pengisi. Pada beton, empat jenis bahan penyusun
tersebut dicampur dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu beton, nilai slump,
kondisi lingkungan yang diinginkan pada suatu konstruksi bangunan.
Dalam kriteria perencanaan campuran (mix design) beton, pemilihan agregat
yang digunakan akan mempengaruhi sifat pengerjaan. Butiran yang besar akan
menyebabkan kesulitan, terutama karena akan menimbulkan segregasi, jika ini terjadi
kemungkinan terbentuknya rongga-rongga pada saat beton mengeras akan semakin
besar.
Mutu beton sangat tergantung dari proses produksi dan perawatannya. Setiap
batch adukan beton, meskipun dibuat di dalam batching plant yang sama dengan desain
campuran yang sama, pasti akan mendapatkan hasil kekuatan yang berbeda-beda. Untuk
dapat menghasilkan beton yang bermutu tinggi faktor kontrol terhadap kualitas proses
produksi beton pada saat pengambilan sample pengujian maupun proses penakaran
sampai perawatan mutlak menjadi perhatian penting. Pengawasan dan pengendalian
yang tepat dari keseluruhan prosedur dari pelaksanaan yang didukung oleh kordinasi
operasional akan lebih meningkatkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.
Mutu beton di bedakan menjadi dua yaitu mutu beton K dan mutu beton fc’.
Mutu beton K adalah kuat tekan karakteristik beton kg/cm2 dengan benda uji kubus
sisi 15 cm.
Mutu beton fc adalah kuat tekan beton dalam Mpa yang disyaratkan dengan benda uji
silinder 15 cm dengan tinggi 30 cm
Kekuatan tekan beton didefenisikan sebagai tegangan yang terjadi dalam benda
uji pada pemberian beban hingga benda uji tersebut hancur. Kuat tekan beton akan
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.
Anonim, 1991.Metode Pengujian Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
Anonim, 1991.Tata Cara pembuatan Rencana Campuran beton Normal, SKSNI.T.15
1990-03. Bandung: Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan.
Anonim, 2005. Pelaksanaan Pekerjaan Beton untuk Jalan dan Jembatan, SKSNI.T.07
2005-B. Bandung: Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan.
Martadoch,L.1981. Bahan dan Praktek Beton Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Laintarawan, I Putu, dkk.2009. Buku ajar Konstruksi Beton 1. Denpasar: FT-UHI.
Samekto, Wuryati & Rahmadiyanto, Candra. 2001. Teknologi Beton. Yogyakarta :
Kanisius.
Segel, R.1993. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI.T.15-1991-3 Seri 2.
Jakarta: Erlangga.
Tjokrodimuljo,K. 1998. Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafiri.